Tidak menggunakan gagang pintu untuk membukanya, tetapi dengan menghancurkannya, membuatku teringat akan sosok seseorang dengan tensi yang tinggi.
Dugaanku benar, orang itu adalah Raja Edgar. Tepat setelah Raja Edgar muncul dengan menghancurkan pintu, Steein kemudian muncul.
“Lissa!” teriak Steein begitu melihatku.
Sementara itu, Raja Edgar sudah melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ke tempatku. Pangeran Dertaros yang menyadari bahwa dirinya sudah berada dalam bahaya, langsung melepaskan cengkeraman tangannya dan berupaya melarikan diri.
Tepat saat itu, Raja Edgar mengulurkan tangannya. Kemudian, bayangan Raja Edgar muncul dan menangkap Pangeran Dertaros.
“Ughh ... Kamu kira aku bisa tertangkap hanya dengan penyihir rendahan milikmu yang hanya berguna di medan pertempuran?”
SRINGG....
Sebuah cahaya kilat muncul sesaar dari tubuh Pangeran Dertaros, dan kemudian menghilang lagi.
“Apa ini? Kenapa
Aku masih digendong ala seorang Putri oleh Raja Edgar, dan terus membenamkan wajahku dalam lapisan pakaian di depan dada Raja Edgar itu untuk menutupi rasa malu.Selama Raja Edgar melangkahkan kakinya, aku bisa merasakan tatapan-tatapan samar dari berbagai sudut. Bukan tatapan samar hantu atau makhluk halus lainnya, berhubung karena sekarang sudah larut malam, tetapi berasal dari tatapan penasaran beberapa pelayan yang masih bertugas di jam-jam segini.Ini semua salah lututku yang terkilir, dan dosaku yang membuat kekacauan fatal, sehingga aku jadi tidak punya hak untuk memberontak kepada Raja Edgar kali ini.Cklek, Tak!Aku mendengar suara pintu terbuka, tetapi aku tidak tahu pintu ruangan apa, karena aku masih belum mengangkat wajahku yang terus terbenam di dada Raja Edgar.“Kerja bagus! Tunggulah di sini sampai pemeriksaannya selesai!!” perintah Raja Edgar.Aku langsung mengangkat kepalaku untuk melihat apakah ada orang lain s
"A-apa maksud Yang Mulia? Memangnya a-apa yang harus aku katakan?”Aku sudah berupaya untuk tetap bersikap tenang. Namun, kalimat yang keluar dari mulutku barusan tetap saja bergetar karena rasa gugup.“Kamu tidak akan mendapatkan toleransi seperti yang terakhir kali Lissa. Sekarang, beritahu semua yang kamu rahasiakan selama ini sebelum aku mulai kehilangan kesabaran,” balas Raja Edgar dengan nada yang penuh dengan tekanan.Aku tahu bahwa tidak pantas untukku menghindar lagi. Bahkan, penjahat sepertiku tidak akan pantas lagi untuk menghindari keringanan sekalipun. Sudah syukur bahwa aku diinterogasi di kamar Raja Edgar yang nyaman, dan bukannya di sebuah penjara.Setelah aku pikirkan, Raja Edgar telah memberikan aku keistimewaan yang berlebihan. Karena kondisi kamarku yang tidak layak lagi, dengan pintu yang sudah rusak, dan banyak kenangan mengerikan yang tertinggal, Raja Edgar mengeluarkan aku dari sana, dan membawaku ke kamarnya. Tid
Aku membuka karena sinar matahari yang cerah telah menembus jendela dan menerangi pandanganku. Walau bagian kakiku sakit, tetapi seluruh tubuhku masih dalam keadaan baik. Hari yang indah ini justru membuatku ingin mengutuk keadaan.“Di saat situasi sangat runyam tadi malam, aku malah tidur dengan nyaman d atas Kasur ini?” batinku ingin menyangkal perilaku yang tidak waspada itu.Lebam di sekujur tubuhku masih terlihat kontras dengan warna kulitku yang normal. Bengkak di bagian lututku juga masih menggembung parah. Karena bentuk ruam dan bentuk lututku masih sama seperti sebelumnya, jadi tidak ada tanda-tanda bahwa lukaku itu akan sembuh dalam waktu dekat.“Hahhh….”Aku menghela napas dengan berat. Sekarang, aku bahkan tidak bisa bergerak dengan sesuka hati karena keadaan kakiku ini.“Apakah aku harus menjalani hari-hari yang membosankan di atas tempat tidur seperti ini? Aku bahkan harus menunggu seseorang datang
