Beranda / Romansa / MENJADI SAINTESS TERHEBAT / Bab 146. Permohonan Sumber Emosi

Share

Bab 146. Permohonan Sumber Emosi

Penulis: Yukari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Katakan saja semua,” ucapku pada Rissa tanpa basa-basi dan mencoba-coba untuk menghibur karena termakan oleh kesedihan palsu Rissa.

Ini adalah pertama kalinya. Sikap Rissa yang angkuh tadi tiba-tiba sirna ketika ia merendahkan dirinya dan berlutut di lantai. Dengan menyatukan kedua tangan di depan wajahnya, ia memohon, “Kak, bukankah aku kembaran dan keluarga kakak satu-satunya? Bisakah kakak mengabulkan keinginan aku yang satu ini? Hanya ini ... setelah itu aku tidak akan minta apa pun lagi dan hidup dengan baik. Tolong berikan Raja Edgar padaku. Aku tahu kalau Kakak tidak mencintai Raja Edgar, jadi tolong serahkan dirinya padaku. Bukankah di masa lalu kakak juga pernah menyerahkan Ryan padaku karena kakak tidak mencintainya? Kali ini, tolong bantu aku dan lakukan hal yang sama kak. Bukankah tidak sulit karena kakak sudah pernah melakukannya sebelumnya?”

“HAHAHAHAHAHAHA.....!!!” Spontan tawaku membuncah. Tidak ada respon yang tepat untuk

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 147. Rissa Mengaku Hamil Anak Raja

    Aku tidak tahu apa yang terjadi. Namun, sejak aku bangun, sudah terdengar kasak-kusuk di seluruh pelosok istana. Bahkan para pelayan yang biasanya melayaniku dengan wajah bangga kini menolak untuk bertatapan denganku. Ekspresi mereka yang tampak ketakutan untuk aku ajukan pertanyaan membuatku tidak jadi mengajak mereka bicara.Aku pikir itu hanyalah keributan biasa karena kesibukan istana di pagi hari. Sekalipun memang ada masalah, aku tidak akan repot memikirkannya jika itu tidak ada sangkut pautnya dengan diriku. Jadi, dengan tidak merepotkan pikiran dengan memikirkan hal-hal yang belum jelas, aku melangkah menuju kantor Raja Edgar seperti biasa untuk menjalankan tugasku sebagai sekretaris. Sekalipun memang terjadi masalah yang menyangkut Kerajaan, aku memiliki banyak waktu untuk menanyakannya nanti kepada Raja Edgar ketika aku sedang bertugas.“Bagaimana mungkin Raja Edgar melakukannya dengan kedua Saintess? Bukankah posisi Saintess Lissa begitu malang?”

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 148. Hubungan di Atas Pasir

    "Li-Lissa? Kamu datang?” ujar Raja Edgar begitu melihatku memasuki ruangan.Tidak seperti biasa, Raja Edgar berdiri dengan menyandarkan tubuhnya di depan meja kerjanya. Ia berdiri kaku hanya untuk menyambut kedatanganku. Tingkah yang tidak biasa itu menunjukkan dengan jelas perasaan gusar di dalam hati Raja Edgar. Ia pasti merasa bingung dengan caranya berhadapan denganku setelah pengkhianatan yang telah ia lakukan.“Salam kepada Yang Mulia,” ucapku untuk memberikan salam hormat yang formal kepada Raja Edgar. Untuk bisa menahan amarah dalam hatiku agar tidak meledak, aku harus menganggap pria yang di hadapanku itu sebagai orang asing. Untuk hari ini saja, dan jika diperlukan juga untuk beberapa waktu ke depan, aku akan menjaga jarak dan mengabaikan semua tingkah lakunya. Dengan demikian, aku akan bisa bersabar sekalipun masalah tentang kehamilan Rissa belum selesai.“Kenapa kamu bersikap formal, Lissa?” tanya Raja Edgar.Samb

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 149. Kebisingan yang Lama tak Didengar

