Hari pernikahan Lucia dan Dariel semakin dekat, tak terasa tinggal dua hari lagi mereka akan sah menjadi suami istri kembali.Dan selama hari-hari menjelang pernikhan itu Dariel selalu memberikannya kejutan yang tak terduga dan selalu bisa membuat Lucia terkesan.Yang paling membuat Lucia terkesan adalah sebuah lampu kota yang menuliskan namanya dan beberapa kembang api yang membuat semua orang juga kagum dan melihatnya.Lucia berpikir bagaimana Dariel bisa mengatur lampu kota hingga kurang lebih lima belas menit lamanya itu, namun meskipun terlihat berlebihan tampaknya Dariel sama sekali tak memperdulikan hal itu.“Spa dari salon Flowers sudah datang nona, apakah anda ingin di kamar anda atau di kamar lain?” Tanya Anne pada Lucia.Lucia yang tadi sibuk dengan laptopnya langsung tersenyum, “Siapkan kamar lain, karena tempat ini akan di hias juga.” Ucap Lucia dengan lembut.Pelayan tersebut tersenyum dan mengangguk.” Baik, nona. Saya akan mempersiapkannya selagi anda juga bersiap.” U
“Kudengar kau masuk rumah sakit, maaf tak sempat menjengukmu.” Ucap Clara pada Celin yang saat ini sedang bersantai di balkon kamarnya.Celin hanya tersenyum tipis dan mengangguk. “Bukan masalah, ada apa kau datang ke rumah? Tumben kau datang.” Ucap Celin sedikit menyindir wanita itu.Namun, tampaknya wanita itu sangat tebal muka hingga tak menyadari sindirannya tersebut.Clara malah tersenyum dan merapatkan kursinya dengan kursi Celin.“Mereka akan menikah besok, bukankah kau akan membantuku?” anya Clara dengan penuh harap.Celin tersenyum dan mengangguk dengan pertanyaan wanita itu, “Iya, lalu?”“Nah, bagaimana pun caranya aku ingin menggagalkan pernikahan mereka, atau paling tidak membuat kekacauan disana. Kau tahu bukan jika acara pernikahan mereka akan disiarkan langsung di televisi.”Celin mengangguk dan mengerti.“Lalu apa rencana yang kau inginkan?” Tanya Celin yang penasaran dengan apa yang akan direncanakan oleh wanita ular itu.Kemudian Celin membisikkan rencananya karena t
“Apa kau bisa datang ke pernikahan Dariel dan Lucia bersamaku, Victor?”Suara manis di telepon itu membuat jantung Victor sungguh tak bisa diajak kompromi, jantungnya berdetak sangat cepat saat wanita itu mengajaknya untuk pergi ke pernikahan Dariel dan Lucia bersama-sama.“Apa kau yakin mengajakku, Angel? Ku kira aku kurang pantas.” Ucap Victor sambil menggigit bibirnya dengan ragu.“Apanya yang kurang pantas, kau sangat pantas. Atau kau sudah memiliki kekasih sehingga menolak?” Tanya Angel di seberang telepon tersebut.Victor yang mendengarnya buru-buru menjelaskan. “Tidak, aku tidak memiliki kekasih sama sekali bahkan aku tidak pernah berpacaran.” Ucap Victor dengan sungguh-sungguh.Terdengar kekehan ringan di panggilan tersebut, Victor tahu pasti wanita itu sedang tertawa sekarang.“Jadi?” Tanya Angel menunggu keputusan Victor.Victor berpikir sejenak, Angel bisa menjadi ide yang baik. Dia selalu menginspirasi, jadi mengapa tidak? Victor memutuskan untuk menerima ajakan Angel mesk
