"Ah...Benarkah?"
Dengan cepat aku segera menutupi beberapa luka lebam dengan telapak tanganku.
Aku tak menyangka bahwa luka yang aku dapatkan semalam benar-benar fatal ,tak hanya pukulan dan tamparan yang aku terima namun tendangan keras dari kakinya membuat rahang kananku sedikit bergeser hingga menimbulkan warna keunguan.
'Fuh..Beruntung ayah datang menolongku'
Kalau saja pria berjas hitam tak cepat menghentikan pertikaian kami ,mungkin saja dia akan melihat tubuh putrinya terbaring kaku didalam dipeti mati.
"Ahh...Bukan apa-apa,,hanya gigitan serangga!"(sambil menyilangkan jari)
Dengan bodohnya aku mengkambing hitamkan hewan yang tak berdosa hanya untuk mengecoh remaja ini.
'Bodoh Arin' gumamku.Bagaimana mungkin seekor nyamuk mampu memberikan luka besar diseluruh tubuhku kalau saja ada mungkin hewan-hewan ini telah bermutasi ribuan tahun dengan sempurna(misalnya : Giant Mosquito)
"Dasar..!!!"
Nama :
Arin El Luis adalah sebuah nama singkat dan unik yang sampai saat ini aku gunakan dan terpampang jelas di akta kelahiran. Arin yang dalam bahasa Inggris berarti Perak (Arien) El = Sinar Matahari dan Luis sebuah nama Marga dari keluarga ayah.Sepertinya tak ada yang istimewa dari namaku ini hanya saja saat aku masih berada didalam kandungan seorang pria dewasa berkulit putih dengan memakai jubah merah memberikan nama itu khusus untukku dan entah mengapa ibu langsung menyetujui perintahnya .Fisik:
Postur tubuhku tak beda jauh dari siswi lainnya dan bisa dibilang cukup pendek yaitu(1.58m), memiliki dua pigmen rambut (bagian depan berwarna merah cerah dan bagian belakang hitam legam) serta memiliki bola mata berwarna merah.Jujur aku tak mengerti mengapa kondisi tubuhku sedikit berbeda dengan yang lainnya padahal saat aku masih anak-anak (seingatku), aku memiliki warna rambut dan mata persis seperti ibu yaitu hitam pekat.
"Arin..?!" panggilnya dengan cukup keras.
"Ahhh..Sudahlah, jangan terlalu mengkhawatirkanku...Aku baik-baik saja."
"Kau yakin? "
'Jujur sikap perhatiannya itu membuatku sedikit kesal.'
Arinpun memberikan senyum hangatnya dan segera melanjutkan perjalanan ke sekolah dengan meninggalkan siswa laki-laki yang terus saja mengikutinya.
*** Arza El Luis adalah remaja berusia 15 tahun yang sejak kecil hingga sekarang terus saja mengikutiku kemanapun aku pergi. Memiliki postur tubuh yang cukup tinggi sekitar 1,70m dengan rambut pirang lurus, berkulit putih seperti orang barat dan memiliki bentuk wajah simetris(sempurna) dengab senyum yang sangat menawan bahkan tak jarang membuat pria mana pun iri kepadanya.Terlebih gadis yang jatuh hati dan tergila-gila kepadanya seringkali meninggalkan surat cinta hanya untuk diberikan kepada adikku tersayang. Sungguh Arza adalah manusia paling keren dan sempurna yang sudah diciptakan MAMA.
Arza adalah Saudara kembarku atau bisa dikatakan adikku karena ayah dan ibu pernah mengatakan jika aku terlahir lebih awal sekitar 30 menit sebelum kelahiran Arza.
Memang kami berdua bersaudara tapi jika dilihat secara detail 'Sungguh tak ada kemiripan diantara kami berdua baik itu fisik ,karakter ataupun kemampuan.'Arza yang memiliki sifat ramah, lemah lembut dan penyayang memberikan nilai plus pada kehidupan yang saat ini ia jalani, namun sifat cabul yang sering ditujukan (hanya kepada Arin) berdampak buruk pada hidupku, terkadang tindakannya yang sering melewati batas membuatku harus memberikan jarak atau garis batas antara kehidupanku dengan kehidupan Arza.
Ini sangat memalukan tapi begitulah adanya.
