“Cepat juga kau membersihkan tuh kaca-kaca jendela. Mana kinclong lagi.”“Bukan aku yang bersihkan.”“Terus?”“Ya petugas kebersihanlah.”“Untung tadi ketemu sama papa mertua, jadi aku bebas deh dari hukuman si human jengkel Georgino.”Tasya dan Karina kaget mendengar Clara yang diselamatkan dari hukuman Georgino oleh ayah mertuanya.Mereka saat ini sedang mengantri makan siang di kantin kampus.Tasya mengangguk-angguk kepala, pantasan setelah Clara tiba di kelas, tak lama kemudian Georgino pun datang menyusulJadi itu alasan kepergian Georgino dari kelas mereka.Mereka merasa kalau Clara sangat beruntung karena terkoneksi dengan keluarga Kanigara.“Bisa kali ya, kalau nanti kami kena hukum sama pak Gino minta perlindungan dari lo.”Karina mengingatkan Tasya untuk menutup mulutnya. “Kau, ambil kesempatan aja.”Tasya tertawa cengengesan sambil menutup mulutnya.Setelah mendapatkan makanan, mereka pun mencari tempat duduk ternyata.Ketiganya kaget saat Darian tiba-tiba datang ke meja me
Georgino baru tiba di rumah, dia menghentikan mobilnya lalu keluar dari sana.Kaki panjangnya bergerak melangkah menuju ke rumah. Saat sudah berada di dalam dia mendapati Clara tengah asik menonton. Iris matanya terfokus menatap layar tv sementara tangannya sibuk memasukkan cemilan ke dalam mulutnya.“Mama ke mana?”Clara terkejut setelah Georgino mengeluarkan suaranya.“Om kayak setan aja! Bisa nggak bilang dulu kalau udah sampai." Clara mencibir kesal."Mama lagi di lantai tiga, kalau papa dan Ian belum pulang,” jawab Clara. “Memangnya kenapa, Om?” Clara bertanya lagi.“Tidak ada.”“Benarkah?” tanya Clara curiga.“Nggak usah melihatku seperti itu? Sekarang jawab pertanyaanku, siapa pemuda yang pulang bersamamu tadi?”“Kenapa pertanyaanmu terdengar seolah-olah sudah memergokiku berjalan dengan selingkuhanku?” tanya Clara tak tak percaya. Clara mengira kalau Georgino akan bersikap biasa-biasa aja melihat dari tatapannya tadi siang, sama halnya dengan dirinya terlihat biasa aja ketika
Clara sedang ada di dalam toilet berdiri di depan cermin sambil mengosok-gosok bibirnya seakan-akan dia sedang membersihkan kuman yang tertempel di sana.“Kurang ajar, bisa-bisanya dia mengambil kesempatan mencium bibirku. Siapa dia?” gerutunya.“Aku tau dia suamiku, tapi kalau belum aku ijinin ya janganlah.”Clara tampak marah sekali. Georgino terlalu pandai mempermainkannya.Teringat kejadian beberapa menit yang lalu membuat Clara tidak terima, jika saja teman-teman dari pria itu tidak ada di sana, maka Clara akan melayang bogeman pada bibir Georgino yang sangat lancang itu.Tiba-tiba Clara di kagetkan dengan seseorang yang membuka pintu kamar mandi.“Apa yang kau lakukan di sini? Ini toilet perempuan, matamu masih berfungsi, kan?”Clara menatap sengit ke arah Georgino.Tetapi pria itu terlihat biasa saja saat berjalan masuk ke kamar mandi, Georgino mendekati Clara dan menatapnya datar.“Tidak ada orang lain yang berkunjung ke sini, jadi tidak ada masalah.”“Kau di sini sudah bermas