    "Hahhhh ... belum apa-apa aku sudah merasa lelah,” batinku sambil mengangkat badanku dan mengambil posisi duduk. Aku sadar bahwa sekarang bukan saat yang tepat untuk galau dan merana karena pengkhianatan yang aku alami. Demi kenyamanan di waktu mendatang, aku harus segera membuat rencana dan bertindak.“Lebih baik hidup sebagai rakyat biasa walau berdua dengan anakku. Atau, haruskah aku menjalankan rencanaku untuk kembali ke dunia asalku?” gumamku pelan.Aku sempat membatalkan pemikiran dan rencana itu karena ingin membangun keluarga dengan Raja Edgar. Akan tetapi, impian itu tidak akan terwujud jika Raja Edgar memiliki istri yang lain dan anak darinya. Bahkan keselamatan aku dan anakku akan terus terancam karena kekuatan politik yang terbagi di antara kami.Di saat aku sedang berpikir, aku merasakan kehadiran seseorang di balik punggungku. Aku pun langsung menoleh untuk melihat identitas orang itu.“Steein?! Sejak kapan kamu di si

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 150. Harus Ada Satu yang Mundur

    "Tolong berhenti berteriak, kepalaku sakit!” bentakku pada mereka. Kali ini aku tidak bisa meladeni keributan yang biasa mereka lakukan.“Maafkan kami, Lissa,” ucap Steein lirih.Setelah Steein, Karl juga mengimbuhkan, “Aku juga minta maaf, Lissa.”Aku tahu kalau mereka benar-benar menyesali tindakan mereka dari nada dan raut wajah mereka ketika berbicara, tetapi posisiku yang sudah nyaman mencegahku untuk keluar dari selimut. Jadi, dari balik selimut aku menjawab, “Ya, baiklah. Tidak apa-apa.”Karena aku menutup diri, aku tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi di luar selimutku, tetapi aku tidak ada mendengarkan suara apa pun.Ketika kesadaranku hampir tenggelam dan terbawa ke alam mimpi, akalku ditarik kembali ke kenyataan ketika Steein kembali berbicara. Ia bertanya, Lissa, apakah kamu ingat tentang tawaranku padamu untuk memanfaatkan aku kapan saja untuk membawamu pergi jauh, jika Raja Edgar melukai

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 151. Persaingan Saintess

    “Riss, eh, maksudku, Saintess Rissa akan tinggal di sini. Itu pun di kamar tepat di sebelahku?” tanyaku balik kepada pelayan itu untuk memastikan apa yang baru saja aku dengar.“Ini gila. Tidak cukup sudah bertindak bodoh dan membuat masalah, sekarang ia malah semakin memperparahnya. Apakah Raja Edgar ada mengatakan tentang hal ini padamu, Lissa?” tanya Steein.Aku tidak sanggup membuka mulutku walau hanya untuk mengucapkan sepatah kata untuk menjawab Steein, jadi aku hanya menggeleng-gelengkan kepala.“Orang gila itu!” ujar Karl geram. Ia mengepal tangannya dan hendak beranjak untuk mendatangi dan melepas emosi kepada Raja Edgar. Untung saja, Steein mencegah Karl sebelum itu terjadi.“Jaha ucapanmu, Karl. Mau bagaimana pun, ia adalah seorang Raja. Di tengah perseteruan para bangsawan, ucapan yang keluar dari mulutmu bisa dijadikan senjata untuk memperburuk keadaan. Karena kita teman-teman yang pasti ada di pihak

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 152. Pergi ke Selatan

    Tadi aku tidak begitu merasakannya, tetapi pipiku bekas tamparan Rissa kini mulai panas dan berdenyut “Wah ...Rissa...! Aku sungguh terkejut! Aku tidak menyangka kamu bisa melakukan perlawanan dan bersikap tegas seperti itu!” seru Karl dengan menggebu-gebu untuk membahas peristiwa tadi. Aku pun hanya tersenyum untuk membalas pujian yang ia sampaikan. Akan tetapi, setelah selesai berbicara dengan bersemangat, Karl melihat ke arah pipiku dan berkata, “Pipi kamu sangat merah, Lissa. Apakah kamu baik,-baik saja?” Mendengar perkataan Karl, aku pun memegang pipiku yang memang sudah terasa seperti sedang terbakar. “Apakah memang begitu merah?” tanyaku untuk memastikan. “Itu sangat parah. Kemarilah, aku akan mendinginkan pipimu dengan sihir pendingin,” ucap Steein. Aku pun mendekatkan pipiku ke arah Steein, dan ia meletakkan tangannya di atasnya. Tangan Steein begitu dingin, berlawanan dengan pipiku yang terasa membara. Itu membuat denyutannya menjadi sedikit

