Ketika aku sudah tidak sabar seperti itu, Steein malah sedang tenang dan tenggelam dalam pikirannya. Aku pun menjadi semakin gelisah. Memang, bukan sikap yang benar untuk semakin gelisah di keadaan yang serius. Akan tetapi, sekarang situasinya sangat genting. Detik demi detik waktu yang berjalan membuat keringat dinginku semakin banyak bercucuran karena membayangkan bahwa posisi Raja Edgar untuk tiba di Kerajaan Dertaros akan semakin dekat.
“Sepertinya tidak apa-apa, Lissa. Walaupun mereka memiliki kemampuan sihir seperti itu sekalipun, aku yakin kalau pihak kita akan menang. Kali ini, bayangan Raja Edgar juga ikut bertarung. Kamu tahu ‘kan kemampuan spesial bayangan Raja Edgar itu?” tanya Steein.
“Kemampuan untuk menetralisasi efek sihir dan menghiangkannya?” tanyaku balik untuk memastikan.
“Benar. Sekalipun bayangan itu tidak bisa menahan kemampuan beberapa anggota keluarga Kerajaan sekaligus, tetapi setidaknya ia bisa mence
Dokter itu menyentuh perutku, dan memeriksa urat nadi di lenganku secara bergantian. Ia bahkan melakukannya selama beberapa kali untuk memastikan bahwa diagnosanya benar.Selama dokter itu memeriksaku, aku melihat kalau wajah Steein sedikit pucat. Mungkin, Steein sudah memiliki dugaan akan keanehan yang ia maksud.“Nyonya...,” ucap Dokter itu pelan setelah ia menurunkan kedua tangannya sebagai tanda bahwa pemeriksaan telah selesai.“Selamat Nyonya ... Nyonya hamil....” lanjut Dokter itu.“A...pa?” tanyaku lirih karena tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar.“HAHAHAHA ... Dokter bercanda? Lihat Steein, dokter ini malah mengatakan kalau....”Aku segera menghentikan ucapanku karena melihat wajah Steein yang sudah pucat pasi. Kepalaku tertunduk lemas karena merasa sudah mendapatkan kepastian.Aku syok. Isi kepalaku kosong, dan aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku bahkan lupa car
"Bagaimana keadaanmu?” tanya Steein sambil memberikan segelas air minum padaku.Setelah melampiaskan emosiku dengan menangis tadi, dan kemudian tertidur, sekarang aku merasa sudah jauh lebih stabil. Pertanyaan mengenai keadaanku juga tidak begitu mengerikan lagi ketika aku mendengarnya.“Aku baik-baik saja,” jawabku sambil mengulurkan tangan untuk menerima gelas air yang diberikan Steein dan meminumnya. Steein terus memperhatikan setiap gerak-gerik yang aku lakukan walau aku hanya meminum air.“Terima kasih,” ucapku kepada Steein sambil memberikan gelas itu kembali.“Steein, apakah di dunia ini adalah hal yang mungkin untuk mengetahui seseorang itu hamil atau tidak hanya dalam waktu dua minggu?” tanyaku pada Steein untuk memulai percakapan mengenai topik ini.“Tidak juga, Lissa. Namun ... mungkin saja kasusnya berbeda karena kamu adalah Saintess. Sampai beberapa saat lalu, ketika aku memeriksa keadaan
"Kenapa kamu tidak ingin memberitahukannya kepada Raja Edgar? Ia penyebab ini semua. Bukankah seharusnya ia yang pantas untuk tahu mengenai masalah ini?” tanya Steein heran.Aku tahu alasan Steein merasa bingung, dan ia juga benar. Namun, aku tetap belum bisa untuk membiarkan lebih banyak orang untuk mengetahui hal ini.“Aku perlu waktu untuk menata hatiku untuk menerima semua ini, Steein. Jadi, aku belum siap jika fakta tentang kehamilanku menjadi topik pembicaraan di istana,” jawabku.Steein pasti paham. Memiliki anak Raja, akan membuatku harus menikah dan menjadi seorang Ratu. Seandainya aku menolak, anak ini akan tetap direbut oleh pihak Kerajaan, karena ia adalah keturunan pertama Raja. Jika bayi ini wanita, mungkin ia akan dijadikan sebagai Saintess berikutnya. Namun, jika ini pria, maka ia menjadi kandidat Putra Mahkota yang akan menjadi Raja berikutnya di masa depan.Di saat-saat seperti ini, aku malah bersyukur bahwa Raja Edgar
