“Aku sudah memutuskan besok kita akan berangkat ke desa asal suami kamu.”Darwis berucap dengan sangat lugas sama sekali tak menampakkan keraguan.Sontak Raya membeliak gusar, menjadi tak bisa berkata apapun.“Secepatnya kamu harus mendapatkan kepastian.”“Kepastian apa sih yang Bapak maksud?”Raya berpura-pura tak terlalu memahami.“Kepastian tentang status pernikahan kamu sama lelaki itu.”“Aku dan Mas Raihan itu sampai saat ini masih suami istri, Pak. Jadi nggak ada yang perlu untuk dipastikan.”Raya berusaha berucap dengan yakin meski saat ini dia juga belum bisa memastikan apapun. Karena sampai detik ini dia juga bahkan tak bisa menghubungi suaminya lagi yang membuat pikirannya menjadi terbebani dengan segala prasangka.
“Di, katakan padaku apa aja yang terjadi selama aku pergi?” Raya bertanya dengan penuh rasa penasaran. Terlebih saat ini dia melihat gurat wajah Adi menjadi semakin muram. “Di, bagaimana kabar kamu?” tanya Raya mulai mengalihkan pertanyaannya karena mendapati bocah yang sedang ditanyanya malah seperti sedang memendam kesedihan ketika Raya menanyakan tentang keadaan Desa Setani. Bocah 8 tahun itu malah menentang tatapan Raya dengan ragu. “Aku baik Mbak tapi ....” “Tapi kenapa?” tanya Raya dengan hati mulai memendam rasa curiga. Adi kemudian malah menggeleng. “Sebaiknya Mbak Raya langsung pulang saja ke rumahnya Ustadz Raihan.” “Memangnya kenapa dengan Ustadz Raihan?” tanya Raya mencecar, dengan perasaan yang mulai dihinggapi kecemasan. “Mbak Raya ke sana aja,” elak Adi yang kemudian malah membalikkan badan, “aku mau ke sawah dulu sekarang Mbak.” Setelah itu Adi malah berlari pergi meninggalkan Raya berdiri di tempatnya dengan memendam banyak pertanyaan. Sementara Darwis yang
Raya langsung meminta pada Darwis untuk mengantar ke rumah sakit umum tempat di mana suaminya sedang dirawat saat ini. Setelah sampai di rumah sakit Raya langsung menuju ruang ICU demi bisa melihat suaminya yang sedang sangat dia cemaskan. Namun ketika sampai di sana Raya malah mendapati pemandangan yang sangat menggelisahkannya karena saat ini dia melihat lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu sedang ditunggui oleh sosok anggun yang terus memberikan tatapan penuh cinta yang sangat ketara. Raya menjadi enggan untuk mendekat. Tapi ketika akan berbalik mendadak di belakangnya Darwis ikut mendekat yang membuatnya urung untuk meninggalkan ruangan. “Kenapa?” tanya Darwis lugas. Raya tak langsung menjawab, mulai menyajikan gurat keraguan di wajahnya. Namun sebelum Raya membuka suara untuk menjawab pertanyaan dari dosennya itu, segera terdengar suara panggilan menyebut namanya. “Raya?!” Raya tak langsung membalikkan badan. Dia malah menunduk kelu. Darwis mengamati dengan ganjil
Tatapan semua orang langsung terarah pada brankar, dimana mereka sekarang melihat Raihan telah membuka matanya, sungguh sangat di luar dugaan.Siti yang sempat emosional segera mendekat dan menggeser Raya yang semula berada di dekat Raihan, dengan sangat tegas.Wanita itu begitu menyayangi putranya yang membuatnya bersikap tak terkendali seperti ini.Siti langsung meraba seluruh tubuh anaknya, dan berhenti pada wajah yang selama berminggu-minggu selalu tanpa ekspresi dengan terus menutup mata saja. Siti menyentuhi wajah anaknya dengan perasaan membuncah.“Nak, kamu sudah bangun,” ungkapnya begitu bahagia.Perasaannya menjadi semakin bahagia tak terkira ketika Siti kemudian melihat senyum anaknya lagi.Siti meluapkan rasa bahagianya dengan memeluk erat tubuh putranya.“Alhamdulillah ...,” ungkap Siti lagi setelah dia melepaskan pelukannya.Setelah itu Raihan hanya sekilas memberikan senyumannya lagi, karena kemudian dia mulai menoleh ke arah Raya yang masih memandangnya dengan kesediha
