Share

Rencana

Author: Siti Aisyah
last update Last Updated: 2023-01-07 10:42:25

"Kenapa foto ini bisa ada di sini? Ini aku, kan?" Kuambil fotoku yang sedang melayani pelanggan di warung itu dan mengangkatnya ke udara.

"Iya, maaf. Aku sudah mengambil gambar kamu tanpa izin. Ia menggaruk tengkuknya." Kamu marah?" tanya lelaki yang sudah resmi menjadi suamiku itu.

"Marah, tetapi sedikit, toh, aku juga tidak rugi." Kuamati dengan seksama wajah dalam foto yang terlihat lelah itu.

"Terima kasih, ya, berkat foto itu aku jadi bersemangat. Aku merasa seolah-olah kamu menemaniku."

"Seharusnya kamu bilang kalau mau ambil foto sehingga aku bisa dandan dulu dan tersenyum saat difoto, bukan seperti itu. Tuh lihat, mukanya aja kusam dan terlihat berminyak karena berkutat dengan wajan penggorengan dan berhadapan dengan minyak panas seharian. Rambut juga diikat asal serta hanya memakai kaus oblong longgar. Kalau kamu bilang mau ambil gambarku, aku bisa mandi dulu kalau perlu memakai baju paling bagus yang kupunya." Kuletakkan kembali foto itu ke tempat semula.

Mas Wiji tersenyum. "Bagiku, kau adalah wanita paling cantik di dunia ini."

Pipiku menghangat mendengar ucapannya.

"Sekarang kamu mandi dulu dan ganti baju. Setelah ini kita ke bawah untuk menemui papa dan mama yang sudah menunggu," titahnya sambil duduk dan mengusap bahuku pelan.

Wiji menunjukkan sebuah pintu yang terletak di sebelah kiri ruangan. Hm, di dalam kamar saja ada kamar mandi pribadi. Kalau seperti ini tidak akan ada yang namanya antri seperti di rumahku saat masih di desa. Setiap hari pasti ada drama di kamar mandi. Semua minta duluan, apalagi Kak Sitha yang selalu ingin menang sendiri.

Kuputar handle pintu dan mendorongnya, tetapi kututup kembali karena ingat tas yang berisi baju ganti milikku masih ada di mobil.

"Aku ke bawah sebentar, ya, mau ambil baju ganti di mobil."

"Itu." Mas Wiji menunjuk tas ransel milikku.

"Siapa yang membawanya ke sini, Mas?"

"Tadi aku sudah minta bantuan Mbok Sum untuk membawanya ke mari." Lelaki itu tidak melepaskan pandangannya dariku.

"Terima kasih, ya." Segera kuambil tas yang dulu kupakai untuk sekolah itu. Sebuah tas yang warnanya sudah memudar, seharusnya hitam menjadi abu-abu.

Kuguyur tubuhku di bawah shower, segar sekali. Untunglah saat aku pergi study tour saat SMA pernah menginap di hotel sehingga sudah bisa menggunakan kamar mandi yang berbeda dengan saat di desa ini. Bisa malu kalau sampai tidak tahu.

Mandi sudah selesai dan aku lekas ganti baju. Rok model payung di bawah lutut berwarna hijau tua dipadukan dengan kaus oblong berwarna putih sudah melekat di tubuhku. Aku keluar kamar dengan memeluk tubuhku sendiri karena kedinginan.

"Maafkan aku, Ji. Hanya ini pakaian paling bagus yang kupunya." Aku berjalan mendekatinya yang kini sudah duduk di tepi ranjang.

"Cantik." Ia manggut-manggut.

"Yakin gak papa aku menemui Pak Aditya dan Bu Marissa dengan penampilan seperti ini?"

"Panggil mereka papa dan mama, oke. Besok kita beli baju. Yuk." Mas Wiji bangkit dari duduknya seraya menggamit lenganku dan kami berjalan beriringan keluar.

Papa dan mama mertua masih menunggu di bawah. Mereka tersenyum melihat kami yang masih berada di undakan tangga.

"Diminum dulu, nanti keburu dingin," ucap mama mertua setelah kami duduk.

"Panas sekali, Ma. Aku pikir sudah dingin karena sudah dari tadi." Aku mengibaskan tangan saat menyentuh gelas yang terasa seperti membakar kulit.

Mama tertawa." Maaf, tadi sudah kuminta Mbok Sum untuk ganti karena yang tadi sudah dingin. Mana enak minum susu jahe dingin."