Sosok Arza sangatlah penting bagi SMA JTI 2.Anak dengan sumber kebahagiaan dan keberuntungan bagi sekolah kami. Prestasinya yang terus melambung tinggi, serta kepribadian yang baik ,hingga kepatuhannya terhadap segala peraturan membuat semua orang baik guru maupun staf jatuh hati kepadanya termasuk ibu kami sendiri .
Tidak heran bila kami berdua diperlakukan tidak adil olehnya. Aku yang bodoh dan malas (sering tidur di kelas) tidak akan mampu menandingi ataupun melampaui kecerdasan seorang Arza El Luis.
***
Didalam gedung kelasPukul 06.40."Arza, semalam kau benar-benar mengunci pintu kamar kita kan?"Sebenarnya aku menaruh kecurigaan bahkan keanehan dengan Arza. Pasalnya saat tengah malam tiba kami yang masih tertidur lelap wanita itu dengan gampangnya memasuki kamar kami dan bahkan mengajakku keluar dari kamar agar tak membangunkan anak kesayangannya. Sebelumnya dia sengaja membekapku dengan bantal atau bahkan langsung mencekik leherku hanya untuk membangunkanku.
Sangatlah bodoh bila Arza tak mendengar atau bereaksi apapun bila ada sedikit gerakan dikamar tidurnya yang sangat empuk.
"Sepertinya aku menguncinya dan memeriksa berulang kali Rin, ada apa?"
"Oh,tidak lupakan saja! "
Ada alasan mengapa aku tak tidur terpisah dengan Arza meskipun aku tahu jika dia adalah anak yang cukup mesum saat berada didekatku . Dan aku sudah berjanji kepada diriku sendiri untuk tak memberitahukan kejadian ini kepada ayah atas sifat cabulnya..Bukan,bukan karena aku suka perilakunya namun ada alasan lain yang tak bisa aku ungkapkan .
Aku takut jika kami tidur terpisah dan tak ada orang didekatku bisa dipastikan jika nyawaku sudah berada digenggamannya ,bahkan dalam hitungan menit nyawaku bisa saja terpisah dari raganya apabila wanita itu merasa bosan dengan anak perempuannya.
Ayahku Miko El Luis seorang kepala keluarga sekaligus pahlawan yang tak kenal lelah dalam mengurusi masalah keluarga kecilnya. Ayah adalah orang yang cukup baik dan penyabar dengan kondisi istrinya. Ia sangat yakin jika suatu hari nanti Mira El Luis akan dapat pulih kembali seperti sedia kala.
Mr. Miko selalu saja membantu atau bahkan memihakku ketika masalah besar terus menerus menerpa anaknya. Sungguh ayah sangat sempurna bahkan luar biasa, aku bersyukur memiliki Hero seperti beliau. Namun akhir-akhir ini perusahaan yang ia geluti membuatnya harus bekerja keras. Ayah sering mengorbankan waktu luangnya hanya untuk mendapatkan gaji lebih(untuk digunakan istrinya berobat) hal itulah yang menyebabkan dia sering tidak terlihat saat dirumah.
"Pakailah. "
Sesaat aku tengah membayangkan kebaikan ayah, Arza memberikan jaket dan topi biru kearahku. Dia mungkin tahu bahwa kakak perempuannya telah banyak mengalami kesulitan ,tetapi dia sadar bahwa jika ia tak bisa berbuat banyak selain hanya berdiam diri dan tak mencoba untuk ikut campur.
"Hmmbt..Terima kasih. "Ku akui Arza memang sangat perhatian dan penyayang namun terkadang kasih sayangnya itu membuatku sedikit tidak nyaman bahkan cukup aneh dimataku. Bagaimana tidak, matanya yang tajam dan perilaku cabulnya sering diperlihatkan secara khusus kepada diriku ini. Arin tidak mengerti cara berpikir saudara laki-lakinya ini. Disatu sisi Arza adalah anak yang cukup baik dan ramah, namun di sisi lain Arza memiliki imajinasi di luar nalar bahkan obsesinya semakin luas jika dia berada di dekatku.