Pernikahan Lucia benar-benar diadakan secara mewah dan elegan, semua mata memandang kagum dengan keindahan pernikahan di taman mansion tuan Kaizer tersebut.Pagi ini hanya dari pihak keluarga saja yang turut merayakan pengikatan janji suci pasangan Dariel dan Lucia.Pagi itu, cahaya matahari menyinari taman indah di mansion tuan Kaizer, memantulkan kilauan yang mempesona pada setiap hiasan pernikahan. Suasana penuh kegembiraan mengelilingi tempat itu. Keluarga inti sudah berkumpul, semuanya berdandan rapi dengan senyuman di wajah mereka.Dariel, memakai jas hitam yang sesuai dengan keharumannya sebagai tuan rumah, berjalan dengan wibawa di taman menuju altar yang dihiasi bunga-bunga segar. Di seberang altar, Lucia memakai gaun putih yang begitu cantik, menatap Dariel dengan sorotan penuh cinta di matanya.Musik melodi mengalun, memenuhi udara dengan harmoni yang lembut. Keheningan merayap saat Lucia memasuki taman, menarik perhatian setiap mata yang ada di sana. Langkahnya yang penuh
Gaun seperti biru gelapnya langit di tambah taburan kristal membuat tampilan Lucia seperti peri malam di acara pesta pernikahannya. Tiara mutiara di kepalanya memperindah tampilannya malam ini.Dariel yang sudah siap ingin mengajak Lucia untuk memasuki acara pernikahan langsung terpesona dengan kecantikan istrinya sendiri.“Kau sungguh luar biasa, sayang.” Ucap Dariel dengan penuh cinta.Dariel menghampiri Lucia dengan tatapan yang penuh kagum. Gaun biru gelapnya seperti menambah keanggunan pada istrinya. Terpesona, Dariel tak bisa menyembunyikan senyumnya ketika melihat Lucia.“Kau terlihat begitu menakjubkan, Lucia. Seperti bintang yang bersinar di langit malam,” ucap Dariel sambil memandang istrinya dengan penuh kagum.Lucia tersenyum manis melihat reaksi Dariel. "Terima kasih, sayang. Kau juga terlihat sangat tampan malam ini," jawab Lucia dengan lembut, melihat Dariel yang mengenakan setelan jas hitam yang membuatnya terlihat begitu gagah.Kedua pasangan ini, dengan penuh kebaha
WARNING!! : Konten Dewasa 21++, harap bijak dalam memilih bacaan.Acara pernikahan Lucia dan Dariel sudah benar-benar selesai dan para tamu sudah berhamburan untuk pulang ke rumah masing-masing. Terdapat rasa bahagia dan lega dari wajah Dariel saat semuanya berjalan lancar meskipun ada beberapa hal yang membuat suasana kacau."Aku lega semuanya berjalan dengan lancar, Dariel." Ucap Lucia dengan tenang."Benar, sayang. Mari kita masuk ke dalam, kau pasti lelah sejak tadi berdiri untuk menyambut tamu." Damian mengajak istrinya tersebut untuk masuk ke dalam mansion.Dia selalu menggandeng Lucia dengan penuh kelembutan, dia saat ini benar-benar merasa bahagia karena pada hari ini mereka benar-benar bersatu dalam cinta suci yang indah.Selama menunggu Lucia berganti baju dan membersihkan diri, Dariel menunggu dengan tenang sambil bermain Ipadnya. Namun, saat pintu kamar mandi terbuka, dia menelan ludahnya dengan kasar.“S-sayang, a-apa yang aku pakai?” Tanya Dariel dengan terbata-bata.Luc
Setelah malam pernikahan mereka, Lucia pingsan sampai dua hari lamanya karena kecapaian.Dia saat ini harus masuk ke rumah sakit akibat ulah Dariel sendiri, Dariel harus menjaga Lucia saat ini, acara bulan madu mereka harus tertunda dengan hal ini.“Apakah masih sakit sayang?” Tanya Dariel dengan lembut pada Lucia.“Aku masih lemas, aku ingin tidur lagi.” Ucap Lucia dengan lemas, Dariel mengangguk dan membiarkan istrinya beristirahat dengan baik.Dariel duduk di sisi tempat tidur Lucia, tatapannya penuh kekhawatiran pada wajah istrinya yang terlelap. Meskipun tidur, wajah Lucia masih mencerminkan ketegangan dari perjuangan yang dia alami beberapa hari terakhir.Setiap detik berlalu dengan perasaan gelisah yang semakin mendalam dalam diri Dariel. Baginya, melihat Lucia dalam kondisi seperti ini terasa seperti serangan mendalam pada hatinya. Dia tak bisa menghilangkan rasa bersalah dan kekhawatiran yang menghantui pikirannya.Dariel selalu berada di sampingnya, meski kadang-kadang tak m