Semua orang di kelas terkejut ketika Darian, mahasiswa Famous di Kampus Kanigara tiba-tiba datang menemui Clara dan membawanya pergi dari sana.Dikarenakan Feli sudah pindah mereka jadi penasaran tentang hubungan Clara dengan Darian. Apakah mereka sedang pacaran? Karena akhir-akhir ini mereka sering bertemu.Apakah kepindahan Feli ada sangkut pautnya karena hubungan kedua orang itu?Entahlah. Untuk mengetahuinya, alhasil dari mereka yang kepo pun berlarian mengikuti untuk melihatnya.Chintya yang kebetulan melintasi gedung fakultas ekonomi bisnis keheranan melihat orang-orang pada berlarian, “Kalian lagi ngejar apa?”“Kami mau lihat Clara, tadi dia dibawa oleh kak Darian ke Aula.”“Aula kan lagi nggak di pake, ngapain mereka ke sana.”Orang-orang itu mengendikkan bahunya ke atas, “Kami mana tau, ini mau dilihat. Udah kami pergi dulu.”Chintya yang juga penasaran dan akhirnya ikut pergi ke aula kampus untuk melihatnya sendiri...Clara menatap ke sekelilingnya heran, “Kita ngapain ke
Setelah seharian menghabiskan waktunya di kampus menjadi penguji mahasiswa yang sedang melakukan ujian sidang akhir, sekitaran jam tujuh malam Georgino sudah tiba di kediaman miliknya.Georgino berjalan memasuki rumah dengan wajah yang tampak sangat lelah sekali.Katika mau menaiki anak tangga menuju lantai atas ponsel Georgino berdering hingga membuat langkah pria bertubuh tinggi tegap itu sejenak terhenti.Wajahnya tampak kesal setelah melihat siapa yang menelponya lalu jarinya sedikit kasar menggeser ikon hijau kemudian mendekatkan ponsel itu ke telinganya.“Kenapa lagi haris?”Sudah hampir seminggu ini Haris kembali ke Indonesia setelah dia menyuruh untuk meninggalkan Singapura dan bekerja lagi bersamanya.Sepertinya keputusan Georgino untuk merekrutnya sebagai asistennya sangatlah salah, pria itu lagi-lagi mengganggunya di jam istirahatnya.“Tuan, sidangnya belum selesai tapi kenapa tuan tidak terlihat di kampus?”“Kata siapa belum selesai? Jelas yang tadi itu mahasiswa terakhir
Pagi yang sama di kediaman Kanigara, Clara sudah selesai setelah mandi. Seperti biasa, dia keluar dari kamar dan menemui ibu mertuanya ke dapur untuk membantu menyiapkan sarapan bersama para pelayan. Seharusnya Clara tidak ingin perlu repot-repot melakukan itu agar membuat mertuanya tidak suka kepadanya, tapi entah kenapa hati dan pikiran tidak bisa sejalan. Tiap hari, di tiap kesempatan Clara selalu membantu mertuanya dan tentu saja hal itu membuat Carissa semakin sayang kepadanya. Entah karena perlakuan mertuanya yang terlalu baik dan membuatnya nyaman sehingga membuat Clara lupa dalam misinya untuk menjadi menantu buruk dikeluarga Kanigara. Pokoknya Clara selalu merasa dimanjakan oleh mama mertuanya, belum lagi ayah mertuanya yang selalu ramah kepadanya. Satu per satu anggota Kanigara sudah mendatangi meja makan, dan saat itu sarapan mereka sudah di sajikan. Clara datang dari dapur dan membawa segelas air hangat lalu dia berikan kepada Georgino. Melihat kedatangan Clara, Geo
Georgino dan Clara sudah tiba di rumah, begitu juga dengan Kiara yang berjalan dibelakang mereka. “Akhirnya kalian sampai juga,” suara Carissa terdengar menyapa ketika dia membuka pintu utama rumah kediaman Batara. “Halo Tante.” Kiara maju mendahului Clara dan menyalami tangan wanita paruh bayah yang tak lain adalah ibunya Georgino. Carissa menyambutnya dengan mengelus kepala gadis itu. “Kamu benar-benar yakin mau magang di sini, Kia?” Kiara mengangguk, “Iya Tan.” “Kenapa jauh sekali? Di tempat kamu kan banyak perusahaan-perusahaan besar juga,” Georgino ikut menimpal. “Nanti belum ada seminggu di sini udah ngeluh rindu mau pulang pula,” tambahnya lagi. Georgino sangat mengenal Kiara dengan baik. Dia sangat manja sekali dan tidak bisa namanya yang jauh dari kedua orang tuanya. Kiara memang sudah sangat dimanja sedari kecil, mengingat dia anak satu-satunya dikeluarga adik mamanya itu. “Nggak kok bang. Justru karena itu, aku nekad cari tempat magang agak jauh biar bisa belajar man