"Terima kasih, Bu, eh, Ma." Kuseruput pelan-pelan minuman berwana putih dan seketika rasa hangat menjalar di tenggorokan.

"Wiji, kami sudah berencana untuk mengadakan pesta pernikahan kalian bulan depan." Papa mertua memulai obrolan.

"Apakah itu harus, Pa? Kita sudah menikah tadi?" tanya Mas Wiji masih dengan gelas di tangan.

"Iya, tetapi kalian baru nikah siri, artinya hanya sah di mata agama saja, sedangkan Papa maunya kalian nikah secara negara juga agar pernikahan kalian tercatat. Lagi pula, agar semua orang tahu kalau kalian ini pasangan suami istri agar tidak digunjing masyarakat nantinya." Lelaki berkumis tipis itu berbicara serius.

Aku terharu mendengar ucapan papa mertuaku yang tidak mempermasalahkan punya menantu dari kasta yang berbeda. Aku pikir orang kaya hanya mau punya besan yang sederajat dengan mereka.

"Aku tidak mau nikah secara resmi dulu, Pa." Sanggah Mas Wiji yang membuat kami kaget.

"Kenapa? Bukankah kamu sangat mencintai Endah?" tanya mama mertua dengan nada tinggi.

"Yang penting ia sudah menjadi istriku sekarang."

"Wiji, nikah siri memang boleh dan sah, tapi kasihan Endah karena nikah siri tidak punya kekuatan hukum. Kamu bisa meninggalkannya kapan pun kamu mau tanpa harus repot dan papa tidak mau punya anak yang seperti ini. Kalian harus nikah secara resmi secepatnya!" imbuh papa mertua yang membuatku merasa bersyukur dipertemukan dengan orang baik seperti mereka.

"Pokoknya aku mau kami seperti ini dulu. Nggak perlu buru-buru nikah tercatat apalagi sampai harus mengadakan pesta untuk merayakannya."

Kenapa Mas Wiji harus menolak menikah resmi? Apakah ia mulai ragu untuk menjalani rumah tangga denganku yang hanya bocah ndeso ini? Ya Allah, padahal aku sudah mau menerima dia apa adanya.

Aku menggigit bibir bawah dan melirik Mas Wiji yang sedang terlihat tegang mendengar ucapan papanya tadi.

"Yakin kamu nggak mau menikahi Endah secara resmi?" tanya papa mertua.

"Iya, Pa."

"Kalau begitu, Endah tidak boleh keluar rumah selama di sini karena Papa takut menjadi gunjingan tetangga karena kamu sudah menyimpan seorang perempuan di rumah. Apa kata orang-orang nanti, Wiji? Bagaimana kalau nanti Endah terlanjur hamil?"

Mas Wiji tertawa." Papa nggak perlu khawatir Endah hamil karena aku tidak akan mencampurinya?"

What? Dia bilang tidak akan mencampuriku di saat aku sudah sah menjadi istrinya? Ada apa ini? Jangan-jangan Mas Wiji memang hanya ingin membawaku pergi dari keluargaku yang tidak pernah menyayangiku. Ya, Ia memang tahu kalau bapak selalu pilih kasih padaku. Namun, tadi ia bilang mencintaiku, bahkan sampai mengambil fotoku secara diam-diam? Argh, bingung aku.

Comments (6)
goodnovel comment avatar
asnawati Wati
baru aja seru baca cerita nya...dah minta buka kunci
goodnovel comment avatar
Show Nature
sip kak lanjut
goodnovel comment avatar
Dewi Suminar
buat baca 30 bab terbaru di butuhkan berapa koin ni
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MENIKAHI PRIA BURUK RUPA   Pergi

    Aku terdiam dan meremas jari tanganku sendiri. Tidak mungkin aku memaksa lelaki yang ternyata anak orang kaya bukan kaleng-kaleng ini menikahiku secara resmi. Aku sadar siapa diri ini saat sudah berada di sini. Ternyata aku dan Mas Wiji bak langit dan bumi. Benar kata papa mertua, nikah siri memang diperbolehkan, tetapi biasanya merugikan pihak istri karena tidak ada bukti tertulis sehingga tidak punya kekuatan hukum. Si istri tidak bisa menuntut apa pun jika terjadi sesuatu di kemudian hari. Ah, aku jadi teringat dengan bapak dan ibu di desa yang selalu bilang kalau seorang gadis tamatan SMA sepertiku jodohnya adalah orang miskin. Beda dengan Kak Sitha yang sarjana sehingga jodohnya pasti orang kaya yang bisa membanggakan keluarga. Rasa perih kembali menjalar di ulu hati jika ingat diri ini yang selalu dibandingkan dengan kakak sendiri. "Jadi, sudah jelas, ya, kalau kita tidak akan menikah secara resmi dulu. Kita masuk kamar, yuk. Kamu pasti capek." Mas Wiji menggenggam tanganku

