“Kalian?”Raya langsung menyergap sosok wanita paruh baya di depannya yang keadaannya kini semakin memprihatinkan bila dibanding saat mereka bertemu yang hanya beberapa hari lalu saja.Kerutan di kening dan pipinya tampak semakin jelas dengan kantong mata yang terlihat bertambah tebal. Tak ada riasan dan wajah glowing seperti dulu dengan segala outfit mewah yang selalu akan menyuguhkan sebuah keangkuhan.Segala yang dilihatnya sekarang dari wanita itu membuat Raya semakin bisa merasakan penderitaannya.“Apa kalian yang sudah menyelamatkan putriku?”Darwis dan Raya tak langsung menjawab, mereka berpandangan untuk sesaat.Sampai akhirnya Raya mendapati perempuan mantan ibu tirinya merangsek mendekatinya.“Terima kasih Ray, kamu sudah mau menolong Dania. Bagaimanapun dia pernah menjadi saudara kamu dan kalian bahkan dibesarkan bersama-sama.”Gina mengulik tentang masa lalu, tapi malah menghadirkan luka di hati Raya karena dulu dia selalu mendapatkan perlakuan tidak adil dari sosok yang s
“Panggilan dari siapa Pak?” tanya Raya.Darwis melirik sejenak layar gawainya sebelum menerima panggilan itu.“Kamu ke dalam saja dulu, aku harus menerima telepon dari rektor dulu.”Raya segera mengerti dan tak mau mengganggu pembicaraan dosennya itu. Perlahan dia melanjutkan langkahnya dan dia memasuki rumah dengan langkah gamang.Tempat ini tak banyak berubah, yang malah menghadirkan kenangan lamanya bersama dengan Reno yang dulu adalah tunangannya. Hubungan mereka dulu memang pernah dekat, walau Raya selalu bisa menjaga diri tapi Reno dulu memang selalu saja bersikap sangat romantis padanya.Karena itu dia nyaris tak percaya kalau lelaki itu bisa sangat tega telah melakukan kekerasan pada Dania, wanita yang sekarang bahkan sudah menjadi istrinya itu. Sekarang Raya bahkan berniat akan melaporkan Reno ke polisi jika lelaki itu tak bisa memberikan penjelasan yang masuk akal tentang apa yang sudah dilakukannya pada Dania.Raya enggan untuk semakin ke dalam karena itu dia mulai memanggi
“Hentikan!”Suara tegas Darwis langsung menerbitkan kelegaan di hati Raya.Reno segera menjadi lengah ketika perhatiannya tertuju pada Darwis yang sedang menatapnya dengan sangat sengit.Raya segera membebaskan diri dan berlari menyongsong Darwis yang sudah menghampirinya.“Oh jadi kamu mengikuti Raya?”Reno mencebik sinis.“Raya datang bersamaku!” tegas Darwis sengit.“Apa kamu juga sudah tahu kalau Raya sudah menikah?”Reno malah melontarkan pertanyaan pada Darwis dengan nada mengejek.“Kenapa kamu malah selalu bersama Raya? Harusnya kamu itu menjaga jarak karena Raya itu sudah mengaku kalau dia sudah menikah.”Reno terus saja meracau mengungkapkan tentang pernikahan Raya seperti yang sudah diakui Raya sendiri yang menjadi sangat mengecewakannya.Walau Darwis merasa sangat terkejut tapi dia menyembunyikan kekagetannya dengan sangat apik. Dia tetap memfokuskan perhatiannya pada Reno yang menjadi sangat emosional, demi menyelamatkan Raya yang sekarang sudah berlindung di belakang pung