“Kenapa Mas?” tanya Raya dengan menyunggingkan senyumnya.“Kenapa Mas mandangi aku terus?”Raya mendekat yang membuat mereka berdua duduk bersisian.“Aku masih cantik kan Mas?” tanya Raya yang kembali bersikap seperti stelan awalnya, cenderung ceria dan selalu manja kepada suaminya.Raihan seperti biasa akan kembali mengunggah kekehan ringannya meski kemudian dia harus memegangi perutnya karena kondisi tubuhnya memang masih belum sepenuhnya pulih.“Kamu tetap selalu yang tercantik bagiku,” gumam Raihan sembari membelai wajah istrinya yang sempat dirindukan.Setelah itu Raihan menghentikan derai tawanya dan kembali memandang lekat wajah istrinya.Raya menjadi canggung mendapati tatapan suaminya yang menyiratkan rasa cinta yang besar. Tentu saja hatinya juga menjadi sangat bahagia.&nbs
Raya terperangah ketika mendengar ucapan Parman.Raihan juga tak kalah kagetnya sampai-sampai dia menelisik wajah Ida dengan tajam seakan ingin mencari kebenaran lewat sorot mata wanita yang merupakan sepupunya itu.“Apa kamu hamil Da?”Ida sama sekali menolak untuk menjawab. Dia justru memalingkan muka sebelum kemudian tatapannya membeliak tajam pada bapaknya sendiri.Tapi Parman balas menatap tajam yang membuat Ida semakin kesal.Nyatanya perempuan itu kemudian justru melontarkan ekspresi kekesalannya pada Raya. Dengan tanpa ragu Ida mendekati Raya demi bisa melakukan sesuatu yang dapat menyakiti Raya. Perempuan itu ingin menarik hijab Raya tapi untungnya Raihan menghadang, dan menghentikan tindakan gila Ida yang seringkali sangat tak terduga.“Semua ini gara-gara kamu, kalau kamu nggak pergi Mas Raihan pasti nggak kelabakan
“Jadi kamu sekarang hamil?”Raihan menjadi tak bisa menahan bahagianya saat mendengar berita dari istrinya itu. Setelah apa yang dialaminya apa yang sedang dia dapatkan sekarang rasanya sangat setimpal.Raihan segera merengkuh tubuh istrinya, menciumi wajah cantik itu dengan ciuman bertubi-tubi. Tak peduli meski apa yang sudah dilakukannya membuat Raya meringis kegelian.“Udah Mas, jangan giniin aku terus Mas,” rutuk Raya kesal.Raihan malah terkekeh senang melihat reaksi istrinya.“Aku sedang mengungkapkan bahagiaku Dik. Alhamdulillah karena sebentar lagi Allah akan menitipkan keturunan di dalam keluarga kita.”“Senang sih senang Mas, tapi aku kegelian soalnya jenggot sama kumis kamu itu udah tumbuh panjang,” ucap Raya yang sekarang malah meraba wajah suaminya yang menjadi lebih berbulu.Kini ganti Raihan yang menjadi kegelian dengan sentuhan istrinya. Sesuatu di dalam dirinya juga ikut bangkit karena tangan halus Raya. Tapi ketika dia hendak mendekatkan wajahnya mendadak Raya langsu
Raya menjadi sedikit gugup saat mendengar cecaran pertanyaan dari suaminya.Raya tak pernah melihat Raihan dengan ekspresinya yang seperti ini, menampakkan sebuah intimidasi yang meresahkan.Meski begitu untuk mencairkan suasana Raya lalu mengembangkan senyuman sekilas.“Aku lagi nunggu waktu yang tepat Mas,” jawab Raya asal.“Apa alasan kamu pergi bukan hanya karena salah paham kamu yang menganggap aku akan menikahi Hanum, tapi sebenarnya karena kamu memang akan menyetujui untuk dijodohkan dengan pria kota itu?”Raihan menjadi tak bisa menahan rasa cemburunya.Raya langsung menggeleng tegas.“Nggak Mas, jangan asal mengambil kesimpulan gitu. Aku belum bisa berterus terang sama papa soal pernikahan itu karena papa sekarang sedang sakit, jantungnya bermasalah, jadi aku agak ragu untuk berterus te
Raihan langsung tanggap ketika melihat istrinya kesakitan. Tanpa menpedulikan apapun lagi, Raihan langsung membopong tubuh istrinya dan berlari menuju mobilnya yang terparkir di luar.Sementara orang-orang di pesta pernikahan itu ikut melihat dengan cemas. Walau banyak juga yang melontarkan pujian untuk Raihan yang malah terlihat begitu jantan ketika mengangkat tubuh Raya begitu saja."Dik, kamu bisa kan menahan rasa sakitnya? Aku usahakan untuk secepatnya sampai di rumah sakit."Raihan tak bisa menyembunyikan kecemasannya ketika mulai menyalakan mesin mobil.Sebaliknya Raya malah tersenyum simpul meski saat ini wajahnya terlihat pucat karena serangan rasa sakit yang menyergapnya saat ini.Raya merasa wajah suaminya yang saat ini tegang penuh kecemasan malah terkesan lucu.Sampai kemudian Raya malah dikagetkan dengan kemahiran suaminya menyetir mobil.Raya yang selama ini tak pernah sekalipun melihat Raihan mengendarai mobil sekarang justru melihat suaminya bisa melajukan mobil yang s
