“Sudah sebulan setelah Leonidas kembali dalam kehidupan, Claire. Jadi kau menyerah begitu saja, James?” Tanya Ethan di sebuah klub ruang VIP mewah untuk menikmati anggur milik mereka yang paling spesial.James yang menemani Ethan hanya tersenyum tipis, “Jangan membuatku tak nyaman, kak.” Ucap James sambil meneguk segelas anggur disana.Ethan terkekeh, “Ya sudah, hanya saja sayang sekali meskipun sekali kau tak pernah mengutarakan perasaanmu. Sebagai pria kau harus mengambil resiko agar kau tak menyesal.” Ucap Ethan dengan santai.James terdiam, saat wanita penghibur menuangkan anggurnya kembali ke gelasnya yang kosong matanya mulai menatap anggur itu dan memutar-mutar gelasnya.James meneguk anggurnya perlahan, memikirkan kata-kata Ethan. "Aku bukan seperti Leonidas, Kak," jawabnya akhirnya, dengan nada yang lebih tenang. "Dia selalu bisa mendapatkan apa yang dia mau tanpa harus memikirkan risiko. Tapi aku? Aku lebih suka berhati-hati daripada melompat ke sesuatu yang bisa menghancurk
“Nona, ada kiriman bunga mawar lagi dari tuan Leonidas.” Ucap pelayan pagi ini saat Claire sedang bersantai membaca buku dan meminum tehnya.Hari ini adalah hari liburnya, dan pagi yang cerah ini dia mendapatkan bunga yang setiap hari selalu dia terimanya.Leonidas benar-benar tak berhenti mengirimkannya meskipun Claire sudah bilang jika bunga itu akan menjadi sampah di rumahnya. Tapi Leonidas tetaplah Leonidas, dia sangat keras kepala.“Susun di vas seperti biasa.” Ucap Claire dengan tenang tanpa mengalihkan perhatiannya pada buku bacaannya.“Untuk suratnya?” Tanya Pelayan itu.“Taruh saja, pasti kata-kata yang sama setiap harinya.” Ucap Claire dengan datar dan pelayan tersebut menjalankan pekerjaannya sesuai intruksi.Saat bunga sudah di tata di vas bunga, Claire meletakkan bukunya dan menatap bunga itu. Seperti biasa, mawar merah segar.“Sayang sekali besok akan layu.” Gumam Claire.Hingga pelayannya masuk kembali yang membuat Claire mengerutkan dahinya, “Ada apalagi?” Tanya Claire
“Aku tak menyangka jika kau akan datang menemui putriku lagi, Leonidas.” Ucap Dariel dengan tenang yang duduk di kursi kerjanya.Leonidas berdiri tenang, “Saya hanya ingin menemui wanita yang saya cintai, ayah.” Ucap Leonidas dengan menekankan kata ‘ayah’ pada Dariel.Dariel langsung mendatarkan wajahnya, “Kau dan putriku sudah bercerai. Tak ada sebutan ayah yang perlu kau ucapkan.” Ucap Dariel dengan tegas.Leonidas tersenyum, “Saya hanya membiasakan diri saya, karena sebentar lagi anda akan menjadi ayah saya lagi.” Ucap Leonidas dengan tenang.Dariel menyipitkan matanya, jelas tidak senang dengan pernyataan Leonidas. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan nada dingin.Leonidas tetap tersenyum, tanpa menunjukkan sedikit pun kegugupan. "Claire akan kembali kepada saya, cepat atau lambat," jawabnya dengan penuh keyakinan. "Saya yakin bahwa hubungan kami belum berakhir, dan ketika saatnya tiba, saya akan memastikan dia menjadi istri saya lagi."Dariel menahan diri untuk tidak langsung bereaksi
TING!‘Apa kita bisa bertemu?’Pesan masuk dari James tersebut membuat Claire yang rebahan dikamar langsung duduk.Claire menatap pesan itu dengan alis berkerut. James jarang sekali mengirim pesan tiba-tiba seperti ini, apalagi meminta untuk bertemu tanpa penjelasan. Pikirannya langsung berputar, mencari-cari alasan apa yang mungkin membuat James ingin bertemu."Kenapa sekarang?" gumamnya lagi, sambil mencoba menebak-nebak apakah ada masalah serius atau mungkin sesuatu yang lain. Rasa penasaran bercampur dengan kekhawatiran mulai merayap ke dalam pikirannya.Setelah beberapa detik berpikir, Claire mengambil ponselnya dan mengetik balasan, ‘Tentu, ada apa?’ sebelum mengirimkannya. Sambil menunggu jawaban, Claire bangkit dari tempat tidur, merasa sedikit gelisah. Dia bertanya-tanya apa yang membuat James mendesak untuk bertemu, apalagi setelah semua yang terjadi belakangan ini dengan Leonidas. Claire terus berpikir, sampai akhirnya ponselnya berbunyi kembali, menandakan pesan masuk.‘
