Lora yang biasanya marah dan juga bisa meledak serta melakukan apa pun kepada dirinya ini, mendadak ciut. Bola matanya gemetar saat melihat wajahnya yang benar-benar marah. Lora sampai mundur ketika melihat bahwa Lavendra melangkahkan kaki ke depan mendekatinya.Daza yang baru pertama kali melihat Lavendra meledak tersebut juga sontak terdiam. Dia mulai bangun dari duduknya dan mencoba untuk menjauhkan Lora dari pandangan Lavendra. Daza memasang badan untuk melindungi wanita yang dia sayangi tersebut.“Hentikan. Kamu tidak sopan sekali!” tegas Daza.Seperti baru saja kerasukan, Lavendra seolah tutup telinga mendengar apa yang dikatakan oleh Daza tersebut. Kalau ia bisa meraih Lora sekarang, ia akan meraih dan mencabiknya. Bagaimana ia tidak marah, nyaris setengah rambut panjang yang ia rawat sepenuh hati tersebut hilang mendadak di tangan wanita gila itu.Entah tenaga darimana yang ia dapatkan tersebut, Lavendra mendorong Daza hingga ia terjatuh, bahkan menabrak meja yang ada di sebel
Daza akhirnya mau tidak mau harus menurut kepada sang kakek. Tampaknya amarah sang kakek yang sudah mulai tua ini benar-benar tidak terbendung sama sekali. Dan sekarang, tampaknya Daza akan kehilangan banyak hal gara-gara wanita bernama Lavendra itu!“Kamu ke kamar saja,” pinta Daza dengan suara pelan, meminta Lora untuk pergi.“TIDAK! Biarkan wanita itu di sini!” tegas sang kakek melarangnya.Lora yang tadinya hendak beranjak langsung berhenti. Ia hanya bisa menunduk tidak berani menatap wajah mereka yang ada di depannya. Baginya, keluarga Daza adalah keluarga yang sangat menyeramkan. Rasanya seperti mencoba mengadu nasib berhadapan dengan mereka.Mereka berempat berhadapan, tetapi Lora tidak duduk sama sekali. Ia merasa sangat malu dan takut berada di dekat dua orang yang memiliki kuasa yang sangat besar tersebut. Mereka terlalu mneyeramkan kalau dihadapi secara langsung.Akhirnya Daza duduk bersama mereka, dan mencoba tegak melihat sang kakek dan papanya yang memasang wajah muram k
Daza tidak bisa mnegedipkan mata saat melihat Lavendra di depannya. Ia seolah tidak dapat berkedip melihat bagaimana ada seseorang yang biasanya tampak sangat kalem dan polos, sekarang malah kelihatan seperti orang yang berbeda?‘Benar-benar cantik.’Lavendra yang baru saja pulang tersebut merasa bingung. Daza menatapnya seolah ada yang salah pada dirinya tersebut. Apa cara berpakaiannya aneh? Atau dirinya terlihat berbeda dengan rambut barunya? Aihh, harusnya ia menolak saat Diana mengajaknya mencari pakaian baru. Karena ia jadi kelihatan super aneh sekali.“Ke- Kenapa?” tanya Lavendra merasa gugup.Bukan lagi karena penampilannya. Melainkan karena pasti baru saja terjadi sesuatu yang tidak beres, sampai-sampa Lora keluar rumah dengan wajah kesal. Tadi saat bertemu dengan papa dan kakek juga pasti ada sesuatu yang dibicarakan, pasti tidak baik-baik saja saat ini.Daza bangun dari duduknya, lalu mendekat ke arahnya dengan perlahan. Ia berada di depan dari Lavendra, dan terus menerus m