Suara itu langsung mengalihkan perhatian Raihan dan Raya.Ternyata saat ini Darwis datang bersama dengan Andi, karena memang mereka berdua kebetulan sempat menghadiri sebuah acara bersama-sama dan Darwis sengaja mampir untuk menyampaikan ucapan perpisahan pada Raya."Pak Darwis?!"Raya sedikit terperangah mendapati kedatangan dosennya yang sangat tidak diduganya.Semenjak Raya mengajukan cuti beberapa hari lalu dari kampus untuk persiapan masa persalinannya, Raya tak pernah lagi berjumpa dengan sosok yang selama ini banyak membantunya itu."Apa kabar Darwis?" sapa Raihan kemudian, yang sekarang memang telah menjadi kolega dari lelaki itu semenjak Raihan ikut mengajar di kampus yang sama sebagai seorang dosen tamu.Darwis langsung memberikan senyuman lebarnya menanggapi sapaan Raya dan Raihan. Sementara Andi menampilkan ekspresinya yang datar.Semenjak perdebatan terakhir mereka kemarin Andi masih belum bisa menghentikan kekecewaannya yang membuatnya masih saja menampakkan kedongkolann
"Kalau begitu Papa maunya gimana?"Raya menjadi tak bisa menahan kekesalannya."Tadi Mas Raihan udah ngasih solusi yang terbaik, tapi kenapa Papa nggak ngerti juga sih?"Raihan langsung menyentuh lengan istrinya dengan lembut, memberi isyarat pada Raya untuk bisa lebih tenang."Dik jangan seperti itu kalau ngomong sama Papa," lerai Raihan dengan sabar.Raya mendesah jengah dan setelah itu diam sembari melirik pada suaminya.Kini ganti Raihan yang berusaha mengajak mertuanya berbicara dari hati ke hati."Kami tidak akan langsung kembali ke desa lagi dalam waktu dekat ini. Lagipula kami dalam dua bulan ke depan juga akan punya bayi."Tapi Andi tetap terlihat tak bisa menerima."Tetep aja kamu akan bawa anak dan cucuku pergi."Andi menjadi kian sewot.Dia tak terlalu nyaman saat berbicara dengan menantunya sendiri. Meski di dalam hatinya pria paruh baya itu mengakui jika pada dasarnya Raihan selalu memiliki sifat yang bijak.Ketakutannya akan rasa sepi yang membuat pria itu bersikeras un
"Apa aku melewatkan pestanya?"Perhatian Andi langsung tertuju pada pria berpenampilan dandy itu yang kini menebarkan senyuman pada orang-orang yang sedang menyapanya sekarang.Andi, Rosyid juga Darwis ikut menyapa.Bobby Darmawan menjawab dengan sekedarnya karena saat ini perhatian lelaki itu lebih tertuju pada Raihan yang tak langsung menyadari keberadaannya.Namun ketika salah seorang teman Raihan mulai mengetahui tentang kedatangan sosok penting itu, Raihan kemudian ikut mendekat demi bisa menyapa seseorang yang bisa dikatakan adalah teman lamanya."Lihatlah sosok yang membanggakan ini, kamu terlihat semakin mempesona saat akan menjadi seorang ayah," seloroh Bobby dengan sangat antusias.Keakraban Bobby dengan Raihan jelas memancing perhatian Andi. Dalam hatinya menjadi tak bisa lagi menampik rasa bangga pada menantunya sendiri yang sebelumnya masih sulit untuk dia terima."Terima kasih, aku memang bahagia karena Tuhan sudah menganugerahkan sesuatu yang sangat berharga untukku jug
“Bilang saja ke mana Raya dan Raihan pergi?”Andi bertanya dengan penuh penekanan.Tapi sebelum Dara memberikan jawaban dari arah pintu terdengar suara langkah kaki dan suara salam yang begitu nyaring.Dara dan Andi spontan menoleh bersamaan dan mereka mendapati sekarang Raya dan Raihan sedang berjalan beriringan untuk mendekat.“Papa kok udah di rumah? Katanya tadi akan pulang sampai larut malam?” Raya langsung melontarkan tanya ketika melihat sosok sang papa yang sekarang sudah berada di depannya.Andi tak langsung menjawab, diam sejenak dengan tatapan dia arahkan lurus pada Raihan yang sedang menggandeng tangan Raya dengan penuh kelembutan.“Ray, tadi Papa kamu nyariin kamu,” sahut Dara yang kemudian malah menimpali dengan cepat.Setelah itu dia melirik ke arah Raihan."Juga nyariin Mas Ustadz, menantu kesayangan."Nada bicara Dara terdengar menyindir.Andi langsung mendengus kesal."Sudah sana kamu ke dalam Dar, aku mau ngomong sama anak juga menantuku."Kini Andi mulai melirik ca