'Sial, kenapa keluargaku seperti ini.'Pukul 13.00Masih di dalamKelas 8-IPA. 👤 Anak-anak hari ini ibu akan menjelaskan tentang sistem reproduksi pada manusia. Ucap seorang guru yang tengah mengajarkan mata pelajaran Biologi kepada murid-muridnya. "Menyebalkan..."Gerutuku. "Heii, bukankah sebentar lagi kita akan menghadapi ujian.Setidaknya berusahalah fokus Arin!" "Diamlah." Arza hanya bisa tersenyum melihat kelakuan kekanak-kanakan saudaranya. 'Dasar tukang tidur' Arza yang tak tega mengusik Arin memutuskan untuk tak mengganggu tidur siangnya dan lebih memilih mencatat beberapa lembar buku untuk diberikan kepada saudarinya. Dua jam berlalu Arin masih saja tertidur pulas dimeja kesayangannya.Wajahnya yang lurus menghadap kearah jendela serta rambut merahnya yang tergerai menutupi pipi kananya, dan sentuhan tiupan angin yang masuk kedalam ruangan membuat wajahnya terlihat semakin cantik walau ia tengah menutup kedua matanya.&nb
Seorang siswa laki-laki terlihat kesal dengan tindakan mey, apalagi teriakan dari beberapa siswa membuatnya semakin kecewa. Kepalan di tangannya menggambarkan betapa emosionalnya dia ketika gadis yang dicintainya lebih mencintai pria lain. Suasana kembali mencekam terutama dimeja ujung paling belakang. Arza yang teringat ucapan Bu Mayang membuatnya membayangkan hal-hal kotor dengan tubuh Arin. 'Huh apa? Mengapa aku membayangkannya...Tidak...Tidak!' Arza mencoba mengalihkan pandangannya ke arah lain dan ini sudah yang ketiga kalinya tapi entah kenapa tatapannya otomatis kembali ke bibir Arin. 'Tolong Arza, jangan lakukan ini. Please!!!' Hormon testosteron yang terus memuncak dalam waktu yang lama membuat benjolan keras di celananya semakin jelas 'sial, sial, sial' gerutunya untuk kesekian kalinya. Dengan segala cara, Arza berusaha mengendalikan nafsunya hingga berkali-kali mencubit paha kanannya dengan keras sambil memejam
Orang Baru. Universitas Sonut. 15 September 2000 Pukul 14.50Kota Sonut. Universitas Sonut atau biasa disingkat U. S merupakan Universitas tertinggi dan ternama di kota Sonut. Tidak banyak yang tahu kapan gedung ini berdiri, namun beberapa arsitek dan warga sekitar memperkirakan Universitas Sonut sudah berdiri sejak tahun 1968. Bangunan yang mewah, dosen-dosen profesional dan banyak alumni yang sukses berkarir setelah menamatkan studi di U.S membuat universitas ini banyak diminati kalangan pejabat, pengusaha, seniman bahkan masyarakat kalangan bawah. Dan tak jarang jika mereka yang ingin masuk perguruan tinggi tertinggi ini harus merogoh kocek dalam-dalam hany
Suatu hari di Bulan SeptemberSebelum Kematian Jimmi Rion14/09/1998 ||13.00 Tap..Tap..Tap.Seorang mahasiswa bertubuh kurus,berkulit pucat berlari tergesa-gesa menuju lantai bawah. Dengan nafas yang tersengal-sengal disertai dada yang sesak pria itu terus mempercepat gerak kakinya. 'Hah,, hah,, hah. ' Dengan sekuat tenaga ia berlari menghindari banyaknya kerumunan.Tak peduli seberapa banyak orang yang menghadangnya Jimmi terus berlari dan menerobos keluar dari kerumunan. 'Jimmi..Jimmi! Aku menemukanmu! ' 'Jimmi..Jangan pergi! Jimmi..'Suara itu terus menggema dan saling bersahut-sahutan dikedua telinganya. " Pergi!" " Pergi! Jangan ganggu aku!! " "Pergi! Tinggalkan aku sendiri.Pergi! " Pria itu terus berteriak histeris tanpa henti, sungguh semua orang yang melihatnya merasa kasihan dengan kelakuannya saat ini. 'Oh, MAMA, bantu anakmu ini ! Beri dia kesembuhan dan
