Ini sudah hari ketiga Aya menggantikan Via sebagai sekretaris Eric. Ada-ada saja permintaan aneh Eric, mulai dari minta bersihkan meja setiap pagi sampai minta belikan nasi uduk pagi ini. Itu semua membuat Aya harus datang lebih pagi dari Eric.“Mana nasi uduknya?” tanya Eric mengagetkan Aya yang baru saja keluar dari ruangan Eric. Pria itu baru saja tiba saat jam di dinding menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit. Suasana kantor juga masih sepi dari karyawan, hanya petugas kebersihan yang sedang melakukan tugasnya.“Ini, Pak. Sebentar saya antar ke ruangan Pak Eric,” ucap Aya menuju mejanya.Dari tempatnya berdiri, Eric dapat melihat ada dua wadah makan terletak di atas meja Aya.“Bawa punya kamu juga ke ruangan saya,” perintah Eric berjalan masuk ke dalam ruangannya.Aya berdecak, memanyunkan bibirnya. Niatnya mau sarapan pagi di ruangan atas malah batal karena permintaan Eric. Ia lantas membawa bungkusan yang berisi nasi uduk itu ke ruangan Eric.“Duduk. Makan di sini,” uca
Akhirnya Aya terlepas juga dari tugas tambahannya menggantikan Via selama cuti. Itu artinya hari ini ia tidak perlu melayani Eric yang kadang membuatnya mengelus dada. Setelah selesai sarapan pagi, hal pertama yang Aya lakukan adalah menyelesaikan nota penggantian biaya berobat beberapa karyawan yang sudah menumpuk di mejanya. Mengecek satu per satu keaslian nota itu, ia kemudian membuat rekapnya di komputer lalu mencetaknya."Ay," panggil Wisnu yang baru saja masuk ke ruangan.Aya menoleh menatap Wisnu."Kamu ada rekomendasi tempat wisata yang oke gak?" Wisnu menarik kursi agar bisa duduk lebih dekat dengan Aya yang tengah menyusun hasil cetakannya."Tempat wisata? Emang buat apa?""Tahun ini kan jadwal kegiatan outbond kantor, Ay. Barusan Pak Tomi bilang suruh bikin panitia. Soalnya dia juga harus laporan ke Pak Eric," terang Wisnu."Aku jangan dimasukin jadi panitia ya, Nu," pinta Aya memelas. Gadis itu paling malas kalau harus repot ngurus ini itu. Belum lagi nanti dikasih tanggun
Sebelum menjemput Farah di sekolah, Eric menjemput Ajeng dulu di rumah. Kesempatan ini digunakan Ajeng untuk menginterogasi Eric mengenai Aya. Ia dapat melihat kalau gelagat Eric tidak seperti biasanya saat bersama dengan Aya. Namun Eric selalu menyangkal hal itu."Tolong ya, Ric. Mama gak mau kamu memanfaatkan dia hanya karena dia mirip sama mendiang istri kamu," ucap Ajeng menghela nafas."Eric tahu, Ma. Dia orang yang beda," sahut Eric datar memarkirkan mobilnya.Mereka berdua kemudian turun dan menghampiri Farah yang telah duduk menunggu dijemput. Ajeng menggandeng tangan Farah berjalan menuju mobil Eric. Meninggalkan sekolah Farah, Eric mengajak mereka untuk makan siang terlebih dahulu. Tak berselang lama, Eric menepikan mobil di salah satu rumah makan yang parkirannya terlihat ramai."Gimana sekolahnya, Sayang?" tanya Ajeng."Ada tugas sekolah, Oma. Nanti Oma bantuin ya," sahut Farah meraih tisu dan mengelap keringat di dahinya.Mereka menikmati menu soto dan sate sambil sesekal
Duduk sendirian di ruangan, Aya bersandar di kursi dengan mata lurus menatap ke arah jendela yang menyajikan pemandangan langit senja. Ia memilih untuk tetap tinggal di kantor meski Wisnu sudah pulang dari setengah jam yang lalu, karena gerimis yang masih setia turun."Kenapa sikap dia kayak gitu ya? Pasti ini karena wajah aku yang mirip," gumam Aya yang masih kepikiran dengan kejadian di ruangan Eric tempo lalu. Begitu seriusnya ia hingga tidak menyadari kalau ada orang yang masuk ke ruangannya. Reflek ia menoleh saat orang tersebut menutup pintu ruangan."Eh. Iya, Pak. Ada yang bisa dibantu?" Aya langsung berdiri dengan wajah yang sedikit gugup.Perlahan Eric berjalan ke arahnya, membuat Aya semakin gugup."Ngapain kamu masih di kantor jam segini?" tanya Eric menatap Aya."Nunggu gerimis reda, Pak," sahut Aya cepat. Tanpa pikir panjang ia menolak ajakan Eric yang ingin mengantarnya pulang. Ia beralasan akan menggunakan jas hujan untuk pulang.Gadis itu langsung mematikan komputernya