“Tolong antar aku ke dokter kandungan.”Permintaan Raya itu langsung terdengar sangat mengagetkan untuk Darwis.Bahkan kedua matanya langsung membeliak tegas.“Apa kamu hamil Ray?”Raya menjawabnya dengan sebuah anggukan pasti.Darwis kemudian malah terkekeh kelu.“Aku benar-benar tak menyangka kamu menyembunyikan banyak hal Ray.”Raya mendesah resah.“Maafkan aku Pak,” gumam Raya pada akhirnya.Nada bicara Raya yang terdengar lemah dan begitu pasrah membuat Darwis malah tak tega.“Apa suami kamu sudah tahu kalau kamu hamil” Darwis menjadi terusik untuk mencaritahu tentang rumah tangga Raya sebenarnya.“Sudahlah Pak aku belum bisa menceritakan itu pada Bapak.” Raya mendesah panjang sembari matanya mulai menyapu ke seluruh penjuru rumah.“Sebelum kita dokter kandungan, kita harus mencari keberadaan bayinya Dania.”Tanpa menunggu lama Raya segera menyisir setiap sudut ruangan di dalam rumah itu, tapi dia dan Darwis tetap tak menemukan keberadaan bayi Dania di sana.“Di mana pria brengs
“Pertanyaan apa Pak?” tanya Raya menjadi penasaran.Raya masih tak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh seorang Darwis tentang dirinya. Meski sebelumnya lelaki itu sudah menyudutkannya dengan sangat telak.“Kalau memang lelaki itu sudah menikahi kamu lalu kenapa dia tak juga menyusul kamu ke Jakarta padahal kalian sudah terpisah cukup lama?”Raya menjadi tak bisa menjawab pertanyaan itu. Bila mengingat apa yang terjadi dengan segala kecewa yang sempat dirasanya Raya menjadi tak bisa menjelaskan apapun. Dia menjadi terlalu enggan untuk mengungkapkan apa yang terjadi karena hatinya akan kembali merasakan sakit seperti sebelumnya.Walau dia sudah berusaha untuk merelakan tapi tetap saja tak mudah bagi Raya untuk bisa tetap selalu ikhlas memberikan ijin pada sang suami untuk menikahi perempuan lain.Tatapan Darwis menjadi kian tajam, yang membuat Raya kembali merasa disudutkan. Bahkan dia semakin tak kuasa untuk menentang tatapan dosennya itu hingga Raya memilih untuk menundukkan
“Jangan rindukan dia, karena dia tak pantas untuk kamu rindukan!” Darwis kembali menegaskan kata-katanya.Raya sama sekali tak bergeming malah terseret dalam pikirannya sekarang tentang sosok sang suami yang kini semakin dia rindukan.Meski saat ini telah mampu menenangkan sedu sedannya sendiri.“Aku bisa merasakan kalau kamu sedang menyembunyikan banyak hal. Kamu masih belum bisa untuk berterus terang dengan gamblang.”Darwis kembali memindai lugas ke arah Raya yang masih saja termangu.“Tidak ada jalan lain, kamu harus kembali ke desa dan mengungkapkan tentang kehamilan kamu pada pria itu.”Raya segera menoleh yang membuat tatapannya beradu dengan pria yang menjadi dosennya ituAda gelisah yang langsung menyergap hatinya saat ini. Berbagai praduga sudah meraja di hati tentang suaminya yang sekarang bisa saja sedang menghabiskan masa bulan madu bersama dengan istri barunya, yang merupakan putri seorang kyai.Raya tak dapat membayangkan nanti jika dia sampai menyaksikan dengan mata k
“Aku sudah memutuskan besok kita akan berangkat ke desa asal suami kamu.”Darwis berucap dengan sangat lugas sama sekali tak menampakkan keraguan.Sontak Raya membeliak gusar, menjadi tak bisa berkata apapun.“Secepatnya kamu harus mendapatkan kepastian.”“Kepastian apa sih yang Bapak maksud?”Raya berpura-pura tak terlalu memahami.“Kepastian tentang status pernikahan kamu sama lelaki itu.”“Aku dan Mas Raihan itu sampai saat ini masih suami istri, Pak. Jadi nggak ada yang perlu untuk dipastikan.”Raya berusaha berucap dengan yakin meski saat ini dia juga belum bisa memastikan apapun. Karena sampai detik ini dia juga bahkan tak bisa menghubungi suaminya lagi yang membuat pikirannya menjadi terbebani dengan segala prasangka.