“Baru sehari aku menyerahkan putriku tapi kau sudah membuatnya seperti ini, Dariel.” Ucap tuan Kaizer sambil menggelengkan kepalanya pelan.Dariel menunduk karena memang merasa bersalah akan hal itu.“Saya minta maaf ayah, saya tak bisa menahan diri. Di lain waktu saya akan berhati-hati menjaga Lucia dengan baik.Dariel terlihat sangat merasa bersalah, bahkan di taman rumah sakit yang asri ini tak bisa menyembunyikan ketegangan dalam situasi ini.Tuan Kaizer menatap menantunya itu dengan datar, “Lakukan hal itu, Dariel. Karena hanya Lucia yang aku miliki di dunia ini.” Ucap Tuan Kaizer dengan serius.“Tunda bulan madumu sampai Lucia benar-benar pulih, aku tak ingin putriku harus masuk rumah sakit lagi.” Lanjutnya.Dariel mengangguk mengerti hingga tuan Kaizer pergi dari sana untuk kembali ke kamar putrinya.Dariel yang melihat itu juga langsung mengikuti tuan Kaizer ke kamar rawat istrinya.“Bagaimana keadaanmu sayang? Apa semuanya sudah baik-baik saja?” Tuan Kaizer tampak tersenyum m
Kabar kehamilan kedua Lucia disambut dengan penuh suka cita oleh semua orang.Bahkah saat mendengar ibunya mengandun seorang adik, Ethan tampak sangat senang dan berharap adiknya perempuan agar bisa dia jaga dan sayangi sepenuhnya.“Kapan adik akan muncul, bu?” Tanya Ethan dengan begitu antusias.“Adikmu akan lahir ketika kandungan ibu sudah mencapai sembilan bulan.” Jelas Lucia dengan penuh kelembutan pada putranya.“Lalu sekarang sudah berapa bulan? Aku sungguh tak sabar ingin menggendong adik.” Ucap Ethan dengan semangat.“Ini kemungkinan memasuki minggu ke lima, jadi kau harus bersabar. Okey?” Ucap Lucia sambil mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang.Ethan begitu bersemangat menunggu kehadiran adiknya yang diinginkannya. Setiap hari, ia terus menanyakan kapan adiknya akan lahir, dan kegembiraan serta antusiasme dalam suaranya tak terbendung."Minggu ke lima? Artinya adik akan datang dalam tujuh bulanan lagi, benar?" tanya Ethan dengan riang, matanya berbinar-binar."Ya
“Ceritakan pada kami, sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Dariel dengan serius pada Vinn.Sebagai orang yang mengenal Vinn cukup lama, Dariel terkejut ketika Vinn sudah memiliki putri sebesar putranya bahkan Vinn belum menikah.Namun, Vinn terlihat menunduk seperti penuh penyesalan. “ A-amira adalah kekasih saya, kami memang berencana ingin melangsungkan hubungan yang lebih serius, namun saat ibu angkatku mengetahuinya, dia tak setuju dengan Amaria karena menganggap Amaria hanya konsultan hukum junior yang tak terpandang. Anda tahu bagaimana ibu angkat saya tuan dan saya tidak mungkin melawan wanita yang telah merawat saya.” Dariel yang mendengar itu mendesah, “Lalu kenapa kau terlihat begitu menyesal? Bukankah hari ini adalah bagian dari pilihanmu?” Ucap Dariel dengan tenang.“S-saya saya tidak tahu jika Amaria waktu itu mengandung, jika aku tahu dia mengandung tentu aku akan berusaha keras mempertahankannya.”Lucia yang mendengar itu merasa tampak kecewa, “Aku sebagai wanita kecewa