    Last Updated : 2023-01-09
  • MENIKAHI PRIA BURUK RUPA   Kabar Sitha

    "Endah, ini ada beberapa baju untuk kamu, dipakai, ya, semoga kamu suka?" Mas Wiji mengulurkan beberapa paperbag. Ia baru saja pulang dengan mengendarai si 'pitung'. Sebuah motor yang membuat ia dibenci semua orang karena suaranya yang membuat sakit telinga. Aku mengambil satu paperbag berwarna ungu dan membukanya, sebuah gaun berwarna cokelat muda dengan hiasan pita samping. Aku ternganga, belum pernah punya baju sebagus ini. "Apakah ini benar untukku?" tanyaku masih tidak percaya. Tanganku mengusap gaun yang bahannya lembut dan nyaman di kulit. Ini adalah baju terbaik yang pernah kumiliki, saat masih di desa, aku jarang beli baju baru karena lebih sering pakai baju bekasnya Kak Sitha. "Kenapa? Nggak suka?" Mas Wiji mengedipkan mata. "Apakah pantas gaun sebagus ini menempel di tubuhku? Kasihan gaunnya, kan?" Dahiku berkerut. "Ada-ada saja kamu ini, Ndah. Ayo buka bajumu sekarang dan ganti dengan yang ini!" Mas Wiji membalik tubuhku dan menarik kaus oblong yang kukenakan. "Aku

    Last Updated : 2023-01-09
  • MENIKAHI PRIA BURUK RUPA   Aku Bukan Pembantu

    Ponselku berdering sebagai pertanda ada panggilan masuk dan setelah kulihat dari Mas Wiji. Aku terlonjak kegirangan karena ini untuk pertama kalinya ia meneleponku. "Halo, Ndah. Kamu baik-baik saja dan masih setia menunggu kepulanganku, kan?" Kata-kata itu sama dengan yang ia kirimkan melalui pesan selama ini dan jawabanku juga selalu sama bahwa aku baik-baik saja dan akan selalu menunggu kepulangan suamiku yang sedang pergi ke mana dan entah untuk urusan apa. "Maaf, ya, Ndah, aku tidak bisa menemani kamu untuk menghadiri pesta pernikahan Sitha karena sudah kupastikan aku belum sampai di rumah nanti," "Memangnya masih berapa lama kamu berada di sana untuk menyelesaikan urusan itu, Mas?" tanyaku was-was. "Semoga secepatnya aku bisa pulang. Sekali lagi aku minta maaf karena tidak bisa menemanimu ke acara pernikahan kakakmu dan mantan pacarmu itu." "Enggak apa-apa, Mas. Aku juga tidak berniat untuk ke sana karena sudah pasti hanya akan membuat keributan.""Jaga dirimu baik-baik, ya

    Last Updated : 2023-01-13
  • MENIKAHI PRIA BURUK RUPA   aku kembali

    PoV Wiji PermanaPonselku berdering disertai getar sebagai pertanda ada panggilan masuk. Kuangkat benda pipih itu dan melihat siapa yang menelepon. Endah, tumben ia menghubungiku duluan. Ya, aku memang melarangnya meneleponku terlebih dulu dengan alasan aku selalu sibuk. Aku tidak pernah telepon maupun video call dan hanya berkomunikasi melalui pesan tertulis saja. Tadi, untuk pertama kalinya aku meneleponnya, tetapi sekarang ia sudah meneleponku lagi. "Ya, Ndah, ada apa? Baru tadi telepon sudah kangen lagi." Aku tersenyum meski aku tahu Endah tidak melihat senyumanku karena kami hanya telepon saja bukan video call. "Mas, tolong katakan sekarang juga kalau kita ini adalah pasangan suami istri agar Irgi tidak menggangguku lagi," ucap Endah dari seberang sana. Jadi, di rumah sedang ada Irgi dan dia sedang mengganggu Endah? Saat ini aku sedang berada di luar negeri untuk menjalani operasi bedah plastik di wajah yang rusak ini. Sebelum bertemu dengan Endah, aku tidak pernah punya nia