“Kenapa kamu menyuruhnya begitu?” tanya Raja Edgar lagi untuk meminta kepastian.Aku memang ingin membela Steein agar kemarahan Raja Edgar tidak tertuju padanya, tetapi sekarang aku tidak tahu apa yang harus aku katakan selanjutnya.“Saya tidak tahan melihat dan mencium bau darah. Jadi, bisakah Yang Mulia mandi terlebih dahulu?” tanyaku dengan maksud mengalihkan topik pembicaraan. Setidaknya, untuk sekarang aku bisa menghindari pertanyaan yang menyulitkan dari Raja Edgar dan menggunakan kesempatan itu untuk menyuruh Steein pergi.“Kamu berbicara formal? Apakah kamu terlalu gugup karena sedang menyembunyikan sesuatu?” tanya Raja Edgar curiga.Aku telah ceroboh. Bisa-bisanya aku membuat kesalahan di depan Raja Edgar yang peka. Aku bahkan sampai berbicara formal saking takutnya. Itulah sebabnya aku tidak mau membuat kebohongan sekecil apa pun, karena aku tidak pandai untuk menyembunyikannya.Raja Edgar yang tahu sia
Rasa pusingku lebih menguasai seluruh tubuhku, hingga membuatnya jadi oleng.“Lissa!” seru Raja Edgar sambil menahan tubuhku, dan mencegahnya untuk membentur sisi sandaran tempat tidur.Dengan sigap, Raja Edgar menyingkirkan nampan, semua makanan, dan segala macam benda yang menyemakkan di tempat tidur. Setelah ia membantuku untuk berbaring, Raja Edgar terburu-buru ingin beranjak turun dari tempat tidur.“Yang Mulia!! Ughh...,”Setelah tanpa sadar mengerahkan seluruh tenaga dalamku untuk memanggil Raja Edgar, aku jadi kembali ingin muntah. Untung saja, aku berhasil menangkap ujung jubah Raja Edgar dan mencegahnya pergi.“Kenapa, Lissa?!” tanya Raja Edgar dengan panik.Karena tidak sanggup lagi membuka mulut untuk memberi jawaban, aku hanya menggelengkan kepalaku dengan lemah.“Apa? Kamu tidak mau aku pergi?” tanya Raja Edgar lagi.Aku bermaksud untuk melarang Raja Edgar untuk mema
Setelah tidak berapa lama, Steein merogoh kantung di balik jubahnya, ia kemudian mengeluarkan sebuah sapu tangan. Bentuk sapu tangannya tidak biasa. Sapu tangan itu dilipat kuat dan menggembung, seperti ada sesuatu di dalamnya.“Katanya ini bagus untuk wanita hamil. Makanlah,” ujar Steein sambil menyodorkan sapu tangan itu ke hadapanku. Setelah dibuka, ternyata isinya adalah beberapa kacang bernilai tinggi.“Itu Almond!!” seruku girang. Sudah lama sejak aku melihat kacang mahal seperti yang ada di duniaku.“Apa? Al-Almon?” tanya Steein bingung karena baru pertama kali mendengar nama itu.“Bukan Almon, Steein, tetapi Almond. Ini juga ada di duniaku. Kacang Almond, yang merupakan salah satu kacang dengan harga yang cukup fantastis,” jelasku dengan bersemangat.“Fantas ... Apa?” tanya Steein lagi.Karena perasaan yang menggebu-gebu, aku sempat lupa untuk memilih kosa-kataku di hadapan
