“Kau hamil????” Fedrick sangat terkejut mengetahui fakta ini jika Bela tengah mengandung anak Ernest.Wanita itu menangis di hadapan sahabatnya itu.“Aku tak tahu harus berbuat apa. Terlebih Ernest tak ingin tanggung jawab.” Ucap Bela dengan menangis meraung.Fedrick merasa terkejut dan khawatir mendengar berita tersebut. Dia tahu betapa sulitnya situasi yang dihadapi Bela, terutama jika Ernest menolak untuk bertanggung jawab. Dia memeluk Bela dengan penuh empati, mencoba memberikan dukungan pada teman masa kecilnyanya yang sedang dalam keadaan sulit."Tenanglah, Bela. Kita akan mencari jalan keluar dari situasi ini bersama-sama. Aku akan selalu ada untukmu," kata Fedrick dengan suara lembut.Bela mengangguk dan mencoba meredakan tangisnya. Dia merasa lega memiliki sahabat seperti Fedrick yang selalu ada di sampingnya dalam saat-saat sulit. Mereka berdua kemudian duduk bersama untuk merencanakan langkah selanjutnya dalam menghadapi masalah ini.“Tapi, Ernest memintaku menggugurkan bay
“Ke pantai?” Tanya Lucia saat mereka selesai sarapan tiba-tiba Dariel mengajaknya pergi ke pantai disaat weekend ini.Dariel tersenyum lembut pada Lucia. "Ya, ke pantai. Aku pikir kita berdua butuh sedikit waktu bersantai dan menikmati udara segar. Bagaimana menurutmu?"Lucia tersenyum cerah. "Aku suka ide itu, Dariel. Pantai adalah tempat yang indah untuk menghabiskan waktu bersama."Mereka berdua mulai bersiap-siap untuk pergi ke pantai, dengan harapan bahwa waktu bersama mereka di sana akan membawa kedamaian dan kebahagiaan. Pantai adalah tempat yang selalu mereka nikmati, dan saat ini, itu adalah pelarian yang sempurna dari kehidupan yang penuh tekanan dan konflik yang mereka hadapi.Dariel dan Lucia tiba di pantai pada sore yang cerah. Matahari hampir terbenam, dan pantai terlihat indah dengan pasir putihnya dan ombak yang tenang. Mereka berdua berjalan di sepanjang pantai, merasakan pasir lembut di bawah kaki mereka.Lucia tersenyum pada Dariel. "Terima kasih, Dariel, telah memb
“Kau mau kemana?” Tanya Dariel saat melihat Lucia seperti akan pergi.“Ke rumah ayahku.” Ucap Lucia sambil mengenakan sepatu.“Tuan Kaizer?” Tanya Dariel.Lucia menggeleng lalu dia berdiri dan berbalik menatap ke arah Dariel.“Ayah Stephen, tadi pagi buta dia menghubungiku untuk bertemu dengannya pagi ini.” Ucap Lucia dengan tenang.Dariel menaikkan alisnya, “Masalah apa? Apa dia sudah tahu berita jika kau sebenarnya anak tuan Kaizer?”Lucia menggelengkan kepala. "Tidak, Dariel. Aku belum memberitahunya tentang itu. Dan tadi dia tidak membahas hal lain, jadi aku tak tahu apa yang akan dia bicarakan."Dariel merasa lega mendengar itu. Dia tahu bahwa jika Tuan Stephen mengetahui hubungan antara Lucia dan Tuan Kaizer, itu bisa menjadi masalah besar. Namun, dia masih merasa khawatir tentang pertemuan antara Lucia dan ayahnya."Kau yakin ini aman?" tanya Dariel dengan khawatir.Lucia mengangguk. "Aku akan berbicara dengannya dengan hati-hati, Dariel. Jangan khawatir, aku bisa mengatasi in
“Ayah tak bisa mampir, ada rapat satu jam lagi.” Ucap Tuan Kaizer pada putrinya tersebut.Lucia yang mendengarnya mengangguk dan tersenyum, “Bukan masalah, ayah. Aku juga masih ada beberapa pekerjaan setelah ini.” Ucap Lucia dengan lembut.“Apakah pekerjaanmu di rumah sakit? Jika begitu ayah antar sekalian.” Ucap tuan Kaizer dengan serius.Lucia menggeleng, “Aku bekerja di rumah, dan aku tak ada jadwal untuk menemui pasien. Hari ada urusan pekerjaan lain yang tidak bersangkutan dengan profesiku.” Ucap Lucia dengan tenang.Tuan Kaizer mengangguk mengerti, “Kalau boleh tau dimana rumah sakit dirimu bekerja, Lucia? Mungkin ayah akan mengunjungimu.” Lucia terdiam dia tak mungkin menceritakannya, karena rumah sakit dimana dia bekerja dibawah naungan Swartwolf dan itu termasuk rumah sakit elite yang hanya khusus untuk pasien-pasien yang tak biasa juga.Tuan Kaizer tampaknya ingin lebih dekat dengan putrinya, dan menunjukkan minat untuk mengunjungi tempat kerjanya bisa menjadi langkah awal