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 153. Wanita Gila

    "Apa?! Untuk apa kamu ikut pergi ke sana?” tanya Raja Edgar.“Untuk memperbaiki keadaan, Yang Mulia. Jika dilihat dari rekam jejak wilayah itu, mereka selalu mengalami gejala penyakit yang sama setiap tahun. Menurut dugaanku ... ada kemungkinan kalau ini adalah penyakit turunan,” jawabku.“Penyakit turunan? Bukankah penyebabnya sama seperti masalah yang lalu yang disebabkan karena masalah yang terjadi khusus di wilayah itu?” balas Raja Edgar.Aku memeriksa kembali lembaran dokumen untuk memastikan bahwa dugaanku benar. Memang penyebaran penyakit di suatu wilayah bisa disebabkan karena masalah tertentu yang hanya terjadi di daerah itu. Akan tetapi, ada satu pola yang berbeda dari masalah-masalah wilayah yang lain. Rata-rata yang terjangkit penyakit adalah orang yang memiliki hubungan darah. Memang ada kelang satu generasi. Jika seorang kakek dari keluarga itu sudah pernah terjangkit, maka anaknya tidak akan ada yang sakit, tetapi yan

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 154. Saksi Mata

    “Lady Saintess?!!! Astaga ... Apa yang sebenarnya terjadi? Lady tidak apa-apa?” tanya para pelayan istana yang langsung menghampiri Lissa.Lissa merasakan nyeri di perutnya, tetapi ia menyempatkan dirinya untuk menggelengkan kepala dan mengulurkan tangannya agar ia dibantu berdiri. Sebenarnya nyeri yang Lissa rasakan sangat perih sampai-sampai ia tidak sanggup membuka mulutnya atau berdiri sendiri, tetapi karena Rissa ada di sebelahnya, ia tidak ingin menunjukkan bahwa harapan Rissa terjadi.Rissa pasti sudah merencanakan hal ini, pura-pura terjatuh bersama dan mengalami masalah kandungan bersama. Jika ada salah satu yang keguguran, maka yang satunya lagi akan sulit disalahkan karena merupakan kesalahan bersama untuk bertengkar. Sementara aku dan Rissa jatuh bersama, dan apabila hanya kandunganku yang keguguran, orang-orang masih bisa menerima anggapan bahwa kandungan yang dimiliki selamat karena keberuntungan.Belum berhenti menjalankan rencananya,

Bab terbaru

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 188. Keluarga Legendaris

    SRAK! Tak, tak, tak! Suara hentakan kaki yang besar sedang membentur tanah dengan kuat dan tangan yang berotot sedang membentang melawan aliran udara. Benda yang besar itu sedang bergerak menuju tempat kedua anakku sedang bermain. “Halo putriku…! Ayah datang!!” seru Raja Edgar yang berlari girang untuk menghampiri Zanna sambil mengenakan jubah resminya, karena ia baru saja tiba dari perjalanan panjang sepulang dari Kerajaan tetangga. “Tidak, pergi!! Jangan sentuh adikku dan jangan ganggu waktu kami! Pakaian Ayah tidak cocok untuk ikut bermain. Pergilah dulu ke sana untuk ganti baju!” teriak Eden untuk mengusir Raja Edgar. “Kalau begitu, jika Ayah sudah berganti baju, bolehkah Ayah bergabung untuk bermain dengan kalian?” tanya Raja Edgar lagi yang pantang menyerah dengan tatapan penuh harap. “Tidak!” jawab Eden tanpa berbelas kasihan. “Eden! Ayah tidak menanyakan hal ini padamu!” balas Raja Edgar kepada Eden dengan nada marah. K

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 187. Kakak Adik yang Akur

    “Apakah kamu sudah memaafkan aku, Sayang?” tanya Raja Edgar yang menolehkan kepalanya ke belakang dari pojokan dengan matanya yang berbinar.Namun, tidak semudah itu untuk meluluhkanku atas kesalahannya yang serius. Jadi, aku berkata, “Tidak, aku masih belum memaafkanmu. Aku hanya memberikan kamu kesempatan untuk ikut campur dalam memberikan nama bagi putrimu nanti. Namun, jika kamu tidak mau, ya sudah, tidak apa-apa.”“Tidak! Tidak! Aku mau! Aku sudah memikirkannya!” seru Raja Edgar sambil dengan cepat beranjak dari pojokan itu dan berjalan dengan tergesa-gesa ke arahku.“Ia sudah memikirkannya? Dalam waktu yang singkat itu selama ia berada di pojokan sana? Memang bakatnya luar biasa. Bahkan, bakatnya dalam memberikan nama yang bagus dalam waktu singkat itu, ia turunkan dengan baik kepada Eden,” batinku.“Aku sudah memikirkan namanya, yaitu Rani, artinya seorang bangsawan yang merupakan putri. Itu coc

