Share

6. BOJO

Penulis: A mum to be
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-17 23:16:52

CIIT!!

Radit memilih menepikan mobil yang ia kendarai tepat di rest area yang berada di ruas kanan jalan tol. Tak ingin situasi tadi berubah semakin memanas. Terbukti saat ini kedua wanita yang saling menatap sengit tersebut lekas memutuskan kontak mata mereka.

"Istirahat sebentar ya. Aku mau ngopi. Mungkin Ibu dan Mbak Manda mau ke toilet juga."

Ibunya mengangguk cepat. "Sekalian ibu nitip teh anget ya, Dit."

"Baik, Bu."

Usai mengatakan titah barusan wanita paruh baya tadi lekas meninggalkan mobil. Tak pedulikan Amanda yang masih membungkam mulut. Radit pun berinisiatif untuk turun dan membukakan pintu untuknya—wanita yang bahkan belum ada hitungan 24 jam menjadi istrinya itu.

"Maaf ya, Mbak."

"Enggak usah minta maaf. Lama-lama kupingku panas dengerin kau ngomong hal yang sama terus," dengkus Amanda dengan wajah masamnya.

"Iya iya. Sabar aja ya, Mbak. Ibu memang suka ketus. Sebenarnya dia baik kok. Buktinya bisa luluh sama Dinda."

Amanda hanya memutar malas bola matanya. Sama sekali tak ingin menanggapi apa yang diutarakan sang suami. Sementara Radit sendiri mulai bergerak memilih kopi dan teh pesanan Bu Ningsih. Barulah dia kembali duduk dengan dua cup minuman yang masih mengepulkan asap.

"Aku bisa ambil sendiri," gumam Amanda memotong gerakan bibir Radit yang sepertinya hendak mengucapkan sesuatu.

Pria berparas tampan itu tersenyum kecut lalu mengangguk singkat. Membiarkan Amanda kemudian bangkit dan bergerak menyambar sebotol air mineral di rak supermarket yang ada di sana.

"Apa yang kau harapkan dari dia sih?"

Ibunya muncul entah dari mana, tetapi yang jelas sekarang jarinya sudah menggenggam sebuah cup berisi teh pesanan yang dibelikan Radit. Tak pelak memandang sinis ke arah sang menantu yang tengah berdiri di depan meja kasir.

"Mbak Manda itu kakaknya Dinda, Bu. Tolong bersikap baik sama dia," pinta Radit dengan wajah memelas. "Kalian masih belum saling kenal. Aku paham kok."

"Karepmu lah, tapi feeling ibu yakin kalau dia bukan perempuan yang baik. Beda sama Dinda yang lebih kalem," cerocos ibunya panjang lebar.

Percakapan mereka terjeda lantaran Amanda sudah muncul kembali. Radit lekas menyudahi minumnya setelah merasa kondisi cukup bisa dikendalikan lagi.

"Apa kita bisa lanjutkan perjalanan lagi?" tanyanya pada dua wanita itu.

Ibunya mengangguk, sedangkan Amanda mengiyakan dengan suara lirih.

Lagi. Situasi kembali menjadi canggung. Namun, kali ini Bu Ningsih tidak lagi banyak bicara. Melainkan mencuri pandangan lewat lirikan sinisnya pada cermin yang menggantung di atas dasboard.

Jelas Amanda tahu bahwa ia tengah diperhatikan seperti sekarang. Jadilah dirinya bersikap masa bodo. Lebih memilih memejamkan mata hingga sampai di tempat tujuan.

Pekarangan luas beserta tanaman bewarna hijau mendominasi pemandangan Amanda begitu mobil yang dikemudikan Radit menepi di ujung persimpangan gang. Rumah yang bahan bangunannya menyatu dengan alam seolah menyapa kedatangan mereka bertiga.

"Kita sudah sampai," ujar Radit yang sempat menolehkan kepalanya di kabin belakang. Dia tersenyum pada Amanda yang sempat terpana dengan keasrian rumah milik orangtuanya itu.

Namun, suara deheman keras lekas merebut kekaguman sang gadis. Barulah ia sadar tengah ditatap horor oleh si empu penghuni itu.