Ketika aku sudah tidak sabar seperti itu, Steein malah sedang tenang dan tenggelam dalam pikirannya. Aku pun menjadi semakin gelisah. Memang, bukan sikap yang benar untuk semakin gelisah di keadaan yang serius. Akan tetapi, sekarang situasinya sangat genting. Detik demi detik waktu yang berjalan membuat keringat dinginku semakin banyak bercucuran karena membayangkan bahwa posisi Raja Edgar untuk tiba di Kerajaan Dertaros akan semakin dekat.“Sepertinya tidak apa-apa, Lissa. Walaupun mereka memiliki kemampuan sihir seperti itu sekalipun, aku yakin kalau pihak kita akan menang. Kali ini, bayangan Raja Edgar juga ikut bertarung. Kamu tahu ‘kan kemampuan spesial bayangan Raja Edgar itu?” tanya Steein.“Kemampuan untuk menetralisasi efek sihir dan menghiangkannya?” tanyaku balik untuk memastikan.“Benar. Sekalipun bayangan itu tidak bisa menahan kemampuan beberapa anggota keluarga Kerajaan sekaligus, tetapi setidaknya ia bisa mence
Dokter itu menyentuh perutku, dan memeriksa urat nadi di lenganku secara bergantian. Ia bahkan melakukannya selama beberapa kali untuk memastikan bahwa diagnosanya benar.Selama dokter itu memeriksaku, aku melihat kalau wajah Steein sedikit pucat. Mungkin, Steein sudah memiliki dugaan akan keanehan yang ia maksud.“Nyonya...,” ucap Dokter itu pelan setelah ia menurunkan kedua tangannya sebagai tanda bahwa pemeriksaan telah selesai.“Selamat Nyonya ... Nyonya hamil....” lanjut Dokter itu.“A...pa?” tanyaku lirih karena tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar.“HAHAHAHA ... Dokter bercanda? Lihat Steein, dokter ini malah mengatakan kalau....”Aku segera menghentikan ucapanku karena melihat wajah Steein yang sudah pucat pasi. Kepalaku tertunduk lemas karena merasa sudah mendapatkan kepastian.Aku syok. Isi kepalaku kosong, dan aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku bahkan lupa car
"Bagaimana keadaanmu?” tanya Steein sambil memberikan segelas air minum padaku.Setelah melampiaskan emosiku dengan menangis tadi, dan kemudian tertidur, sekarang aku merasa sudah jauh lebih stabil. Pertanyaan mengenai keadaanku juga tidak begitu mengerikan lagi ketika aku mendengarnya.“Aku baik-baik saja,” jawabku sambil mengulurkan tangan untuk menerima gelas air yang diberikan Steein dan meminumnya. Steein terus memperhatikan setiap gerak-gerik yang aku lakukan walau aku hanya meminum air.“Terima kasih,” ucapku kepada Steein sambil memberikan gelas itu kembali.“Steein, apakah di dunia ini adalah hal yang mungkin untuk mengetahui seseorang itu hamil atau tidak hanya dalam waktu dua minggu?” tanyaku pada Steein untuk memulai percakapan mengenai topik ini.“Tidak juga, Lissa. Namun ... mungkin saja kasusnya berbeda karena kamu adalah Saintess. Sampai beberapa saat lalu, ketika aku memeriksa keadaan