    Last Updated : 2023-01-13
  • MENIKAHI PRIA BURUK RUPA   Bertemu Sitha

    "Hm hm, ada yang sudah kangen rupanya, ada Mama, tetapi tetep aja nyosor." Mama tersenyum sambil menaik turunkan alis. Aku nyengir dan mengangkat dua jari membentuk huruf 'V'" Maaf, Ma, ini ciuman pertamaku pada Endah.""Apa kamu bilang? Ciuman pertama? Lalu selama kalian tidur di kamar yang sama itu ngapain?" tanya mama dengan dahi berkerut. "Mas Wiji tidak pernah mau menciumku, Ma. Kami tidur saling membelakangi, bahkan terkadang ia tidur di bawah, tidak satu ranjang denganku." Endah menunduk. "Kenapa begitu? Bagaimana Mama bisa punya cucu kalau kalian tidur sendiri-sendiri seperti ini? Ya udah, sekarang kalian ke kamar aja!" "Ke kamar? Ngapain?" "Ya, gitu lah. Kamu pikir aja sendiri. Dah ya, selamat bersenang-senang." Mama tersenyum menggoda. "Ndah." Aku mengedipkan mata sehingga membuat istriku yang sudah menjelma menjadi bak bidadari itu salah tingkah. "Eit, tunggu! Kita makan dulu karena tadi Mbok Sum dan Endah sudah masak masakan kesukaan kamu." Mama menggandeng tangan

    Last Updated : 2023-01-13
  • MENIKAHI PRIA BURUK RUPA   Kamu Cantik

    Endah menggelayut manja di lenganku seolah ingin membuat kedua orang itu cemburu, "Kak, ini Mas Wiji--Suamiku." Sitha melotot kemudian tertawa lebar, ia memandangku dari ujung kepala hingga ujung kaki."Endah, Endah, kamu pikir kakakmu yang cantik ini lupa ingatan apa? Sudah jelas kalau suamimu itu jelek dan mengerikan sehingga semua orang takut padanya sedangkan ini ganteng. Kenapa kamu akui juga sebagai suamimu?" Sitha tersenyum mengejek. "Kamu bilang lelaki ini ganteng? Ya ampun istri macam apa kamu? Bilang orang lain ganteng di depan suaminya sendiri," timpal Arka tidak terima sang istri bilang aku ganteng. "Jangan marah, ya, Mas. Dia ini memang ganteng, tetapi tetap ganteng kamu, kok. Apalagi kamu juga anak Pak Lurah sehingga kamu punya nilai plus. Oh, ya, Ndah, aku dan Arka sudah menikah, tetapi aku memang sengaja tidak memberi tahu kamu apalagi mengundang. Aku bahagia menjadi istrinya Arka dan lihat, kami sangat serasi, kan? Arka ganteng dan aku cantik. Untung, ya, Mas, kamu

    Last Updated : 2023-01-13
  • MENIKAHI PRIA BURUK RUPA   Cemburu

    POV Rositha DewiAkhirnya aku bisa mendapatkan lelaki yang selama ini ku impikan. Ya, wanita mana yang tidak mau dengan anak Pak lurah bernama Arka Hanggana itu. Selain anak orang paling kaya di daerah ini, ia juga memiliki wajah yang rupawan. Berulang kali aku mencoba untuk mendapatkan hatinya, tetapi sial, lelaki pemilik dagu belah itu malah suka dengan Endah--adikku yang sangat kubenci. Entah setan apa yang merasuki pikiran Arka hingga ia lebih memilih Endah--gadis yang hanya tamatan SMA. Semenjak aku tahu Endah berhasil memikat hati Arka, aku semakin membencinya, apalagi jika melihat Endah jalan bareng saat berangkat ke kantin sekolah untuk mengantar barang dagangan berupa gorengan. Dadaku seakan terbakar saat Endah bilang akan dilamar Arka dalam waktu dekat. Berbagai macam cara kulakukan agar Endah mundur dari Arka dengan cara menakut-nakutinya. "Ndah, kamu gitu nggak level sama Arka, kalau kamu sampai nikah sama dia, yang ada batinmu akan tersiksa. Kamu pikir enak jadi menan