"Kenapa?"

"Eng-gak," balas Amanda dengan suara tercekat.

Menghindari percakapan yang mungkin akan menciptakan perang dingin lagi, Radit lekas mengambil alih atensi keduanya.

"Ayo masuk. Aku juga sudah kangen sama rumah ini."

Entah kepada siapa dirinya berbicara. Yang penting dua wanita itu sekarang sudah sibuk ke luar dari mobil.

"Selamat datang di rumah ini, Mbak. Semoga betah ya," ucap Radit sambil tersenyum.

Amanda mengangguk ragu. Tak pelak dia mengikuti langkah Radit yang sudah lebih dulu ada di depannya. Sementara sang ibu mertua buru-buru melipir menuju dapur.

"Di sini enggak ada pembantu. Jadi apa-apa harus disediakan sendiri. Masak juga pake tungku, buat sambal enggak pake blender. Mandi ya pake timba." Bu Ningsih meletakkan teko kecil di atas meja tamu.

"Iya," jawab Amanda seadanya.

"Udah jam makan siang nih."

"Kita makan pecel aja ya, Bu. Aku yang beliin. Sekalian nyapa warga sekitar juga."

"Buat apa? Kenalin istri baru gitu?" nyinyir ibunya. "Emang mau dikatain yang tidak-tidak? Istri belum lama meninggal eh udah dapet pengganti. Naik ranjang pula. Malu-maluin ih!!"

Alih-alih menanggapi dengan nada yang sama, Radit malah terkekeh pelan. Dia bahkan berani menggenggam tangan Amanda tanpa ragu lagi. Membuat istrinya itu sempat tersentak kaget.

"Enggak ada yang salah kok. Aku 'kan laki-laki. Manalah punya masa iddah. Malah boleh nikah sampai empat kali juga. Jadi semua masih sesuai syariat agama kok," katanya seolah tanpa beban. "Kami keluar dulu ya, Bu."

Gendikan bahu Bu Ningsih sama sekali tak membuat Radit berpikir dua kali. Pria berkulit kuning langsat itu kemudian menghela napas pelan saat Amanda menarik kasar lengannya dari genggaman tadi.

"Aku bisa jalan sendiri."

"Ya ya. Belok kanan, Manda." Radit lebih dulu mendorong bahunya dengan lembut ke arah yang dimaksud tadi.

Sementara Amanda? Wanita itu segera menghentikan langkah usai mendengar namanya dielukan tanpa embel-embel lagi.

"Kau panggil aku apa?"

"Manda. Jadi apalagi?" ucap Radit balik bertanya. "Kita sudah jadi suami istri."

Amanda tak menggubris ucapannya lagi. Hingga kemudian mereka tiba di warung pecel. Semua orang yang ada di sana memandang heran ke arah Amanda dan Radit.

"Eh, Dit. Udah balik kampung aja. Kami turut berduka atas meninggalnya istrimu."

"Iya," balas Radit disertai dengan anggukan pelan. Tak pelak para tetangganya memandang heran Amanda yang tampak berdiri tak nyaman di sampingnya.

"Lah lah. Sopo iki?" tanya salah satu di antara mereka.

Semua membelalak kaget saat Radit kembali menggenggam tangan Amanda.

"Bojo," jawab Radit sambil mengulum senyuman tipis.

"HAHH!!?"

Bab terkait

  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   7. PILIH IBU ATAU DIA??

    Anggukan kepala Radit yang tampak mantap membuat semua pengunjung di warung sana terdiam seketika. Setelahnya memandang Amanda dengan tatapan tak percaya.“Kenapa? Ada yang salah?” tanya Radit kemudian. “Tidak ada peraturan yang mengatakan kalau pria yang ditinggal mati istrinya butuh waktu untuk menikah lagi ‘kan?” Sontak mereka menggeleng kompak. Radit pun mengulum senyum lalu menyelesaikan pembayaran untuk makanan yang dipesannya. Semula suasana di rumah nan asri milik peninggalan keluarga Radit tampak hening selepas makan siang berlangsung. Sang ibu memilih beristirahat di kamar. Sementara dua pasangan suami istri tersebut masih berada di meja makan.“Ck. Bahkan wastafel saja tidak ada?” kekeh Amanda dengan raut wajah meremehkan.Radit menanggapinya dengan anggukan santai. Tak pelak menyambar peralatan makan yang baru saja mereka gunakan. “Sekalian aku tunjukin kamar mandinya yuk. Kali aja kau mau pipis atau apa. Bantuin aku cuci piring ju

