Raya menjadi sedikit gugup saat mendengar cecaran pertanyaan dari suaminya.Raya tak pernah melihat Raihan dengan ekspresinya yang seperti ini, menampakkan sebuah intimidasi yang meresahkan.Meski begitu untuk mencairkan suasana Raya lalu mengembangkan senyuman sekilas.“Aku lagi nunggu waktu yang tepat Mas,” jawab Raya asal.“Apa alasan kamu pergi bukan hanya karena salah paham kamu yang menganggap aku akan menikahi Hanum, tapi sebenarnya karena kamu memang akan menyetujui untuk dijodohkan dengan pria kota itu?”Raihan menjadi tak bisa menahan rasa cemburunya.Raya langsung menggeleng tegas.“Nggak Mas, jangan asal mengambil kesimpulan gitu. Aku belum bisa berterus terang sama papa soal pernikahan itu karena papa sekarang sedang sakit, jantungnya bermasalah, jadi aku agak ragu untuk berterus te
Raihan sedikit menggantung kalimatnya demi menarik nafas dalam.“Aku juga minta maaf atas apa yang sudah terjadi,” sambung Raihan pada akhirnya.Raya ikut menimpali dengan senyuman yang terulas lembut.Hanum hanya membalasnya dengan tatapan lurus meski kemudian turut menyunggingkan senyuman tipis.“Semoga kamu bisa menemukan kebahagiaanmu.” Raya mulai menyahut.Hanum membalasnya dengan sebuah anggukan.Setelah itu Hanum mulai membalikkan badan, seusai mengucapkan salam kepada pasangan yang selalu tampak semakin bahagia itu.Raya dan Raihan kini hanya bisa melihat kepergian Hanum sembari bergandengan tangan. Pada akhirnya semua berakhir baik untuk mereka semua. Karena kemudian terungkap fakta jika Hanum memilih untuk melabuhkan hatinya pada cinta yang pasti dari sosok yang ternyata selama ini diam-diam mencintainya,
Raya sama sekali tak menduga kalau dia akan dikunjungi oleh para tetangganya. Berita tentang kehamilannya juga dirinya yang terus menerus muntah dengan cepat tersiar hanya karena semalam ada seorang tetangganya yang kebetulan melintas di depan rumah mendengar suara muntahan Raya.Pada akhirnya Siti akhirnya berterus terang tentang kehamilan menantunya ketika para tetangganya mulai bertanya mencecar tentang penyebab Raya terus menerus muntah semalam.Sekarang setelah mendengar berita itu semua orang berkumpul untuk memberikan selamat kepada Raya dan Raihan dengan membawa buah tangan meski sekedar sekilo gula atau sebungkus kopi bahkan ada juga yang membawa setandan pisang.Apalagi Raihan adalah sosok yang disegani di desa ini yang telah banyak berjasa untuk para penduduknya, dengan bantuan yang diberikan Raihan selama ini.Raya yang masih lemah tak bisa memaksa untuk menemui mereka, jadi
Aku tetap menganggap jika pernikahan kalian berdua tidak sah!” tegas Andi sembari memandang tajam ke arah Raihan yang masih mengunggah ketenangannya.Sebaliknya Raya menjadi sedemikian gelisah yang membuatnya langsung menyangkal sengit.“Tapi sebelumnya aku merasa sudah meminta ijin pada Papa!” sahut Raya tak kalah tegas.“Kapan kamu meminta ijin padaku Raya? Aku sama sekali tak pernah merasa menjadi wali dalam pernikahan kamu.”“Tapi waktu itu Papa sudah mengijinkannya lewat Pak Arif saat itu Papa juga sedang dirawat di rumah sakit, dan kata Pak Arif beliau yang akan menyampaikan semuanya pada Papa.”“Tapi aku tak pernah merasa diajak bicara oleh Arif tentang pernikahan kamu, Ray, jadi tetap saja pernikahan kamu nggak sah.”“Tidak bisa begitu Pa, Papa nggak bisa seenaknya mengatakan seperti itu, lagipula kami sudah mengantongi buku nikah dari KUA, pernikahan kami tetap sah di mata hukum negara dan agama.”Raya tetap menegaskan kengototannya yang membuat perdebatan antara ayah dan ana
“Selamat siang semua!”Perhatian Raya dan Raihan langsung tertuju pada sosok berpakaian serba putih yang sekarang sedang memandang ke arah mereka berdua.Dara yang sedang duduk juga segera ikut berdiri memusatkan perhatian pada seorang paramedis yang baru saja keluar dari ruang ICU.“Dok, bagaimana dengan keadaan papa saya?” tanya Raya yang sangat tak bisa menyembunyikan kecemasannya.“Keadaan papa Anda sudah mulai membaik, masa kritisnya telah lewat, tapi sebaiknya tolong dijaga kondisi papa Anda jangan terlalu emosional, karena keadaannya masih belum terlalu stabil sebenarnya. Jangan sampai terlalu stres juga.”Dokter muda itu memberikan keterangan dengan sangat gamblang.Raya langsung menganggukkan kepala.“Baik Dok, saya bisa mengerti,” jawab Raya.Tapi setelah itu R