112.“Apa Anda mengenal menantu saya?”Andi mulai mengunggah rasa penasarannya.Bobby malah tersenyum penuh arti.“Siapa yang tidak tahu seorang Raihan?”Andi langsung mengernyitkan keningnya. Dia masih tak percaya dengan apa yang sudah dia dengar.“Bagaimana Anda mengenalnya?”“Kami pertama kali bertemu di Jerman,” jawab Bobby enteng.Tapi jawaban Bobby langsung membuat kedua mata Andi terbeliak.Andi benar-benar tidak percaya dengan apa yang sudah dia dengar. Selama ini dia selalu menganggap jika menantunya hanya pria kampung biasa, dan sama sekali tak memiliki keistimewaan.Meski Raya sempat menyampaikan jika Raihan pernah bersekolah di luar negeri, tapi Andi masih enggan untuk percaya. Dia menganggap apa yang dikatakan Raya hanyalah bualan semata.“Jerman?!”Kini ganti Bobby yang memandang heran ke arah Andi yang tampak kaget dengan apa yang sudah dia ucapkan.“Apa Raihan tak pernah menceritakan apapun?”Andi mendesah gelisah sedikit tergeragap.Bobby langsung menanggapi dengan ke
111. Menjadi Penasaran“Bagaimana menurut Papa?” Raihan terdengar tak ragu untuk menanyakan tentang pendapat mertuanya.Andi menelisik jengah. Dalam hatinya dia beranggapan Raihan terlalu percaya diri untuk ukuran seorang pria kampung biasa, yang bisa dengan sangat santai mengajaknya berbincang bahkan meminta pendapatnya.Sebagai seorang menantu yang tak dianggap Andi malah berpikir Raihan tidak akan berani mendekat apalagi membuka percakapan dengannya, dengan kapasitas yang cuma ustadz kampung yang selalu Andi anggap tak sepadan dengan keluarganya.Andi menjadi tak bisa menutupi kejengahannya, yang membuatnya enggan menentang tatapan Raihan yang sayangnya telah terlanjur menjadi menantunya yang bahkan sudah mendapatkan cinta dari putrinya.Fakta bahwa sekarang Raya sedang mengandung benih dari pria itu semakin memuakkan untuk Andi yang selalu sulit untuk bisa menerima Raihan.“Kenapa kamu mesti menanyakan pendapatku?” sergah Andi yang tak bisa menahan kekesalannya.Raihan masih saja
“Selamat siang!”Semua perhatian langsung tertuju pada sosok yang sekarang sudah berdiri di depan pintu.Kemudian mereka semua saling berpandangan ketika mendapati siapa sosok yang datang ke rumah Raya saat ini.Sampai akhirnya Raya mulai berdiri untuk mendekati sosok yang sedang memandangnya dengan luruh di ambang pintu.“Dania?!”Raya tak bisa mengabaikan rasa simpatinya mendapati mantan saudara tirinya yang keadaannya sangat memprihatinkan seperti sekarang.Wanita muda itu tampak jauh lebih tua dari usianya. Apalagi saat ini Dania sedang menggendong anaknya yang belum genap satu tahun. Balita itu tampak terlalu mungil dan lemah.Raya bisa dengan mudah mengabaikan semua kemarahannya yang dulu yang membuatnya tak ragu untuk mempersilakan Dania masuk ke dalam rumahnya meski sebelumnya dia pernah mengusir sosok mant
Nyatanya Raihan malah menyunggingkan senyumnya ke arah Darwis yang saat ini tampak jelas sedang memindainya.“Terima kasih, karena Anda telah mendampingi istri saya ketika saya tidak ada di sampingnya.”Setelah itu Raihan mulai melirik ke arah Raya yang sekarang sedang tersenyum lembut padanya.“Raya sudah menceritakan padaku, kalau selama ini Anda telah sangat baik pada dia.”Darwis mendesah kecewa. Harapannya dapat membuat seorang Raihan cemburu ternyata tak berjalan mulus. Darwis menganggap jika lelaki yang dihadapinya sekarang memiliki sikap dewasa juga pengendalian emosi yang sangat baik.Raihan jelas bukan seorang Reno yang mudah terpancing emosi. Bahkan Darwis bisa melihat kecerdasan yang terpancar dari sorot mata Raihan ketika mereka saling berbicara seperti saat ini.Pada akhirnya Darwis mengedikkan bahu tipis.“Jelas aku harus menjaga Raya karena memang awalnya dia adalah calon istriku.”Darwis malah menimpali dengan sarkas tapi tetap saja ditanggapi oleh Raihan dengan tenan