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-19
  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   8. OMONGAN PEDAS MERTUA

    “Manda!” Suara barusan tak dipedulikan oleh sang pemilik nama. Dia terus memacu langkahnya hingga terhenti di ambang pintu kamar. Terhambat oleh tubuh tegap tinggi Radit yang sudah berada di sana.“Enggak usah menjelaskan. Aku tahu!” ketus Amanda yang membuat wajah tegang suaminya sirna dalam sekejap.“Makasih ya. Maaf karena kita harus tinggal sedikit lebih lama di sini. Ibu cuma tinggal sendiri. Aku enggak mau dia kenapa-napa lantaran banyak pikiran nantinya,” jelas Radit panjang lebar. Dia melirik handuk yang tersampir di bahu kanan Amanda. “Aku antar yuk. Kau pasti belum terbiasa mandi dengan kondisi begini.” Ucapan Radit ada benarnya. Amanda kembali melangkah hingga sempat berpapasan dengan sang mertua yang tengah menghidangkan makan malam.“Radit itu anakku. Dia pasti akan memilih ibunya.”“Bu,” tegur Radit yang merasa tak enak hati.“Sudahlah. Cepat temani istri manjamu. Ibu sudah lapar.” Bu Ningsih menghalaukan tangannya ke udara agar Radit tak memb

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-19
  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   9. MANDI BERSAMA

    Perempuan bernama Arini itu menatap lekat manik mata kecokelatan milik Amanda. Berusaha meyakinkan diri kalau rumor yang ia dengar tidaklah benar. Sayangnya anggukan dari sang lawan bicara lekas memusnahkan harapan yang sempat terjalin.“Iya. Aku istrinya,” gumam Amanda kemudian. Gurat kecewa yang tergambar dari wajah Arini sangat kelihatan jelas sebenarnya. “Kenapa?”“Enggak.” Suasana menjadi canggung seketika. Beruntung beberapa detik kemudian Radit muncul bersama Bu Ningsih. Arini pun segera memasang tampang ceria seperti semula.“Ke sini kok enggak ngomong dulu sih, Rin? Tahu gitu ‘kan bude nyiapin makanan. Yang ada cuma teh aja,” ucap Bu Ningsih sambil tersenyum.Arini menggeleng pelan. Tak pelak menyeruput teh yang disajikan untuknya. “Aku enggak lama kok, Bude. Niatnya mampir untuk ngasih oleh-oleh aja. Habisnya kemarin bude ke Medan ‘kan?”“Iya. Ibu hadirin acara pernikahanku dengan Manda.” Kali ini Radit yang bersuara. Tak pedulikan lirikan sebal dari ibunya.“A

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-20
  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   10. MENDADAK PULANG

    “Mau berapa kali sih harus dibilangin, hah?! Sudah jam berapa ini?” Suara lengkingan barusan berhasil merenggut akal liar Radit. Pria itu buru-buru menyudahi mandinya. Pun begitu juga dengan Amanda yang sekarang sedang berganti pakaian.“Sudah?” tanya Radit dengan sedikit berbisik. Istrinya mengangguk pelan dengan wajah yang tampak menahan kesal. Kini keduanya kompak ke luar dari kamar mandi dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Bu Ningsih. Wanita paruh baya itu memandangi mereka dengan heran.“Kalian … mandi bersama?”“Iya, Bu. Kenapa sih? Namanya juga suami istri. Apa ada yang salah?” ucap Radit balik bertanya. Ibunya menggeleng cepat. Radit lantas lekas menarik lengan Amanda untuk segera bergegas ke kamar. Tahu bahwa mereka tak mungkin diomeli lantaran waktu mendesak menjelang Maghrib.Jangan merasa bersalah, Radit. Dia ‘kan sudah jadi istrimu. Sah-sah saja kok. Batinnya kembali bersuara. Radit mengembuskan napas kasar l

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   11. KENAPA MARAH-MARAH?