“Tuan James menyatakan cintanya pada nyonya, tuan.” Lapor Kendrick pada Leonidas yang tengah termenung di ruang kerjanya karena ditolak oleh Claire untuk berkencan.Namun, saat mendengar laporan itu dia langsung menatap Kendrick dengan serius, “Apa dia menerimanya?” Tanyanya dengan serius bahkan sampai berdiri untuk mendengarkan informasi lebih lanjut.Kendrick menggeleng, “Nyonya menolak namun dia juga terlihat sedih, apa mungkin nyonya juga menyukai tuan James?” Tanya Kendrick lebih ke dirinya sendiri.Tanpa menjawab apapun Leonidas langsung mengambil jasnya dan pergi dari sana.Leonidas melangkah keluar dengan wajah yang penuh determinasi, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan tentang perasaan Claire yang sebenarnya. Rasa tidak nyaman memenuhi dadanya saat ia memikirkan kemungkinan bahwa Claire memiliki perasaan untuk James. Ia tidak bisa membiarkan hal itu begitu saja."Kemana tujuan Anda, Tuan?" tanya Kendrick, sedikit khawatir dengan ekspresi serius Leonidas.Leonidas berhenti s
Kesadaran James mulai mengambil alih, rasa pusing yang mendera kepalanya membuatnya memegang kepalanya tanpa sadar.Namun saat dia sadar dia tak berada di tempat yang dia kenali membuatnya terkejut.Terlebih saat dia melihat wanita tanpa busana tidur di sampingnya, dia langsung mencoba mengingat apa yang terjadi saat dia berada di club malam.James terkejut dan panik, memandangi sekeliling ruangan yang asing baginya. Rasa pusing yang mendera membuatnya sulit mengingat dengan jelas bagaimana dia sampai di tempat ini. Ia berusaha keras memulihkan ingatannya tentang malam sebelumnya. Yang ia ingat hanyalah suasana klub, musik yang bising, minuman yang terus ia teguk, dan kemudian... semuanya menjadi buram.Wanita di sampingnya bergerak sedikit, namun tetap terlelap, sementara James segera mengalihkan pandangannya, merasa canggung dan bingung. Dia mengenakan pakaiannya dengan cepat, memeriksa ponselnya, dan mendapati beberapa panggilan tak terjawab dari temannya, seakan menjadi petunjuk k
“Dokter, ada pasien kecelakaan yang harus di operasi segera!” Ucap seorang perawat dengan tergesa-gesa pada Claire yang saat ini tengah makan siang.Claire yang mendengar itu mengangguk, “Siapkan ruang operasinya, aku akan segera kesana.” Ucap Claire yang kemudian berdiri.Namun, tangannya langsung ditahan oleh Leonidas. Hari ini adalah jadwalnya makan bersama pria itu, tentu saja jadwal iu dibuat oleh Leonidas.“Aku harus pergi, Leonidas.” Ucap Claire dengan serius.“Kau bahkan baru makan satu suap, kau bisa sakit jika makan terlambat.” Ucap Leonidas dengan serius.Claire menatap Leonidas dengan serius, “Di banding waktu makanku, lebih penting nyawa orang yang dalam bahaya.” Ucapnya sambil menyingkirkan tangan Leonidas dari tangannya.Leonidas menatap Claire dengan sorot mata yang sulit dibaca, seakan berusaha memahami keteguhan hati wanita itu. Setelah hening sejenak, ia menghela napas pelan dan melepaskan tangannya. “Baiklah, aku mengerti,” ujarnya, meskipun nada suaranya mengisyar
“Bisakah kau berhenti saja menjadi dokter?” Ucap Leonidas dengan serius saat Claire keluar dari ruang steril.Claire yang tengah memakai jas dokternya melirik ke arah Leonidas, “Masih terlalu muda untuk berhenti.” Ucap Claire dengan datar.“Tapi Claire, operasi tadi sangat beresiko. Bagaimana jika di masa depan kau tak dapat menanggung penularan virus itu? Aku hanya peduli dengan kesehatanmu, Claire.” Ucap Leonidas dengan menatap Claire tegas.Claire menahan napas sejenak, merasakan ketegangan di antara mereka. “Leonidas, aku tahu betapa berbahayanya pekerjaan ini. Tapi ini adalah panggilan hidupku. Jika aku berhenti, siapa yang akan menyelamatkan nyawa orang lain?” ucapnya, berusaha tetap tenang meskipun hatinya bergetar.“DI DUNIA INI BUKAN HANYA KAU YANG MENJADI DOKTER, CLAIRE!”Leonidas menatap Claire dengan intensitas yang campur aduk—cinta dan kekhawatiran saling beradu dalam dirinya. Dia ingin merangkulnya, tetapi rasa takut akan kehilangan Claire membuatnya berat.“Leonidas–”