Lavendra kembali menutup pemberian orang tuanya. Rasanya sedikit lega mendapatkan kabar dari orang tuanya meski sudah jauh. Tenang sekali. Sekarang, di depannya juga ada teman dekatnya, Riko, yang sudah lama sekali tidak bertemu.“Ngomong-ngomong, kenapa sendirian di sini? Kamu kan sudah menikah,” singgung dari Riko.Mendengarnya langsung membuat suasana hati Lavendra kembali memburuk. Padahal baru saja ia merasa senang melihat pemberian berharga tersebut. Tetapi, menyinggung soal itu lagi, membuat Lavendra merasa benar-benar buruk. Ia sedikit galau.Riko meletakkan sebelah tangan di atas meja dengan posisi badan sedikit ke depan, dia seolah menerka dan juga sudah sadar mengenai apa yang terjadi pada Lavendra ini.“Apa suamimu tidak seperti yang kamu pikirkan?” ucapnya sambil terkekeh.Lavendra mengangkat kepala dan melihat Riko yang ada di depannya. Pria ini benar-benar memiliki insting yang kuat dan sangat tepat sekali. Ia bahkan bisa membuat dirinya merasa merinding karena cara men
Dia menggernyitkan dahi sambil sedikit menganga mendengar apa yang dikatakan oleh orang yang ada di depannya ini. benar-benar tidak tahu diri. Rasanya Lavendra bisa sampai tepok jidat mendengar ucapan dari Daza barusan. Daza yang melihat tas yang dibawa oleh Lavendra tersebut, segera merebutnya dengan kasar dan membuat Lavendra terkaget dan rasa tidak percaya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Daza tadi. “Apa yang kamu lakukan!” balas Lavendra memekik, sambil berusaha merebut kembali tas tersebut. Namun, Daza seolah mencoba menjauhkan benda tersebut dengan tidak membiarkan Lavendra berhasil mengambilnya kembali. Sebenarnya Lavendra merasa sangat kesal sekali. Tapi ia tahan mengingat bahwa orang yang ada di depannya ini adalah suaminya sekarang. Kesal Lavendra, setiap kali ia mencoba merebutnya, Daza pasti akan menjauhkannya. Ia sampai kehilangan imej yang berusaha ia bangun dengan sangat sopan dan juga ramah. “Kembalikan padaku!” pekiknya. “Kenapa? Apa karena ‘PRIA’ itu y
Lavendra tidak memikirkan lagi soal suaminya yang mungkin saja kelaparan atau semacamnya. Dia masih tidak bisa melupakan bagaimana Daza dengan mudahnya meremehkan barang-barang yang ia bawa kemarin. Luka hatinya terus terasa sampai saat ini.Tetapi, masih syukur Lavendra memilih tidak menceritakannya pada siapa-siapa soal bagaimana Daza yang tidak punya hati itu berbicara. Jadi, seharusnya Daza masih merasa tenang, kan?Ketika di kantor pun, Lavendra memilih untuk tidak melakukan pekerjaan yang berkaitan atau terhubung langsung dengan Daza. Guna mengurangi sedikit rasa sakit hatinya, dia berharap bahwa semoga rasa tidak nyaman ini segera mereda.‘Apa aku keterlaluan?’ batinnya yang sedikit bimbang.Ia berada di taman dekat perusahaannya. Pergi ketika jam istirahat membuatnya merasa lega. Dengan membawa kotak bekalnya, Lavendra duduk di sana tanpa merasakan beban yang sama lagi. Setidaknya Lavendra sekarang mencoba meredakan emosinya sendiri.“Kamu tak membawa makanan untukku juga?” ta
Lavendra gemetar menghadapi sang suami yang ada di depannya tersebut. Seluruh akal sehatnya terasa mati dan juga tidak bisa ia kendalikan lagi. Belum hilang sakit hati dengan perkataan Daza yang merendahkan orang tuanya, ia malah mendapati dua orang tersebut sedang melakukan hal yang tidak pantas sama sekali di depan matanya.“Aku-“Lavendra langsung menepis tangan Daza yang hendak memegangnya. Ia masih belum bisa menerima sepenuhnya apa yang dilakukan oleh orang yang ada di depannya tersebut. Semuanya masih terlalu baru untuk bisa ia lupakan begitu saja.“Sebaiknya, kalau kamu mau melakukan sesuatu dengan Lora, jangan pernah melakukan di ruang tamu,” ucap Lavendra.“Kenapa?” Daza tak menangkap maksudnya.Diangkatnya kepalanya untuk melihat ke arah sang suami. Matanya sudah perih menahan air mata dan juga kesedihan mendalam yang sangat ia pendam tersebut.“Ada CCTV di seluruh sudut yang dipasang oleh kakek dan papa,” jawabnya.“APA?!” Daza memegang kedua lengan Lavendra dengan sangat
