Juan memeluk erat Marsya Dia mencium lama rambut Marsya yang wangi bunga rose.
"Tidak, Kau sudah mengacaukan hidupku berjanjilah tak akan pergi lagi, Marsya."Deg! Detak jantung Marsya begitu cepat ketika Juan tiba-tiba mengungkapakan perasaannya."Kau ... Kau sudah memiliki kekasih Juan, jangan seperti ini. Jangan buat kekasihmu bersedih, Aku bukan perebut kekasih orang."Dekapan Juan menegang matanya terbuka mendengar ucapan Marsya. Ya dia memang mempunyai kekasih tapi wanita inilah yang belakangan ini menjadi pemilik hati sebenarnya. Wanita ini sudah membuat dia membohongi kekasihnya.Juan melepas pelukannya tangannya menangkup wajah cantik Marsya dengan sorot mata lembut. "Kau yang ku inginkan tunggulah sebentar lagi Kita akan bersama.""Apa Kau tidak mengerti, Aku nggak cinta sama Kamu Juan. Kita hanya sepasang manusia yang baru bertemu belum lama yang tak sengaja bertemu dalam hubunganku bersama Bima temanmu. Kau tahu betul"Baik Tuan, kalau begitu Saya akan menyiapkan mobil dan menunggu Anda di lobi setelah Anda sudah siap.""Hem ... pergilah." Dengan gerakan tangan dari Tuannya Tian pergi meninggalkan Juan yang membelakanginya sambil menikmati pemandangan kota Jogjakarta yang begitu terkenal dengan kuliner tradisional dan keramah tamahan warganya.'Sudah setahun Kau pergi kemana Dokter Marsya. Begitu sulit menemukanmu. Apa Kau baik-baik saja diluar sana. Semua negara sudah Aku cari tak ada satupun tanda-tanda kehadiranmu,' monolognya dengan perasaan yang begitu hampa.***Juan pergi bersama asistennya Tian dengan pakaian santai. Menikmati perjalanan di kota Jogja untuk menghilangi rasa penat belakangan ini."Kau menikmati perjalanan ini Tian.""Sangat Tuan, bagaimana dengan Anda.""Hem ... sedikit menikmati tapi kenapa malam ini agak berbeda. Lihatlah dilangit banyak bintang-bintang bersinar dan berkilau.""Banyak masyarakat awam
"Bagaimana?"Tangan Valeria mengepal. Dia masih tak menyangka kepada pria yang duduk di hadapannya dengan balutan jas hitam tersenyum remeh memandangnya. Seorang mantan suami yang sudah menceraikannya selama tiga tahun kini menawarkan uang untuk menutupi kerugian yang menimpa perusahaannya. "Apa maksudmu Tuan Alan? Aku tidak sudi menerima uang yang Kau berikan!" maki Vale sambil melemparkan amplop coklat berisi uang yang berada di atas meja ke wajah Alan. Weni sang asisten yang sejak tadi duduk di sofa dengan tenang melihat Tuan Alan dihina seperti itu langsung buka suara. '' Anda bisa saja menolaknya Nona Valeria tapi bagaimana dengan ribuan karyawan yang bekerja di perusahaan orangtua Anda yang sedang berada di ujung tanduk?" "Itu urusanku bukan urusan kalian. Jangan sok tahu tentang masalah keluargaku. Sekarang pergilah, kalian tentu tahu pintu keluar di mana." Baru saja Weni ingin menyahuti Valeria, Alan langsung mengisyaratkan tangannya agar jangan bicara. Alan memajukan
"Kau harus menuruti apa yang ku mau selama Violet tidak berada disisiku. Calon istriku itu akan pergi ke itali selama tiga bulan karena ada pekerjaan di sana. Kau tentu tahu kebutuhan biologisku selama Kita masih menjadi suami istri dulu." "Aku bukan pelacurmu simpan saja uangmu itu," ucap Valeri dengan tatapan tajam kepada Alan. "Nona Valeria kenapa Kau masih saja keras kepala. Aku menawarkan keuntungan untukmu. Kau akan bahagia dan perusahaan Kakekmu itu akan aman. Apa Kau tahu hutang Ayahmu sangat menumpuk. Beberapa para investor menarik uangnya. Dan Kau jangan lupa Ayahmu juga berhutang banyak kepadaku," urai Alan dengan tenang duduk di atas meja kerjanya sambil melipatkan kedua tangannya. "Kau sudah gila Aku tidak akan pernah mau menerima tawaranmu sudah cukup Kita pernah mengenal. Jadi jangan sok baik untuk menolongku. Kalau Kau ingin hartaku maka ambil saja. Aku tidak perduli lagi permisi," jawab Valeria dengan wajah datarnya lalu pergi dari ruangan itu tanpa memakai gaun