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 186. Eden yang Bahagia

    Tap, tap, tap.Dengan mataku yang tertutup, aku bisa mendengar suara langkah kaki kecil Eden yang mendekat ke arahku.“Minggir sebentar, Yang Mulia Raja, aku harus melakukan sesuatu,” ucap Eden begitu ia sampai di tempatku.Aku tidak tahu reaksi apa yang diberikan oleh Raja Edgar setelah itu karena aku masih menutup mata. Namun beberapa sat setelahnya, aku bisa merasakan ada sesuatu yang hangat di tanganku. Eden sudah dewasa dan pintar, ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan di situasi ini. Alasan di awal aku mencegahnya untuk menggunakan kekuatan Saintess agar ia tidak salah bertindak dan menyalurkan kekuatan penyembuhannya di daerah perutku, di mana janinku sedang bertumbuh dan berkembang sekarang. Jadi sekarang, karena Eden sudah tahu bahwa aku sedang hamil, ia bisa menanganinya dengan tepat dan menyalurkan kekuatan Saintess untuk memberikan kekuatan dan tenaga dengan menggenggam tanganku.Ketika ia sudah menyalurkan kekuatannya setelah be

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 185. Hamil Kedua

    “Apa?! Adik? Eden … itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Lagi pula, jika kamu menginginkan adik, usia kalian terpaut terlalu jauh untuk dijadikan sebagai teman bermain,” balasku.“Hanya delapan tahun jika dihitung Sembilan bulan Ibu akan melahirkan. Tidak apa, Ibu. Aku senang untuk menjaga dan menjadi teman bermain dengannya. Sama seperti Ibu dan kembaran Ibu di masa lalu. Aku tahu maksud Ibu membicarakan hal ini. Ibu pasti baru mendengarkan sesuatu dari Paman Steein, ‘kan?” tanya Eden.Untungnya, Eden menggunakan sapaan tidak formal untuk menyebut Steein. Pasti karena Lissa ada di hadapannya. Jika ia bersama dengan orang-orang, ia tetap memanggil Steein dengan sebutan Tuan Duke Kesar.“Oh ya? Kenapa kamu bilang seperti itu?” tanya Lissa dengan senyuman sambil meremas jari-jarinya yang saling bertautan untuk berpura-pura bersikap tenang.Eden sepertinya tahu kalau aku sedang berbohong karena mata merah

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 184. Kebahagiaan Eden

    Tap, tap, tap!Kembali lagi, aku berlari dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa henti. Sekarang giliran aku menghampiri Eden untuk menepati janjiku padanya.“Yang Mulia Ratu!! Kenapa Yang Mulia berlari-lari? Bagaimana jika Yang Mulia terjatuh?” tanya Eden dengan tergesa-gesa menghampiriku.Aku tidak menyangka kalau aku akan mendapatkan nasihat dari anak kecil perihal berlari dan terjatuh. Padahal seharusnya nasihat itu aku berikan kepadanya sebagai nasihat dari seorang Ibu untuk anak. Jika aku ingat-ingat, Eden juga tidak pernah terjatuh atau bertindak ceroboh sejak kecil. Walau aku dan Raja Edgar selalu sibuk, ia tidak menuntut apa pun dan mengurus tanggung jawabnya sendiri.Untuk menghilangkan sikap formalitas Eden yang kaku, aku pun mengelus-elus kepalanya dengan kasar sehingga rambutnya yang rapi jadi berantakan.“Yang Mulia! Apa yang telah Yang Mulia lakukan?! Setelah ini aku ada pertemuan Tuan Count dari Utara, jadi aku

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 183. Tumbuh Menjadi Tidak Berperasaan

