Riko makin lama makin ngotot berusaha untuk bisa mengusir Daza dari rumah Lavendra. Makin hari gelap, maka Riko akan makin bersikeras membuat Daza untuk benar-benar bisa pergi dari sana. Sayangnya, Daza sama sekali tidak bergeming meski sudah mendengar semua ucapan dari Riko.Tidak ada satu pun kata yang baginya masuk akal dan bisa dipercaya. Karena tujuan Daza datang ke sini adalah bertemu dengan Lavendra. Jadi, kalau Lavendra yang berbicara, baru Daza mau bertindak seperti apa yang dikatakan olehnya.Hari sudah malam, dari luar sudah terdengar suara beberapa orang dengan langkah besar dan tawa yang kecil. Daza bisa langsung mengenali bahwa yang datang itu adalah istrinya. Senyumnya tidak bisa berbohong sama sekali bahwa ia merasa sangat senang mendengar suara istrinya.Pintu dibuka dari luar, tampak Lavendra dengan pakaian yang sedikit kotor dan juga rambut acak-acakkan baru saja datang dari ladang. Pandangan mereka berdua bertemu dengan Lavendra yang kaget melihat keberadaan dari D
Lavendra tak tidur dengan Daza karena permintaan dari orang tuanya. Meski awalnya Daza merasa keberatan, akhirnya dia menerima dengan berat hati. Lavendra hanya bisa menertawakan bagaimana sang suami yang benar-benar dibuat tidak berkutik oleh ayahnya tersebut.Pagi-pagi, Daza sudah diberikan pakaian untuk dibawa ke ladang. Meski sebenarnya kaget karena mendadak sekali ayah mertuanya meminta, namun Daza mau tidak mau harus menurutinya. Sementara itu, Lavendra masih berada di rumah untuk menyiapkan bekal untuk dibawa ke sana.Sambil mengikuti ayah mertuanya, Daza melihat ke sekitar dan melihat dengan sangat luas seberapa ladang yang dimiliki oleh keluarga Lavendra. Benar-benar luas sampai tidak ada rumah yang ada di dekat sana. Itu membuat Daza merasa melongo.“Ambil beberapa bibit yang ada di gudang sana, nanti bawa ke sini, kita akan menanamnya,” ucap dari ayah mertuanya.Meski kaget, Daza merasa kakinya bergerak begitu saja seperti apa yang sudah diperintahkan olehnya kepada dirinya
Lavendra sudah bisa langsung mengenali suara siapa dan juga bagaimana orang yang mendatanginya tersebut. Saat menoleh, benar saja. Orangnya tidak lain ialah salah satu wanita yang dari dulu memang tidak terlalu senang dengan dirinya ini.“Oh, hai,” sapa Lavendra dengan ramah.Wanita tersebut datang sendirian, tangannya menyilang dengan wajah mendongan yang sangat angkuh dan juga sombong. Rasanya ingin dipenyet supaya dia bisa lebih sadar kalau dia itu tidak ada apa-apanya.“Kamu masih bekerja di ladang? Bahkan setelah menikah? Haha, tampaknya memang kamu tidak cukup bahagia menikah ya? Hahaha,” tawanya.Senyum tipis saja yang Lavendra berikan kepadanya. Meladeninya hanya akan membuang banyak waktu dan membuat Lavendra lelah sendirian.“Ya, begitu lah. Bagaimana kabarmu, Risa?” tanya Lavendra.“Aku?” Dia menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi wajah yang cukup mengesalkan, “tentu saja aku hidup bahagia. Bahkan lebih bahagia daripada dirimu! Pacarku seorang terpandang di kotanya. Dia o
Lavendra merasakan kehangatan dari keluarga Daza yang sudah yang sudah lama tidak ia rasakan selama beberapa bulan ini. rasanya jauh lebih merindukan ketimbang saat dirinya pulang. Dibalasnya pelukan sang mertua dengan sangat erat.Dirinya diajak pulang dengan mobil yang sudah menunggu mereka. Mama tidak sedikit pun berhenti bicara meski hanya sebentar saja kepada Lavendra. Seolah sudah ada banyak sekali topik pembicaraan yang tidak pernah dibicarakan kepadanya, dan sekarang dikeluarkan semuanya tanpa terkecuali.Lavendra merasa senang, ia benar-benar dianggap keluarga di sini. Ia juga merasakan kalau hangatnya keluarga ini memang pantas untuk dirinya. Daza yang duduk di sebelahnya menggenggam erat tangan Lavendra.Semua terasa berbeda saat dirinya pulang. Bahkan suami yang ia kira tidak akan pernah menyadari keberadaannya justru menjadi orang yang paling sadar akan dirinya saat ini. ia merasa senang, bahwa Daza kini tidak seperti bagaimana mereka bertemu dulu.Tiba di rumah utama, La
