TING!‘Apa kita bisa bertemu?’Pesan masuk dari James tersebut membuat Claire yang rebahan dikamar langsung duduk.Claire menatap pesan itu dengan alis berkerut. James jarang sekali mengirim pesan tiba-tiba seperti ini, apalagi meminta untuk bertemu tanpa penjelasan. Pikirannya langsung berputar, mencari-cari alasan apa yang mungkin membuat James ingin bertemu."Kenapa sekarang?" gumamnya lagi, sambil mencoba menebak-nebak apakah ada masalah serius atau mungkin sesuatu yang lain. Rasa penasaran bercampur dengan kekhawatiran mulai merayap ke dalam pikirannya.Setelah beberapa detik berpikir, Claire mengambil ponselnya dan mengetik balasan, ‘Tentu, ada apa?’ sebelum mengirimkannya. Sambil menunggu jawaban, Claire bangkit dari tempat tidur, merasa sedikit gelisah. Dia bertanya-tanya apa yang membuat James mendesak untuk bertemu, apalagi setelah semua yang terjadi belakangan ini dengan Leonidas. Claire terus berpikir, sampai akhirnya ponselnya berbunyi kembali, menandakan pesan masuk.‘
“Tuan James menyatakan cintanya pada nyonya, tuan.” Lapor Kendrick pada Leonidas yang tengah termenung di ruang kerjanya karena ditolak oleh Claire untuk berkencan.Namun, saat mendengar laporan itu dia langsung menatap Kendrick dengan serius, “Apa dia menerimanya?” Tanyanya dengan serius bahkan sampai berdiri untuk mendengarkan informasi lebih lanjut.Kendrick menggeleng, “Nyonya menolak namun dia juga terlihat sedih, apa mungkin nyonya juga menyukai tuan James?” Tanya Kendrick lebih ke dirinya sendiri.Tanpa menjawab apapun Leonidas langsung mengambil jasnya dan pergi dari sana.Leonidas melangkah keluar dengan wajah yang penuh determinasi, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan tentang perasaan Claire yang sebenarnya. Rasa tidak nyaman memenuhi dadanya saat ia memikirkan kemungkinan bahwa Claire memiliki perasaan untuk James. Ia tidak bisa membiarkan hal itu begitu saja."Kemana tujuan Anda, Tuan?" tanya Kendrick, sedikit khawatir dengan ekspresi serius Leonidas.Leonidas berhenti s
Kesadaran James mulai mengambil alih, rasa pusing yang mendera kepalanya membuatnya memegang kepalanya tanpa sadar.Namun saat dia sadar dia tak berada di tempat yang dia kenali membuatnya terkejut.Terlebih saat dia melihat wanita tanpa busana tidur di sampingnya, dia langsung mencoba mengingat apa yang terjadi saat dia berada di club malam.James terkejut dan panik, memandangi sekeliling ruangan yang asing baginya. Rasa pusing yang mendera membuatnya sulit mengingat dengan jelas bagaimana dia sampai di tempat ini. Ia berusaha keras memulihkan ingatannya tentang malam sebelumnya. Yang ia ingat hanyalah suasana klub, musik yang bising, minuman yang terus ia teguk, dan kemudian... semuanya menjadi buram.Wanita di sampingnya bergerak sedikit, namun tetap terlelap, sementara James segera mengalihkan pandangannya, merasa canggung dan bingung. Dia mengenakan pakaiannya dengan cepat, memeriksa ponselnya, dan mendapati beberapa panggilan tak terjawab dari temannya, seakan menjadi petunjuk k
“Dokter, ada pasien kecelakaan yang harus di operasi segera!” Ucap seorang perawat dengan tergesa-gesa pada Claire yang saat ini tengah makan siang.Claire yang mendengar itu mengangguk, “Siapkan ruang operasinya, aku akan segera kesana.” Ucap Claire yang kemudian berdiri.Namun, tangannya langsung ditahan oleh Leonidas. Hari ini adalah jadwalnya makan bersama pria itu, tentu saja jadwal iu dibuat oleh Leonidas.“Aku harus pergi, Leonidas.” Ucap Claire dengan serius.“Kau bahkan baru makan satu suap, kau bisa sakit jika makan terlambat.” Ucap Leonidas dengan serius.Claire menatap Leonidas dengan serius, “Di banding waktu makanku, lebih penting nyawa orang yang dalam bahaya.” Ucapnya sambil menyingkirkan tangan Leonidas dari tangannya.Leonidas menatap Claire dengan sorot mata yang sulit dibaca, seakan berusaha memahami keteguhan hati wanita itu. Setelah hening sejenak, ia menghela napas pelan dan melepaskan tangannya. “Baiklah, aku mengerti,” ujarnya, meskipun nada suaranya mengisyar