Seketika Jimmi berteriak keras "Akkkhh..Kenapa? Kenapa?" dua telapak tangan yang seharusnya dia gunakan untuk mematahkan tulang dan sel jaringan, tiba-tiba saja tak bisa ia gunakan lagi bahkan untuk mencekik leher Lusi sepertinya mustahil untuk dilakukan. Air matanya mulai menetes membasahi dikedua pipinya."Kenapa aku tidak bisa melakukannya? Sial kau MAMA! Kenapa kau menghukumku seperti ini!" keluh Jimmi sambil mengacungkan jari telunjuknya ke atas. Tubuhnya yang kuat dan tinggi seketika lumpuh tak berdaya bahkan tidak bisa lagi menopang keseimbangannya. Dan dalam hitungan detik Jimmi jatuh tertelungkup di mengenai ubin lantai yang rusak dan berdebu. Lusi yang melihatnya merasa kasihan dengan ketidakberdayaan yang dialaminya, gadis itu segera menghampiri senior yang malang itu dan mengusap bahunya yang lebar. Jimmi berkata "Dia menghancurkan hidupku! " sambil mengarahkan tatapannya ke wajah Lusi. "Kalau saja aku tidak membantunya
Pukul 22.30Gedung U.S Gelap, sunyi dan sepi suasana hiruk pikuk terus membayang-bayangi seisi bangunan yang kini tak berpenghuni Universitas Sonut (U. S). Suara canda gurau dan beberapa langkah kaki dipagi dan siang hari kini nampak tak terdengar kembali setelah kemunculan awan gelap yang menandakan hari sudah malam. Hembusan angin yang berkeliaran kesana-kemari sesekali mengikuti pergerakan pemuda berhoodie hitam yang berjalan lurus menuju lantai atas. Tak ada orang ataupun makhluk lain yang bisa mencegah tekatnya yang sangat kuat. Bahkan bayangan hitam yang sejak tadi mengikuti pria itu berusaha mencoba mencegahnya namun gagal. Sekerumunan hewan nokturnal yang sedang mencari makan dikejutkan dengan kemunculan manusia yang berjalan lurus melewati kawanannya. 'Apa yang dia lakukan dimalam seperti ini!' seekor cicak menatap dari arah berlawanan. [ "Kau ingin An
Universitas Sonut. 15 September 2000 Pukul 15.05Kota Sonut" Huh, menyebalkan! "Dengan wajah murung Yuta terus saja memukul-mukul bangku yang ia tempati lalu bibirnya terus bergumam dengan harapan ia bisa meluapkan emosinya."Dasar... " Ucap Yuta sekali lagi.Dafal Aknots pria berkacamata dengan jaket hitam yang sedang duduk disebelahnya,nampak serius memperhatikan tingkah konyol temannya."Oi. Yuta! Sepertinya tekanan darahmu terus meningkat , apa bibi Desi sengaja menuangkan banyak garam disarapanmu?"Yuta menatap Dafal dengan cukup tajam. Lalu mengatakan kalimat kasar kearahnya "Brengsek! ""Hahaha... Sepertinya kau ini tidak bisa diajak bercanda!!""Baiklah! Apakah sang tuan put
*** Seorang siswi SMA berseragam rapi dengan topi dikepalanya tengah berdiam diri diluar Gedung U. S.Hanya bermodalkan ponsel lama dan dua lembar uang kertas gadis itu telah sampai dilokasi kekasihnya berada. Tak banyak yang tahu bagaimana Arin El Luis bisa sampai ketempat seramai ini . "Wow..Gedung ini sangat besar!! " Kedua mata merahnya nampak berbinar ketika ia baru saja melihat bangunan super luas nan megah dihadapannya. Beberapa mahasiswi yang lalu lalang di tepian jalan nampak mencurigai kedatangan siswi SMA yang sejak tadi bergumam sendirian. "Astaga! Apakah ini tempat yang sering kali Arza bicarakan kepadaku? "ucapnya dengan decak kagum. Arin mengangkat bahu lalu meletakkan kedua tangannya di pinggang kecilnya. "Arza. Tempat ini sangat keren!! " Dan tak lama seorang pria tua berseragam putih dengan kumis yang tebal berjalan mendekati Arin yang se
Pukul 20.00Didalam kamarGadis itu mulai merebahkan dirinya diatas ranjang yang cukup empuk sembari memikirkan kejadian memalukan saat pria asing berlari kearahnya dan memeluk tubuhnya dengan cukup hangat (begitu tenang dan nyaman)Dengan cukup gelisah disertai rasa penasaran, gadis itu mencoba mengingat-ingat kembali tentang masa lalunya. 'Mungkin saja ia bisa menemukan sedikit jawaban mengenai pria berambut mangkuk dengan tinggi sekitar 5,28 kaki itu.'"Aaah... Sial! Kenapa aku tidak bisa mengingatnya!?" Arin mengusap-usap rambut dan berulangkali memukul kepalanya.Sementara itu pria berambut pirang yang sedari tadi berada disampingnya, berusaha sekuat tenagal memegangi lengan Arin.Kini Arza yang cukup cemas mencoba memanggil-manggil nama gadis itu. "Arin! Arin! Sadarlah! "berteriak."Hah...!! "Dalam ingatan Arin: ada begitu banyak fragmen memori acak yang membuat kesadarannya mulai terganggu.
