Amanda terbangun dan butuh beberapa saat untuk mengingat di mana dia sekarang? Semalam mereka baru sampai Jakarta di pukul 02.00 dini hari. Karena apartemen Wisnu lebih dekat jaraknya dari bandara, maka diputuskan mereka menginap di apartemen dulu. Dia meraba-raba tempat di sampingnya. Kosong? Di mana Wisnu? “Mencariku?” sapa Wisnu muncul lalu membuka tirai blackout. Amanda menyipitkan kedua matanya lantaran cahaya langsung menyerbu masuk saat tirai itu dibuka. Di nakas sudah ada secangkir air mineral. Sepertinya memang disediakan untuknya. Siapa lagi kalau bukan pria ini. Dia memang sangat perhatian, termasuk hal-hal kecil ini. Amanda jadi suka luluh dengan perhatiannya itu. Meski terkadang dia sebal sendiri karena tidak banyak tahu tentang bagaimana Wisnu sebelum bertemu dengannya, hingga membuat Amanda jadi terus salah paham atas dirinya. Modal percaya saja tidak cukup untuk menghindarkan dirinya dari pikiran-pikiran buruk. Amanda mengambilnya lalu meneguk hampir habis. T
Amanda dan Wisnu menyempatkan diri mengunjungi rumah mereka dan menyapa beberapa ART di sana. Titik dan Damar begitu bahagia melihat Amanda menginjakan kaki kembali ke rumah tuan mereka. Terlebih kedatangannya kali ini bukan sebagai perawat Purwa lagi, tapi sebagai Nyonya Wisnu Hendra Dinata.“Duh, Bu Amanda tambah cantik saja!” Damar pangkling dengan Amanda. Matanya berkaca-kaca lantaran pasangan impiannya ternyata beneran menikah. Seandainya waktu itu dia mengajak taruhan pada Ujang dan Titik, pasti kali ini Damar sudah punya banyak uang.“Kok nangis, Damar? Gak suka saya datang?” Amanda mencandai Damar yang perasaannya halus itu.“Oh, Enggak, Bu! Ini tangisan bahagia saya!” sahut Damar cepat-cepat menghapus air matanya. Sementara Titik hanya nyengir saja melihat Damar secengeng itu.Amanda jadi terkekeh sekaligus terharu karena disambut dengan penuh emosional oleh mereka.“Mbak Amanda mau saya buatkan apa?” Titik bertanya“Oh, saya jadi rindu masak bareng Bik Titik, kita masak sama
Amanda geram setelah membaca pesan-pesan dari Ardi. Pria ini sangat memuakan sekali. Sudah mencoba melecehkannya tapi dengan percaya diri masih berani mengirim pesan padanya. Apalagi mengirimkan beberapa foto bersamanya saat di Bali. Amanda jadi berpikir jika saja Wisnu melihat foto-foto ini, apakah dia akan cemburu seperti dirinya yang mencemburui foto-foto masa lalunya. Tapi ini hanya foto bersama saja, tidak ada unsur mesra di sana. Sementara foto Wisnu yang dikirim nomor pria misterius itu terlihat sekali kemeesraannya.Tunggu!Jangan-jangan nomor misterius yang mengirimkan foto-foto Wisnu bersama wanita itu, adalah orang yang sama! Yah, bisa jadi.Tapi, kalau Ardi pengirimnya, berarti mereka sebelum ini sudah saling kenal?Wisnu pernah mengatakan bahwa nomor misterius itu punya dendam padanya hingga ingin menghancurkan rumah tangganya. Sementara Ardi di salah satu pesannya juga menuliskan bahwa Wisnu pria yang brengsek. Jadi, tidak menutup kemungkinan juga kalau mereka ternyata s
Annisa tertunduk lemas, membimbing ingatannya kembali.Siang itu Wisnu datang ke apartemennya dengan tidak memberitahu terlebih dahulu. Sontak Umi dan Abi Annisa terkejut karena mereka juga sedang mempersiapkan diri untuk mengunjungi Purwa. Fatimah—Uminya Annisa—merasa sumringah kehadiran pria yang sudah disangkanya akan menjadi menantunya itu. Dia sudah jatuh hati dan sangat bahagia akan bermenantukan seorang pimpinan perusahaan besar di Indonesia. Bukan karena itu saja, Fatimah juga tahu Wisnu adalah murid suaminya, tentu dia juga sudah banyak tahu tentang agama.“Padahal, kami sudah bersiap akan bersilaturrahmi nanti sore ke Pak Purwa, kau sudah datang saja!” ucap Mirza menepuk bahu Wisnu.“Ehm, Abi, pasti Nak Wisnunya pengen buru-buru ini?” Fatimah menggoda, dia menyenggol putrinya yang hari ini sengaja tampil lebih cantik itu. Annisa menjadi semakin berbunga-bunga saja.“Haha, Annisa baru mengatakannya seminggu ini. Dan tentu ini membuat kami terkejut sekaligus bahagia,” tukas Mi