"Kau habis dari mana Vale?" tanya Cathy yang sejak tadi menunggunya. "Maaf ... Aku tadi ada urusan sedikit, kenapa belum tidur?" "Owh Aku belum mengantuk saja. Emm ... Vale tadi Ibuku telpon memintaku pergi ke rumah Tante Nana. Tanteku sakit tak ada yang mengurusnya. Bisakah Aku pinjam mobilmu kesana?" "Kau itu bagaimana pakai saja jangan sungkan. Apa Aku boleh ikut?" "Ah ... tidak jangan Aku hanya sebentar saja. Kamu di rumah saja tidak apa-apakan?" "Ok baiklah, ini kunci mobilnya Kamu hati-hati di jalan." Tanpa curiga kepada Cathy, Vale mengantarnya keluar rumah sampai wanita itu pergi mengendarai mobilnya. Vale masuk ke dalam rumah Dia berjalan menaiki tangga menuju kamar. Sudah tiga hari wanita itu menginap di rumah temannya. Vale mempunyai harta gono gini dari mantan suaminya tapi Dia tidak pernah menghuni rumah mewah yang diberikannya. Beberapa mobil mewah pun berdebu digarasi rumah itu. Dan beberapa aset seperti properti dan restoran tidak pernah Dia urus. Meskipu
"Kau mau membawaku kemana? Sepertinya jalan ini ke rumah utama. Hey apa Kau sudah gila! Aku mau turun di sini saja ... berhenti ku bilang!" Ckit ... ! Suara bunyi rem mendadak terdengar jelas di telinga mereka. Alan melirik Vale yang ingin keluar dari mobil BMW mewahnya. "Coba saja Kau keluar Aku pastikan Kita akan melakukannya di sini." "Apa Kau tuli hah! Aku tidak mau ke rumah itu dan berhenti mengancamku, Alan." "Kita akan tetap ke sana karena itu rumahmu!" tanpa menghiraukan caci maki Vale. Alan tetap membawa Vale ke rumah utama mereka yang dulu pernah mereka tinggali bersama. Menempuh perjalanan selama 30 menit dengan banyak drama akhirnya sampai di depan pintu mewah pagar hitam sudah ada penjaga yang membukanya menyambut mereka. Alan turun dari mobil tanpa Vale yang masih betah bertahan diam di dalam mobil. Tanpa memaksa Vale turun Alan bersandar ke tiang kokoh rumahnya dengan menghisap rokok sambil melihat Vale yang masih tetap bertahan di dalam mobilnya. Beberapa p
Suara cuitan burung di luar balkon terdengar riuh cahaya yang menembus ke dalam kamar cukup membuat Vale mengerjapkan matanya yang baru bangun dari mimpinya. Tak jauh darinya ada sosok pria yang sedang memandangnya tanpa berkedip. Kedua mata mereka saling berpandangan dan Vale lah yang pertama memutus pandangan tersebut. "Mandilah ikut bersamaku ke kantor." "Untuk apa bukannya sekarang Kamu yang akan menjadi bosnya." "Kau akan mengetahuinya setelah tiba di sana. Bersiap-siaplah Aku menunggumu di bawah Kita sarapan bersama." Setelah melihat Alan pergi dari kamar Vale bergegas mandi dengan cepat karena dia juga penasaran dengan ucapan pria itu. Di atas ranjang ada stelan pakaian kantor untuknya. Blouse berwarna biru dan rok span berwarna hitam. Terlihat sangat sopan karena itu yang diinginkan Alan. Setelah mengecek beberapa riasan di wajahnya Vale keluar dan turun menghampiri Alan yang sejak tadi sudah menunggunya. Tapi baru beberapa langkah kakinya tertahan tanpa mau digerakk