“Di, katakan padaku apa aja yang terjadi selama aku pergi?” Raya bertanya dengan penuh rasa penasaran. Terlebih saat ini dia melihat gurat wajah Adi menjadi semakin muram. “Di, bagaimana kabar kamu?” tanya Raya mulai mengalihkan pertanyaannya karena mendapati bocah yang sedang ditanyanya malah seperti sedang memendam kesedihan ketika Raya menanyakan tentang keadaan Desa Setani. Bocah 8 tahun itu malah menentang tatapan Raya dengan ragu. “Aku baik Mbak tapi ....” “Tapi kenapa?” tanya Raya dengan hati mulai memendam rasa curiga. Adi kemudian malah menggeleng. “Sebaiknya Mbak Raya langsung pulang saja ke rumahnya Ustadz Raihan.” “Memangnya kenapa dengan Ustadz Raihan?” tanya Raya mencecar, dengan perasaan yang mulai dihinggapi kecemasan. “Mbak Raya ke sana aja,” elak Adi yang kemudian malah membalikkan badan, “aku mau ke sawah dulu sekarang Mbak.” Setelah itu Adi malah berlari pergi meninggalkan Raya berdiri di tempatnya dengan memendam banyak pertanyaan. Sementara Darwis yang
Raihan langsung tanggap ketika melihat istrinya kesakitan. Tanpa menpedulikan apapun lagi, Raihan langsung membopong tubuh istrinya dan berlari menuju mobilnya yang terparkir di luar.Sementara orang-orang di pesta pernikahan itu ikut melihat dengan cemas. Walau banyak juga yang melontarkan pujian untuk Raihan yang malah terlihat begitu jantan ketika mengangkat tubuh Raya begitu saja."Dik, kamu bisa kan menahan rasa sakitnya? Aku usahakan untuk secepatnya sampai di rumah sakit."Raihan tak bisa menyembunyikan kecemasannya ketika mulai menyalakan mesin mobil.Sebaliknya Raya malah tersenyum simpul meski saat ini wajahnya terlihat pucat karena serangan rasa sakit yang menyergapnya saat ini.Raya merasa wajah suaminya yang saat ini tegang penuh kecemasan malah terkesan lucu.Sampai kemudian Raya malah dikagetkan dengan kemahiran suaminya menyetir mobil.Raya yang selama ini tak pernah sekalipun melihat Raihan mengendarai mobil sekarang justru melihat suaminya bisa melajukan mobil yang s
Suara itu langsung mengalihkan perhatian Raihan dan Raya.Ternyata saat ini Darwis datang bersama dengan Andi, karena memang mereka berdua kebetulan sempat menghadiri sebuah acara bersama-sama dan Darwis sengaja mampir untuk menyampaikan ucapan perpisahan pada Raya."Pak Darwis?!"Raya sedikit terperangah mendapati kedatangan dosennya yang sangat tidak diduganya.Semenjak Raya mengajukan cuti beberapa hari lalu dari kampus untuk persiapan masa persalinannya, Raya tak pernah lagi berjumpa dengan sosok yang selama ini banyak membantunya itu."Apa kabar Darwis?" sapa Raihan kemudian, yang sekarang memang telah menjadi kolega dari lelaki itu semenjak Raihan ikut mengajar di kampus yang sama sebagai seorang dosen tamu.Darwis langsung memberikan senyuman lebarnya menanggapi sapaan Raya dan Raihan. Sementara Andi menampilkan ekspresinya yang datar.Semenjak perdebatan terakhir mereka kemarin Andi masih belum bisa menghentikan kekecewaannya yang membuatnya masih saja menampakkan kedongkolann
