Kecepatan mobil diatas rata-rata membuat pengemudi lain mengalah dan sedikit minggir dibandingkan kena hantaman mobil yang melaju dengan kecepatan penuh tersebut.Umpatan-umpata dari pengendara lain seolah tak diharauikan, bagi Dariel dia harus segera menemui Lucia yang telah sadar di rumah sakit.Dia tak ingin terlalu membuang waktu di jalan, hingga akhirnya dia sampai di rumah sakit.Dia langsung berlari menuju tangga ke lantai tiga di mana ruang perawatan Lucia berada.Dariel masuk ke ruang perawatan Lucia dengan nafas terengah-engah setelah berlari menuju lantai tiga rumah sakit. Dia segera melihat Lucia, yang duduk di samping ranjang dengan tuan Kaizer. Wajah Lucia tampak lelah dan pucat, tetapi itu adalah pemandangan yang paling diinginkannya."Ayah," ujar Dariel dengan nada haru dan lega. "Lucia, kau sadar?"Lucia mengangguk perlahan dan tersenyum lemah, "Ya, aku sudah sadar, Dariel."Dariel segera berjongkok di samping ranjang dan menggenggam tangan Lucia dengan penuh kasih sa
“Doakan saja yang terbaik.”Terkedip-kedip, Dariel mencoba untuk meresapi kata-kata Lucia. Ada harapan di situ, dan dia merasa hatinya berdebar dengan harapan baru. Namun, dia juga tahu bahwa perjalanan mereka menuju pemulihan hubungan mereka tidak akan mudah. Banyak yang perlu diperbaiki dan diatasi.Fedrick mencoba untuk mencairkan suasana dengan mengatakan, "Yang penting adalah kalian berdua memiliki kesempatan untuk memperbaiki hubungan kalian. Ini adalah awal yang baik."Bela menambahkan, "Kami akan selalu mendukung kebahagiaan kalian berdua, apa pun yang kalian pilih untuk masa depan kalian."Lucia tersenyum lembut, merasa bersyukur memiliki teman-teman yang peduli di sampingnya. Dan dalam hatinya, dia pun memikirkan masa depan yang mungkin mereka akan bangun bersama.“Lalu kapan kalian menikah?” Tanya Lucia kembali pada Fedrick dan Bela.Bela sangat terkejut dengan pertanyaan dari Lucia tersebut. “Siapa? Kami?” Tanya Bela sambil tertawa.“Kita hanya sahabat, tidak mungkin kita
Dariel mendorong kursi roda Lucia menuju ke taman, wanita itu sejak tadi mengeluh bosan di kamar rumah sakitnya. Meskipun kondisi Lucia seharusnya belum boleh keluar namun melihat wajah kusut wanita itu membuat Dariel tak tega dan akhirnya dia berkonsultasi dengan dokter yang merawat Lucia selama ini.“Kau hanya bisa diluar tiga puluh menit, kau harus mematuhi kata dokter.” Ucap Dariel dengan serius pada wanita itu.“Iya iya, kau bawel sekali sekarang.” Ucap Lucia dengan mendengus kesal.Dariel tersenyum dan mengelus punggung kursi roda Lucia dengan lembut. "Aku hanya khawatir tentangmu, Lucia. Aku takut terjadi apa-apa."Lucia tersenyum lembut, merasa hangat dengan perhatian Dariel. "Aku tahu, Dariel. "Mereka berjalan bersama ke taman rumah sakit, mengobrol dan menikmati cuaca yang cerah. Meskipun tidak ada keputusan pasti tentang masa depan mereka, mereka berdua merasa lega bisa berkumpul kembali dan merasakan kehadiran satu sama lain.“Kenapa semua orang menatap kita? Apa aku terl
“Zax?” Lucia terkejut saat pria itu datang ke kamar perawatannya.Dia kira dia tak akan bertemu dengan pria itu setelah konflik yang mereka alami hingga dia koma beberapa waktu yang lalu.Pria itu tersenyum, “Lucia, maaf baru menjengukmu. Aku baru tiba siang ini.” Ucap pria itu dengan lembut.Lucia hanya mengangguk meskipun masih terkejut dengan kedatangan pria itu.“Aku membawakanmu buah yang kau suka.”“Kau tak seharusnya menyibukkan dirimu dengan hal seperti ini.” Ucap Lucia dengan tenang.Zax menggeleng pelan, “Aku sama sekali tak merasa demikian, sudah lama kita tidak mengobrol seperti ini.” Ucap Zax dengan lembut.Lucia mengangguk, “Aku juga merindukanmu. Lalu bagaimana dengan Ellard? Apa dia selamat?” Tanya Lucia, dia penasaran dengan keadaan pria itu.“Buruk setelah targetnya salah, malah kau yang terkena.” Zax mengatakan hal tersebut dengan tertawa sumbang.Lucia tersenyum mendengar cerita Zax. "Jadi dia adalah salah satu yang merencanakan segalanya, termasuk kecelakaan itu."