“Apa Mas benar-benar akan bersedia untuk ikut pulang ke Jakarta?”Raya merasa perlu menanyakan kembali untuk memastikan segalanya.Nyatanya Raihan langsung menjawab dengan sebuah anggukan pasti.“Iya, aku akan ikut kamu ke Jakarta, bagaimanapun kita tak bisa membiarkan papa sendirian apalagi sampai terpisah dari kamu. Sementara aku juga tak nggak bisa membiarkan kamu jauh dariku dengan keadaan kamu yang sedang kepayahan karena kehamilan kamu. Aku harus lebih memberikan perhatian pada kamu karena kamu sedang mengandung anak kita.”Raya membalas tatapan suaminya dengan sorot matanya yang masih membiaskan keresahan.“Tapi bagaimana dengan para penduduk di desa ini? Bagaimana dengan program-program yang sudah kamu rencanakan untuk desa ini?”“Aku hanya meninggalkan untuk sementara, dan aku bisa menyerahkan semuanya pada P
Andi sontak tergeragap gugup apalagi setelah dia menjadi bersitatap dengan sorot mata menantunya yang terpantul lewat kaca spion. Semua terasa sangat mengesalkan untuk dirinya saat ini.Andi langsung membuang muka meski kemudian dia malah menjadi canggung ketika mendapati derai tawa putrinya saat ini.“Papa, kok malah jadi anak kecil gini? Mas Raihan itu udah jinak Pa,” seloroh Raya masih dengan mengurai senyuman lebarnya.“Emangnya suami kamu itu macan Ray?Kamu bilang udah jinak, harusnya kamu yang pantas disebut jinak, kan dulu kamu itu termasuk liar banget apalagi kalau kamu pas dugem di diskotek.”Dara yang duduk sendirian di jok belakang langsung menimpali dengan senang.Raya seketika mencebik tipis meski setelah itu dia kembali menyunggingkan senyuman.“Iya sih dan cuma Mas Raihan suamiku tercinta yang udah bikin aku jinak,” ucap Raya sembari memandang pada suaminya yang kembali meliriknya lewat kaca spion.Raihan hanya diam saja tak membuka suara. Dia memang selalu kewalahan me
“Siapa yang datang Dara?” tanya Andi ketika mendapati ART lamanya yang sekarang kembali dia pekerjakan lagi di rumahnya, setelah kemarin Dara sempat mengantarnya ke desa asal Raihan yang membuatnya bisa bertemu dengan putrinya, yang sebelumnya sampai beberapa hari meninggalkan rumah.Dara yang kini telah berada di hadapan majikannya itu segera menjawab datar, “ada Pak Dosen yang sedang mencari Bapak.”Andi segera bisa menyimpulkan siapa yang datang ke rumahnya pagi ini. Siapa lagi yang mendapatkan panggilan ‘Pak Dosen’ jika bukan Darwis yang merupakan anak dari sahabat karibnya yang sedianya akan dia jodohkan dengan Raya.Di dalam hatinya sebenarnya Andi masih berharap jika rencana yang sebelumnya sudah dia rancang dengan antusias dapat tetap terlaksana. Walau sampai saat ini Andi masih belum menemukan cara untuk bisa memisahkan putri tunggalnya dengan pria yang telah menjadi sua
Raihan langsung tanggap ketika melihat istrinya kesakitan. Tanpa menpedulikan apapun lagi, Raihan langsung membopong tubuh istrinya dan berlari menuju mobilnya yang terparkir di luar.Sementara orang-orang di pesta pernikahan itu ikut melihat dengan cemas. Walau banyak juga yang melontarkan pujian untuk Raihan yang malah terlihat begitu jantan ketika mengangkat tubuh Raya begitu saja."Dik, kamu bisa kan menahan rasa sakitnya? Aku usahakan untuk secepatnya sampai di rumah sakit."Raihan tak bisa menyembunyikan kecemasannya ketika mulai menyalakan mesin mobil.Sebaliknya Raya malah tersenyum simpul meski saat ini wajahnya terlihat pucat karena serangan rasa sakit yang menyergapnya saat ini.Raya merasa wajah suaminya yang saat ini tegang penuh kecemasan malah terkesan lucu.Sampai kemudian Raya malah dikagetkan dengan kemahiran suaminya menyetir mobil.Raya yang selama ini tak pernah sekalipun melihat Raihan mengendarai mobil sekarang justru melihat suaminya bisa melajukan mobil yang s