Seketika tubuhku gemetar karena merasakan tekanan dari aura seorang Raja. Raja Edgar yang pintar memang begitu peka dan sulit dikelabui, jadi aku juga perlu menggunakan upaya ekstra.Setelah menelan ludah dan mengendalikan pita suaraku agar tidak bergetar, aku menjawab, “Aku berkata jujur, Yang Mulia.”“Kamu yang mengundang Steein untuk datang ke sini? Untuk apa?” tanya Raja Edgar lagi dengan nada suara dan ekspresi wajah yang menunjukkan bahwa ia belum mempercayaiku sepenuhnya.Hanya satu jawaban yang kemungkinan bisa ditoleransi oleh Raja Edgar. Jadi, aku menggunakan jawaban itu. “Aku memintanya untuk membawakan makanan untukku, Yang Mulia,” jawabku.Sepertinya upayaku untuk melembutkan hati Raja Edgar cukup berhasil, karena setelah itu Raja Edgar membalasku dengan kalimat yang lebih lembut.“Kamu mau makan? Apa makanan yang kamu suka?” tanya Raja Edgar.Hampir saja aku terpancing emosi karen
"Terkuak sudah!” Itulah yang aku ucapkan dalam hati dengan pasrah.Napasku sempat terhenti ketika mendengar ucapan dokter itu. Namun, tidak berapa lama kemudian, hatiku malah merasa sangat lega. Rasanya seperti ada beban berat yang selama ini menekan jantungku di kedua sisi, tetapi sekarang beban itu menghilang dan membuat jantungku menjadi bebas.“Ini adalah kebebasan yang sejati. Sangat sulit untukku berbohong selama ini kepada Raja Edgar. Biarlah semua ... Jika sudah ketahuan, ya ketahuan saja ... Toh juga rasanya tidak terlalu buruk,” batinku.Selama aku berpikir dalam hati, keadaan di sekitarku menjadi hening. Aku bisa membayangkan bagaimana terkejutnya orang-orang yang ada di sana. Raja Edgar pasti merasa terkejut karena berpikir fakta bahwa bayi yang ada di kandunganku itu adalah anaknya. Sementara itu, Steein terdiam karena ketakutan dan merasa bersalah karena tidak bisa menjaga janjinya padaku untuk menjaga rahasia ini. Di sisi lain, p
SRAK! Tak, tak, tak! Suara hentakan kaki yang besar sedang membentur tanah dengan kuat dan tangan yang berotot sedang membentang melawan aliran udara. Benda yang besar itu sedang bergerak menuju tempat kedua anakku sedang bermain. “Halo putriku…! Ayah datang!!” seru Raja Edgar yang berlari girang untuk menghampiri Zanna sambil mengenakan jubah resminya, karena ia baru saja tiba dari perjalanan panjang sepulang dari Kerajaan tetangga. “Tidak, pergi!! Jangan sentuh adikku dan jangan ganggu waktu kami! Pakaian Ayah tidak cocok untuk ikut bermain. Pergilah dulu ke sana untuk ganti baju!” teriak Eden untuk mengusir Raja Edgar. “Kalau begitu, jika Ayah sudah berganti baju, bolehkah Ayah bergabung untuk bermain dengan kalian?” tanya Raja Edgar lagi yang pantang menyerah dengan tatapan penuh harap. “Tidak!” jawab Eden tanpa berbelas kasihan. “Eden! Ayah tidak menanyakan hal ini padamu!” balas Raja Edgar kepada Eden dengan nada marah. K
“Apakah kamu sudah memaafkan aku, Sayang?” tanya Raja Edgar yang menolehkan kepalanya ke belakang dari pojokan dengan matanya yang berbinar.Namun, tidak semudah itu untuk meluluhkanku atas kesalahannya yang serius. Jadi, aku berkata, “Tidak, aku masih belum memaafkanmu. Aku hanya memberikan kamu kesempatan untuk ikut campur dalam memberikan nama bagi putrimu nanti. Namun, jika kamu tidak mau, ya sudah, tidak apa-apa.”“Tidak! Tidak! Aku mau! Aku sudah memikirkannya!” seru Raja Edgar sambil dengan cepat beranjak dari pojokan itu dan berjalan dengan tergesa-gesa ke arahku.“Ia sudah memikirkannya? Dalam waktu yang singkat itu selama ia berada di pojokan sana? Memang bakatnya luar biasa. Bahkan, bakatnya dalam memberikan nama yang bagus dalam waktu singkat itu, ia turunkan dengan baik kepada Eden,” batinku.“Aku sudah memikirkan namanya, yaitu Rani, artinya seorang bangsawan yang merupakan putri. Itu coc