    [“Iya, Nak. Kami bahkan sudah di rumah sekarang.”] Sahutan di seberang sana membuat Radit mengembuskan napas lega. Bagaimana tidak. Luka kehilangan karena kepergian mendiang Dinda masih sangat menyesakkan dada. Apalagi mendengar kabar buruk tentang putrinya sendiri. Dunianya bisa saja runtuh seketika.[“Maaf ya, Nak. Papa saja yang panik makanya langsung mengabari kalian. Ternyata Ayra hanya demam karena efek imunisasi tadi sore.”] Terdengar suara omelan setelahnya. Tentu saja Mama Tiara yang memprotes sikap ceroboh pria paru baya tadi. Kini Amanda dan Radit saling menoleh tanpa suara. Sama-sama menyimpan perasaan tenang usai mendapatkan pencerahan dari pasangan suami istri tersebut.[“Syukurlah kalau Ayra baik-baik saja. Tolong jagain ya, Ma, Pa. Aku sama Manda lagi dalam perjalanan pulang.”] Radit pun menyerahkan ponsel yang ia genggam barusan pada sang empu. Kemudian kembali fokus pada kemudinya lagi.“Ya udah ya. Aku tutup teleponnya dulu,

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   12. TANGISAN DI PAGI HARI

    Pagi-pagi sekali seisi kamar sudah dihebohkan oleh suara tangis Ayra. Sementara dua orang dewasa di sana terus saja berdebat. “Kau saja yang tidur seperti orang mati. Kalau saja Ayra bisa bicara, dia pasti membelaku. Dasar payah!” ketus Amanda yang berusaha menenangkan bayi mungil di gendongannya. Radit mendengkus pelan. “Aku minta maaf. Sumpah. Suaramu tidak terdengar.” “Alasan. Kau terlalu banyak bicara. Baru satu malam saja sudah terbukti gagal.” “Hei! Namanya juga belum terbiasa.” Radit masih membela diri. “Mungkin dia haus makanya nangis terus.” Amanda memicingkan matanya. Memberi kode lewat gerakan dagu agar Radit melihat botol susu yang masih berisi susu di dalam boks bayi. “Dia menolak. Tidak pipis juga kok. Entahlah,” erangnya hampir frustrasi. “Sini, Sayang. Papa yang gendong ya?” Tangan Radit sudah terjulur di depan Amanda. Namun, Ayra malah menggerak-gerakkan kakinya. Membuat sepasang suami istri itu kebingungan sendiri. “Hah. Kita pangg

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   13. PINDAH RUMAH

    Amanda lantas memandang Radit dan papanya secara bergantian. Menanti jawaban yang ke luar dari mulut kedua pria itu.“Aku belum sempat bicara dengan Manda, Pa,” ucap Radit akhirnya. Penuturan barusan membuat Tuan Yuda mengangguk paham. Dia dan sang istri kemudian pamit terlebih dahulu dari sana. Membiarkan pasangan tersebut mengambil waktu untuk mengobrol. Di sinilah keduanya sekarang. Kamar Amanda yang sudah sah menjadi milik Radit juga. Hanya sayang sampai detik ini tubuh dan hati wanita cantik yang merupakan istrinya itu masih belum bisa disentuh sama sekali.“Apa yang ingin kau katakan?” tanya Amanda langsung pada intinya. Dia menatap lekat Radit yang juga memandang ke arahnya.Radit meng

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23
  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   14. RUMAH PENUH KENANGAN