Berkali-kali Alan menghubungi Violet setelah bertemu dengan kolega bisnisnya meeting bersama membicarakan projek iklan untuk brand miliknya. Alan menginginkan Violet untuk kembali ke Indonesia secepat mungkin. Dia sudah membayar penalti perusahaan lain yang terlibat kontrak dengan kekasihnya itu. "Come on Dude, Kau hanya membuang-buang waktumu saja. Kekasihmu itu sedang tidak ingin diganggu," sarkas Biza yang sedang berkunjung ke kantornya karena ada dokumen penting yang harus dia berikan kepada temannya itu. "Shut up! Kenapa belum pergi dari ruanganku. Kau itu bukan penganggurankan?" sahut Alan menyipitkan matanya ke arah Biza. "Yah sejak memutuskan keluar dari perusahanmu dan bekerja dengan Tuan Darwin Aku lebih santai. Tapi tetap saja selalu direpotkan Kamu," sarkas Biza. "Jelas saja kerjamu santai yang Kamu jaga itu wanita yang tidak menyulitkan dibanding diriku. Hey, Abi jangan permainkan Adik iparnya Darwin sepertinya Dia sangat mencintaimu. Perlu Kau ingat,, Kau akan ber
Aksi kejar-kejaran Vale dan anak buah Alan seperti di film. Driver online yang membawanya ke bandara tak kalah keren seperti pembalap international. Sampai di bandara Vale memberikan uang 30 juta kepada driver itu yang kaget di bayar mahal tanpa henti driver itu memuji Vale dan banyak mengucapkan terima kasih. Tapi sebelum uang itu masuk ke dalam jaketnya dua orang mengambilnya dan menahan tangannya kebelakang. Vale yang buru-buru tidak memperhatikan lagi nasib driver itu. Setelah itu dia berjalan cepat untuk memesan tiket ke dalam. Rambut yang acak-acakan jangan lupakan alas kaki berupa sandal tidur hello kitty yang dia pakai. Membuat seorang dua pria tampan yang berdiri tak jauh dari petugas check in counter sambil menyilangkan tangan di dada menatapnya tanpa berkedip. Vale yang tak sadar melewati pria itu tanpa menaruh curiga kalau sebenarnya keadaan bandara begitu sepi hanya ada dia dan pegawai ticket dan pria yang berdiri tak jauh di belakangnya dan beberapa pengawal. "Perm
"Baik Tuan, kalau begitu Saya akan menyiapkan mobil dan menunggu Anda di lobi setelah Anda sudah siap.""Hem ... pergilah." Dengan gerakan tangan dari Tuannya Tian pergi meninggalkan Juan yang membelakanginya sambil menikmati pemandangan kota Jogjakarta yang begitu terkenal dengan kuliner tradisional dan keramah tamahan warganya.'Sudah setahun Kau pergi kemana Dokter Marsya. Begitu sulit menemukanmu. Apa Kau baik-baik saja diluar sana. Semua negara sudah Aku cari tak ada satupun tanda-tanda kehadiranmu,' monolognya dengan perasaan yang begitu hampa.***Juan pergi bersama asistennya Tian dengan pakaian santai. Menikmati perjalanan di kota Jogja untuk menghilangi rasa penat belakangan ini."Kau menikmati perjalanan ini Tian.""Sangat Tuan, bagaimana dengan Anda.""Hem ... sedikit menikmati tapi kenapa malam ini agak berbeda. Lihatlah dilangit banyak bintang-bintang bersinar dan berkilau.""Banyak masyarakat awam
Juan memeluk erat Marsya Dia mencium lama rambut Marsya yang wangi bunga rose."Tidak, Kau sudah mengacaukan hidupku berjanjilah tak akan pergi lagi, Marsya."Deg! Detak jantung Marsya begitu cepat ketika Juan tiba-tiba mengungkapakan perasaannya."Kau ... Kau sudah memiliki kekasih Juan, jangan seperti ini. Jangan buat kekasihmu bersedih, Aku bukan perebut kekasih orang."Dekapan Juan menegang matanya terbuka mendengar ucapan Marsya. Ya dia memang mempunyai kekasih tapi wanita inilah yang belakangan ini menjadi pemilik hati sebenarnya. Wanita ini sudah membuat dia membohongi kekasihnya.Juan melepas pelukannya tangannya menangkup wajah cantik Marsya dengan sorot mata lembut. "Kau yang ku inginkan tunggulah sebentar lagi Kita akan bersama.""Apa Kau tidak mengerti, Aku nggak cinta sama Kamu Juan. Kita hanya sepasang manusia yang baru bertemu belum lama yang tak sengaja bertemu dalam hubunganku bersama Bima temanmu. Kau tahu betul
