Lavendra merasakan kehangatan dari keluarga Daza yang sudah yang sudah lama tidak ia rasakan selama beberapa bulan ini. rasanya jauh lebih merindukan ketimbang saat dirinya pulang. Dibalasnya pelukan sang mertua dengan sangat erat.Dirinya diajak pulang dengan mobil yang sudah menunggu mereka. Mama tidak sedikit pun berhenti bicara meski hanya sebentar saja kepada Lavendra. Seolah sudah ada banyak sekali topik pembicaraan yang tidak pernah dibicarakan kepadanya, dan sekarang dikeluarkan semuanya tanpa terkecuali.Lavendra merasa senang, ia benar-benar dianggap keluarga di sini. Ia juga merasakan kalau hangatnya keluarga ini memang pantas untuk dirinya. Daza yang duduk di sebelahnya menggenggam erat tangan Lavendra.Semua terasa berbeda saat dirinya pulang. Bahkan suami yang ia kira tidak akan pernah menyadari keberadaannya justru menjadi orang yang paling sadar akan dirinya saat ini. ia merasa senang, bahwa Daza kini tidak seperti bagaimana mereka bertemu dulu.Tiba di rumah utama, La
Pelukan tersebut mengerat di pinggang Lavendra. Ditambah dimana ini adalah kali pertama dirinya merasakan, Lavendra merasakan dengan cara yang berbeda soal bagaimana pegangan dari Daza tersebut menyentuh dirinya ini.“Rasanya sesak sekali merindukanmu tiap malam. Memimpikanmu tiap tertidur, dan tak sesekali aku merasa kehilangan karena biasanya ada kamu di dapur,” ujar dari Daza.Dengan jantung yang masih berdegup dengan kencang, Lavendra menelan salivanya. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa suami yang dulunya sangat dingin dan begitu membuatnya sakit, sekarang malah melekat kepadanya dengan terang-terangan dan tidak ragu sama sekali mengenai bagaimana dia melingkarkan tangannya tersebut.Perlahan tangan Daza mulai masuk ke dalam pakaiannya. Lavendra merasakan dengan jelas kulit tangan Daza yang menyentuh tubuhnya tersebut. Daza mulai mengecup sedikit demi sedikit leher Lavendra, dibarengi dengan napas panas yang terasa begitu jelas.Rasanya makin meresahkan saat napas tersebut memb
Daza hanya bisa tersenyum melihat bagaimana Lavendra mengucap terima kasih atas apa yang telah dilakukan. Daza sendiri sadar bahwa ia telah banyak melakukan kesalahan sebelumnya, dan saat menemukan fakta mengenai Lora, membuat Daza makin sadar.Rasa syukur atas pilihan istri oleh orang tuanya ternyata memang tidak ada salahnya sama sekali. Rasanya menyesal bahwa Daza tidak menerima Lavendra lebih awal dengan tangan lebih terbuka.Hari itu juga, demi menebus rasa bersalah dan juga perasaannya yang merasa tidak tenang selama ini, Daza mengajak Lavendra jalan-jalan. Pertama, mereka datang ke tempat pijat terlebih dahulu untuk meregangkan badan mereka berdua. Lavendra nampak menikmatinya sekali.Lalu, Daza mengajak Lavendra menuju ke mall yang cukup terkenal dan juga besar yang ada di kotanya tersebut. Daza bertekad untuk membelikan apa pun yang Lavendra mau. Dia ingin membuat Lavendra merasa bahwa dia adalah ratu sekarang ini.“Kenapa kita ke sini?” tanya Lavendra yang berhenti melangkah