“Ric,” panggil Ajeng membuat Eric melepaskan Aya. Ia membiarkan Aya keluar lebih dulu kemudian menyusul.Ajeng sedikit kaget melihat mereka keluar bergantian dari dalam kamar Farah.“Farah sudah tidur, Tante, ” kata Aya seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Ajeng.“Eric ke dalam mau ngecek Farah, sekalian mau ajak Aya balik ke kantor, Ma,” sambung Eric kemudian pamit pada Ajeng diikuti dengan Aya.Ajeng tersenyum kecil lantas mengikuti mereka berdua hingga ke depan rumah. Wanita paruh baya itu terus memandangi mereka berdua dari masuk ke dalam mobil hingga menjauh. Sebagai seorang ibu, ia tahu ada yang lain dari anak lelakinya yang sudah lama menduda itu.Aya yang terus memperhatikan jalan, mulai bingung saat Eric tidak mengemudikan mobilnya menuju kantor.“Mau kemana, Pak?” tanya Aya.Eric menjawab dengan menunjuk tempat di depannya. Sebuah pom bensin dengan antrian yang cukup panjang. Hampir sepuluh menit mengantri hingga tiba giliran mereka. Setelah itu mereka lantas menuju k
“Berapa, Mas?” tanya Aya hendak membayar biaya perbaikan motornya. Pagi ini Aya nebeng Wisnu yang kebetulan ada urusan keluar kantor.“Sudah dibayar sama pacar, Mbak. Saya dikasih bonus lagi, makasih banyak ya, Mbak,” ucap pemilik bengkel itu menyiapkan motor Aya.Gadis itu sempat melongo mendengar ucapan pemilik bengkel barusan.“Pacar?” Ulangnya dalam hati. Sejak kapan Eric jadi pacarnya.Setelah mengucapkan terima kasih, Aya lantas tancap gas meninggalkan tempat itu. Setiba di kantor, Aya langsung menuju ruangan Via.“Masuk aja, Pak Eric ada di dalam kok,” kata Via memberitahu.Tak membuang waktu, Aya langsung masuk. Ia benar-benar kaget melihat Ajeng ada di dalam. Dalam hati ia mengumpat kesal karena Via tidak memberi tahu kalau Eric sedang ada tamu.“Ada apa, Aya? Sini duduk,” kata Ajeng ramah melirik penuh arti ke arah Eric."Maaf, saya mengganggu. Saya kembali lagi nanti," kata Aya sembari melangkah mundur hendak keluar dari ruangan. Namun, Ajeng kembali memanggil dan meminta A
Izin keluar sebentar, siang menjelang sore ini Aya mengantarkan Mama ke bandara. Untuk beberapa hari ke depan Mama akan berada di luar kota menjenguk Tante Putri, adiknya yang baru saja keluar rumah sakit setelah operasi kista. Setelah memastikan Mama masuk ke ruang tunggu, Aya bergegas menuju parkiran. Ia cukup kaget saat tiba-tiba saja Farah melambaikan tangan dan berlari kecil menghampirinya. “Tante Aya dari mana?"Dari dalam," sahut Aya menunjuk ke arah gedung keberangkatan."Kalau Farah mau jemput Oma, Tante. Kemarin Oma pulang, sekarang Oma datang lagi," kata Farah memberitahu tanpa diminta.Aya tersenyum melihat Farah yang begitu bersemangat. Gadis kecil itu lalu mengajak Aya untuk ikut menjemput Ajeng ke dalam, namun secara halus Aya menolak permintaan gadis itu dengan alasan pekerjaan yang menumpuk. Bukan apa-apa, ia malas harus bersama Eric."Papa jangan kasih kerjaan yang banyak sama Tante Aya," ucap Farah spontan.Eric tak menjawab. Ia hanya menatap dingin ke arah Aya.Se
Aya tetap menunggu di mobil sementara Eric turun untuk doa bersama sebelum berangkat. Tak berapa lama Maman datang dan memasukkan tas milik Eric ke bagian belakang mobil. Aya sempat berpikir untuk turun dan pindah ke mobil lain, tapi terlambat karena Eric telah kembali.Setelah semua bis meninggalkan halama kantor, satu per satu mobil operasional kantor juga ikut mengiringi termasuk mobil yang Maman kemudikan. Di pertengahan jalan, Eric minta berhenti di salah satu minimarket untuk membeli kopi.“Ini uangnya. Kamu beli juga makan kecil,” perintah Eric memberikan dua lembar uang berwarna merah.Lapar yang Aya rasakan sejak tadi sudah tak bisa ia tahan. Gadis itu lantas membuka salah satu kotak yang berisi makanan. Tanpa basa basi ia langsung memakannya dengan lahap.“Ay, itu punya Pak Eric tadi kasih sama Via,” ucap Maman saat melihat Aya memakan makanan yang ada di dalam kotak.Aya terdiam. Ia mengembalikan potongan kecil ayam yang siap masuk ke mulutnya.“Jatahnya tinggal snack aja,