Deg! Detak jantung Marsya begitu cepat ketika Juan tiba-tiba mengungkapakan perasaannya."Kau ... Kau sudah memiliki kekasih Juan, jangan seperti ini. Jangan buat kekasihmu bersedih, Aku bukan perebut kekasih orang."Dekapan Juan menegang matanya terbuka mendengar ucapan Marsya. Ya dia memang mempunyai kekasih tapi wanita inilah yang belakangan ini menjadi pemilik hati sebenarnya. Wanita ini sudah membuat dia membohongi kekasihnya.Juan melepas pelukannya tangannya menangkup wajah cantik Marsya dengan sorot mata lembut. "Kau yang ku inginkan tunggulah sebentar lagi Kita akan bersama.""Apa Kau tidak mengerti, Aku nggak cinta sama Kamu Juan. Kita hanya sepasang manusia yang baru bertemu belum lama yang tak sengaja bertemu dalam hubunganku bersama Bima temanmu. Kau tahu betul siapa yang selalu mengisi hatiku sampai saat ini. Tolong ijinkan Aku pergi Dokter Juan.''Juan memandang sinis Marsya tatapannya berubah dingin membuat Marsya sedikit
"Baik Tuan, kalau begitu Saya akan menyiapkan mobil dan menunggu Juan pergi bersama asistennya Tian dengan pakaian santai. Menikmati perjalanan di kota Jogja untuk menghilangi rasa penat belakangan ini."Kau menikmati perjalanan ini Tian.""Sangat Tuan, bagaimana dengan Anda.""Hem ... sedikit menikmati tapi kenapa malam ini agak berbeda. Lihatlah dilangit banyak bintang-bintang bersinar dan berkilau.""Banyak masyarakat awam bilang pandanglah langit yang gelap seandainya ada bintang jatuh maka mintalah sesuatu kepada bintang itu agar menyampaikan kepada Tuhan supaya doa Kita terkabul Tuan.""Itu mitos Tian buktinya setiap malam Aku selalu memandang langit bertabur bintang tapi tak ada satu pun permintaanku didengarnya.""Anda ingin bertemu dengan seseorang pandanglah langit disana pasti akan ada bintang jatuh malam ini. Saya yakin doa Anda didengar Tuhan malam ini."Juan hanya tersenyum mendengar saran asisten
"Besok Kau ikut Aku ke markas Abizar. Apa tujuannya sampai harus bersitegang dengan Kita, pergilah!" "Baik Tuan Dominic." Ahmad membungkukkan punggungnya melangkah mundur dan keluar dari ruangan ketua mafia Clan. Seperginya Ahmad, Dominic mengetuk-ngetuk meja dengan pisau lipatnya. "Sudah ku duga wanita itu bukan keturunan orang sembarangan. Aku pernah melihat mendiang Ibunya menghajar pencuri yang mengganggu Julia sampai tumbang. Juan Kau benar-benar bodoh meninggalkan wanita istimewa itu," gumamnya. Disisi lain didalam club malam diruangan VIP ada dua sosok pria tampan sedang menikmati minumannya. " Loe nggak pulang sejak tadi ponsel loe bergetar. Gue lihat nama tunangan loe." "Berisik! Diamlah Tom ... Loe saja yang pulang anak istri nanti cari Loe," balas Juan. "Istri sama anak gue sedang berada di Jepang Kakeknya kangen cucunya. Kami barusan selesai video call. Gue sudah ijin temani Lo