Suara itu langsung mengalihkan perhatian Raihan dan Raya.Ternyata saat ini Darwis datang bersama dengan Andi, karena memang mereka berdua kebetulan sempat menghadiri sebuah acara bersama-sama dan Darwis sengaja mampir untuk menyampaikan ucapan perpisahan pada Raya."Pak Darwis?!"Raya sedikit terperangah mendapati kedatangan dosennya yang sangat tidak diduganya.Semenjak Raya mengajukan cuti beberapa hari lalu dari kampus untuk persiapan masa persalinannya, Raya tak pernah lagi berjumpa dengan sosok yang selama ini banyak membantunya itu."Apa kabar Darwis?" sapa Raihan kemudian, yang sekarang memang telah menjadi kolega dari lelaki itu semenjak Raihan ikut mengajar di kampus yang sama sebagai seorang dosen tamu.Darwis langsung memberikan senyuman lebarnya menanggapi sapaan Raya dan Raihan. Sementara Andi menampilkan ekspresinya yang datar.Semenjak perdebatan terakhir mereka kemarin Andi masih belum bisa menghentikan kekecewaannya yang membuatnya masih saja menampakkan kedongkolann
"Kalau begitu Papa maunya gimana?"Raya menjadi tak bisa menahan kekesalannya."Tadi Mas Raihan udah ngasih solusi yang terbaik, tapi kenapa Papa nggak ngerti juga sih?"Raihan langsung menyentuh lengan istrinya dengan lembut, memberi isyarat pada Raya untuk bisa lebih tenang."Dik jangan seperti itu kalau ngomong sama Papa," lerai Raihan dengan sabar.Raya mendesah jengah dan setelah itu diam sembari melirik pada suaminya.Kini ganti Raihan yang berusaha mengajak mertuanya berbicara dari hati ke hati."Kami tidak akan langsung kembali ke desa lagi dalam waktu dekat ini. Lagipula kami dalam dua bulan ke depan juga akan punya bayi."Tapi Andi tetap terlihat tak bisa menerima."Tetep aja kamu akan bawa anak dan cucuku pergi."Andi menjadi kian sewot.Dia tak terlalu nyaman saat berbicara dengan menantunya sendiri. Meski di dalam hatinya pria paruh baya itu mengakui jika pada dasarnya Raihan selalu memiliki sifat yang bijak.Ketakutannya akan rasa sepi yang membuat pria itu bersikeras un
"Apa aku melewatkan pestanya?"Perhatian Andi langsung tertuju pada pria berpenampilan dandy itu yang kini menebarkan senyuman pada orang-orang yang sedang menyapanya sekarang.Andi, Rosyid juga Darwis ikut menyapa.Bobby Darmawan menjawab dengan sekedarnya karena saat ini perhatian lelaki itu lebih tertuju pada Raihan yang tak langsung menyadari keberadaannya.Namun ketika salah seorang teman Raihan mulai mengetahui tentang kedatangan sosok penting itu, Raihan kemudian ikut mendekat demi bisa menyapa seseorang yang bisa dikatakan adalah teman lamanya."Lihatlah sosok yang membanggakan ini, kamu terlihat semakin mempesona saat akan menjadi seorang ayah," seloroh Bobby dengan sangat antusias.Keakraban Bobby dengan Raihan jelas memancing perhatian Andi. Dalam hatinya menjadi tak bisa lagi menampik rasa bangga pada menantunya sendiri yang sebelumnya masih sulit untuk dia terima."Terima kasih, aku memang bahagia karena Tuhan sudah menganugerahkan sesuatu yang sangat berharga untukku jug
“Bilang saja ke mana Raya dan Raihan pergi?”Andi bertanya dengan penuh penekanan.Tapi sebelum Dara memberikan jawaban dari arah pintu terdengar suara langkah kaki dan suara salam yang begitu nyaring.Dara dan Andi spontan menoleh bersamaan dan mereka mendapati sekarang Raya dan Raihan sedang berjalan beriringan untuk mendekat.“Papa kok udah di rumah? Katanya tadi akan pulang sampai larut malam?” Raya langsung melontarkan tanya ketika melihat sosok sang papa yang sekarang sudah berada di depannya.Andi tak langsung menjawab, diam sejenak dengan tatapan dia arahkan lurus pada Raihan yang sedang menggandeng tangan Raya dengan penuh kelembutan.“Ray, tadi Papa kamu nyariin kamu,” sahut Dara yang kemudian malah menimpali dengan cepat.Setelah itu dia melirik ke arah Raihan."Juga nyariin Mas Ustadz, menantu kesayangan."Nada bicara Dara terdengar menyindir.Andi langsung mendengus kesal."Sudah sana kamu ke dalam Dar, aku mau ngomong sama anak juga menantuku."Kini Andi mulai melirik ca