Papa dan kakek seolah saling mengirimkan kode soal bagaimana mereka harus memberikan jawaban kepada Lavendra. Sangat mencurigakan dan membuat dirinya tersebut sedikit tidak nyaman. Jelas sekali ada yang berusaha mereka sembunyikan dari Lavendra.Lavendra hanya bisa memegangi kedua tangannya sendiri di bawah meja. Ia merasakan bahwa suasananya jadi tidak nyaman, dan makin lama membuat dirinya ingin segera pergi saja dari sana. Kemudian, papa melihat ke arahnya, dia tampak mulai akan memberikan jawabannya.“Nak, apa kamu pernah menanyakan ke ayahmu, kenapa kami bisa dekat?” tanya papa kepadanya.Lavendra menggelengkan kepala. Yang ia tahu hanya lah bahwa papa adalah teman dekat ayah semasa kuliah dulu. Lavendra tidak ada niatan untuk menanyakan lebih lanjut soal hubungan mereka yang seperti apa. Makanya Lavendra tidak tahu banyak.“Dulu, kalau bukan karena ayahmu, papa pasti sudah bangkrut,” ujarnya.Sedikit kaget Lavendra mendengarnya. Bahkan kedua alisnya mengkerut setelah mendengar a
Daza menyetujui untuk datang ke sekolah anak-anak mereka pastinya. Esok harinya, mereka melihat ramai sekali orang tua yang datang. Sampai-sampai Daza dan Lavendra merasa kebingungan dengan ada apa sebenarnya di sini.Sempat dirinya bertanya kepada orang tua lainnya mengenai acara apa saja yang akan dijalankan hari ini, namun, para orang tua malah memberikan alasan yang berbeda-beda, seolah mereka diminta datang bagaimana pun caranya.Duduk di aula sekolahan anak mereka, terlihat panggung megah dengan hiasan berwarna yang menyegarkan bagaimana pandangan mereka pada saat itu. Dan itu membuat Lavendra jadi menerka apa yang mungkin tengah dilakukan di sini.Tak lama. JREGHHHH. Sebuah banner yang ada di atas panggung terbuka dengan lebar, dengan jelas dirinya melihat sebuah tulisan yang membuatnya tersentuh.‘Mom and Dad, Thanks for coming, and this is your proud child.’Seketika, dari setiap kelas secara bergantian menampilkan sebuah lagu dan juga secara bergantian memberikan persembahan
Kabar dari Diana yang tengah hamil tersebut tentu saja makin membuat keluarga Daza dan juga Lavendra jadi makin erat. Karena keberadaan dari mereka adalah sebuah kebahagiaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh banyak orang pastinya.Akhirnya keluarga Daza memilih melakukan liburan keluarga secara besar-besaran berkat kabar tersebut. Sekarang sudah bukan dua lagi keluarga yang ikut dalam liburan tersebut, melainkan tiga.Sebuah pulau disewa selama seminggu penuh, sambil membawa chef ternama dan juga pastinya juga pengasuh serta art, membuat acara jadi makin ramai sekali.Upah mereka jelas saja dinaikkan lebih dari 2 kali lipat. Anggap saja bonus karena mereka jadi harus bekerja ekstra di tempat yang bukan menjadi pekerjaan mereka sekarang ini.“Ternyata setelah menikah jadi sesenang ini ya!” Diana begitu antusias selama perjalanan karena semua yang dia minta selalu ia dapatkan.“Haha, selama kamu menikah dengan orang yang tepat, tentu saja, apa yang kamu inginkan pun pastinya akan kamu