“Kau baru makan sesuap, Lucia.” Dariel memaksa wanita itu itu memakan makanannya. “Rasanya sangat hambar.” Ucap Lucia yang tak berselera. Mulut Lucia terasa pahit dan dia diberi makanan hambar yang membuatnya semakin tak berselera untuk memakan makanannya. “Kau harus sembuh, kata dokter kondisimu belum stabil. Apa kau tak ingin pulang, hm?” Tanya Dariel dengan lembut. Dariel masih mencoba memotivasi Lucia untuk makan lebih banyak. "Lucia, aku tahu makanan di sini mungkin tidak sebaik di luar, tapi kau harus menjaga kondisimu. Kau belum pulih sepenuhnya, dan aku ingin kau pulang ke rumah secepatnya." Lucia mengangguk pelan, "Aku tahu, Dariel. Aku hanya merasa sedikit lemah dan tidak selera makan. Tapi aku akan mencoba makan lebih banyak." Dariel tersenyum puas mendengar jawaban Lucia dan terus mendukungnya selama proses pemulihan. Dia tidak hanya ingin menjaga hubungan baik dengan Lucia, tetapi juga ingin melihat wanita yang dia cintai kembali sehat dan kuat. Dariel meraih tanga
“Aku ingin menikah dengan Fredick.”Ucapan dari Bela pada tuan Stephen membuat suasana tampak panas.“Dia tak pantas, ayah sudah menjodohkanmu dengan pria yang lebih kaya. Walaupun sedikit tua tapi tak masalah dia akan menikahimu meskipun kau sudah hamil dan dia juga menjanjikan memperbaiki keuangan perusahaan ayah.” Ucap tuan Stephen dengan datar.Bela menatap tajam pada ayahnya. "Aku tidak peduli tentang kekayaan atau janji-janji itu. Aku mencintai Fredrick, ayah, dan aku ingin bersamanya. Kau harus menghormati pilihanku."Tuan Stephen semakin marah. "Kau memalukan keluarga ini, Bela! Ini adalah kesempatan besar untuk memperbaiki keuangan keluarga kita."Bela berdiri tegar. "Aku tidak akan menikah dengan pria yang aku tidak cintai. Aku akan bersama Fredrick, dan kita akan menghadapi masa depan kita bersama."Pertengkaran antara Bela dan ayahnya semakin memanas, dan saat ini, tampaknya tidak ada jalan keluar. Bela bersikeras untuk menjalani hidupnya dengan Fredrick, sementara ayahnya
Hari ini adalah kepulangan Lucia dari rumah sakit, Dariel dan tuan Kaizer tengah disibukkan untuk mempersiapkan kedatangan Lucia di mansion.Tuan Kaizer memilih untuk tetap berada di mansion sedangkan Dariel yang akan mengantarkannya ke mansion.“Aku ingin semuanya harus rapi dan menyambut nona kalian dengan sangat hangat.” Ucap tuan Kaizer dengan serius pada pelayannya.Semua pelayan mengangguk patuh mendengar ucapan tuan Kaizer.“Baik tuan.”Tuan Kaizer mengangguk puas mendengarnya.Disisi lain, Dariel tengah membereskan semua perlengkapan Lucia ke dalam tas yang selama ini dia gunakan ketika di rumah sakit.“Biar aku saja, kau sudah cukup lelah menjaga ku sepanjang hari.” Ucap Lucia ingin mengambil alih apa yang sedang dikerjakan oleh Dariel,.Dariel tersenyum dan menolak lembut. "Tidak, sayang. Aku ingin melakukannya untukmu. Kau hanya perlu bersantai dan biarkan aku yang mengurus semuanya."Lucia mengangguk, walaupun dia merasa bersyukur atas perhatian Dariel, dia juga ingin memb
Hari hari berjalan seperti biasanya, tak ada spesial. Hanya sikap Lucia yang semakin hangat dan menerima Dariel disisinya.Mereka sekarang layaknya pasangan yang sedang jatuh cinta, selalu kemanapun berdua.Seperti sekarang, hanya untuk membeli beerapa perawatan kulit yang habis di mansion Dariel rela meninggalkan rapatnya dengan karyawannya untuk menemani kekasih hatinya.“Apa tak apa kau meninggalkan rapat mu?”“Aku hanya menunda, atau melalui panggilan video sudah cukup karena hanya rapat rutin mingguan saja yang untuk mengevaluasi pekerja.” Ucap Dariel dengan lembut dan terus menggandeng tangan Lucia memasuki sebuah toko dengan brand cukup terkenal dengan produk perawatan kulit terbaik mereka.Lucia tersenyum dan merasa sangat bahagia melihat dedikasi Dariel dalam hubungan mereka. "Aku sangat beruntung memilikimu, Dariel. Kau sangat perhatian padaku. Tapi jangan lakukan hal ini lagi, nanti kau dinilai oleh karyawan mu sendiri sebagai orang yang tidak berkompeten dan profesional"D