"Kenapa kamu tidak ingin memberitahukannya kepada Raja Edgar? Ia penyebab ini semua. Bukankah seharusnya ia yang pantas untuk tahu mengenai masalah ini?” tanya Steein heran.Aku tahu alasan Steein merasa bingung, dan ia juga benar. Namun, aku tetap belum bisa untuk membiarkan lebih banyak orang untuk mengetahui hal ini.“Aku perlu waktu untuk menata hatiku untuk menerima semua ini, Steein. Jadi, aku belum siap jika fakta tentang kehamilanku menjadi topik pembicaraan di istana,” jawabku.Steein pasti paham. Memiliki anak Raja, akan membuatku harus menikah dan menjadi seorang Ratu. Seandainya aku menolak, anak ini akan tetap direbut oleh pihak Kerajaan, karena ia adalah keturunan pertama Raja. Jika bayi ini wanita, mungkin ia akan dijadikan sebagai Saintess berikutnya. Namun, jika ini pria, maka ia menjadi kandidat Putra Mahkota yang akan menjadi Raja berikutnya di masa depan.Di saat-saat seperti ini, aku malah bersyukur bahwa Raja Edgar
“Kenapa kamu menyuruhnya begitu?” tanya Raja Edgar lagi untuk meminta kepastian.Aku memang ingin membela Steein agar kemarahan Raja Edgar tidak tertuju padanya, tetapi sekarang aku tidak tahu apa yang harus aku katakan selanjutnya.“Saya tidak tahan melihat dan mencium bau darah. Jadi, bisakah Yang Mulia mandi terlebih dahulu?” tanyaku dengan maksud mengalihkan topik pembicaraan. Setidaknya, untuk sekarang aku bisa menghindari pertanyaan yang menyulitkan dari Raja Edgar dan menggunakan kesempatan itu untuk menyuruh Steein pergi.“Kamu berbicara formal? Apakah kamu terlalu gugup karena sedang menyembunyikan sesuatu?” tanya Raja Edgar curiga.Aku telah ceroboh. Bisa-bisanya aku membuat kesalahan di depan Raja Edgar yang peka. Aku bahkan sampai berbicara formal saking takutnya. Itulah sebabnya aku tidak mau membuat kebohongan sekecil apa pun, karena aku tidak pandai untuk menyembunyikannya.Raja Edgar yang tahu sia
SRAK! Tak, tak, tak! Suara hentakan kaki yang besar sedang membentur tanah dengan kuat dan tangan yang berotot sedang membentang melawan aliran udara. Benda yang besar itu sedang bergerak menuju tempat kedua anakku sedang bermain. “Halo putriku…! Ayah datang!!” seru Raja Edgar yang berlari girang untuk menghampiri Zanna sambil mengenakan jubah resminya, karena ia baru saja tiba dari perjalanan panjang sepulang dari Kerajaan tetangga. “Tidak, pergi!! Jangan sentuh adikku dan jangan ganggu waktu kami! Pakaian Ayah tidak cocok untuk ikut bermain. Pergilah dulu ke sana untuk ganti baju!” teriak Eden untuk mengusir Raja Edgar. “Kalau begitu, jika Ayah sudah berganti baju, bolehkah Ayah bergabung untuk bermain dengan kalian?” tanya Raja Edgar lagi yang pantang menyerah dengan tatapan penuh harap. “Tidak!” jawab Eden tanpa berbelas kasihan. “Eden! Ayah tidak menanyakan hal ini padamu!” balas Raja Edgar kepada Eden dengan nada marah. K
“Apakah kamu sudah memaafkan aku, Sayang?” tanya Raja Edgar yang menolehkan kepalanya ke belakang dari pojokan dengan matanya yang berbinar.Namun, tidak semudah itu untuk meluluhkanku atas kesalahannya yang serius. Jadi, aku berkata, “Tidak, aku masih belum memaafkanmu. Aku hanya memberikan kamu kesempatan untuk ikut campur dalam memberikan nama bagi putrimu nanti. Namun, jika kamu tidak mau, ya sudah, tidak apa-apa.”“Tidak! Tidak! Aku mau! Aku sudah memikirkannya!” seru Raja Edgar sambil dengan cepat beranjak dari pojokan itu dan berjalan dengan tergesa-gesa ke arahku.“Ia sudah memikirkannya? Dalam waktu yang singkat itu selama ia berada di pojokan sana? Memang bakatnya luar biasa. Bahkan, bakatnya dalam memberikan nama yang bagus dalam waktu singkat itu, ia turunkan dengan baik kepada Eden,” batinku.“Aku sudah memikirkan namanya, yaitu Rani, artinya seorang bangsawan yang merupakan putri. Itu coc