    “Kita sudah sampai.” Radit mengatakannya sembari menepikan mobil yang ia kendarai. Lantas segera keluar dan membuka pintu pagar rumah setinggi bahu orang dewasa tersebut. Hingga kemudian pria itu kembali dan melajukan kendaraan roda empat tadi hingga tiba di garasi. Jantungnya berdetak tidak karuan mengingat banyak momen manis yang mulai menyambangi pikiran. Kenangan bersama mendiang Dinda muncul tanpa kompromi begitu saja. Barulah ia sadar bahwa hatinya masih belum tertata dengan baik. Terus apa? Mana mungkin dia mengusir wanita yang sudah dinikahi hanya karena terus dibayangi masa lalu.“Apa kami sudah boleh turun?” tanya Amanda yang lekas membuyarkan lamunannya.Radit pun terkesiap dan segera mengangguk mengiyakan. Tangannya menyambar kunci rumah yang berada di atas dashboard dengan sedikit gemetar. Beruntung tak ada yang melihat karena Amanda sudah keluar bersama dengan Sus Rini yang sedang menggendong Ayra.“Mungkin di dalamnya sedikit berantakan karen

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23

Bab terbaru

  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   136. TAKDIR TUHAN SELALU BAIK (TAMAT)

    Radit tahu bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Yang Kuasa. Namun, entah mengapa sulit sekali menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Sungguh pengalaman pamit saat menyambut kelahiran Ayra dulu masih membekas jelas di dalam ingatannya. “Kalau Bapak mau ke luar dari sini silakan. Operasi akan segera dimulai,” kata seorang perawat kemudian. Tidak. Radit tak akan mau meninggalkan Amanda yang sedang berjuang melahirkan para buah cinta mereka. Pria itu bangkit lalu berjalan perlahan ke sisi sang istri. Kini kedua mata mereka saling bertemu pandang seolah sedang berbicara dari hati ke hati. Operasi pun dimulai. Efek anastesi mulai berjalan sehingga Amanda tak lagi bisa merasakan sayatan demi sayatan yang perlahan mulai membuka kulit perutnya. Sementara Radit terus melantunkan do’a di dalam kalbu. Memohon pada Tuhan agar orang-orang yang dicintainya selamat dan tidak kekurangan sesuatu apapun. “Aku mencintaimu, Sayang.” Amanda mengatakann

  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   135. ANTARA HIDUP DAN MATI

    Tadinya Radit yang sudah terserang bucin akut pada Amanda sangat khawatir begitu melihat orang yang ada di hadapan mereka saat ini. Namun, rasa cemas pun perlahan sirna usai menyaksikan sendiri betapa wanitanya tidak lagi ingin menghindar.“Nama anak cantiknya siapa?” tanya Amanda sambil tersenyum. Bayi perempuan usia satu tahunan yang ada di pangkuan mamanya itu menggeliat kecil. Lantas tersenyum malu dan tampak salah tingkah.“Nama aku Aulia, Tante.” Adalah Tisa selaku sang mama yang menjawab pertanyaan barusan. Tak lama kemudian Amanda mengulurkan tangannya dan disambut dengan kecupan oleh si bayi. Membuat Ayra yang tadi duduk anteng di baby chair-nya mendadak berontak. Kelakuan calon kakak dari anak-anak kembar Amanda tersebut menjadi perhatian para orang dewasa di sekitarnya.“Ni Mama Aia!!” pekik Ayra dengan mata yang sudah melirik sinis. Dia bahkan menggeleng saat Radit hendak memperkenalkannya pada putri Tisa dan Andre itu.“Ya ampun!

  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   134. RUMAH BARU

    “Sayang, masih lama?” Radit yang sedang mengemudi menoleh sekilas ke arah istrinya lalu menjawab, “Sebentar lagi kita akan sampai. Sabar ya, Sayang.” Amanda mengangguk. Wanita cantik itu tersenyum manis walaupun dalam keadaan mata yang masih tertutup sejak mereka meninggalkan rumah tadi. Hingga hampir setengah jam kemudian mobil yang dikendarai Radit pun berhenti. Pria itu bergegas membuka sabuk pengaman dirinya dan sang istri. “Apa aku boleh buka penutup matanya?” tanya Amanda yang sudah tak sabaran. “Jangan dulu,” jawab Radit yang seketika menggenggam erat tangannya. “Kita melangkah perlahan agar kau tak tersandung. Hati-hati.” Amanda bergumam pelan seraya menganggukkan kepala. Dia terus melangkah sesuai tuntunan sang suami hingga berhenti beberapa saat kemudian. “Apa sudah bisa dimulai, Pak?” tanya seseorang yang berdiri di kejauhan. Radit mengangguk. Pria itu kemudian mengambil posisi di belakang sang istri lalu membuka ikatan penutup mata tadi. “Silakan, Sayang.” Kini k

  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   133. HAPPY BIRTHDAY, HONEY!