Pelukan tersebut mengerat di pinggang Lavendra. Ditambah dimana ini adalah kali pertama dirinya merasakan, Lavendra merasakan dengan cara yang berbeda soal bagaimana pegangan dari Daza tersebut menyentuh dirinya ini.“Rasanya sesak sekali merindukanmu tiap malam. Memimpikanmu tiap tertidur, dan tak sesekali aku merasa kehilangan karena biasanya ada kamu di dapur,” ujar dari Daza.Dengan jantung yang masih berdegup dengan kencang, Lavendra menelan salivanya. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa suami yang dulunya sangat dingin dan begitu membuatnya sakit, sekarang malah melekat kepadanya dengan terang-terangan dan tidak ragu sama sekali mengenai bagaimana dia melingkarkan tangannya tersebut.Perlahan tangan Daza mulai masuk ke dalam pakaiannya. Lavendra merasakan dengan jelas kulit tangan Daza yang menyentuh tubuhnya tersebut. Daza mulai mengecup sedikit demi sedikit leher Lavendra, dibarengi dengan napas panas yang terasa begitu jelas.Rasanya makin meresahkan saat napas tersebut memb
Daza hanya bisa tersenyum melihat bagaimana Lavendra mengucap terima kasih atas apa yang telah dilakukan. Daza sendiri sadar bahwa ia telah banyak melakukan kesalahan sebelumnya, dan saat menemukan fakta mengenai Lora, membuat Daza makin sadar.Rasa syukur atas pilihan istri oleh orang tuanya ternyata memang tidak ada salahnya sama sekali. Rasanya menyesal bahwa Daza tidak menerima Lavendra lebih awal dengan tangan lebih terbuka.Hari itu juga, demi menebus rasa bersalah dan juga perasaannya yang merasa tidak tenang selama ini, Daza mengajak Lavendra jalan-jalan. Pertama, mereka datang ke tempat pijat terlebih dahulu untuk meregangkan badan mereka berdua. Lavendra nampak menikmatinya sekali.Lalu, Daza mengajak Lavendra menuju ke mall yang cukup terkenal dan juga besar yang ada di kotanya tersebut. Daza bertekad untuk membelikan apa pun yang Lavendra mau. Dia ingin membuat Lavendra merasa bahwa dia adalah ratu sekarang ini.“Kenapa kita ke sini?” tanya Lavendra yang berhenti melangkah
Rasa kagum, bingung, haru, dan senang ia rasakan jadi satu. Perasaan kian membuatnya makin membunga karena Lavendra benar-benar tidak tahu kalau ternyata Daza bisa jadi jauh berbeda dari sebelumnya.Wajah ketusnya mendadak seperti tiada lagi di sana. Kini kedua sudut bibirnya pun mampu tersenyum hangat. Bahkan, tatapannya jauh berbeda dari yang dulu dingin dan jutek, berubah menjadi hangat dan menenangkan dirinya.Perlahan dirinya membuka mulut, Lavendra menerima suapan dari Daza yang terasa bagaikan mimpi bagi dirinya ini. selain di luar keinginannya. Ini benar-benar terasa seperti di luar dari alam nyatanya.“Enak, kan?” tanya Daza kepadanya.Sambil mengunyah rasa coklat yang begitu enak, Lavendra menganggukkan kepala dengan sangat pelan. Dia benar-benar menginginkan suasana seperti ini. Setengah mimpi dan nyata, Lavendra merasakan ini sebagai mimpi yang tidak ingin dirinya bangunkan.“Coba yang ini. Ini coklat termahal dan juga terenak yang pernah aku coba sebelumnya,” saran dari D
Siapa yang tidak kaget mendengarnya? Tentu saja Lavendra tahu bahwa harganya pasti bukanlah harga murahan dan juga bisa dipastikan. Dirinya segera memukul pelan lengan suaminya yang mengajaknya kemari tanpa memberitahu dulu.“Kenapa?” kejut dari Daza menerima pukulan tersebut.“Ya kenapa kamu tak ajak aku ke tempat biasa saja? Kedai pinggir jalan juga sudah oke!” gerutu Lavendra.“Memangnya kenapa? Aku sudah bilang akan mengajakmu bulan madu. Setidaknya aku ingin mengajakmu ke tempat yang berkesan,” bela dari Daza atas pilihannya tersebut.Lavendra ingin sekali mengomel sekali lagi kepada suaminya dan menjelaskan kenapa dia tidak senang diajak ke sini. Tetapi, ia benar-benar mengurungkan niatnya karena ia mencoba menghargai suaminya setelah menghela napas pelan.“Ya sudah lah. Toh juga aku yakin kamu tidak sembarangan memilh tempat,” ucapnya.Daza tersenyum melihat penerimaannya. Mereka berdua masuk ke dalam. Dan makin terkejut lah Lavendra melihat isi dalam dari tempat tersebut. Rest