Setelah peristiwa naas yang hampir merenggut nyawanya, kini perlahan-lahan kehidupan remaja berusia 15 tahun ini sedikit mengalami perubahan, apalagi sejak kedatangan Arin di kediamannya membuat Ghali tak merasa sendiri lagi.Bahkan ia merasa nyaman jika berada disamping gadis itu. Kemudian tanpa ragu Ghali memberikan sepotong kue coklat kearah Arin yang saat ini sedang membaca serial komik favoritnya.Gadis itu membulatkan kedua matanya dengan sedikit kebingungan. "Untukku?"Remaja itu terus tersenyum namun tak memberikan sedikit jawaban atas pertanyaan yang barusan Arin katakan kepadanya."Baiklah."Lalu ia mulai membuka mulutnya dan mulai mencicipi sedikit demi sedikit kue yang sengaja Ghali berikan khusus untuknya."Emm... Enak, terima kasih!" ucap Arin sambil terus mengunyah."B-benarkah?""Kau tak percaya!?"Kemudian Arin segera mengambil potongan kecil kue ,lalu memasukannya secara paksa kedalam mulut Gha
Rahasia yang belum sempat terungkap :Sebelum menikah dengan Miko El Luis.Mira Vena telah memiliki dua anak kembar dari hubungan asmaranya dengan sesosok pria misterius.Hingga sebuah kejadian tak terduga baru saja menimpa mereka berdua. Mira yang sangat takut dan khawatir akan keselamatan kedua buah hatinya memutuskan untuk kabur dan memilih meninggalkan lelaki itu sendirian.Dan karena kebaikan MAMA, seorang pria berambut hitam datang menolong wanita malang ini bahkan ia juga berencana untukuntuk merawat salah satu bayi laki-lakinya (Ghali) seperti anak kandungnya sendiri.Satu tahun kemudian Miko El Luis dan Mira Vena memutuskan untuk menikah, namun dalam pernikahan mereka sampai saat ini tidak dikaruniai seorang anak. Meski begitu, Miko sangat menyayangi anak tirinya (Arin El Luis) dan anak angkatnya (Arza El Luis).
Sebelumnya :Remaja bertubuh kurus dengan kulit pucat berjalan masuk menuju kesebuah ruangan kosong tak berpenghuni,dengan perasaan murung dan cemas Ghali terus saja menatap lurus kearah bingkai foto yang tertata rapi diatas meja.Dengan ukuran 12,7 X 17,8 cm atau setara dengan 5,7 inchi. Hasil jepretan foto keluarga lima tahun yang lalu telah mengingatkan Ghali tentang sesosok wanita yang selalu menyayanginya."Ibu! " ucapnya.Ghali Hasun terus saja mendekap bingkai foto itu dengan bergelinang air mata, wajahnya yang memucat serta kelopak matan yang sembab telah memperlihatkan betapa depresinya remaja itu saat kehilangan ibunya....................................................................Ditahun 1995.Seorang desainer ternama Tara Hasun dikabarkan tewas gantung diri di ruang pribadinya.Menurut informasi yang beredar Ny. Tara sempat mengalami gangguan mental akibat perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya.