Tap, tap, tap.Dengan mataku yang tertutup, aku bisa mendengar suara langkah kaki kecil Eden yang mendekat ke arahku.“Minggir sebentar, Yang Mulia Raja, aku harus melakukan sesuatu,” ucap Eden begitu ia sampai di tempatku.Aku tidak tahu reaksi apa yang diberikan oleh Raja Edgar setelah itu karena aku masih menutup mata. Namun beberapa sat setelahnya, aku bisa merasakan ada sesuatu yang hangat di tanganku. Eden sudah dewasa dan pintar, ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan di situasi ini. Alasan di awal aku mencegahnya untuk menggunakan kekuatan Saintess agar ia tidak salah bertindak dan menyalurkan kekuatan penyembuhannya di daerah perutku, di mana janinku sedang bertumbuh dan berkembang sekarang. Jadi sekarang, karena Eden sudah tahu bahwa aku sedang hamil, ia bisa menanganinya dengan tepat dan menyalurkan kekuatan Saintess untuk memberikan kekuatan dan tenaga dengan menggenggam tanganku.Ketika ia sudah menyalurkan kekuatannya setelah be
“Apa?! Adik? Eden … itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Lagi pula, jika kamu menginginkan adik, usia kalian terpaut terlalu jauh untuk dijadikan sebagai teman bermain,” balasku.“Hanya delapan tahun jika dihitung Sembilan bulan Ibu akan melahirkan. Tidak apa, Ibu. Aku senang untuk menjaga dan menjadi teman bermain dengannya. Sama seperti Ibu dan kembaran Ibu di masa lalu. Aku tahu maksud Ibu membicarakan hal ini. Ibu pasti baru mendengarkan sesuatu dari Paman Steein, ‘kan?” tanya Eden.Untungnya, Eden menggunakan sapaan tidak formal untuk menyebut Steein. Pasti karena Lissa ada di hadapannya. Jika ia bersama dengan orang-orang, ia tetap memanggil Steein dengan sebutan Tuan Duke Kesar.“Oh ya? Kenapa kamu bilang seperti itu?” tanya Lissa dengan senyuman sambil meremas jari-jarinya yang saling bertautan untuk berpura-pura bersikap tenang.Eden sepertinya tahu kalau aku sedang berbohong karena mata merah
Tap, tap, tap!Kembali lagi, aku berlari dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa henti. Sekarang giliran aku menghampiri Eden untuk menepati janjiku padanya.“Yang Mulia Ratu!! Kenapa Yang Mulia berlari-lari? Bagaimana jika Yang Mulia terjatuh?” tanya Eden dengan tergesa-gesa menghampiriku.Aku tidak menyangka kalau aku akan mendapatkan nasihat dari anak kecil perihal berlari dan terjatuh. Padahal seharusnya nasihat itu aku berikan kepadanya sebagai nasihat dari seorang Ibu untuk anak. Jika aku ingat-ingat, Eden juga tidak pernah terjatuh atau bertindak ceroboh sejak kecil. Walau aku dan Raja Edgar selalu sibuk, ia tidak menuntut apa pun dan mengurus tanggung jawabnya sendiri.Untuk menghilangkan sikap formalitas Eden yang kaku, aku pun mengelus-elus kepalanya dengan kasar sehingga rambutnya yang rapi jadi berantakan.“Yang Mulia! Apa yang telah Yang Mulia lakukan?! Setelah ini aku ada pertemuan Tuan Count dari Utara, jadi aku
