Sementara itu, di Italia, Jessy sedang menikmati waktu luangnya di sebuah kafe. Dia tidak menyadari bahwa ada orang yang sedang memantau gerak-geriknya.
Orang suruhan Violet tersebut telah tiba di Italia dan sedang mencari cara untuk menculik Jessy. Dia memutuskan untuk menggunakan cara yang halus dan tidak menimbulkan kecurigaan. Jessy tidak menyadari bahwa ada bahaya yang sedang mengintainya. Dia terus menikmati waktu luangnya, tidak tahu bahwa hidupnya akan segera terancam. Di sisi lain, Boy sedang berbicara dengan Abizar tentang rencana Violet. Abizar telah memberitahu Boy tentang rencana Violet untuk menculik Valeria, dan Boy sangat marah dan khawatir. "Aku tidak akan membiarkan Violet melakukan hal seperti ini lagi," kata Boy. "Aku akan melindungi keluargaku dengan cara apa pun." Abizar mengangguk daAbizar, Boy, dan timnya berhasil menyusup ke dalam rumah besar di pinggiran kota London. Mereka bergerak dengan cepat dan hati-hati, mencari tahu di mana Jessy ditahan. Tiba-tiba, mereka dihadang oleh beberapa anak buah Violet yang bersenjata. "Kalian tidak akan pernah bisa menyelamatkan wanita itu!" salah satu anak buah Violet berteriak. Abizar dan timnya tidak ragu-ragu. Mereka langsung menyerang anak buah Violet dengan keahlian bela diri yang tinggi. Boy juga ikut serta dalam perkelahian, menggunakan keahlian bela dirinya untuk mengalahkan lawan-lawannya. Perkelahian berlangsung dengan sengit. Abizar dan timnya berhasil mengalahkan beberapa anak buah Violet, tapi masih ada beberapa yang lain yang terus menyerang. Boy berhasil mengalahkan salah satu anak buah Violet dengan tendangan yang kuat. "Kamu tidak akan pernah bi
"Bagaimana?" Tangan Valeria mengepal. Dia masih tak menyangka kepada pria yang duduk di hadapannya dengan balutan jas hitam tersenyum remeh memandangnya. Seorang mantan suami yang sudah menceraikannya selama tiga tahun kini menawarkan uang untuk menutupi kerugian yang menimpa perusahaannya. "Apa maksudmu, Tuan Alan? Aku tidak sudi menerima uang yang kau berikan!" maki Vale sambil melemparkan amplop coklat berisi uang yang berada di atas meja ke wajah Alan. Weni sang asisten yang sejak tadi duduk di sofa dengan tenang melihat Tuan Alan dihina seperti itu langsung buka suara. "Anda bisa saja menolaknya Nona Valeria, tapi bagaimana dengan ribuan karyawan yang bekerja di perusahaan orangtua anda yang sedang berada di ujung tanduk?" "Itu urusanku bukan urusan kalian. Jangan sok tahu tentang masalah keluargaku. Sekarang pergilah, kalian tentu tahu pintu keluar di mana." Baru saja Weni ingin menyahuti Valeria, Alan langsung mengisyaratkan tangannya agar jangan bicara. Alan memajukan
"Kau harus menuruti apa yang ku mau selama Violet tidak berada disisiku. Calon istriku itu sedang berada di Itali selama tiga bulan karena ada pekerjaan di sana. Kau tentu tahu kebutuhan biologisku selama kita masih menjadi suami istri dulu." "Aku bukan pelacurmu simpan saja uangmu itu," ucap Valeri dengan tatapan tajam kepada Alan. "Nona Valeria kenapa kau masih saja keras kepala. Aku menawarkan keuntungan untukmu. Kau akan bahagia dan perusahaan Kakekmu itu akan aman. Apa kau tahu hutang Ayahmu sangat menumpuk. Beberapa para investor menarik uangnya. Dan kau jangan lupa Ayahmu juga berhutang banyak kepadaku," urai Alan dengan tenang duduk di atas meja kerjanya sambil melipatkan kedua tangannya. "Kau sudah gila! Aku tidak akan pernah mau menerima tawaranmu sudah cukup kita pernah mengenal. Jadi jangan sok baik untuk menolongku. Kalau kau ingin hartaku maka ambil saja. Aku tidak perduli lagi permisi," jawab Valeria dengan wajah datarnya lalu pergi dari ruangan itu tanpa memakai g
"Kau habis dari mana Vale?" tanya Cathy yang sejak tadi menunggunya. "Maaf... Aku tadi ada urusan sedikit, kenapa belum tidur?" "Owh, aku belum mengantuk saja. Emm... Vale tadi Ibuku telpon memintaku pergi ke rumah Tante Nana. Tanteku sakit tak ada yang mengurusnya. Bisakah Aku pinjam mobilmu kesana?" "Kau itu bagaimana pakai saja jangan sungkan. Apa aku boleh ikut?" "Ah... tidak! Jangan. Aku hanya sebentar saja. Kamu di rumah saja tidak apa-apakan?" "Ok baiklah, ini kunci mobilnya kamu hati-hati di jalan." Tanpa curiga kepada Cathy, Vale mengantarnya keluar rumah sampai wanita itu pergi mengendarai mobilnya. Vale masuk ke dalam rumah dia berjalan menaiki tangga menuju kamar. Sudah tiga hari wanita itu menginap di rumah temannya. Vale mempunyai harta gono gini dari mantan suaminya tapi dia tidak pernah menghuni rumah mewah yang diberikan mantan suaminya. Beberapa mobil mewah pun berdebu digarasi rumah itu. Dan beberapa aset seperti properti dan restoran tidak pernah di