112.“Apa Anda mengenal menantu saya?”Andi mulai mengunggah rasa penasarannya.Bobby malah tersenyum penuh arti.“Siapa yang tidak tahu seorang Raihan?”Andi langsung mengernyitkan keningnya. Dia masih tak percaya dengan apa yang sudah dia dengar.“Bagaimana Anda mengenalnya?”“Kami pertama kali bertemu di Jerman,” jawab Bobby enteng.Tapi jawaban Bobby langsung membuat kedua mata Andi terbeliak.Andi benar-benar tidak percaya dengan apa yang sudah dia dengar. Selama ini dia selalu menganggap jika menantunya hanya pria kampung biasa, dan sama sekali tak memiliki keistimewaan.Meski Raya sempat menyampaikan jika Raihan pernah bersekolah di luar negeri, tapi Andi masih enggan untuk percaya. Dia menganggap apa yang dikatakan Raya hanyalah bualan semata.“Jerman?!”Kini ganti Bobby yang memandang heran ke arah Andi yang tampak kaget dengan apa yang sudah dia ucapkan.“Apa Raihan tak pernah menceritakan apapun?”Andi mendesah gelisah sedikit tergeragap.Bobby langsung menanggapi dengan ke
111. Menjadi Penasaran“Bagaimana menurut Papa?” Raihan terdengar tak ragu untuk menanyakan tentang pendapat mertuanya.Andi menelisik jengah. Dalam hatinya dia beranggapan Raihan terlalu percaya diri untuk ukuran seorang pria kampung biasa, yang bisa dengan sangat santai mengajaknya berbincang bahkan meminta pendapatnya.Sebagai seorang menantu yang tak dianggap Andi malah berpikir Raihan tidak akan berani mendekat apalagi membuka percakapan dengannya, dengan kapasitas yang cuma ustadz kampung yang selalu Andi anggap tak sepadan dengan keluarganya.Andi menjadi tak bisa menutupi kejengahannya, yang membuatnya enggan menentang tatapan Raihan yang sayangnya telah terlanjur menjadi menantunya yang bahkan sudah mendapatkan cinta dari putrinya.Fakta bahwa sekarang Raya sedang mengandung benih dari pria itu semakin memuakkan untuk Andi yang selalu sulit untuk bisa menerima Raihan.“Kenapa kamu mesti menanyakan pendapatku?” sergah Andi yang tak bisa menahan kekesalannya.Raihan masih saja
“Selamat siang!”Semua perhatian langsung tertuju pada sosok yang sekarang sudah berdiri di depan pintu.Kemudian mereka semua saling berpandangan ketika mendapati siapa sosok yang datang ke rumah Raya saat ini.Sampai akhirnya Raya mulai berdiri untuk mendekati sosok yang sedang memandangnya dengan luruh di ambang pintu.“Dania?!”Raya tak bisa mengabaikan rasa simpatinya mendapati mantan saudara tirinya yang keadaannya sangat memprihatinkan seperti sekarang.Wanita muda itu tampak jauh lebih tua dari usianya. Apalagi saat ini Dania sedang menggendong anaknya yang belum genap satu tahun. Balita itu tampak terlalu mungil dan lemah.Raya bisa dengan mudah mengabaikan semua kemarahannya yang dulu yang membuatnya tak ragu untuk mempersilakan Dania masuk ke dalam rumahnya meski sebelumnya dia pernah mengusir sosok mant
Nyatanya Raihan malah menyunggingkan senyumnya ke arah Darwis yang saat ini tampak jelas sedang memindainya.“Terima kasih, karena Anda telah mendampingi istri saya ketika saya tidak ada di sampingnya.”Setelah itu Raihan mulai melirik ke arah Raya yang sekarang sedang tersenyum lembut padanya.“Raya sudah menceritakan padaku, kalau selama ini Anda telah sangat baik pada dia.”Darwis mendesah kecewa. Harapannya dapat membuat seorang Raihan cemburu ternyata tak berjalan mulus. Darwis menganggap jika lelaki yang dihadapinya sekarang memiliki sikap dewasa juga pengendalian emosi yang sangat baik.Raihan jelas bukan seorang Reno yang mudah terpancing emosi. Bahkan Darwis bisa melihat kecerdasan yang terpancar dari sorot mata Raihan ketika mereka saling berbicara seperti saat ini.Pada akhirnya Darwis mengedikkan bahu tipis.“Jelas aku harus menjaga Raya karena memang awalnya dia adalah calon istriku.”Darwis malah menimpali dengan sarkas tapi tetap saja ditanggapi oleh Raihan dengan tenan