Obrolan Lucia dengan ibu Cila, yang bernama Amira tersebut berlangsung cukup akrab, ternyata mereka memiliki hobby yang sama.“Aku melihat kartu nama mu, pekerjaanmu sebagai konsultan hukum. Apa itu benar?” Tanya Lucia dengan ramah."Mendengar tentang pekerjaanmu sebagai konsultan hukum membuatku tertarik, Amira. Aku sendiri bukan konsultan hukum, tetapi aku memiliki minat yang besar terhadap hukum dan berbagai topik terkait. Aku sangat menghargai profesi seperti yang kamu lakukan," ucap Lucia dengan penuh antusiasme.Amira mengangguk, terlihat senang menemukan seseorang yang bisa diajak berbicara tentang minatnya. "Sama-sama, Lucia. Memang menarik memiliki kesamaan minat seperti ini. Apakah kamu sering membaca atau mempelajari topik hukum secara mendalam?""Ya, aku suka membaca dan memperluas pengetahuan saya tentang hukum akhir-akhir ini, meskipun tidak bekerja di bidang tersebut. Aku percaya pengetahuan hukum sangat berguna dalam berbagai aspek kehidupan," jelas Lucia sambil tersen
“Terima kasih, om, tante, Ethan. Karena membantuku.” Ucap Cila dengan wajah polosnya. Baru kali ini dia dibantu saat dirinya dibully, selama ini semua orang seolah tutup mata bahkan ibunya sendiri tidak mampu melindunginya karena yang membullynya adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi.Dariel yang melihat gadis kecil itu tampak tersenyum, “Bukan apa-apa, sweety. Dimana orang tua mu? Apakah kau akan dijemput?” Tanya Dariel dengan lembut.Cila mengangguk, “Ibuku akan menjemput saat istirahat nanti, dia masih bekerja jadi tak bisa menjemput tepat waktu. Tapi aku tak apa, om. Aku akan menunggunya seperti biasa.” Ucap Cila dengan tenang.Lucia yang melihat keberanian di mata gadis itu langsung terenyuh, anak sekecil ini sudah bisa memahami keadaan orang tuanya. Apalagi
“Aduh! Kenapa kamu mendorong Cila!” Teriak anak kecil dengan berani pada segerombolan anak kecil yang seusianya. “Hei, kau anak yang tak punya ayah itu kan? Kenapa kau bisa sekolah disini. Inikan sekolah bermain elite.” Tanya anak laki-aki tersebut pada gadis kecil bernama Cila. “Memang jika tak punya ayah aku tak bisa bersekolah, ha? sini kalau berani jangan mainnya keroyokan dong.” Ucapnya tanpa rasa takut sekalipun. anak-anak laki-laki itu langsung menjambak rambut anak gadis itu dengan keras dan merundungnya dengan tawa yang cukup keras. Ethan, dia yang sedang menunggu ibunya menjemputnya merasa terganggu dengan perundungan tersebut. Dengan berani dia langsung menolong gadis kecil itu yang tampak ingin menangis namun ditahan agar lawannya tak semakin menyiksanya. Situasi itu membuat Ethan merasa tidak enak hati. Dengan langkah mantap, dia mendekati anak-anak yang sedang merundung Cila. Meskipun merasa agak takut, dia bertekad untuk membantu. "Diam kalian!" teriak Ethan deng
Tahun pertama Ethan memasuki waktu sekolahnya, saat usia tiga tahun ini Lucia memutuskan untuk mendaftar ke sekolah bermain agar Ethan bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.Ethan yang baru pertama kali ikut kelas ini hanya memegang tangan ibunya dengan erat, Lucia yang melihat itu tersenyum. “Jangan takut, mereka adalah temanmu semua. Ayo bergabunglah dengan mereka.” Ucapnya dengan lembut pada putranya tersebut.Saat melihat Ethan yang agak ragu-ragu di hari pertamanya di sekolah bermain, Lucia mencoba memberikan dukungan dan semangat padanya. Dia meraih tangan kecil Ethan dengan lembut, merasa getaran kecil dari kecemasan yang dipancarkan anaknya."Kamu akan memiliki waktu yang menyenangkan di sini, nak. Mereka semua adalah temanmu yang baru," ucap Lucia dengan lembut sambil tersenyum menghi