"Kau mau membawaku kemana? Sepertinya jalan ini ke rumah utama. Hey apa kau sudah gila! Aku mau turun di sini saja... berhenti ku bilang!" Ckit! Suara bunyi rem mendadak terdengar jelas di telinga mereka. Alan melirik Vale yang ingin keluar dari mobil BMW mewahnya. "Coba saja kau keluar aku pastikan kita akan melakukannya di sini." "Apa kau tuli hah! Aku tidak mau ke rumah itu dan berhenti mengancamku, Alan." "Kita akan tetap ke sana karena itu rumahmu!" tanpa menghiraukan caci maki Vale. Alan tetap membawa Vale ke rumah utama mereka yang dulu pernah mereka tinggali bersama. Menempuh perjalanan selama 30 menit dengan banyak drama akhirnya sampai di depan pintu mewah pagar hitam sudah ada penjaga yang membukanya menyambut mereka. Alan turun dari mobil tanpa Vale yang masih betah bertahan diam di dalam mobil. Tanpa memaksa Vale turun Alan bersandar ke tiang kokoh rumahnya dengan menghisap rokok sambil melihat Vale yang masih tetap bertahan di dalam mobilnya. Beberapa pengawa
Suara cuitan burung di luar balkon terdengar riuh cahaya yang menembus ke dalam kamar cukup membuat Vale mengerjapkan matanya yang baru bangun dari mimpinya. Tak jauh darinya ada sosok pria yang sedang memandangnya tanpa berkedip. Kedua mata mereka saling berpandangan dan Vale lah yang pertama memutus pandangan tersebut. "Mandilah ikut bersamaku ke kantor." "Untuk apa bukannya sekarang kau yang akan menjadi bosnya." "Kau akan mengetahuinya setelah tiba di sana. Bersiap-siaplah aku menunggumu di bawah kita sarapan bersama." Setelah melihat Alan pergi dari kamar, Vale bergegas mandi dengan cepat karena dia juga penasaran dengan ucapan pria itu. Di atas ranjang ada stelan pakaian kantor untuknya. Blouse berwarna biru dan rok span berwarna hitam. Terlihat sangat sopan karena itu yang diinginkan Alan. Setelah mengecek beberapa riasan di wajahnya Vale keluar dan turun menghampiri Alan yang sejak tadi sudah menunggunya. Tapi baru beberapa langkah kakinya tertahan tanpa mau dig
Berkali-kali Alan menghubungi Violet setelah bertemu dengan kolega bisnisnya meeting bersama membicarakan projek iklan untuk brand miliknya. Alan menginginkan Violet untuk kembali ke Indonesia secepat mungkin. Dia sudah membayar penalti perusahaan lain yang terlibat kontrak dengan kekasihnya itu. "Come on Dude, kau hanya membuang-buang waktumu saja. Kekasihmu itu sedang tidak ingin diganggu," sarkas Abizar yang sedang berkunjung ke kantornya karena ada informasi penting yang harus dia berikan kepada temannya itu. "Shut up! Kenapa belum pergi dari ruanganku. Kau itu bukan penganggurankan?" sahut Alan menyipitkan matanya ke arah Abizar. "Yah sejak memutuskan keluar dari perusahanmu dan bekerja dengan Tuan Darwin, aku lebih santai. Tapi tetap saja selalu direpotkan kamu," sarkas Abizar. "Jelas saja kerjamu santai yang kamu jaga itu wanita yang tidak menyulitkan dibanding diriku. Be careful Abizar, jangan permainkan Adik iparnya Darwin. Sepertinya dia sangat mencintaimu. Perlu kau
Aksi kejar-kejaran Vale dan anak buah Alan seperti di film. Driver online yang membawanya ke bandara tak kalah keren seperti pembalap international. Sampai di bandara Vale memberikan uang 30 juta kepada driver itu yang kaget di bayar mahal tanpa henti driver itu memuji Vale dan banyak mengucapkan terima kasih. Tapi sebelum uang itu masuk ke dalam jaketnya seseorang datang mengambilnya dan menahan tangannya kebelakang. Vale yang buru-buru tidak memperhatikan lagi nasib driver itu. Setelah itu dia berjalan cepat untuk memesan tiket ke dalam. Rambut yang acak-acakan jangan lupakan alas kaki berupa sandal tidur hello kitty yang dia pakai. Membuat salah satu pria tampan yang berdiri tak jauh dari petugas check in counter menatap datar sambil menyilangkan tangan di dada menatapnya tanpa berkedip. Vale yang tak sadar melewati pria itu tanpa menaruh curiga kalau sebenarnya keadaan bandara begitu sepi hanya ada dia dan pegawai ticket dan dua pria yang berdiri tak jauh di belakangnya da