"Kalau begitu Papa maunya gimana?"Raya menjadi tak bisa menahan kekesalannya."Tadi Mas Raihan udah ngasih solusi yang terbaik, tapi kenapa Papa nggak ngerti juga sih?"Raihan langsung menyentuh lengan istrinya dengan lembut, memberi isyarat pada Raya untuk bisa lebih tenang."Dik jangan seperti itu kalau ngomong sama Papa," lerai Raihan dengan sabar.Raya mendesah jengah dan setelah itu diam sembari melirik pada suaminya.Kini ganti Raihan yang berusaha mengajak mertuanya berbicara dari hati ke hati."Kami tidak akan langsung kembali ke desa lagi dalam waktu dekat ini. Lagipula kami dalam dua bulan ke depan juga akan punya bayi."Tapi Andi tetap terlihat tak bisa menerima."Tetep aja kamu akan bawa anak dan cucuku pergi."Andi menjadi kian sewot.Dia tak terlalu nyaman saat berbicara dengan menantunya sendiri. Meski di dalam hatinya pria paruh baya itu mengakui jika pada dasarnya Raihan selalu memiliki sifat yang bijak.Ketakutannya akan rasa sepi yang membuat pria itu bersikeras un
"Apa aku melewatkan pestanya?"Perhatian Andi langsung tertuju pada pria berpenampilan dandy itu yang kini menebarkan senyuman pada orang-orang yang sedang menyapanya sekarang.Andi, Rosyid juga Darwis ikut menyapa.Bobby Darmawan menjawab dengan sekedarnya karena saat ini perhatian lelaki itu lebih tertuju pada Raihan yang tak langsung menyadari keberadaannya.Namun ketika salah seorang teman Raihan mulai mengetahui tentang kedatangan sosok penting itu, Raihan kemudian ikut mendekat demi bisa menyapa seseorang yang bisa dikatakan adalah teman lamanya."Lihatlah sosok yang membanggakan ini, kamu terlihat semakin mempesona saat akan menjadi seorang ayah," seloroh Bobby dengan sangat antusias.Keakraban Bobby dengan Raihan jelas memancing perhatian Andi. Dalam hatinya menjadi tak bisa lagi menampik rasa bangga pada menantunya sendiri yang sebelumnya masih sulit untuk dia terima."Terima kasih, aku memang bahagia karena Tuhan sudah menganugerahkan sesuatu yang sangat berharga untukku jug
“Bilang saja ke mana Raya dan Raihan pergi?”Andi bertanya dengan penuh penekanan.Tapi sebelum Dara memberikan jawaban dari arah pintu terdengar suara langkah kaki dan suara salam yang begitu nyaring.Dara dan Andi spontan menoleh bersamaan dan mereka mendapati sekarang Raya dan Raihan sedang berjalan beriringan untuk mendekat.“Papa kok udah di rumah? Katanya tadi akan pulang sampai larut malam?” Raya langsung melontarkan tanya ketika melihat sosok sang papa yang sekarang sudah berada di depannya.Andi tak langsung menjawab, diam sejenak dengan tatapan dia arahkan lurus pada Raihan yang sedang menggandeng tangan Raya dengan penuh kelembutan.“Ray, tadi Papa kamu nyariin kamu,” sahut Dara yang kemudian malah menimpali dengan cepat.Setelah itu dia melirik ke arah Raihan."Juga nyariin Mas Ustadz, menantu kesayangan."Nada bicara Dara terdengar menyindir.Andi langsung mendengus kesal."Sudah sana kamu ke dalam Dar, aku mau ngomong sama anak juga menantuku."Kini Andi mulai melirik ca
112.“Apa Anda mengenal menantu saya?”Andi mulai mengunggah rasa penasarannya.Bobby malah tersenyum penuh arti.“Siapa yang tidak tahu seorang Raihan?”Andi langsung mengernyitkan keningnya. Dia masih tak percaya dengan apa yang sudah dia dengar.“Bagaimana Anda mengenalnya?”“Kami pertama kali bertemu di Jerman,” jawab Bobby enteng.Tapi jawaban Bobby langsung membuat kedua mata Andi terbeliak.Andi benar-benar tidak percaya dengan apa yang sudah dia dengar. Selama ini dia selalu menganggap jika menantunya hanya pria kampung biasa, dan sama sekali tak memiliki keistimewaan.Meski Raya sempat menyampaikan jika Raihan pernah bersekolah di luar negeri, tapi Andi masih enggan untuk percaya. Dia menganggap apa yang dikatakan Raya hanyalah bualan semata.“Jerman?!”Kini ganti Bobby yang memandang heran ke arah Andi yang tampak kaget dengan apa yang sudah dia ucapkan.“Apa Raihan tak pernah menceritakan apapun?”Andi mendesah gelisah sedikit tergeragap.Bobby langsung menanggapi dengan ke