Pagi-pagi, Sebastian tengah duduk di kursi dekat balkon kamarnya. Dia menoleh ketika mendengar suara kaki melangkah mendekat ke arahnya.Seorang pelayan datang membawa secangkir mocca hangat dan meletakkannya dekat meja yang ada dihadapan Sebastian.“Apa abang Gino sudah pergi ke kampus?”“Sudah den.”“Sama kak Clara juga?”“Iya, bukan hanya nona Clara, nona Kiara juga ikut pergi bersama mereka.”Sebastian berdecak, “Dia memang menyusahkan.”“Tapi nyonya kok yang menyuruh nona Kiara untuk ikut bersama den Gino dan nona Clara.”“Aku tau bi. Tapi dia tetap aja menyusahkan. Kan di rumah ini banyak kendaraan nggak kepake, ngapain satu mobil pula sama bang Gino.”Pelayan itu tampak bingung mau menjawab bagaimana, dia pun menggaruk kepalanya yang terasa tidak gatal. “Nak Bastian nggak suka ya sama nona Kiara?”“Banget pun,” jawab Sebastian cepat. “Dia terlalu pintar cari perhatian, apalagi sama mama. Dasar si pick me girl.”“Jangan begitu nak, nanti kalau dia dengar dia marah dan kesal lagi
“Baiklah, besok aku akan pergi ke sana.” Clara menutup panggilan telponnya. Clara menoleh ketika pintu kamarnya terbuka. Ada Georgino yang berdiri di sana lalu berjalan pelahan memasuki kamar.Seperti tidak ada niat untuk menyambut kepulangan sang suami, dia melangkah acuh menuju kasur dan duduk ditepi ranjang kemudian memainkan ponselnya.Georgino di dekat meja untuk meletakkan tas kerjanya di sana.“Apa masih sakit?”Clara tidak menjawab, dia sibuk memainkan ponselnya. Georgino mendekat, "Hei", panggil Georgino. "Aku sedang berbicara denganmu.”"Oh. Kau memanggilku— sorry, saking sibuknya dengan ponsel.” Clara berpura-pura seakan-akan tidak mendengarnya tadi.Clara mengalihkan pandangannya dan jadi salah tingkah karena Georgino hanya diam namun terus memandangnya dengan tajam. “Kenapa kau menatapku seperti itu?” Clara tidak tahan lagi saat ditatap seperti itu oleh Georgino.Pria itu mengabaikannya, Georgino masih menatap Clara dengan intens. "Apa masih sakit?" Georgino kembali bert
“Ra, bisa diam napa, gue jadi pusing lihat lo mondar-mandir gitu.”Karina menoleh menghadap Tasya lalu menatap Clara lagi. “Betul tuh. Apa udah nggak sakit lagi. Lo kan baru siap coblos semalam?”Keduanya sedari tadi sibuk memperhatikan Clara yang mondar-mandir seperti setrika sejak mereka memberitaukan bahwa Georgino bersama Kiara diperpustakaan.‘Sial. Udah dapat enaknya aja, berani juga dia asik-asik’an dengan si Kiara itu.’“Kalian tidak berbohong, kan? Mereka nggak ngapa-ngapain, kan?” tanyanya yang tidak tahan lagi karena penasaran di dorong rasa cemburu. Maybe.“Tadi sih nggak ada. Cuma Kiara aja nabrak kak Darian habis itu dia pergi, makanya kami bisa bertemu dengan pak Gino.” sahut Karina.“Tapi bisa aja, kan pas kita pergi dia jumpai pak Gino lagi.” timpal Tasya membuat Karina terlebih Clara menatap heran ke arah gadis itu.“Lo kok gitu sih Sya.” Karina memukul kakinya Tasya.Tasya terkekeh ditempatnya melihat Clara yang sudah meringkuk di sofa panjang di depannya. Dari waj