Abizar, Boy, dan timnya berhasil menyusup ke dalam rumah besar di pinggiran kota London. Mereka bergerak dengan cepat dan hati-hati, mencari tahu di mana Jessy ditahan. Tiba-tiba, mereka dihadang oleh beberapa anak buah Violet yang bersenjata. "Kalian tidak akan pernah bisa menyelamatkan wanita itu!" salah satu anak buah Violet berteriak. Abizar dan timnya tidak ragu-ragu. Mereka langsung menyerang anak buah Violet dengan keahlian bela diri yang tinggi. Boy juga ikut serta dalam perkelahian, menggunakan keahlian bela dirinya untuk mengalahkan lawan-lawannya. Perkelahian berlangsung dengan sengit. Abizar dan timnya berhasil mengalahkan beberapa anak buah Violet, tapi masih ada beberapa yang lain yang terus menyerang. Boy berhasil mengalahkan salah satu anak buah Violet dengan tendangan yang kuat. "Kamu tidak akan pernah bi
Sementara itu, di Italia, Jessy sedang menikmati waktu luangnya di sebuah kafe. Dia tidak menyadari bahwa ada orang yang sedang memantau gerak-geriknya. Orang suruhan Violet tersebut telah tiba di Italia dan sedang mencari cara untuk menculik Jessy. Dia memutuskan untuk menggunakan cara yang halus dan tidak menimbulkan kecurigaan. Jessy tidak menyadari bahwa ada bahaya yang sedang mengintainya. Dia terus menikmati waktu luangnya, tidak tahu bahwa hidupnya akan segera terancam. Di sisi lain, Boy sedang berbicara dengan Abizar tentang rencana Violet. Abizar telah memberitahu Boy tentang rencana Violet untuk menculik Valeria, dan Boy sangat marah dan khawatir. "Aku tidak akan membiarkan Violet melakukan hal seperti ini lagi," kata Boy. "Aku akan melindungi keluargaku dengan cara apa pun." Abizar mengangguk da
Pria itu memberitahu Abizar bahwa Violet telah merencanakan untuk menghancurkan Vale dengan cara yang sangat kejam. Dia telah menyewa sekelompok orang untuk melakukan pekerjaan kotor itu. Abizar merasa marah ketika mendengar rencana Violet. "Kalian memang sampah!" ucap Abizar dengan suara yang keras. Pria itu terlihat takut dan berusaha untuk melanjutkan ucapannya. "Violet memiliki dendam yang sangat dalam terhadap Tuan Alan dan Boy. Dia merasa bahwa mereka telah merusak hidupnya dan sekarang dia ingin membalas dendam." Abizar mengangguk dan memutuskan untuk segera mengambil tindakan. Dia tidak bisa membiarkan Violet melakukan hal seperti itu. "Aku akan segera menghubungi Alan dan Boy untuk memberitahu mereka tentang rencana Violet," kata Abizar dengan suara ya
Alan langsung menghubungi Abizar, unuk membantunya. 'Abizar, aku butuh bantuanmu,' kata Alan dengan suara yang serius. 'Apa yang terjadi, Alan?' tanya Abizar dengan suara yang penasaran. 'Aku dan Boy telah menerima beberapa ancaman,' jawab Alan. 'Aku tidak tahu siapa yang melakukannya, tapi aku ingin kamu menyelidikinya.' Abizar langsung setuju untuk membantu Alan. 'Aku akan segera menyelidiki,' kata Abizar. 'Tapi aku butuh informasi lebih lanjut tentang ancaman-ancaman tersebut.' Alan kemudian memberikan informasi lebih lanjut tentang ancaman-ancaman yang telah dia terima, termasuk isi surat ancaman yang telah dia dapatkan. Abizar mendengarkan dengan saksama dan kemudian berjanji u
Violet mulai merencanakan sesuatu untuk menghancurkan kebahagiaan Alan dan Boy. Dia memanggil seseorang yang dia kenal untuk membantunya. "Hey, aku butuh bantuanmu," ucap Violet dengan suara yang penuh dengan dendam. "Apa yang kamu butuhkan?" tanya orang itu dengan suara yang penasaran. "Aku ingin menghancurkan kebahagiaan Alan dan Boy," jawab Violet dengan suara yang penuh dengan kemarahan. "Mereka pikir mereka bisa bahagia tanpaku?" Orang itu tersenyum. "Aku bisa membantumu. Tapi aku butuh sesuatu sebagai imbalan." Violet tersenyum. "Aku akan memberimu apa pun yang kamu inginkan. Asalkan kamu bisa membantuku menghancurkan kebahagiaan mereka." Orang itu mengangguk. "Baiklah. Aku akan membantumu. Tapi kamu harus siap dengan konsekuensinya."