“Sudah, jangan diambil hati, kalau sudah saatnya kamu bertemu jodoh, sudah pastinya kamu akan menikah pada waktunya,” ujar dari Lavendra.Diana hanya menghela napas kecil sebelumnya. Ia pasti sudah merasakan berat perasaan yang dia miliki dan juga pasti ia sendiri paham kenapa bisa sampai seperti ini.“Oh, ini,” Diana mendadak menyodorkan sebuah kertas kepadanya.Lavendra menerima dan melihatnya terlebih dahulu. Namun, ia begitu kaget saat melihat apa yang tertera di depannya. Dengan mata terbelalak yang tidak percaya sekaligus merasa begitu syok melihatnya, Lavendra segera bertanya kepada Diana mengenai apa maksudnya.“Kamu akan menikah?!”Daza baru pulang mendengarnya sama kagetnya dengan bagaimana Lavendra memberikan reaksi pada dirinya tersebut. Daza segera menghampiri mereka dan merebut dengan mendadak kertas yang dipegang Lavendra.Sebuah undangan diberikan kepada mereka berdua secara tiba-tiba sekali. Daza yang dari awal melihat ke arah sana, berpindah melihat ke arah Diana yan
Setelah melakukan usg pada kehamilan Lavendra, Daza beserta dirinya tidak tahu harus merespon bagaimana lagi. Mereka mendapatkan anak kembar lagi untuk kedua kalinya.Pikiran Lavendra langsung kosong seketika saat memikirkannya. Anak kembar yang sekarang sajas udah cukup membuat mereka pusing, apalagi kalau ada 4 orang anak nantinya. Bisa-bisa mereka berdua tidak waras lagi.Mereka pergi dahulu ke rumah kedua orang tua Daza. Sepertinya hal ini perlu sedikit dibicarakan kepada mereka untuk bisa mendapatkan solusi yang terbaik, dan pastinya baik bagi mereka berdua juga nantinya.“Ma…, menurut mama, aku harus bagaimana?” Daza langsung memulai obrolan bahkan sebelum ia menjelaskan kenapa mereka berdua sekarang ini datang kemari.“Maksudny? Soal menitip si kembar? Mama tidak masalah. Diana dan kakek sangat senang melihat mereka berdua. Papa juga terima kalau semisal kalian mau menitip si kembar lebih lama,” ucap mama.Menoleh ke arah ruang tamu, melihat kedua anak mereka yang memang begitu
Mendengarnya tentu saja membuat Lavendra sedikit kesal mendengarnya. Daza mengatakan hal barusan seolah-olah semua bisa diselesaikan dengan mudah.Ia langsung menoyor kepala suaminya yang jelas saja sudah berangan tinggi ingin menambah anak lagi.“Enteng sekali bilangnya. Kamu tidak lihat kalau aku rasanya sudah mau setengah mati bertahan?!” kesal Lavendra.“Hahah, tidak Honey,” Daza kemudian memeluknya sebagai alih menghibur, “aku hanya berpikir saja,” sambungnya.“Kamu pikir mudah merawat anak? Dua saja kamu sudah kewalahan,” Lavendra masih merasa kesal mendengarnya.Bagaimana tidak, apa yang dikatakan Daza itu seperti meremehkan bagaimana selama ini Lavendra berjuang dari awal kehamilan sampai akhirnya melahirkan. Apalagi, Lavendra masih merasa sedikit trauma setelah melahirkan.Bukan saat mengenjan, melainkan setelah jahitannya selesai. Ia sampai tidak berani buang air besar selama seminggu karena takut akan merobek jahitannya tersebut. Makanya dia sangat bersyukur sudah melewati
Lavendra benar-benar merasa hidupnya berada di ujung tanduk. Meski Daza daritadi menyemangati dalam diamnya, Lavendra tahu bahwa Daza begitu khawatir sekali. Sementara itu, tim medis juga berusaha mengarahkan dengan benar kepada Lavendra.Meski begitu, Lavendra merasa benar-benar tidak bisa bertahan lebih lama. Namun, demi anaknya, ia melawan dan berusaha sekeras yang ia bisa pastinya.“OEKKHHH.”Anak pertamanya keluar.“Bagus Bu, sekarang tinggal satunya lagi.”Lavendra harus mengenjan sekali lagi. Dan itu tidak memakan waktu yang lama seperti yang pertama. Ia merasa lemas sampai-sampai dirinya benar-benar menyandar di atas tempat tidur tempat melahirkannya.Daza yang melihatnya merasa terharu, ia mendekati Lavendra dengan mengecup kening Lavendra, dan mengelus kepalanya. Bisa dirasakan dengan jelas air mata yang mengalir di wajahnya tersebut, dan itu membuat Lavendra merasa begitu tersentuh sekali.“Terima kasih, Honey. Kamu sudah berjuang keras,” ucapnya.Setelahnya Lavendra tidak