111. Menjadi Penasaran“Bagaimana menurut Papa?” Raihan terdengar tak ragu untuk menanyakan tentang pendapat mertuanya.Andi menelisik jengah. Dalam hatinya dia beranggapan Raihan terlalu percaya diri untuk ukuran seorang pria kampung biasa, yang bisa dengan sangat santai mengajaknya berbincang bahkan meminta pendapatnya.Sebagai seorang menantu yang tak dianggap Andi malah berpikir Raihan tidak akan berani mendekat apalagi membuka percakapan dengannya, dengan kapasitas yang cuma ustadz kampung yang selalu Andi anggap tak sepadan dengan keluarganya.Andi menjadi tak bisa menutupi kejengahannya, yang membuatnya enggan menentang tatapan Raihan yang sayangnya telah terlanjur menjadi menantunya yang bahkan sudah mendapatkan cinta dari putrinya.Fakta bahwa sekarang Raya sedang mengandung benih dari pria itu semakin memuakkan untuk Andi yang selalu sulit untuk bisa menerima Raihan.“Kenapa kamu mesti menanyakan pendapatku?” sergah Andi yang tak bisa menahan kekesalannya.Raihan masih saja
“Selamat siang!”Semua perhatian langsung tertuju pada sosok yang sekarang sudah berdiri di depan pintu.Kemudian mereka semua saling berpandangan ketika mendapati siapa sosok yang datang ke rumah Raya saat ini.Sampai akhirnya Raya mulai berdiri untuk mendekati sosok yang sedang memandangnya dengan luruh di ambang pintu.“Dania?!”Raya tak bisa mengabaikan rasa simpatinya mendapati mantan saudara tirinya yang keadaannya sangat memprihatinkan seperti sekarang.Wanita muda itu tampak jauh lebih tua dari usianya. Apalagi saat ini Dania sedang menggendong anaknya yang belum genap satu tahun. Balita itu tampak terlalu mungil dan lemah.Raya bisa dengan mudah mengabaikan semua kemarahannya yang dulu yang membuatnya tak ragu untuk mempersilakan Dania masuk ke dalam rumahnya meski sebelumnya dia pernah mengusir sosok mant
Nyatanya Raihan malah menyunggingkan senyumnya ke arah Darwis yang saat ini tampak jelas sedang memindainya.“Terima kasih, karena Anda telah mendampingi istri saya ketika saya tidak ada di sampingnya.”Setelah itu Raihan mulai melirik ke arah Raya yang sekarang sedang tersenyum lembut padanya.“Raya sudah menceritakan padaku, kalau selama ini Anda telah sangat baik pada dia.”Darwis mendesah kecewa. Harapannya dapat membuat seorang Raihan cemburu ternyata tak berjalan mulus. Darwis menganggap jika lelaki yang dihadapinya sekarang memiliki sikap dewasa juga pengendalian emosi yang sangat baik.Raihan jelas bukan seorang Reno yang mudah terpancing emosi. Bahkan Darwis bisa melihat kecerdasan yang terpancar dari sorot mata Raihan ketika mereka saling berbicara seperti saat ini.Pada akhirnya Darwis mengedikkan bahu tipis.“Jelas aku harus menjaga Raya karena memang awalnya dia adalah calon istriku.”Darwis malah menimpali dengan sarkas tapi tetap saja ditanggapi oleh Raihan dengan tenan