"Alan, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan," ucap Boy dengan suara yang bergetar. "Aku telah melakukan kesalahan yang sangat besar dan aku tidak tahu bagaimana aku bisa memperbaikinya." "Boy, aku tahu bahwa kamu telah melakukan kesalahan," ucap Alan dengan suara yang tenang. "Tapi aku juga tahu bahwa kamu tidaklah jahat. Kamu hanya salah dan kamu harus bertanggung jawab atas perbuatamu." "Aku tahu, Alan," ucap Boy dengan suara yang sedih. "Aku hanya ingin meminta maaf atas segala kesalahan yang aku telah lakukan. Aku tidak ingin menyakiti kamu atau siapa pun lagi." "Boy, aku memaafkan kamu. Tapi kamu harus berjanji padaku bahwa kamu akan memperbaiki diri dan tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi." "Aku berjanji, Alan," ucap Boy dengan suara yang bersemangat. "Aku akan memperbaiki diri dan aku akan menjadi orang yang lebih baik. Terima kasih, Alan,
Scot mendorong tubuh wanita malam itu dengan kasar sampai terjatuh ke lantai. "Sialan berani-beraninya dia menikah lagi," ucap Scot dengan kesal, sambil membanting gelas yang ada di meja. Para wanita malam yang menemaninya berhamburan pergi, meninggalkan Scot dalam ruangan yang mencekam. Scott Lanser menarik napas dalam-dalam. Dia tahu bahwa keluarga Han adalah keluarga yang sangat berpengaruh di kota ini, dan melibatkan dirinya dalam urusan mereka bisa berbahaya. Ia tahu bahwa Park Yo Ming adalah orang yang berbahaya dan tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya. "Tuan Park mungkin bukan orang yang bisa diremehkan, tapi jangan lupakan bahwa aku pun memiliki pengaruh yang sama besar di kota ini," ucap Scott Lanser dengan suara penuh keyakinan. Anak buahnya menelan ludah sebentar sebelum mela
Park melemparkan senyum sinis ke arah Maria sebelum kembali menarik rambutnya dengan ganas. 'Kau pikir aku akan membiarkanmu begitu saja setelah semua yang kau lakukan?" Maria menggeleng pelan, matanya berkaca-kaca. "Aku minta maaf, Tuan. Aku tidak bermaksud mencelakaimu." "Dasar wanita licik!" Park semakin mengencangkan cengkeramannya pada rambut Maria, lalu menyeretnya ke arah bathub. Maria berteriak kesakitan, namun suaranya seolah tercekat saat wajahnya dipaksa masuk ke dalam air. Park memaksa Maria untuk tenggelam berkali-kali, membuatnya kesulitan bernapas. "Tolong... aku... lep... as," suara Maria pecah terpotong-potong berusaha mencari udara. Park terus tersenyum penuh kepuasan melihat Maria menderita. "Inilah balasan karena berani melawanku. Kau pantas menerima hukuman ini." Maria meront
Di ruang operasi yang steril, Bella merasa gugup dan khawatir. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana akan melahirkan bayinya prematur, apalagi dengan kondisinya yang masih lemah karena pendarahan. Dokter dan perawat mulai bersiap untuk melakukan operasi Caesar. "Dokter, apa benar bayi saya bisa lahir dengan selamat?" tanya Bella khawatir. Dokter tersenyum lembut. "Kami akan melakukan yang terbaik untuk Anda dan bayi Anda, Bella. Semua akan berjalan lancar, jangan khawatir." Beberapa saat kemudian, proses operasi pun dimulai. Bella merasakan kesakitan yang luar biasa saat pisau bedah mulai memotong perutnya. Dia hanya bisa menahan rasa sakitnya sambil berdoa agar bayinya bisa lahir dengan selamat. "Sedikit lagi, Bella. Bayi Anda hampir lahir," ucap dokter dengan penuh semangat.