Tap, tap, tap!!Aku sangat sibuk. Baru saja aku pergi ke Sekolah Akademi untuk memberikan kata-kata penyambutan kepada para siswa baru, sekarang aku harus cepat menemui Steein sebelum menepati janji temu yang aku buat dengan Eden.Jika aku membuang-buang waktu sedikit saja, aku tidak bisa menemui Steein terlebih dahulu, atau aku jadi terlambat untuk menepati janjiku dengan Eden.“Hahhh … Haahhh….” Napasku terengah-engah dan dadaku naik turun karena kekurangan oksigen. Jika zaman ini sudah semakin maju, aku akan membayar mahal siapa pun yang berhasil menciptakan kantung oksigen di dunia ini untuk bisa membantuku bernapas dengan baik setiap kali aku kekurangan stamina seperti ini.“Lissa, kamu tidak apa-apa? Mau aku bantu?” tanya Steein yang dengan sigap menghampiriku.Namun, untuk mencegah kontak fisik yang berlebihan, aku segera berdiri tegak dan menyesuaikan napasku. Karena aku memiliki banyak tanggung jawab,
"Sayang ... Ayo beristirahat hari ini, aku sangat lelah,” ucap Raja Edgar dengan manja sambil mempererat pelukannya yang melingkar di perutku.Aku tidak tahu sejak kapan, tetapi dengan semakin romantisnya hubungan kami, banyak hal baru yang lebih menggelikan yang kami lakukan. Sekarang Raja Edgar sudah menyebutku dengan sebutan Sayang ketika kami sedang berdua saja. Namun, sebenarnya tidak hanya ketika sedang berdua saja, ketika di depan umum pun, Raja Edgar beberapa kali menunjukkan rasa sayangnya padaku. Untung saja para bangsawan tidak lagi keberatan dan memaklumi kepribadian mengejutkan dari Raja Edgar yang terkenal kejam.“Edgar … ini sudah pagi. Ada banyak pekerjaan yang harus kita kerjakan hari ini,” ucapku sambil mencengkeram lengan Raja Edgar dan menariknya agar terlepas.“Egghhh … kenapa tanganmu kuat sekali? Apa-apaan otot-otot ini?! Lepaskan sekarang, Edgar. Waktu sangat berharga di tengah kesibukan kita,”
“Kami datang untuk membawa Yang Mulia bermain. Apakah Yang Mulia berkenan jika saya menggendong Yang Mulia?” tanya Steein sambil menatap mata Eden seolah-olah sedang berbicara dengannya, setelah berhasil mengendalikan tawanya.“Saya juga ingin melakukan hal yang sama, Yang Mulia Pangeran Eden. Yang Mulia Pangeran tidak perlu khawatir. Saya sudah mencari kiat dan berlatih kepada para ahli tentang cara menggendong bayi yang baik. Saya akan membuat Yang Mulia nyaman,” imbuh Karl.Sebenarnya Steein dan Karl sedang mengikuti permainanku sambil berpura-pura menjawab pertanyaan Eden yang aku tanyakan kepada mereka dengan suara tiruan. Akan tetapi, meskipun mereka melemparkan pertanyaan kepada Eden, aku tidak akan lagi mengubah suaraku dan berpura-pura menjadi Eden karena rasanya cukup memalukan.“Tidak boleh!” tiba-tiba Raja Edgar yang memberikan jawaban kepada mereka.“Astaga … sayang sekali … karena Ayah
Begitu Eden sampai di tanganku, tiba-tiba tangisan Eden langsung berhenti. “Apa?! Apa ini?! Kenapa ia langsung diam padahal kamu belum melakukan apa pun?” protes Raja Edgar. Aku bisa mengerti alasan Raja Edgar melayangkan protes. Itu karena segala perjuangan nyang sudah ia tunjukkan, tetapi Eden tidak mau bekerja sama dengannya dan terus menangis. Sementara denganku, Eden langsung diam tanpa aku perlu melakukan apa pun. Aku membalas tatapan mata merah sayu yang memandangku itu. Ketika kami saling memandang setelah sekian detik, Eden tersenyum kecil dengan bibir merahnya. “Hei! Ia baru saja tersenyum! Apa kamu melihatnya?!” seruku girang kepada Raja Edgar karena baru saja melihat sesuatu yang membawa berkah. Aku pikir reaksiku sudah berlebihan karena terlalu heboh untuk hal seperti ini, tetapi raut wajah Raja Edgar memberikan reaksi yang lebih jauh daripada aku. Ia termangu di tempatnya sambil menatap ke arah Eden. Dengan ucapan yang lirih kare