Dengan kecepatan 80 km/jam, mobil keluaran baru bercorak hitam melaju dengan cukup kencang. Mungkin karena jalanan yang sedikit renggang dari biasanya pengemudi itu terus saja menaikkan kecepatan mobilnya tanpa memperdulikan keselamatan pengendara lain. "Yuta.. Hentikan ..Tolong hentikan Yuta! Kumohon! " teriak Arin sambil memengangi salah satu lengan kekasihnya dengan cukup kuat. (Namun pria itu tak merespons perkataan Arin yang sejak tadi duduk disebelahnya ) " Iya aku salah.. Aku memang bodoh tak menuruti perintahmu!! " "Tapi, bukankah kau sendirilah yang menyuruhku untuk datang kesana. Yuta!" bentaknya dengan keras. Seketika Yuta langsung menoleh ke wajah Arin yang sedang meringkuk ketakutan,sampai-sampai kedua matanya masih tak percaya dengan bualan bodoh yang baru saja dilontarkan dari bibir tipisnya.Beginikah cara siswi SMA untuk menutupi kesalahannya! Dengan kesal Yut
*** Seorang siswi SMA berseragam rapi dengan topi dikepalanya tengah berdiam diri diluar Gedung U. S.Hanya bermodalkan ponsel lama dan dua lembar uang kertas gadis itu telah sampai dilokasi kekasihnya berada. Tak banyak yang tahu bagaimana Arin El Luis bisa sampai ketempat seramai ini . "Wow..Gedung ini sangat besar!! " Kedua mata merahnya nampak berbinar ketika ia baru saja melihat bangunan super luas nan megah dihadapannya. Beberapa mahasiswi yang lalu lalang di tepian jalan nampak mencurigai kedatangan siswi SMA yang sejak tadi bergumam sendirian. "Astaga! Apakah ini tempat yang sering kali Arza bicarakan kepadaku? "ucapnya dengan decak kagum. Arin mengangkat bahu lalu meletakkan kedua tangannya di pinggang kecilnya. "Arza. Tempat ini sangat keren!! " Dan tak lama seorang pria tua berseragam putih dengan kumis yang tebal berjalan mendekati Arin yang se
Universitas Sonut. 15 September 2000 Pukul 15.05Kota Sonut" Huh, menyebalkan! "Dengan wajah murung Yuta terus saja memukul-mukul bangku yang ia tempati lalu bibirnya terus bergumam dengan harapan ia bisa meluapkan emosinya."Dasar... " Ucap Yuta sekali lagi.Dafal Aknots pria berkacamata dengan jaket hitam yang sedang duduk disebelahnya,nampak serius memperhatikan tingkah konyol temannya."Oi. Yuta! Sepertinya tekanan darahmu terus meningkat , apa bibi Desi sengaja menuangkan banyak garam disarapanmu?"Yuta menatap Dafal dengan cukup tajam. Lalu mengatakan kalimat kasar kearahnya "Brengsek! ""Hahaha... Sepertinya kau ini tidak bisa diajak bercanda!!""Baiklah! Apakah sang tuan put
Pukul 22.30Gedung U.S Gelap, sunyi dan sepi suasana hiruk pikuk terus membayang-bayangi seisi bangunan yang kini tak berpenghuni Universitas Sonut (U. S). Suara canda gurau dan beberapa langkah kaki dipagi dan siang hari kini nampak tak terdengar kembali setelah kemunculan awan gelap yang menandakan hari sudah malam. Hembusan angin yang berkeliaran kesana-kemari sesekali mengikuti pergerakan pemuda berhoodie hitam yang berjalan lurus menuju lantai atas. Tak ada orang ataupun makhluk lain yang bisa mencegah tekatnya yang sangat kuat. Bahkan bayangan hitam yang sejak tadi mengikuti pria itu berusaha mencoba mencegahnya namun gagal. Sekerumunan hewan nokturnal yang sedang mencari makan dikejutkan dengan kemunculan manusia yang berjalan lurus melewati kawanannya. 'Apa yang dia lakukan dimalam seperti ini!' seekor cicak menatap dari arah berlawanan. [ "Kau ingin An
Seketika Jimmi berteriak keras "Akkkhh..Kenapa? Kenapa?" dua telapak tangan yang seharusnya dia gunakan untuk mematahkan tulang dan sel jaringan, tiba-tiba saja tak bisa ia gunakan lagi bahkan untuk mencekik leher Lusi sepertinya mustahil untuk dilakukan. Air matanya mulai menetes membasahi dikedua pipinya."Kenapa aku tidak bisa melakukannya? Sial kau MAMA! Kenapa kau menghukumku seperti ini!" keluh Jimmi sambil mengacungkan jari telunjuknya ke atas. Tubuhnya yang kuat dan tinggi seketika lumpuh tak berdaya bahkan tidak bisa lagi menopang keseimbangannya. Dan dalam hitungan detik Jimmi jatuh tertelungkup di mengenai ubin lantai yang rusak dan berdebu. Lusi yang melihatnya merasa kasihan dengan ketidakberdayaan yang dialaminya, gadis itu segera menghampiri senior yang malang itu dan mengusap bahunya yang lebar. Jimmi berkata "Dia menghancurkan hidupku! " sambil mengarahkan tatapannya ke wajah Lusi. "Kalau saja aku tidak membantunya