    Satu harian ini Amanda jadi misuh-misuh sendiri di dalam kamar. Wanita cantik tersebut hanya keluar untuk mengisi perut atau sesekali melihat keadaan Ayra. Tentu saja dia masih kesal karena sang suami pergi tanpa mau mengajaknya. Padahal apa yang dikatakan Radit tadi ada benarnya. Dia mungkin akan kelelahan karena aktifitas mereka yang sangat padat hingga malam hari. Meskipun begitu, tetap saja hati kecil Amanda tidak terima. Jadilah dia cemberut sekarang.TOK TOK!!“Masuk aja. Enggak dikunci kok,” kata Amanda yang mematut diri di depan cermin. Beberapa detik kemudian Bu Ningsih muncul sembari menggendong Ayra yang sudah terlelap. Ibu mertuanya itu masuk lalu merebahkan sang cucu di atas ranjang.“Ibu dan Tiara mau keluar ya. Ayra samamu dulu.”Amanda langsung manyun. Kenapa mereka juga tak mau mengajaknya? Atau paling tidak berbasa-basi. “Kalian mau ke mana, Bu?”“Si Tiara minta ditemenin ke supermarket. Beli buah-buahan katanya,” jawab Bu Ni

  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   132. JANGAN?

    “Jangan mancing-mancing.” Amanda menjauhkan kepalanya dari Radit lalu melirik sebal pria yang sudah mengulum senyum itu. Tentulah ia tahu apa maksud dari serangan kecil barusan. “Boleh aku bicara jujur?” Radit masih saja mengeluarkan jurus jitunya. Apalagi kalau bukan menggoda Amanda. “Apa?” “Kau semakin cantik dan seksi,” bisik Radit sembari mendekatkan tubuh mereka kembali. “Semuanya padat dan berisi.” “Berhentilah membual,” desis Amanda saat tangan nakal itu sudah mulai menjalar ke mana-mana. “Ini masih pagi dan situasinya enggak tepat.” Namun, Radit yang sudah terbakar gairah sepertinya tidak peduli. Dia malah semakin bersemangat untuk menggempur tubuh sang istri. Pertarungan di atas ranjang pun menggantikan olahraga paginya kali ini. Bunyi kecipak dan ayunan lembut yang mereka ciptakan sendiri menjadi suara yang begitu memabukkan. Bahkan ketika ledakan cinta didapat, keduanya masih ingin menggapai momen itu kembali. Sayangnya gagal karena pintu kamar sudah terbuka seba

  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   131. SANGAT TAKUT KEHILANGANMU

    Amanda refleks melebarkan kelopak matanya saat merasakan nyeri di bagian perut. Begitu juga dengan Radit yang baru menyadari sang putri sudah terbangun."Mama Aia!!""Iya, Sayang. Kenapa malah mukul tangan papa sih? Perut mama juga kena jadinya." Radit mengomel sembari melihat ke arah istrinya."Enggak pa-pa," ucap Amanda yang kemudian mendudukkan diri. Lantas dia tersenyum pada Ayra yang sudah cemberut. "Anak mama kenapa ya kok main pukul-pukul lagi? Katanya sayang sama papa juga, kenapa begitu, hmm?""Mama Aia!!"Gadis kecil itu malah menatap tajam sang papa. Seolah memberitahu bahwa Amanda hanya miliknya saja. Sementara kini Radit hanya menjadi pendengar kedua ibu dan anak tersebut yang mulai berbicara.Kini dengan suara lembutnya Amanda menjelaskan bahwa sikap Ayra barusan salah. Tak ada nada bicara meninggi ataupun rasa kesal yang tertangkap di wajah istri cantiknya tersebut. Membuat Radit semakin kagum pada wanitanya itu."Lain kali ngomongnya baik-baik ya, Sayang," kata Amanda

  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   130. AKU BUKAN DINDA!!