Lucia terjebak dalam situasi rumit saat ini, Lucia merasa bingung dan terjebak dalam konflik batin. Di satu sisi, dia merasa sangat terluka oleh kebohongan Dariel dan marah karena telah dipermainkan. Hingga malam tiba begitu cepat, Waktunya Dariel pulang ke rumah ini. Lucia tak tahu harus bersikap bagaimana pada pria itu saat ini, bahkan rasanya untuk berbicara dengan pria itu saja terasa berat.Namun, Lucia harus berpura-pura terlihat biasa bahkan berpura-pura untuk tidak tahu apa-apa.Saat Dariel tiba di rumah, Lucia mencoba untuk bersikap seolah-olah semuanya normal. Dia tersenyum dan menyambut Dariel seperti biasa. Namun, di balik senyumnya, ada rasa ketidakpastian dan kebingungan yang dalam."Dariel, bagaimana hari ini? Apa yang kamu lakukan?" tanya Lucia dengan nada yang berusaha terdengar biasa.Dariel mencoba untuk menjaga penampilan yang sama, meskipun dia tahu bahwa hal-hal akan berubah seiring waktu. "Hari ini cukup sibuk di kantor. Tapi bagaimana denganmu?"Lucia mengangg
"Tuan!"Victor sangat terkejut melihat tuannya tergeletak di lantai kamarnya saat ini. Banyak sekali bekas botol alkohol kosong yang tergeletak di kamar tersebut.Keadaannya sungguh memprihatinkan, pria yang biasanya tampil dengan wajah dingin dan tak tersentuh sekarang seperti kehilangan daya hidupnya."Anda kenapa? Kenapa anda seperti ini?" Tanya Victor dengan panik.Dariel yang setengah sadar masih mengerang, dia emosi namun juga menangis. Victor yang sebelumnya berada di luar menjadi bingung tentang apa yang terjadi sebelumnya dengan tuannya tersebut."Lucia, jangan tinggalkan aku." Ucapnya dengan menangis menderu.Victor terkejut, tuannya seperti ini hanya karena seoran
“Dariel sakit, kau tak menjenguknya?” Zax yang berada di kamar di mana saat ini Lucia tinggali menanyakan hal tersebut.Wanita itu sepertinya sedang membuat obat di kamarnya yang memang dikhususkan Ellard untuk Lucia seorang.“Sebentar lagi kita akan bercerai.” Ucap Lucia dengan tenang.Zax mengangguk mengerti, “Apa kau sudah siap melawannya bahkan kemungkinan terburuk akan membunuhnya saat kita akan melakukan perang nantinya?” Tanya Zax yang sangat penasaran.Dia ingin tahu apakah sahabatnya sekaligus rekan kerjanya itu memiliki rasa pada pria yang bernama Dariel tersebut.“Mungkin.” Jawaban abu-abu itu diberikan oleh Lucia untuk Zax.Zax mengangguk memahami. Dia tahu bahwa situasi antara Lucia dan Dariel sangat rumit, terutama setelah semua yang terjadi baru-baru ini. Namun, dia juga bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang lebih dalam di antara mereka berdua."Aku mengerti, Lucia," kata Zax dengan penuh pengertian. "Kau harus mengambil keputusan terbaik untuk dirimu sendiri. Tetapi ji
“Bantu aku.” Lucia berkata dengan serius pada Zax.Saat ini Lucia menghampiri Zax yang ingin beristirahat di kamarnya.“Untuk apa? Tuan Ellard apakah tahu tentang hal ini?” Tanya Zax dengan penasaran.Lucia menggeleng, “Ini penting, kau tak mau membantuku mencari tahu tentang Ernest?” Tanya Lucia dengan serius.Zax melihat kegigihan di mata Lucia dan merasa bahwa ini adalah sesuatu yang sangat penting baginya. "Tentu, Lucia. Aku akan membantumu. Apa yang ingin kau selidiki tentang Ernest?"Lucia mengambil nafas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku ingin tahu lebih banyak tentang latar belakang dan keterlibatan Ernest dengan organisasi ini. Dia datang tiba-tiba dan aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan darinya atau ada hal yang lain yang sebenarnya Ellard sembunyikan."Zax mengangguk. "Baiklah, kita mulai dari mana?"Lucia merenung sejenak. "Kita perlu mencari tahu asal-usulnya, hubungannya dengan Swartwolf, dan apa yang dia ketahui tentang operasi kita. Aku ingin melihat catatan ata