Suatu malam, Juan masuk ke kamar Marsya yang mau tidur di kamarnya tanpa seizinnya. "Kenapa kamu di sini, Juan?" tanya Marsya, yang telah memasuki delapan bulan kehamilannya. "Kenapa? Ini kamar kamukan dan aku ingin berada dekat anakku," ucap Juan sambil menatap perut Marsya yang telihat sudah membesar. Marsya menatap Juan dengan heran. "Ck, jangan aneh-aneh. Aku memberikanmu kesempatan, tapi tidak sebebas ini. Keluarlah, aku mau istirahat," ujar Marsya, mencoba mengusir Juan dari kamarnya. "Besok lusa kita akan menikah, aku sudah menyiapkan semuanya," kata Juan dengan suara mantap. Marsya terdiam sejenak, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Apa katamu, menikah?" tanyanya dengan wajah terkejut. "Ya, kita akan menikah," jawab Juan dengan tegas. "Aku tidak mau, kau jangan memaksaku, Juan!" "Aku tidak perlu persetujuanmu, yang jelas besok lusa kita akan menikah atau... ," ucap Juan menggangtung sam
"Nyonya Marsya mohon maaf, Saya dan semua pengawal akan pergi meninggalkan klinik. Apa suster Siska bisa menemani Anda?" tanya salah satu seorang pengawal yang Marsya ketahui ketua dari para pengawal lainnya. Marsya kaget mendengar ucapan pengawal Juan yang berdiri menatapnya iba. "Kalau Dia sudah berkata seperti itu kalian boleh meninggalkan Aku. Tenang saja Aku biasa sendiri, Tuan pengawal," jawab Marsya tersenyum hangat. Deg! Hati Ahmad bergetar mendengar ucapan wanita yang berdiri dihadapannya. Meskipun wanita itu habis menangis tapi bibirnya masih bisa tersenyum. "Nyonya ini nomer telepon Saya, Anda bisa menghubungi Saya. Kami hanya khawatir meninggalkan Anda disini sendiri." "Tidak apa-apa Tuan pengawal sekarang masih sore nanti Siska pasti datang sebaiknya Anda pergi secepatnya nanti Juan bisa marah." "Ya sudah Saya pergi Nyonya Anda hati-hati di klinik kalau ada apa-apa hubungi Saya. Na
"Ck ...sudahlah Aku lelah hari ini ada pasienku mau melahirkan." "Sudah ku atasi tenang saja klinikmu libur hari ini. Semua pasien sudah dibawa ke rumah sakit lain." "Apa! Apa maksudmu?" kaget Marsya mendengar ucapan Juan. Badannya sampai setengah duduk membuat kesenangan Juan terganggu. Juan bangun dari kasur lalu berdiri dihadapan Marsya dengan senjata yang masih menegang. Tangannya memegang dagu Marsya kepalanya menunduk menatap istrinya yang terlihat marah tapi seksi dimatanya. "Benar, semua pasienmu sudah Aku pindahkan ke rumah sakit milikku. Penghasilan rumah sakit hari ini tetap masuk kerekening Kamu sayang. Kau tak usah khawatir mereka ditangani dengan baik. Dan Kau hanya menangani Aku saja, hem." "Tapi ... hph," Belum sampai melanjutkan ucapannya Juan mencium bibir Marsya yang membengkak tangannya terulur mengendong tubu
Kedua bola matanya terbelalak melihat Juan yang sedang melumat bibirnya dengan mata memandangnya. "Hph ... uh ... Juan hentikan." Bukannya berhenti Juan semakin melesakkan lidahnya ke dalam mulut Marsya melumat dan menghisap saling merasakan saliva masing-masing. Tangannya mencekal pergelangan tangan Marsya ke atas kepala dan mengunci kakinya dengan menindihnya. "Juan apa yang Kau lakukan?" "Kenapa, Aku meminta hak Aku sebagai suami." "Enak saja! Aku nggak mau, minggir berat nih!" "Ck ... jangan merusak suasana istriku!" "Aku belum siap Juan, Aku ... Aku lagi datang bulan. Ah ya! Benar datang bulan." "Yakin? Apa hanya alasan Kamu saja?" "Aku tidak bohong Juan, awas ih berat Kamunya!" Juan tersenyum menyeringai jahat sambil memainkan lidahnya ke bibir. "Kenapa wajahmu sepertii itu? Jangan aneh-aneh deh!" Tiba-tiba tangan kiri Juan menyentuh dua bulatan Marsya yang padat pas digenggamannya. "Kau tidak memakai bra? Sepertinya istriku ini sudah biasa tidur seperti ini, hem?"