Tap, tap, tap.Dengan mataku yang tertutup, aku bisa mendengar suara langkah kaki kecil Eden yang mendekat ke arahku.“Minggir sebentar, Yang Mulia Raja, aku harus melakukan sesuatu,” ucap Eden begitu ia sampai di tempatku.Aku tidak tahu reaksi apa yang diberikan oleh Raja Edgar setelah itu karena aku masih menutup mata. Namun beberapa sat setelahnya, aku bisa merasakan ada sesuatu yang hangat di tanganku. Eden sudah dewasa dan pintar, ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan di situasi ini. Alasan di awal aku mencegahnya untuk menggunakan kekuatan Saintess agar ia tidak salah bertindak dan menyalurkan kekuatan penyembuhannya di daerah perutku, di mana janinku sedang bertumbuh dan berkembang sekarang. Jadi sekarang, karena Eden sudah tahu bahwa aku sedang hamil, ia bisa menanganinya dengan tepat dan menyalurkan kekuatan Saintess untuk memberikan kekuatan dan tenaga dengan menggenggam tanganku.Ketika ia sudah menyalurkan kekuatannya setelah be
“Apa?! Adik? Eden … itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Lagi pula, jika kamu menginginkan adik, usia kalian terpaut terlalu jauh untuk dijadikan sebagai teman bermain,” balasku.“Hanya delapan tahun jika dihitung Sembilan bulan Ibu akan melahirkan. Tidak apa, Ibu. Aku senang untuk menjaga dan menjadi teman bermain dengannya. Sama seperti Ibu dan kembaran Ibu di masa lalu. Aku tahu maksud Ibu membicarakan hal ini. Ibu pasti baru mendengarkan sesuatu dari Paman Steein, ‘kan?” tanya Eden.Untungnya, Eden menggunakan sapaan tidak formal untuk menyebut Steein. Pasti karena Lissa ada di hadapannya. Jika ia bersama dengan orang-orang, ia tetap memanggil Steein dengan sebutan Tuan Duke Kesar.“Oh ya? Kenapa kamu bilang seperti itu?” tanya Lissa dengan senyuman sambil meremas jari-jarinya yang saling bertautan untuk berpura-pura bersikap tenang.Eden sepertinya tahu kalau aku sedang berbohong karena mata merah
Tap, tap, tap!Kembali lagi, aku berlari dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa henti. Sekarang giliran aku menghampiri Eden untuk menepati janjiku padanya.“Yang Mulia Ratu!! Kenapa Yang Mulia berlari-lari? Bagaimana jika Yang Mulia terjatuh?” tanya Eden dengan tergesa-gesa menghampiriku.Aku tidak menyangka kalau aku akan mendapatkan nasihat dari anak kecil perihal berlari dan terjatuh. Padahal seharusnya nasihat itu aku berikan kepadanya sebagai nasihat dari seorang Ibu untuk anak. Jika aku ingat-ingat, Eden juga tidak pernah terjatuh atau bertindak ceroboh sejak kecil. Walau aku dan Raja Edgar selalu sibuk, ia tidak menuntut apa pun dan mengurus tanggung jawabnya sendiri.Untuk menghilangkan sikap formalitas Eden yang kaku, aku pun mengelus-elus kepalanya dengan kasar sehingga rambutnya yang rapi jadi berantakan.“Yang Mulia! Apa yang telah Yang Mulia lakukan?! Setelah ini aku ada pertemuan Tuan Count dari Utara, jadi aku