    Tap, tap, tap!!Aku sangat sibuk. Baru saja aku pergi ke Sekolah Akademi untuk memberikan kata-kata penyambutan kepada para siswa baru, sekarang aku harus cepat menemui Steein sebelum menepati janji temu yang aku buat dengan Eden.Jika aku membuang-buang waktu sedikit saja, aku tidak bisa menemui Steein terlebih dahulu, atau aku jadi terlambat untuk menepati janjiku dengan Eden.“Hahhh … Haahhh….” Napasku terengah-engah dan dadaku naik turun karena kekurangan oksigen. Jika zaman ini sudah semakin maju, aku akan membayar mahal siapa pun yang berhasil menciptakan kantung oksigen di dunia ini untuk bisa membantuku bernapas dengan baik setiap kali aku kekurangan stamina seperti ini.“Lissa, kamu tidak apa-apa? Mau aku bantu?” tanya Steein yang dengan sigap menghampiriku.Namun, untuk mencegah kontak fisik yang berlebihan, aku segera berdiri tegak dan menyesuaikan napasku. Karena aku memiliki banyak tanggung jawab,

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 183. Eden Berusia Lima Tahun

    "Sayang ... Ayo beristirahat hari ini, aku sangat lelah,” ucap Raja Edgar dengan manja sambil mempererat pelukannya yang melingkar di perutku.Aku tidak tahu sejak kapan, tetapi dengan semakin romantisnya hubungan kami, banyak hal baru yang lebih menggelikan yang kami lakukan. Sekarang Raja Edgar sudah menyebutku dengan sebutan Sayang ketika kami sedang berdua saja. Namun, sebenarnya tidak hanya ketika sedang berdua saja, ketika di depan umum pun, Raja Edgar beberapa kali menunjukkan rasa sayangnya padaku. Untung saja para bangsawan tidak lagi keberatan dan memaklumi kepribadian mengejutkan dari Raja Edgar yang terkenal kejam.“Edgar … ini sudah pagi. Ada banyak pekerjaan yang harus kita kerjakan hari ini,” ucapku sambil mencengkeram lengan Raja Edgar dan menariknya agar terlepas.“Egghhh … kenapa tanganmu kuat sekali? Apa-apaan otot-otot ini?! Lepaskan sekarang, Edgar. Waktu sangat berharga di tengah kesibukan kita,”

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 182. Posesif dan Over Protektif

    “Kami datang untuk membawa Yang Mulia bermain. Apakah Yang Mulia berkenan jika saya menggendong Yang Mulia?” tanya Steein sambil menatap mata Eden seolah-olah sedang berbicara dengannya, setelah berhasil mengendalikan tawanya.“Saya juga ingin melakukan hal yang sama, Yang Mulia Pangeran Eden. Yang Mulia Pangeran tidak perlu khawatir. Saya sudah mencari kiat dan berlatih kepada para ahli tentang cara menggendong bayi yang baik. Saya akan membuat Yang Mulia nyaman,” imbuh Karl.Sebenarnya Steein dan Karl sedang mengikuti permainanku sambil berpura-pura menjawab pertanyaan Eden yang aku tanyakan kepada mereka dengan suara tiruan. Akan tetapi, meskipun mereka melemparkan pertanyaan kepada Eden, aku tidak akan lagi mengubah suaraku dan berpura-pura menjadi Eden karena rasanya cukup memalukan.“Tidak boleh!” tiba-tiba Raja Edgar yang memberikan jawaban kepada mereka.“Astaga … sayang sekali … karena Ayah

  • MENJADI SAINTESS TERHEBAT   Bab 181. Senyuman si Kecil

    Begitu Eden sampai di tanganku, tiba-tiba tangisan Eden langsung berhenti. “Apa?! Apa ini?! Kenapa ia langsung diam padahal kamu belum melakukan apa pun?” protes Raja Edgar. Aku bisa mengerti alasan Raja Edgar melayangkan protes. Itu karena segala perjuangan nyang sudah ia tunjukkan, tetapi Eden tidak mau bekerja sama dengannya dan terus menangis. Sementara denganku, Eden langsung diam tanpa aku perlu melakukan apa pun. Aku membalas tatapan mata merah sayu yang memandangku itu. Ketika kami saling memandang setelah sekian detik, Eden tersenyum kecil dengan bibir merahnya. “Hei! Ia baru saja tersenyum! Apa kamu melihatnya?!” seruku girang kepada Raja Edgar karena baru saja melihat sesuatu yang membawa berkah. Aku pikir reaksiku sudah berlebihan karena terlalu heboh untuk hal seperti ini, tetapi raut wajah Raja Edgar memberikan reaksi yang lebih jauh daripada aku. Ia termangu di tempatnya sambil menatap ke arah Eden. Dengan ucapan yang lirih kare

DMCA.com Protection Status