    “Kau ini kenapa sih?? Istri lagi hamil kok malah dibuat stress. Maumu apa, hah??” Radit menggeleng pelan dengan kepala yang sudah tertunduk. Tak berani menatap wajah sang ibu yang sedang mengomel itu. Sementara Mama Tiara hanya diam sembari memandang keduanya secara bergantian.“Aku hanya mencemaskannya,” kata Radit dengan suara lirih. “Aku enggak pernah menyangka jika Manda hamil anak kembar. Itu sangat berisiko.” Ya. Bukannya Radit tidak bahagia, tetapi rasa khawatir yang ada pada dirinya melebihi apapun saat ini. Sungguh kepingan memori buruk perihal wafatnya sang istri terdahulu mulai menari-nari di dalam kepala.Melihat wajah gelisah itu, Bu Ningsih berdecak pelan lalu menarik kursi hingga dia dan Radit kini saling berhadapan. Satu tangannya menyentuh pundak anak semata wayangnya tersebut.“Relakan apa yang sudah terjadi. Ibu tahu kalau kau takut Manda mengalami kejadian serupa seperti yang lalu bukan?” tanyanya yang membuat Radit lekas mengiyakan. “Se

  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   129. DUA JAGOAN

    “Dokter ‘kan enggak cuma satu aja. Ada banyak pilihan dan menurutku … ini yang terbaik. Dia juga lebih pro ke persalinan normal.” Radit mengatakannya sambil tersenyum. Tidak lagi marah karena pembicaraan tentang Dinda kembali menjadi topik mereka walaupun memang bukan disengaja.“Ya sudah kalau gitu,” kata Amanda kemudian.“Atau kau sudah punya pilihan dokter sendiri, hem?” tanya Radit sembari memelankan laju kendaraannya.Amanda menggeleng cepat sebagai jawaban. “Aku ‘kan sudah lama sekali enggak balik ke sini. Jadi ya terserah kau saja kita mau ke mana.”“Siapa tahu ada saran dari teman atau rekan di sosial media,” gumam Radit.“Enggak sih. Temanku dulu cuma Tisa dan sekarang malas rasanya dekat sama siapapun juga. Lagian sudah ada suami dan anak-anak. Cukup kok buatku.” Keterangan barusan membuat Radit semakin menyadari bahwa wanita di sampingnya ini memang introvert sedari lama. Dulu saat dia sedang bersama mendiang Dinda pun, Amanda terlihat acuh tak a

  • MENIKAHI SUAMI WARISAN   128. BERSABAR SEBENTAR YA

    Ada yang janggal. Itulah yang disimpulkan Amanda sekarang. Dia tak bisa bertanya pada Radit lantaran suasana tidak mendukung. Terlebih lagi Ayra mulai merengek lantaran ingin sekali berada di pangkuannya.“Ya udah iya. Sebentar ya, Sayang,” kata Radit pada sang putri. Dia pun mulai menepikan kendaraan lantas ke luar dari mobil.“Mu mama!!”Ayra sudah tak sabaran. Tangan dan kakinya yang sibuk meronta-ronta. Membuat Mama Tiara yang memangku jadi sedikit kewalahan. Hingga beberapa detik gadis kecil itu tersenyum saat sang papa sudah mengambil alih dan meletakkan tubuhnya di tempat yang ia inginkan.“Gimana, Sayang? Udah nyaman?” tanya Radit setelah memundurkan tempat duduk Amanda. Menyisakan jarak yang sedikit jauh agar kedua kaki istri cantiknya bisa bergerak dengan lebih leluasa.“Sudah,” jawab Amanda sekenanya. Barulah Radit kembali melajukan mobil seperti sedia kala. Sementara Ayra sudah tampak kegirangan karena berada di pangkuan mamanya.“Ana, Ma?”“Iya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status