Annisa masih sangat penasaran wanita seperti apakah yang berhasil menarik hati seorang Wisnu. Ketika abi-nya baru datang dari undangan pernikahan Wisnu, dia ditunjukan beberapa foto yang sempat diabadikan Mirzha untuk dirinya sendiri. Dia begitu terkejut karena ternyata wanita itu adalah, Amanda. Perawat Purwa yang kata Bella berusaha centil dan menggoda pria yang dirawatnya. Hati Annisa merasa sangat tidak terima.“Dia itu perawat Pak Purwa, Umi!” Annisa membahas foto itu saat dia mengunjungi orang tuanya.“Lho, yang kata temanmu itu suka centil dan berusaha menggoda Pak Purwa?” Fatimah terkejut.“Benar, aku tidak suka sekali padanya. Kelihatan banget, kan kalau dia centil!”“Dia gadis yang baik, kelihatan dari mukanya dia anak baik!” Mirzha yang mendengar obrolan anak dan ibu itu menyahut saat melintas. Mirzha sudah bertemu langsung dan sempat mengobrol sebentar dengan Amanda. Dari sikapnya Mirzha sudah bisa menilai, Amanda anak yang baik. Terlebih sangat sopan dan menghormati oran
Wisnu melihat Amanda berjalan bersama Lesti langsung buru-buru turun dari mobil dan menghampirinya.“Sudah selesai kangen-kangenannya?” tukas Wisnu menyapa mereka.“Oh, Pak Wisnu! Apa kabar Pak!” sapa Lesti balik. Dia masih terasa segan saja karena Wisnu adalah big bosnya di kantor tempatnya bekerja dulu.“Baik Lesti, kerja di mana sekarang?”“Di stasiun tv swasta pak, MONTV”“Oh, kenapa tidak melamar di DTV saja?”Lesti tahu, DTV adalah stasiun televisi swasta milik perusahaan Dinata. Dia juga pernah kepikiran melamar di sana selepas lulus, tapi pasti persaingan sangat ketat karena merupakan stasiun tv populer di negri ini.“Ah, saingannya banyak, Pak. Saya cari yang pasti bisa terima saja!”“Mas Wisnu sudah selesai meetingnya?” tanya Amanda.“Sudah, ayo pulang!” Wisnu mengambil tas Amanda dan membawakannya. “Kau tidak ikut Lesti?” Wisnu menawarkan.“Tidak, Pak. Terima kasih. Saya harus ke suatu tempat dulu.”“Ya udah, sampai jumpa, Lesti!” Amanda berpamitan.Keduanya berjalan menjau
Melihat suaminya sampai harus rela berjongkok untuk wanita lain, Amanda sebal. Walau dia sudah tahu bahwa itu adalah trick dari wanita itu untuk mencari perhatian Wisnu, rasa cemburu tetaplah ada. Wisnu dengan segera berbalik dan menolong wanita itu. Amanda tidak suka jika melihat suaminya memperlakukan wanita lain seperti dia memperlakukan dirinya.‘Duh! Sialan banget ya cemburu ini. Kenapa gak bisa ditahan?’Betapa dia menahan geram hingga tak sengaja kakinya menginjak buah apel yang dijatuhkan Annisa hingga dia terpeleset dan keranjangnya menabrak seorang ibu-ibu yang juga berbelanja. Naasnya ibu tadi demi menghindari keranjang Amanda, jadi ikutan terjatuh dan menyenggol punggung Annisa yang baru dibantu berdiri oleh Wisnu. “MAAAS!” teriak Amanda saat terpeleset.Wisnu tentu langsung melihat Amanda yang hampir terjatuh dan hendak menolongnya. Tapi tangan Annisa segera menarik lengannya dan itu tentu menghalanginya bergerak. Sehingga otomatis dia reflek menyelamatkan Annisa dengan
Amanda memperhatikan sekitar yang tiba-tiba menjadi sepi. Sama seperti saat mereka pernah makan di sebuah restoran waktu itu, keadaannya juga tiba-tiba menjadi sepi ketika mereka makan.“Kok tiba-tiba sepi, ya, Mas?” Amanda bertanya dengan heran.“Ya, satenya sudah habis kali,” jawab Wisnu yang juga mencoba mengambil satu tusuk sate kambing untuk dimakannya.“Bukan Mas Wisnu kan yang menjadikannya sepi?” masih Amanda penasaran.“Aku? Menurutmu aku pembawa sial, begitu datang restoran jadi langsung sepi?” Wisnu bercanda.“Bisa jadi, yang dulu saat kita makan di restoran juga begitu, kan!” Amanda menimpali. “Sekarang saja, aku merasa kena sial juga!”“Kamu kena sial? Maksudnya apa?”“Sial, lah! Lututku lecet, aku tersungkur dan malu dilihatin banyak orang di mall itu, sementara Mas Wisnu malah menolong wanita yang hanya berpura-pura jatuh itu!”“Kok itu lagi, Sayang, yang di bahas?” Wisnu melenguh ternyata Amanda masih kesal dan terus membahas hal itu.“Enggak tahu, pengennya bahas teru