Sebuah mansion yang di bangun dengan usaha kerasnya sendiri, Fedrick beristirahat.Dia menghela nafasnya cukup panjang karena merasa lelah hari ini karena pekerjaannya, terlebih masalah Bela yang membuat api dengan Dariel.Dia sama sekali tak ingin wanita itu celaka, karena dia sendiri sudah ahu betapa kejamnya pria itu.Dia menatap figura foto besar yang terpampang dengan jelas di dinding kamarnya, fotonya bersama Bela yang tampak sangat senang saat itu.“Aku hanya ingin melihat senyuman mu itu, Bel. Kenapa kau malah terperangkap di lubang yang begitu suram.” Gumam Fedrick.Fedrick duduk dalam ruangannya, merenungkan tentang Bela dan kondisi rumit yang sedang dihadapinya. Dia merasa perasaan campur aduk terhadap wanita itu, karena meskipun dia tahu bahwa Bela terlibat dalam aktivitas berbahaya, dia juga tak bisa menghindari perasaan khawatir dan cemas untuknya.Foto yang terpampang di dindingnya mengingatkannya pada saat-saat bahagia yang mereka habiskan bersama. Fedrick merasa sedih
“Kau hamil??” Ernest terkejut mendengar berita itu dari wanita yang tak pernah dia harapkan tersebut.Bela menatap Ernest dengan perasaan takut dengan memegang alat testpack yang dia bawa dari rumah tersebut.“I-ini buktinya.” Ucap Bela dengan gemetaran.Ernest merasa terkejut dan marah mendengar berita bahwa Bela hamil. Dia merasa terjebak dalam situasi yang rumit, dan rencananya dengan Bela telah berubah seketika. Dengan kasar, dia mengambil alat tes kehamilan dari tangan Bela dan meremasnya hingga rusak."Gugurkan," ucap Ernest dengan tegas dan tanpa keraguan. Tatapannya tajam dan serius, tidak memberikan Bela banyak pilihan.Bela merasa terguncang oleh permintaan tersebut. Dia tahu bahwa reaksi Ernest tidak akan mudah, tetapi dia tidak pernah membayangkan bahwa pria itu akan memintanya untuk menggugurkan kehamilan ini. Dalam keadaan penuh ketakutan, dia mencoba menjelaskan dirinya, "Ernest, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku takut. Aku butuh dukunganmu."Ernest merenun
Gaun berwarna merah marun yang menyala membuat kulit seperti giok milik Lucia terpampang sangat nyata dan indah.Tak hanya itu tatanan rambut yang di sanggul ke atas dan menyisakan untaian rambut sedikit di dibagian kiri kanan membuatnya tampan fresh dan cantik.Dariel telah mengundang tata rias yang handal dan terkenal hanya untuk membuat Lucia cantik dan memukau pada malam ini.“Anda sanga cantik, nyonya.” Ungkap penata rias tersebut yang senang melihat hasil karyanya yang memukau di wajah Lucia.“Terima kasih Felly.”“Bolehkan aku memfoto nyonya dan memasukkannya ke sosial media ku? Aku ingin memamerkan bertapa cantiknya nyonya muda Filbert satu ini.”Lucia yang mendengarnya mengangguk, karena wanita itu sangat ramah sejak pertama mereka bertemu sore tadi. Malam ini adalah acara istimewa di perusahaan tuan Kaizer, sehingga dia tak ingin membuat malu pria itu karena tampilannya yang tidak sesuai standart gaya orang terpandang lainnya.Felly segera mengambil ponselnya dan mengambil b
Tuan Kaizer berdiri dengan tubuh tegap di atas mimbarnya untuk memberikan sambutan dan ucapan terima kasih bagi semua tamu yang ada.Semua orang tampak mendengarkannya dengan cukup perhatian, karena kabarnya akan ada informasi khusus yang akan merubah Kai’s Group kedepannya.“Saya berdiri disini ingin mengumumkan tentang sesuatu hal yang sangat penting terlebih untuk masa depan perusahaan ini.”Ketika tuan Kaizer mengucapkan hal tersebut, semua tampak sangat serius karena penasaran apa yang akan diucapkan oleh pria yang sudah setengah abad tersebut selanjutnya.“Saya akan mengumumkan putri kandung saya yang selama ini telah dirawat oleh keluarga lain tanpa sepengetahuan saya. Putri kandung saya adalah, Lucia.”Saat tuan Kaizer mengumumkan bahwa Lucia adalah putrinya, keheningan turun di ballroom. Semua tamu terkejut dan bingung oleh pengumuman ini. Mereka saling berbisik-bisik, mencoba mencerna informasi yang baru saja mereka dengar.Lucia sendiri juga terkejut dengan pengumuman ini.