    Last Updated : 2023-01-13
  • MENIKAHI PRIA BURUK RUPA   Rositha Dewi

    Aku meminta Arka untuk menambah laju motornya. Tangan ini enggan untuk memeluknya karena rasa kesal masih menyusup dalam dada saat bayangan Endah bersanding dengan lelaki tampan kembali menghampiri. Kucoba memejamkan mata, tetapi bayangan Endah yang seolah tertawa bahagia semakin nyata. Suara bising kendaraan yang berlalu lalang di sisi depan dan belakang tidak kuhiraukan lagi. Aku kaget saat tiba-tiba Arka menghentikan motor dan membawanya ke tepian. "Kenapa, Ar?" "Jadi ke salon nggak? Dari tadi ditanya malah diam aja," tanya Arka dengan wajah ditekuk. Tunggu, kenapa wajahnya sekarang biasa saja? Kemana wajah gantengnya yang selama ini membuatku tergila-gila? Ah, aku baru sadar ternyata Arka tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan suaminya Endah. "Sitha? Kamu dengar aku, kan?" Lelaki bertubuh kekar itu menggerakkan tangannya di depan wajahku ke kiri dan ke kanan membuyarkan lamunanku tentang cowok ganteng. "Enggak jadi. Aku sudah bad mood. Kita pulang aja," jawabku ketus

    Last Updated : 2023-01-15

Latest chapter

  • MENIKAHI PRIA BURUK RUPA   ending

    Sintya sudah tidak pernah datang lagi mengganggu kami. Yang paling menbuatku lega adalah hari ini ia akan melangsungkan pernikahan dengan Irgi. Setelah orang tuanya meninggal, memang hanya Irgi yang selalu datang ke rumahnya. Awalnya hanya karena kasihan, tetapi lama-lama tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya. Ya, cinta terkadang datang dengan orang yang tidak pernah kita duga sebelumnya, seperti Irgi yang pada akhirnya berhasil mendapatkan cinta Sintya. "Selamat menempuh hidup baru, Sin. Semoga bahagia selalu," ucapku sambil menjabat tangan Sintya yang mengenakan gaun pengantin berwarna putih itu. Wanita itu terlihat sangat cantik. Sintya dan Irgi baru saja melangsungkan pernikahan yang diadakan secara sederhana. Tamu undangan yang datang juga tidak banyak karena hanya keluarga inti saja. "Aku janji tidak akan pernah mengganggu kalian berdua lagi," ucap Sintya dengan tangan menggelayut manja di lengan lelaki yang baru saja dah menjadi suaminya. Mas Wiji tertawa," Kenapa? S

  • MENIKAHI PRIA BURUK RUPA   Do'a Sintya terkabul

    "Mas kamu punya utang padaku," ucapku saat kami baru saja selesai makan malam bersama. "Utang apa?" "Utang penjelasan dari mana saja tadi? Apalagi ditelepon juga susah. Memangnya ke mana dan sedang apa sehingga harus ponselnya dimatikan segala? Kamu nggak ada niat untuk mengkhianati aku, kan, Mas?" tanyaku lirih. Mas Wiji tersenyum, "Enggak usah curiga, aku nggak mungkin akan mengkhianatimu. Tadi aku ke rumah Sintya dan mengenai ponselku yang mati, tadi kehabisan baterai, belum sempat untuk charge.""Apa? Ke rumah Sintya?" Aku tersedak mendengar ucapannya kali ini. Entah apa lagi yang sudah direncanakan dan dilakukan Sintya sehingga dia berhasil membuat suamiku datang ke rumahnya apalagi sampai harus mematikan ponselnya. Bukan hanya aku yang kaget, mama juga." Buat apa lagi kamu ke rumah penipu itu, Ji. Mama sudah peringatkan berulang kali agar tidak berhubungan lagi dengan wanita itu kalau tidak mau terjerat rayuannya. Kamu harus fokus dengan kesehatan Endah yang sedang hamil,"