Tap, tap, tap!!Aku sangat sibuk. Baru saja aku pergi ke Sekolah Akademi untuk memberikan kata-kata penyambutan kepada para siswa baru, sekarang aku harus cepat menemui Steein sebelum menepati janji temu yang aku buat dengan Eden.Jika aku membuang-buang waktu sedikit saja, aku tidak bisa menemui Steein terlebih dahulu, atau aku jadi terlambat untuk menepati janjiku dengan Eden.“Hahhh … Haahhh….” Napasku terengah-engah dan dadaku naik turun karena kekurangan oksigen. Jika zaman ini sudah semakin maju, aku akan membayar mahal siapa pun yang berhasil menciptakan kantung oksigen di dunia ini untuk bisa membantuku bernapas dengan baik setiap kali aku kekurangan stamina seperti ini.“Lissa, kamu tidak apa-apa? Mau aku bantu?” tanya Steein yang dengan sigap menghampiriku.Namun, untuk mencegah kontak fisik yang berlebihan, aku segera berdiri tegak dan menyesuaikan napasku. Karena aku memiliki banyak tanggung jawab,
"Sayang ... Ayo beristirahat hari ini, aku sangat lelah,” ucap Raja Edgar dengan manja sambil mempererat pelukannya yang melingkar di perutku.Aku tidak tahu sejak kapan, tetapi dengan semakin romantisnya hubungan kami, banyak hal baru yang lebih menggelikan yang kami lakukan. Sekarang Raja Edgar sudah menyebutku dengan sebutan Sayang ketika kami sedang berdua saja. Namun, sebenarnya tidak hanya ketika sedang berdua saja, ketika di depan umum pun, Raja Edgar beberapa kali menunjukkan rasa sayangnya padaku. Untung saja para bangsawan tidak lagi keberatan dan memaklumi kepribadian mengejutkan dari Raja Edgar yang terkenal kejam.“Edgar … ini sudah pagi. Ada banyak pekerjaan yang harus kita kerjakan hari ini,” ucapku sambil mencengkeram lengan Raja Edgar dan menariknya agar terlepas.“Egghhh … kenapa tanganmu kuat sekali? Apa-apaan otot-otot ini?! Lepaskan sekarang, Edgar. Waktu sangat berharga di tengah kesibukan kita,”
“Kami datang untuk membawa Yang Mulia bermain. Apakah Yang Mulia berkenan jika saya menggendong Yang Mulia?” tanya Steein sambil menatap mata Eden seolah-olah sedang berbicara dengannya, setelah berhasil mengendalikan tawanya.“Saya juga ingin melakukan hal yang sama, Yang Mulia Pangeran Eden. Yang Mulia Pangeran tidak perlu khawatir. Saya sudah mencari kiat dan berlatih kepada para ahli tentang cara menggendong bayi yang baik. Saya akan membuat Yang Mulia nyaman,” imbuh Karl.Sebenarnya Steein dan Karl sedang mengikuti permainanku sambil berpura-pura menjawab pertanyaan Eden yang aku tanyakan kepada mereka dengan suara tiruan. Akan tetapi, meskipun mereka melemparkan pertanyaan kepada Eden, aku tidak akan lagi mengubah suaraku dan berpura-pura menjadi Eden karena rasanya cukup memalukan.“Tidak boleh!” tiba-tiba Raja Edgar yang memberikan jawaban kepada mereka.“Astaga … sayang sekali … karena Ayah
Begitu Eden sampai di tanganku, tiba-tiba tangisan Eden langsung berhenti. “Apa?! Apa ini?! Kenapa ia langsung diam padahal kamu belum melakukan apa pun?” protes Raja Edgar. Aku bisa mengerti alasan Raja Edgar melayangkan protes. Itu karena segala perjuangan nyang sudah ia tunjukkan, tetapi Eden tidak mau bekerja sama dengannya dan terus menangis. Sementara denganku, Eden langsung diam tanpa aku perlu melakukan apa pun. Aku membalas tatapan mata merah sayu yang memandangku itu. Ketika kami saling memandang setelah sekian detik, Eden tersenyum kecil dengan bibir merahnya. “Hei! Ia baru saja tersenyum! Apa kamu melihatnya?!” seruku girang kepada Raja Edgar karena baru saja melihat sesuatu yang membawa berkah. Aku pikir reaksiku sudah berlebihan karena terlalu heboh untuk hal seperti ini, tetapi raut wajah Raja Edgar memberikan reaksi yang lebih jauh daripada aku. Ia termangu di tempatnya sambil menatap ke arah Eden. Dengan ucapan yang lirih kare