Yap, Daza dan Lavendra memang tidak melakukan perjalanan jauh untuk bisa mengabari. karena usia kandungan yang masih awal, mereka masih belum boleh berpejalanan terlalu jauh. Jadi, kabarnya hanya datang melalui panggilan video saja.Dan betapa mengejutkannya, saat Lavendra mengatakan apa jenis kelamin dari kedua anak mereka. Keluarga Lavendra begitu senang sampai-sampai mereka mengucapkan syukur yang begitu hebat.“Kita benar-benar beruntung, memiliki keluarga yang bisa mengerti keadaan kita,” ucap dari Lavendra.Daza menggelengkan kepalanya, “Justru kamu yang beruntung, diberikan hidup yang sangat luar biasa,” Daza memuji.Lavendra yang merasa malu sedikit memukul pelan tangan Daza setelah mendengarnya. Wajahnya jadi memerah karena mendengar Daza berkata begitu kepadanya.“Apa sih. Ini kan karena kamu juga,” ucap Lavendra.Sekali lagi, Daza menggelengkan kepala tidak membenarkan apa yang dikatakan oleh dirinya tersebut. “Kalau aku dulu tidak sadar akan keberadaanmu, mana mungkin aku
Peresmian bukanya kafe Lavendra bukan sembarangan. Berkat tim yang mengatur promosi benar-benar melakukan tugasnya dengan baik, Lavendra mendapatkan lebih dari 200 pelanggan pertama yang tengah menunggu.Angkanya memang tidak terlau besar sekali, namun, bagi dia yang baru pertama kali melakukannya, ini sudah cukup besar dan pastinya sudah membuatnya merasa begitu senang sekali. Keluarganya begitu menyambut dirinya, bahkan mereka sepertinya begitu menyayangi dirinya kali ini.Berbagai rentetan acara mulai dimulai. Banyak orang yang sangat bersemangat melihat bagaimana acara di mulai. Karena adanya promo yang bisa dibilang lumayan bagi mereka yang memenangkan permainan.Hingga tiba lah sampai dimana peresemian kafe Lavendra tiba.“Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, mari kita resmikan, Luvvy Café secara perdana hari ini dibuka!!!”Lavendra memotong pita yang membatasi di depan dari pintu masuk kafenya tersebut. Banyak orang yang bertepuk tangan menyambut dan memberikan sambutan yang
Lavendra mulai mengurangi rasa perhatian atas permintaan orang tua Daza. Mereka meminta begini supaya bisa membuat Daza sadar bahwa bukan hanya dia yang perlu diperhatikan. Dan benar saja, cara itu bekerja dengan baik.Lavendra memilih sibuk dengan memberikan resep kepada para calon pekerjanya nanti. Tentu saja ini dia lakukan bukan tanpa alasan juga. Ia harus segera membuka kafenya untuk mencari kesibukan lainnya.Di satu waktu, Lavendra sedang membandingkan merek coklat yang nantinya ia akan pakai sebagai pasokan supaya menjaga kualitas atas dessert yang akan dia buat nantinya. Tidak perlu waktu lama, tetapi ia harus menguji beberapa.“Honey,” Daza yang menontonnya daritadi akhirnya memanggil.“Ya?” Lavendra langsung menjawab.“Bisa kita bicara sebentar?” ajaknya.Melihat raut wajah beserta bagaimana tatapannya, Lavendra tahu, bahwa Daza aka berbicara sangat serius kepadanya. Akhirnya ia memasukkan dahulu coklat yang sudah ia keluarkan ke dalam pendingin dahulu.Daza mengajaknya ber