Sesuai dengan janji Dariel, saat ini dia mengajak istri dan anaknya untuk pergi ke pantai bersama. Ethan terlihat sangat senang dan bermain dengan pasir dipinggir pantai bersama Lucia.Suasana di pantai begitu menyenangkan. Dariel dan Lucia duduk di pinggir pantai sambil menikmati keindahan laut yang bergerombolkan ombaknya. Mereka tersenyum melihat Ethan yang riang bermain-main dengan pasir. Dariel berusaha membuat istri dan anaknya merasa bahagia di tempat yang indah ini."Ethan benar-benar senang di sini," ujar Dariel sambil tersenyum melihat putranya."Iya, pantai memang salah satu tempat favoritnya," kata Lucia sambil mengelus kepala Ethan yang sedang asyik membangun benteng pasir."Kau juga terlihat senang di sini," ucap Dariel sambil menatap istrinya dengan penuh kehangatan.Lucia tersenyum. "Benar, udara pantainya begitu menyegarkan. Terima kasih sudah membawa kami ke sini."Mereka melanjutkan hari mereka dengan bermain air, menjelajahi pantai, dan menikmati waktu bersama. Dar
“Kau membaca apa sayang?” Tanya Dariel yang setelah mandi langsung menghampiri istrinya meskipun dia masih menggunakan handuk kimono di badannya.Lucia yang melihat suaminya tersenyum tipis, “Aku sedang membaca novel saja, aku sedang jenuh saat ini.” Ucap Lucia dengan lembut.Dariel duduk di pinggiran kursi dengan menatap buku novel yang dibaca istrinya, “Malam pertama dengan sang CEO.” Gumam Dariel dengan menaikkan alisnya, “Kau membaca novel seperti ini Lucia?” Tanya Dariel terkekeh lalu mengambil buku novel yang dibaca istrinya.“Oh apa kau ingin gaya baru dalam hubungan kita Lucia?” Tanya Dariel menggoda Lucia.“Tidak.” Elak Lucia yang berusaha merebut kembali novel yang dipegang oleh suaminya dengan malu.Dariel terus menggoda Lucia hingga Lucia tersandung dan terjatuh ke ranjang dengan menarik Dariel hingga tubuh Dariel menindih Lucia.“Apa ini juga tertulis di novel ini sayang? Apakah kau ingin menggodaku saat hari masih belum petang?” Bisik Dariel yang menggetarkan hati Lucia.
Kehidupan keluarga Dariel semakin hari semakin bahagia, terlebih Lucia saat ini tengah menikmati momen santai bersama putranya yang saat ini sudah pintar berlari dan mereka menikmati hari ini di taman belakang rumahnya..“Nyonya, nona Clara datang lagi.” Ucap pelayan Lucia padanya.Lucia yang mendengarnya tersenyum, “Bawa dia kemari.” Ucap Lucia dengan tenang.Meskipun dahulu ada rasa kekhawatiran terhadap Clara, namun saat ini Lucia dan Clara sudah berteman semenjak hari itu dia datang ke mansionnya.“Lucia, bagaimana kabarmu?” Tanyanya dengan ramah.Lucia tersenyum dan mengangguk, “Aku sangat baik, bagaimana dengan kuliahmu? Ku dengar kau melanjutkan kuliah S2.”Terkadang, kehidupan bisa memberikan kesempatan kedua yang menakjubkan. Seperti yang dirasakan Lucia saat ini, di mana pertemuan dengan Clara yang awalnya penuh ketegangan, kini berubah menjadi obrolan santai dan hangat di taman belakang rumahnya.“Aku baik-baik saja. Iya, aku lanjut S2 sekarang. Belum terlalu sulit, tapi cu