  • MENIKAHI PRIA BURUK RUPA   Wiji Pergi

    Aku baru saja bangun dan kulihat ini sudah siang. Tadi sehabis salat Subuh tidur lagi meskipun aku tahu itu tidak baik bagi kesehatan, tetapi badanku terasa sakit semua. Benar kata mama, meskipun tidak meninggalkan bekas luka, tetapi setelah insiden belajar mengendarai mobil dan menabrak orang itu membuat badanku sakit semua. Ah, seharusnya aku menurut kata mama, badan pegal seperti ini harus dibawa ke tukang urut. Mas Wiji sudah rapi dengan kemeja berwarna krem. Hari ini ia akan ke kampus untuk bertemu dosen pembimbing terkait skripsi yang sedang ia tulis. "Belajar naik mobilnya nanti setelah aku pulang dari kampus, ya." Mas Eiji membungkuk dan mencium keningku. Aku masih berselimut dan enggan untuk bangun. Aku menggeleng, "Aku nggak mau belajar menyetir lagi, Mas. Takut nabrak orang lagi." "Dengar, ya, Sintya itu bukan tertabrak, tetapi memang sengaja menabrakkan diri. Jadi, itu bukan salahmu maupun salahku yang sudah mengajarimu." Mas Wiji menowel hidungku perlahan. "Aku teta

  • MENIKAHI PRIA BURUK RUPA   Dia Sintya

    Mas Wiji segera membawa masuk wanita yang sudah tak sadarkan diri setelah beberapa saat itu. Beberapa orang datang membantu kami dan meminta kami untuk membawa korban ke rumah sakit. "Biarkan aku yang menyetir, Ndah," ucap Mas Wiji buru-buru. Aku mengangguk dan menuruti permintaan Mas Wiji agar aku duduk di belakang bersama sang korban yang merupakan mantan kekasih Mas Wiji. Ya, orang yang sudah kutabrak itu adalah Sintya. Entah sedang apa dia berada di sini dan kenapa harus menyeberang saat aku tengah belajar mengemudi. Ini hanyalah kebetulan kah? Mas Wiji mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang menuju rumah sakit terdekat. Untunglah Sintya tidak mengalami luka yang cukup serius karena aku mengemudi dengan cukup pelan. Ia hanya terluka pada bagian pelipis dan tangan serta kaki yang lecet akibat terkena aspal jalanan. Mata Sintya perlahan terbuka, aku segera mendekatinya, "Maafkan aku, Sin." Aku menggengam jari tangannya yang tidak terdapat jarum infus. "Seharusnya aku yang m

  • MENIKAHI PRIA BURUK RUPA   Hadiah

    Sintya pulang dengan menghentakkan kaki ke lantai cukup keras. Rasa kesal begitu terlihat dari raut wajahnya. Mas Wiji hanya menggeleng melihat wanita yang pernah ada di hatinya itu. "Kamu kenapa, Ndah? Kenapa mukanya pucat gitu? Jangan bilang kalau takut dengan ucapan Sintya tadi. Hayoo ngaku?" Mas Wiji mengusap kedua pundakku saat kami berdiri berhadapan. Ia cengengesan. "Ucapan yang mana?" "Tentang dia yang akan meminta bantuan dukun agar aku mau kembali padanya. Iya, kan?" Aku mengangguk samar. Tidak munafik jika apa yang dibilang Mas Wiji itu benar. Bukannya aku mau percaya dengan yang begituan di zaman modern seperti sekarang, tetapi kasus meminta bantuan jin agar pikiran seseorang menjadi condong pada target seperti itu memang ada. Mas Wiji tersenyum, lalu mengusap kedua pipiku, "Kamu nggak usah khawatir, sekuat apa pun Sintya mencoba membuatku kembali padanya, cintaku padamu tidak akan pernah goyah. Lagi pula, ia adalah wanita modern yang tidak akan melakukan hal konyol i

  • MENIKAHI PRIA BURUK RUPA   Cemburu

    Mas Wiji menghela napas perlahan lalu mengamati wanita itu dari ujung kepala dari ujung kaki. Cantik, pasti pujian itu yang pantas diucapkan untuknya. Jantungku berdebar tidak karuan menanti kata-kata yang akan keluar dari mulut suamiku. Apakah aku harus pasrah saat cinta pertamanya datang lagi sekarang dan membiarkan cinta lama itu bersemi kembali? Tidak, aku tidak pernah merasa memisahkan mereka karena Mas Wiji datang saat ia sudah tidak punya ikatan lagi dengan wanita itu, bahkan ia bilang semua orang menjauhinya waktu itu. "Endah, dulu, aku sangat mencintai Sintya." Akhirnya kata-kata yang kutakutkan itu keluar juga dari mulut Mas Wiji. "Tentu saja dan aku juga sangat mencintai Wiji. Kami adalah pasangan yang paling serasi waktu itu. Wiji tampan dan aku cantik. Namun, sayang dia harus mengalami kecelakaan sehingga wajahnya rusak. Bukan salahku, kan, kalau aku harus meninggalkannya? Mana ada wanita yang mau punya pasangan jelek," ucap Sintya dengan percaya diri. Aku melirik ma