Rasa kagum, bingung, haru, dan senang ia rasakan jadi satu. Perasaan kian membuatnya makin membunga karena Lavendra benar-benar tidak tahu kalau ternyata Daza bisa jadi jauh berbeda dari sebelumnya.Wajah ketusnya mendadak seperti tiada lagi di sana. Kini kedua sudut bibirnya pun mampu tersenyum hangat. Bahkan, tatapannya jauh berbeda dari yang dulu dingin dan jutek, berubah menjadi hangat dan menenangkan dirinya.Perlahan dirinya membuka mulut, Lavendra menerima suapan dari Daza yang terasa bagaikan mimpi bagi dirinya ini. selain di luar keinginannya. Ini benar-benar terasa seperti di luar dari alam nyatanya.“Enak, kan?” tanya Daza kepadanya.Sambil mengunyah rasa coklat yang begitu enak, Lavendra menganggukkan kepala dengan sangat pelan. Dia benar-benar menginginkan suasana seperti ini. Setengah mimpi dan nyata, Lavendra merasakan ini sebagai mimpi yang tidak ingin dirinya bangunkan.“Coba yang ini. Ini coklat termahal dan juga terenak yang pernah aku coba sebelumnya,” saran dari D
Siapa yang tidak kaget mendengarnya? Tentu saja Lavendra tahu bahwa harganya pasti bukanlah harga murahan dan juga bisa dipastikan. Dirinya segera memukul pelan lengan suaminya yang mengajaknya kemari tanpa memberitahu dulu.“Kenapa?” kejut dari Daza menerima pukulan tersebut.“Ya kenapa kamu tak ajak aku ke tempat biasa saja? Kedai pinggir jalan juga sudah oke!” gerutu Lavendra.“Memangnya kenapa? Aku sudah bilang akan mengajakmu bulan madu. Setidaknya aku ingin mengajakmu ke tempat yang berkesan,” bela dari Daza atas pilihannya tersebut.Lavendra ingin sekali mengomel sekali lagi kepada suaminya dan menjelaskan kenapa dia tidak senang diajak ke sini. Tetapi, ia benar-benar mengurungkan niatnya karena ia mencoba menghargai suaminya setelah menghela napas pelan.“Ya sudah lah. Toh juga aku yakin kamu tidak sembarangan memilh tempat,” ucapnya.Daza tersenyum melihat penerimaannya. Mereka berdua masuk ke dalam. Dan makin terkejut lah Lavendra melihat isi dalam dari tempat tersebut. Rest
Kalimat manis tersebut dilontarkan langsung oleh Daza sendiri. Rasa bak berbunga dalam hatinya memenuhi seluruh isi kepala dan juga perasaannya. Melayang ke udara, membuat Lavendra nyaris hilang akal.“Kenapa? Kamu malu?” Daza menerka dengan melihat ke wajah Lavendra yang berusaha disembunyikan tersebut.“Ap- Apa? Tidak!” kesalnya yang kembali mencoba menghindar dan menutupi wajahnya dengan tangannya.Daza yang tahu bahwa Lavendra sekarang ini sangat amat malu sekali, langsung menertawakan dan mencoba melihat ke wajahnya dengan menarik tangan Lavendra.“Ei, kamu berbohong, aku bisa melihat telingamu merah padam,” canda dari Daza.Lavendra mempertahankan tangannya untuk tetap menutupi wajahnya tersebut, meski sebenarnya ia merasa sangat amat senang dan juga terus tersipu malu.“Jangan ah! Aku tidak ingin membuatmu melihat wajahku yang jelek sekarang!”“Jelek darimananya? Honey-ku selalu cantik dan manis setiap saat,” puji Daza yang kembali membuat rasa merah padam tersebut terus mengua
Mereka berdua melihat Lora berjalan keluar dari sana dengan amarah yang masih meluap. Wanita itu benar-benar tidak ada hentinya mencari masalah. Sampai-sampai dirinya merasa heran kenapa wanita seperti itu wajahnya bagus.Daza dan Lavendra saling melihat satu sama lain. Dan itu membuat mereka sedikit tertawa. Karena pada dasarnya, memang Lora lah yang membuat hubungan mereka berdua awalnya tidak ada dekatnya sama sekali. Jadi sekarang ada bagusnya dia pergi.Pihak restoran sampai meminta maaf kepada mereka berdua karena membiarkan keributan tersebut terjadi. Mereka merasa bersalah karena membiarkan seorang tamu pengacau datang dengan seenaknya.Meski sudah ditolak bahwa mereka tak mau menerima ganti rugi, tapi pihak restoran terus memaksa. Akhirnya mereka menerimanya. Potongan sebesar 50% dari pembelian mereka.“Wah, rasanya luar biasa sekali. Jarang-jarang aku keluar seperti ini,” seru dari Lavendra ketika mereka berada di dalam mobil, hendak dalam perjalanan pulang.“Jarang? Memang