Clara sudah berada di dalam kamarnya lagi tengah berbaring memeluk gulingnya dengan erat sembari memikirkan sesuatu yang membebani pikirannya.“Kenapa ya? Heran aja gitu, tumben-tumbenan aja dia mau balik ke sini. Biasa juga harus dipaksa dulu, itupun kalau boleh dihitung biasanya cuma setahun sekali, udah kayak anniversary aja.” Clara bergumam pelan.Suara ketukan pintu membuat Clara menoleh ke arah pintu. “Siapa?” Clara bertanya pada dirinya sendiri. “Mama kan baru pergi lagi? Apa bibi? Tapi ngapain?”Meski merasa malas, Clara memaksa dirinya berjalan membuka pintu kamar. Saat pintu terbuka, Clara dengan wajah melongoh terkejut melihat kehadiran kedua sahabatnya.“Hai.” sapa Karina.“Kalian sejak—Maksudku ngapain kalian kesini?”Karina tidak menjawab, dia tersenyum-senyum sendiri karena sikap Clara yang sangat menggemaskan saat ini. Clara terlihat lucu dimatanya kalau sedang dalam mode blo-on“Gila. Rumah suami lo besar juga ya. Rumah orang tua gue nggak ada apa-apanya.” decak Karin
“Semoga tim kak Darian menang. Sayang kita nggak bisa datang, mana si Clara juga ijin nggak masuk lagi.” tutur Karina.“Katanya sih sakit.” timpal Tasya. “Tapi sumpah deh aku jera kalau mau ngajak dia ke bar lagi. Tatapan pak Gino waktu itu seram. Untung si Clara bertingkah, jadi bisa ngalihin perhatian dia.”“Masa sih.” seru Karina tidak percaya.“Kau mah nggak tau. Kan kau lagi mabuk juga waktu itu.”Di kampus, Tasya dan Karina sudah berjalan keluar dari gedung fakultas mereka. Untuk hari ini mereka hanya satu jadwal matkul saja. Jadi setelah tidak memiliki kegiatan lagi.“Kita mau kemana?”“cari makan dulu, siap itu kita pergi lihat Clara.”“Memang kau tau dia tinggal dimana?”“Kan bisa ditanya nanti sama Clara lewat telpon, kalau nggak sharelock.”Langkah keduanya mendadak terhenti ketika melihat sosok pria yang sangat dia kenal.“Pak Gino.”Tasya dan Karina saling tatap-tatapan. Sepertinya pikiran mereka saling terhubung hingga tanpa dikomando terlelebih dahulu, baik Karina dan
“Apa yang kau kau lakukan di dalam sana? Udah lumutan aku gara-gara nungguin kalian.”Georgino malas menanggapinya, dia menatap Haris dengan raut wajah datar. “Berisik.” ucapnya singkat, namun wajahnya tampak begitu kesal. “Kalau kau memang nggak mau kerja samaku lagi mending kembali ke Singapura sana.”Haris mencebikkan bibirnya. “Santai napa bos. Sensi amat.”Georgino mengulurkan tangannya mengambil paper bag yang dipegang sama Haris. Dia membukanya untuk memeriksa barang yang dibawakan oleh asistennya itu.“Pakaian dari rumah, kan?”“Iya. Aku mana tau ukuran baju istrimu, jadi mending ke rumah aja, eh syukurnya ada nyonya besar di rumah. Jadi gampang deh, yang susahnya cuma nungguin kalian di sini.”“Orangtuaku udah pulang?” Georgino mengabaikan ucapan terakhir dari Haris.“Sudah, makanya pakaian nona Clara mamamu yang ngambilin.”“Oke, terima kasih. Kalau begitu kau boleh pulang.”“Tentu saja... eh tapi kalian mau pulang sekarang, kan? Mamamu tadi nanyain. Kau sih orang nelpon ngg
Keesokan harinya Clara terbangun dari tidurnya, dia memegang kepalanya yang serasa mau pecah. Sementara disebelahnya, Georgino merasa masih ngantuk, langsung menarik Clara ke dalam dekapannya. "Jangan bergerak. Lebih baik kau tidur lagi.”Mendengar suara serak Georgino membuat mata Clara melotot sempurna. Dia menoleh dan melihat Georgino dalam keadaan shirtless alias bertelanjang dadanya.Merasakan ada sensasi hangat yang terhantar karena tubuh mereka saling bersentuhan, sontak Clara menyibak selimut dan melihat tubuhnya dalam keadaan polos yang sedang didekap oleh Georgino.“Akkkhhh.”Clara menjerit kala melihat sesuatu tersembunyi di dalam selimut dan sukses membuat Clara kembali menutup selimutnya. Clara segera terduduk membuat tidur Georgino jadi terganggu.“Kenapa kau berisik sekali?!”“Apa yang sudah kau lakukan padaku?” cecar Clara dengan tatapan sinis bercampur marah.“Memangnya apa yang sudah kulakukan padamu?”Clara menggeram tak percaya. Ingin bertanya, justru pria itu ya