“Kau hamil????” Fedrick sangat terkejut mengetahui fakta ini jika Bela tengah mengandung anak Ernest.Wanita itu menangis di hadapan sahabatnya itu.“Aku tak tahu harus berbuat apa. Terlebih Ernest tak ingin tanggung jawab.” Ucap Bela dengan menangis meraung.Fedrick merasa terkejut dan khawatir mendengar berita tersebut. Dia tahu betapa sulitnya situasi yang dihadapi Bela, terutama jika Ernest menolak untuk bertanggung jawab. Dia memeluk Bela dengan penuh empati, mencoba memberikan dukungan pada teman masa kecilnyanya yang sedang dalam keadaan sulit."Tenanglah, Bela. Kita akan mencari jalan keluar dari situasi ini bersama-sama. Aku akan selalu ada untukmu," kata Fedrick dengan suara lembut.Bela mengangguk dan mencoba meredakan tangisnya. Dia merasa lega memiliki sahabat seperti Fedrick yang selalu ada di sampingnya dalam saat-saat sulit. Mereka berdua kemudian duduk bersama untuk merencanakan langkah selanjutnya dalam menghadapi masalah ini.“Tapi, Ernest memintaku menggugurkan bay
“Ke pantai?” Tanya Lucia saat mereka selesai sarapan tiba-tiba Dariel mengajaknya pergi ke pantai disaat weekend ini.Dariel tersenyum lembut pada Lucia. "Ya, ke pantai. Aku pikir kita berdua butuh sedikit waktu bersantai dan menikmati udara segar. Bagaimana menurutmu?"Lucia tersenyum cerah. "Aku suka ide itu, Dariel. Pantai adalah tempat yang indah untuk menghabiskan waktu bersama."Mereka berdua mulai bersiap-siap untuk pergi ke pantai, dengan harapan bahwa waktu bersama mereka di sana akan membawa kedamaian dan kebahagiaan. Pantai adalah tempat yang selalu mereka nikmati, dan saat ini, itu adalah pelarian yang sempurna dari kehidupan yang penuh tekanan dan konflik yang mereka hadapi.Dariel dan Lucia tiba di pantai pada sore yang cerah. Matahari hampir terbenam, dan pantai terlihat indah dengan pasir putihnya dan ombak yang tenang. Mereka berdua berjalan di sepanjang pantai, merasakan pasir lembut di bawah kaki mereka.Lucia tersenyum pada Dariel. "Terima kasih, Dariel, telah memb
“Kau mau kemana?” Tanya Dariel saat melihat Lucia seperti akan pergi.“Ke rumah ayahku.” Ucap Lucia sambil mengenakan sepatu.“Tuan Kaizer?” Tanya Dariel.Lucia menggeleng lalu dia berdiri dan berbalik menatap ke arah Dariel.“Ayah Stephen, tadi pagi buta dia menghubungiku untuk bertemu dengannya pagi ini.” Ucap Lucia dengan tenang.Dariel menaikkan alisnya, “Masalah apa? Apa dia sudah tahu berita jika kau sebenarnya anak tuan Kaizer?”Lucia menggelengkan kepala. "Tidak, Dariel. Aku belum memberitahunya tentang itu. Dan tadi dia tidak membahas hal lain, jadi aku tak tahu apa yang akan dia bicarakan."Dariel merasa lega mendengar itu. Dia tahu bahwa jika Tuan Stephen mengetahui hubungan antara Lucia dan Tuan Kaizer, itu bisa menjadi masalah besar. Namun, dia masih merasa khawatir tentang pertemuan antara Lucia dan ayahnya."Kau yakin ini aman?" tanya Dariel dengan khawatir.Lucia mengangguk. "Aku akan berbicara dengannya dengan hati-hati, Dariel. Jangan khawatir, aku bisa mengatasi in
“Ayah tak bisa mampir, ada rapat satu jam lagi.” Ucap Tuan Kaizer pada putrinya tersebut.Lucia yang mendengarnya mengangguk dan tersenyum, “Bukan masalah, ayah. Aku juga masih ada beberapa pekerjaan setelah ini.” Ucap Lucia dengan lembut.“Apakah pekerjaanmu di rumah sakit? Jika begitu ayah antar sekalian.” Ucap tuan Kaizer dengan serius.Lucia menggeleng, “Aku bekerja di rumah, dan aku tak ada jadwal untuk menemui pasien. Hari ada urusan pekerjaan lain yang tidak bersangkutan dengan profesiku.” Ucap Lucia dengan tenang.Tuan Kaizer mengangguk mengerti, “Kalau boleh tau dimana rumah sakit dirimu bekerja, Lucia? Mungkin ayah akan mengunjungimu.” Lucia terdiam dia tak mungkin menceritakannya, karena rumah sakit dimana dia bekerja dibawah naungan Swartwolf dan itu termasuk rumah sakit elite yang hanya khusus untuk pasien-pasien yang tak biasa juga.Tuan Kaizer tampaknya ingin lebih dekat dengan putrinya, dan menunjukkan minat untuk mengunjungi tempat kerjanya bisa menjadi langkah awal