  • MENIKAHI PRIA BURUK RUPA   Dia Datang dari Masa Lalu

    Mas Wiji masih tertawa, bahkan air matanya sampai berderai. Aku dan sang dokter hanya saling berpandangan. "Dokter, tolong lakukan sesuatu pada Mas Wiji." Aku memegang tangan dokter cantik itu lalu beralih mengusap pipi suamiku, "Maafkan aku, Mas, kalau sudah membuatku kecewa. Aku memang bukan wanita sempurna,"Aku menunduk dan mataku memanas hingga bulir bening meleleh membasahi pipi ini tanpa bisa kutahan lagi. Mas Wiji berhenti tertawa dan mengusap pundakku dengan lembut. Aku menghela napas perlahan dan mengembuskannya, lega, akhirnya suamiku berhenti tertawa. "Kamu ini bicara apa, to, Ndah? Kenapa bilang kalau kamu tidak sempurna?" tanya mama yang tiba-tiba sudah berada di antara kami. ia mengusap air mata yang terus membasahi pipi ini. "Aku nggak hamil, Ma. Itu artinya aku wanita yang nggak sempurna, kan?" tanyaku terisak. "Sstt, nggak boleh bilang seperti itu. Bagi kami, kamu adalah wanita sempurna yang dikirimkan Allah untuk keluarga kami." Mama menempelkan jari tangannya

  • MENIKAHI PRIA BURUK RUPA   Endah Sakit

    Aku memejamkan mata saat melihat bapak dan ibu akhirnya pergi dari rumah ini meski harus dipaksa. Maafkan aku, Pak, Bu. Aku hanya hanya ingin hidup tenang bersama suamiku. Azan subuh berkumandang bersahutan sebagai panggilan dari Sang Maha Pencipta untuk para umatnya manusia agar bangun dari mimpi indah dan gegas melaksanakan kewajiban untuk menyembah-Nya. Aku sudah membuka mata, tetapi suamiku masih tertidur pulas. Sepertinya ia tidak mendengar azan subuh. Tidak heran jika ia harus membunyikan jam weker di sampingnya yang bertugas membangunkannya di waktu sesuai yang ia harapkan. Jam weker berbunyi nyaring dan Mas Wiji belum bangun juga, bahkan ia seperti tidak terganggu dengan bunyi yang menurutku berisik itu. Tanganku terulur melewati atas tubuh Mas Wiji karena jam weker terletak di sampingnya. Saat aku hendak mematikan jam itu, tangan Mas Wiji meraih tanganku dan mendekapnya erat. "Aku mohon jangan pergi, Ndah. Aku sangat mencintaimu," ucap Mas Wiji lirih dan aku baru sadar k

  • MENIKAHI PRIA BURUK RUPA   Maafkan aku, Pak

    Dahiku mengernyit melihat bapak dan ibu masih memakai baju yang sama dengan yang kemarin, pun dengan Kak Sitha padahal resepsi pernikahan sudah terjadi dua hari yang lalu. "Kamu dan suamimu ke mana aja, Ndah? Dan itu kenapa kepala dibalut perban segala? Jangan bilang kalau setelah pulang dari acara resepsi itu kalian langsung ke hotel dan melakukan malam pertama di sana. Apakah itu bekas ciuman? Ya Tuhan, betapa garangnya suamimu itu, mencium istrinya aja sampai harus diperban seperti itu. Tetapi kenapa tangannya juga digendong? Jangan dijawab dulu, biar ku tebak, kamu berontak saat suamimu ingin meminta haknya sehingga dia terjatuh hingga tanganya terluka? Begitu, Ndah? Oh my God, itu adalah malam pertama yang horor bagiku." Kak Sitha tepuk jidat sambil menggelengkan kepala. "Aku dan Mas Wiji kemarin kecelakan dan harus dirawat di rumah sakit selama dua hari," ucapku dengan dada yang bergemuruh hebat mendengar ucapan Kak Sitha barusan. Apa yang ada di pikirannya sehingga bisa bila

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status