“Bisakah kau berhenti saja menjadi dokter?” Ucap Leonidas dengan serius saat Claire keluar dari ruang steril.Claire yang tengah memakai jas dokternya melirik ke arah Leonidas, “Masih terlalu muda untuk berhenti.” Ucap Claire dengan datar.“Tapi Claire, operasi tadi sangat beresiko. Bagaimana jika di masa depan kau tak dapat menanggung penularan virus itu? Aku hanya peduli dengan kesehatanmu, Claire.” Ucap Leonidas dengan menatap Claire tegas.Claire menahan napas sejenak, merasakan ketegangan di antara mereka. “Leonidas, aku tahu betapa berbahayanya pekerjaan ini. Tapi ini adalah panggilan hidupku. Jika aku berhenti, siapa yang akan menyelamatkan nyawa orang lain?” ucapnya, berusaha tetap tenang meskipun hatinya bergetar.“DI DUNIA INI BUKAN HANYA KAU YANG MENJADI DOKTER, CLAIRE!”Leonidas menatap Claire dengan intensitas yang campur aduk—cinta dan kekhawatiran saling beradu dalam dirinya. Dia ingin merangkulnya, tetapi rasa takut akan kehilangan Claire membuatnya berat.“Leonidas–”
“Apa Leonidas tak bekerja hari ini?” Tanya Claire pada Kendrick.Saat ini Claire mencari Leonidas setelah seharian tak mendapatkan kabar dari pria itu.Kendrick yang terkejut dengan pertanyaan Claire terdiam untuk beberapa saat, wanita itu tak pernah menanyakan kabar tuannya dan sekarang setelah tuannya tak terlihat seharian wanita itu mencarinya.“Tuan sedang cuti, nyonya. Apakah ada sesuatu yang ingin anda sampaikan?”Claire menghela napas pelan, merasa canggung karena harus menanyakan hal ini pada Kendrick. "Tidak, hanya... biasanya dia memberi kabar jika tidak masuk," ucapnya dengan nada yang lebih lembut dari biasanya. Claire menatap sekeliling, seolah mencari sesuatu yang tidak ada.Kendrick memandang Claire dengan sedikit tersenyum, melihat bahwa ada sisi perhatian yang mungkin jarang diperlihatkan. "Tuan Leonidas memang ingin mencari tempat untuk menenangkan diri, nyonya," jelasnya, berusaha memberikan informasi yang cukup tanpa mengungkap terlalu banyak.Claire terdiam sejena
“Leonidas..” Claire memanggil pria yang sedang memunggunginya sekarang.Setelah dua hari tanpa kabar pria itu, akhirnya sekarang dia muncul sendiri di hadapannya.Leonidas yang terpanggil langsung membalikkan badannya, senyuman yang biasa dia tampilkan pada Claire seorang kini terbit.“Merindukanku?” Ucap Leonidas dengan lembut.“Leonidas,” Claire mengulangi namanya, merasakan campuran lega dan kecemasan saat pria itu berbalik menatapnya. “Kau benar-benar membuatku khawatir. Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu selama dua hari ini.”Leonidas mendekat, senyumnya tetap terjaga meski matanya menunjukkan ketegangan. “Maaf jika aku membuatmu cemas. Aku butuh waktu untuk merenung,” jawabnya, suaranya lembut tetapi tegas.Claire memeluk pria itu, selama dua hari ini dia baru menyadari jika cintanya pada Leonidas masih seperti dulu dan terus tumbuh. “Aku merindukanmu.” Gumam Claire.Leonidas tersentak dengan pernyataan jujur wanita itu, selama ini Claire seperti tak peduli padanya tapi seka
“Setelah beberapa kali kemoterapi akhirnya tuan Jason benar-benar sembuh dari kankernya.” Ucap Lucia dengan tersenyum.Calire mengangguk dengan perkataan ibunya, “Akhirnya kakak dan kak Ashilla bisa menikah setelah ini.”Tuan Jason ikut tersenyum, “Terima kasih, karena berkat kalian berdua aku bisa hidup lebih panjang bersama putriku.”“Tidak ada yang lebih penting bagiku daripada melihatmu sehat, paman,” jawab Claire dengan tulus, matanya berkilau bahagia. “Kami semua sangat bersyukur kau bisa melalui ini.”Lucia mengangguk, menambahkan, “Kau telah berjuang dengan sangat keras, dan kami semua selalu ada di sini untuk mendukungmu. Melihatmu sembuh adalah hadiah terindah bagi kami.”Tuan Jason tersenyum lebar, merasakan kasih sayang yang mengalir di antara mereka. “Kau tahu, saat aku menjalani kemoterapi, aku sering memikirkan betapa berartinya momen-momen kecil bersama putriku. Setiap detik yang aku habiskan dengan Ashilla adalah alasan aku terus berjuang.”Claire tersenyum lalu menga