Lavendra tampak tidak ingin menyerahkan suaminya begitu saja kepada para wanita yang tergila-gila hanya karena hartanya.Mereka padahal sebelumnya sangat berani dan bahkan terang-terangan menyerang Lavendra. Tapi, sekarang? Jangankan untuk berbicara dengan mulut mereka sendiri. Mengatakan saja mengenai apa yang mereka rasa saja tidak bisa.Mungkin karena backing mereka, Lora, sudah tidak ada, jadi mereka kalau macam-macam yang tidak bisa mendapatkan pembelaan dari siapa-siapa. Tapi, Lavendra ingin melihat, sejauh mana orang-orang ini bisa bertahan dengan keangkuhan mereka tersebut.“Jadi, bagaimana? Mau ditanyakan langsung ke orangnya?” Lavendra menanyakan.Mereka bertiga tampak berkeringat dingin melihat bagaimana Lavendra dengan percaya diri menghadapi mereka yang ada di depannya tersebut. Dasar para wanita pemuja suami orang.Dengan seringai sombong dan juga rasa percaya diri yang dia atas rata-rata, Lavendra menunjukkan bahwa memang dirinya sekarang ini sebagi orang yang dominan t
Daza menyetujui untuk datang ke sekolah anak-anak mereka pastinya. Esok harinya, mereka melihat ramai sekali orang tua yang datang. Sampai-sampai Daza dan Lavendra merasa kebingungan dengan ada apa sebenarnya di sini.Sempat dirinya bertanya kepada orang tua lainnya mengenai acara apa saja yang akan dijalankan hari ini, namun, para orang tua malah memberikan alasan yang berbeda-beda, seolah mereka diminta datang bagaimana pun caranya.Duduk di aula sekolahan anak mereka, terlihat panggung megah dengan hiasan berwarna yang menyegarkan bagaimana pandangan mereka pada saat itu. Dan itu membuat Lavendra jadi menerka apa yang mungkin tengah dilakukan di sini.Tak lama. JREGHHHH. Sebuah banner yang ada di atas panggung terbuka dengan lebar, dengan jelas dirinya melihat sebuah tulisan yang membuatnya tersentuh.‘Mom and Dad, Thanks for coming, and this is your proud child.’Seketika, dari setiap kelas secara bergantian menampilkan sebuah lagu dan juga secara bergantian memberikan persembahan
Kabar dari Diana yang tengah hamil tersebut tentu saja makin membuat keluarga Daza dan juga Lavendra jadi makin erat. Karena keberadaan dari mereka adalah sebuah kebahagiaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh banyak orang pastinya.Akhirnya keluarga Daza memilih melakukan liburan keluarga secara besar-besaran berkat kabar tersebut. Sekarang sudah bukan dua lagi keluarga yang ikut dalam liburan tersebut, melainkan tiga.Sebuah pulau disewa selama seminggu penuh, sambil membawa chef ternama dan juga pastinya juga pengasuh serta art, membuat acara jadi makin ramai sekali.Upah mereka jelas saja dinaikkan lebih dari 2 kali lipat. Anggap saja bonus karena mereka jadi harus bekerja ekstra di tempat yang bukan menjadi pekerjaan mereka sekarang ini.“Ternyata setelah menikah jadi sesenang ini ya!” Diana begitu antusias selama perjalanan karena semua yang dia minta selalu ia dapatkan.“Haha, selama kamu menikah dengan orang yang tepat, tentu saja, apa yang kamu inginkan pun pastinya akan kamu