“Clara! Gadis ini,” Georgino merasa mendadak merasa pusing menghadapi tingkah Clara.Gadis itu memisahkan diri dari Georgino yang sedang melakukan check in hotel. Mau tidak mau Georgino harus datang menjemput Clara yang terlihat menunjuk ke arah dinding.“Apa yang kau lakukan di sini?”Clara melihat Georgino sebentar lalu tersenyum senang.“Aku mau lukisan ini. Cantik.”Menyadari Clara ingin menggapai lukisan itu, Georgino pun dengan cepat mencegah. Tanpa berpikir panjang Georgino langsung menarik tangan Clara menuju meja resepsionis.Sedari tadi tingkah mereka tak luput dari perhatian dari para resepsionis di sana. Georgino kembali lanjut menyelesaikan adminitrasinya sementara Clara terkurung karena dikekep oleh oleh salah satu tangan Georgino. Antisipasi agar Clara tidak berulah lagi.“Dia istri saya.”Georgino akhirnya kembali membuka suaranya dan memberitau kalau perempuan yang ada disampingnya itu adalah istrinya. Pasalnya sedari tadi resepsionis hotel itu terus menatap aneh ke a
Acara seminar sudah selesai, Darian terburu-buru meninggalkan kampus. Mobilnya keluar dari parkiran dan melaju meninggalkan kawasan kampus.. Ia membawanya mobilnya dengan kecepatan tinggi karena terburu-buru mengejar sesuatu.Tiba-tiba ketika di gerbang kampus, ada seorang gadis yang berjalan keluar tanpa memperhatikan jalannya karena fokus memainkan ponsel. Darian yang telat menyadarinya langsung membantir stir tapi naas, mobilnya ternyata tetap mengenai gadis itu hingga tak sadarkan diri.Darian mendapati ada luka di dahi dan pelipisnya, tapi dia mencoba untuk mengabaikannya dan langsung turun dan keluar untuk menemui orang itu.“Sial. Dia pinsan lagi.” Umpat Darian saat melihat gadis itu tertidur tengkurap di jalan.Darian mendekat dan membalikan tubuh korban dari mobilnya. Darian seperti pernah melihat dan mengenali gadis itu.Darian menatap ke sekelilingnya. Melihat tidak ada orang pada moment itu, Darian pun buru-buru membawanya masuk ke dalam mobil. Jika ada yang tau, bisa ruy
“Mama mau kemana?”Sepulang dari kampus Clara melihat mertuanya tampak bersiap-siap hendak pergi ke suatu tempat.“Sayang, apa sudah siap?” Tiba-tiba Reinard muncul menghampiri istrinya dan menantunya. “Eh kamu sudah pulang,” ucap Reinard saat baru menyadari keberadaan Clara.“Iya Pa.” balas Clara sekenanya. “Ini Papa dan Mama pada mau kemana?”“Mau ke Singapura sayang,” jawab Carissa sambil membetulkan dasi yang dikenakan oleh Reinard.“Singapura? Ngapain Ma? Ada urusan kerja ya?”“Iya, sekalian juga menghadiri acara pernikahan putri dari rekan kerja papamu.”Clara hanya mengangguk. “Memang berapa hari mama dan papa di sana?”“Paling dua tiga hari sayang. Sehabis pesta, besoknya kami langsung pulang.” jawab Carissa sementara Reinard sedang sibuk menghubungi seseorang di ponselnya.“Bukan besok ya pestanya?”Carissa mengeleng. “Lusa. Kalau besok Mama dan Papa liburan dulu.”“Seandainya Gino nggak ada kegiatan seminar, udah kamu dan Gino yang mama suruh pergi ke sana,” tambah Carissa