“Sudah, jangan diambil hati, kalau sudah saatnya kamu bertemu jodoh, sudah pastinya kamu akan menikah pada waktunya,” ujar dari Lavendra.Diana hanya menghela napas kecil sebelumnya. Ia pasti sudah merasakan berat perasaan yang dia miliki dan juga pasti ia sendiri paham kenapa bisa sampai seperti ini.“Oh, ini,” Diana mendadak menyodorkan sebuah kertas kepadanya.Lavendra menerima dan melihatnya terlebih dahulu. Namun, ia begitu kaget saat melihat apa yang tertera di depannya. Dengan mata terbelalak yang tidak percaya sekaligus merasa begitu syok melihatnya, Lavendra segera bertanya kepada Diana mengenai apa maksudnya.“Kamu akan menikah?!”Daza baru pulang mendengarnya sama kagetnya dengan bagaimana Lavendra memberikan reaksi pada dirinya tersebut. Daza segera menghampiri mereka dan merebut dengan mendadak kertas yang dipegang Lavendra.Sebuah undangan diberikan kepada mereka berdua secara tiba-tiba sekali. Daza yang dari awal melihat ke arah sana, berpindah melihat ke arah Diana yan
Setelah melakukan usg pada kehamilan Lavendra, Daza beserta dirinya tidak tahu harus merespon bagaimana lagi. Mereka mendapatkan anak kembar lagi untuk kedua kalinya.Pikiran Lavendra langsung kosong seketika saat memikirkannya. Anak kembar yang sekarang sajas udah cukup membuat mereka pusing, apalagi kalau ada 4 orang anak nantinya. Bisa-bisa mereka berdua tidak waras lagi.Mereka pergi dahulu ke rumah kedua orang tua Daza. Sepertinya hal ini perlu sedikit dibicarakan kepada mereka untuk bisa mendapatkan solusi yang terbaik, dan pastinya baik bagi mereka berdua juga nantinya.“Ma…, menurut mama, aku harus bagaimana?” Daza langsung memulai obrolan bahkan sebelum ia menjelaskan kenapa mereka berdua sekarang ini datang kemari.“Maksudny? Soal menitip si kembar? Mama tidak masalah. Diana dan kakek sangat senang melihat mereka berdua. Papa juga terima kalau semisal kalian mau menitip si kembar lebih lama,” ucap mama.Menoleh ke arah ruang tamu, melihat kedua anak mereka yang memang begitu
Mendengarnya tentu saja membuat Lavendra sedikit kesal mendengarnya. Daza mengatakan hal barusan seolah-olah semua bisa diselesaikan dengan mudah.Ia langsung menoyor kepala suaminya yang jelas saja sudah berangan tinggi ingin menambah anak lagi.“Enteng sekali bilangnya. Kamu tidak lihat kalau aku rasanya sudah mau setengah mati bertahan?!” kesal Lavendra.“Hahah, tidak Honey,” Daza kemudian memeluknya sebagai alih menghibur, “aku hanya berpikir saja,” sambungnya.“Kamu pikir mudah merawat anak? Dua saja kamu sudah kewalahan,” Lavendra masih merasa kesal mendengarnya.Bagaimana tidak, apa yang dikatakan Daza itu seperti meremehkan bagaimana selama ini Lavendra berjuang dari awal kehamilan sampai akhirnya melahirkan. Apalagi, Lavendra masih merasa sedikit trauma setelah melahirkan.Bukan saat mengenjan, melainkan setelah jahitannya selesai. Ia sampai tidak berani buang air besar selama seminggu karena takut akan merobek jahitannya tersebut. Makanya dia sangat bersyukur sudah melewati
Lavendra benar-benar merasa hidupnya berada di ujung tanduk. Meski Daza daritadi menyemangati dalam diamnya, Lavendra tahu bahwa Daza begitu khawatir sekali. Sementara itu, tim medis juga berusaha mengarahkan dengan benar kepada Lavendra.Meski begitu, Lavendra merasa benar-benar tidak bisa bertahan lebih lama. Namun, demi anaknya, ia melawan dan berusaha sekeras yang ia bisa pastinya.“OEKKHHH.”Anak pertamanya keluar.“Bagus Bu, sekarang tinggal satunya lagi.”Lavendra harus mengenjan sekali lagi. Dan itu tidak memakan waktu yang lama seperti yang pertama. Ia merasa lemas sampai-sampai dirinya benar-benar menyandar di atas tempat tidur tempat melahirkannya.Daza yang melihatnya merasa terharu, ia mendekati Lavendra dengan mengecup kening Lavendra, dan mengelus kepalanya. Bisa dirasakan dengan jelas air mata yang mengalir di wajahnya tersebut, dan itu membuat Lavendra merasa begitu tersentuh sekali.“Terima kasih, Honey. Kamu sudah berjuang keras,” ucapnya.Setelahnya Lavendra tidak
Yap, Daza dan Lavendra memang tidak melakukan perjalanan jauh untuk bisa mengabari. karena usia kandungan yang masih awal, mereka masih belum boleh berpejalanan terlalu jauh. Jadi, kabarnya hanya datang melalui panggilan video saja.Dan betapa mengejutkannya, saat Lavendra mengatakan apa jenis kelamin dari kedua anak mereka. Keluarga Lavendra begitu senang sampai-sampai mereka mengucapkan syukur yang begitu hebat.“Kita benar-benar beruntung, memiliki keluarga yang bisa mengerti keadaan kita,” ucap dari Lavendra.Daza menggelengkan kepalanya, “Justru kamu yang beruntung, diberikan hidup yang sangat luar biasa,” Daza memuji.Lavendra yang merasa malu sedikit memukul pelan tangan Daza setelah mendengarnya. Wajahnya jadi memerah karena mendengar Daza berkata begitu kepadanya.“Apa sih. Ini kan karena kamu juga,” ucap Lavendra.Sekali lagi, Daza menggelengkan kepala tidak membenarkan apa yang dikatakan oleh dirinya tersebut. “Kalau aku dulu tidak sadar akan keberadaanmu, mana mungkin aku
Peresmian bukanya kafe Lavendra bukan sembarangan. Berkat tim yang mengatur promosi benar-benar melakukan tugasnya dengan baik, Lavendra mendapatkan lebih dari 200 pelanggan pertama yang tengah menunggu.Angkanya memang tidak terlau besar sekali, namun, bagi dia yang baru pertama kali melakukannya, ini sudah cukup besar dan pastinya sudah membuatnya merasa begitu senang sekali. Keluarganya begitu menyambut dirinya, bahkan mereka sepertinya begitu menyayangi dirinya kali ini.Berbagai rentetan acara mulai dimulai. Banyak orang yang sangat bersemangat melihat bagaimana acara di mulai. Karena adanya promo yang bisa dibilang lumayan bagi mereka yang memenangkan permainan.Hingga tiba lah sampai dimana peresemian kafe Lavendra tiba.“Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, mari kita resmikan, Luvvy Café secara perdana hari ini dibuka!!!”Lavendra memotong pita yang membatasi di depan dari pintu masuk kafenya tersebut. Banyak orang yang bertepuk tangan menyambut dan memberikan sambutan yang
Lavendra mulai mengurangi rasa perhatian atas permintaan orang tua Daza. Mereka meminta begini supaya bisa membuat Daza sadar bahwa bukan hanya dia yang perlu diperhatikan. Dan benar saja, cara itu bekerja dengan baik.Lavendra memilih sibuk dengan memberikan resep kepada para calon pekerjanya nanti. Tentu saja ini dia lakukan bukan tanpa alasan juga. Ia harus segera membuka kafenya untuk mencari kesibukan lainnya.Di satu waktu, Lavendra sedang membandingkan merek coklat yang nantinya ia akan pakai sebagai pasokan supaya menjaga kualitas atas dessert yang akan dia buat nantinya. Tidak perlu waktu lama, tetapi ia harus menguji beberapa.“Honey,” Daza yang menontonnya daritadi akhirnya memanggil.“Ya?” Lavendra langsung menjawab.“Bisa kita bicara sebentar?” ajaknya.Melihat raut wajah beserta bagaimana tatapannya, Lavendra tahu, bahwa Daza aka berbicara sangat serius kepadanya. Akhirnya ia memasukkan dahulu coklat yang sudah ia keluarkan ke dalam pendingin dahulu.Daza mengajaknya ber