Beranda / Romansa / MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA / bab 25. Kebingungan Dokter Marzuki

Share

bab 25. Kebingungan Dokter Marzuki

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Mbak La, apa mbak La mau menjadi mamanya Yasmin?"

Laila menatap Yasmin tercengang. "Yasmin, mbak La ..,"

"Ehem, Laila, kamu sudah selesai mengobati Yasmin belum?"

Mendadak terdengar suara pak Jaka dari arah kamarnya.

"Eh, bapak. Laila masih belum selesai membersihkan lukanya Yasmin, belum diplester juga."

Laila menunjuk ke arah lutut dan siku Yasmin yang masih memerah.

"Kalau begitu kamu segera bersihkan dan plester lukanya lalu antar kan pulang pada papanya," instruksi pak Jaka.

"Tapi Pak, mungkin Yasmin masih ingin bermain sama aku?"

"Ck, kamu itu sudah kelas tiga SMA, jangan main terus. Sekali lagi bapak bilang obati luka Yasmin dan antar dia pulang!"

"O-oke, Pak. Laila akan melakukan apa kata Bapak," sahut Laila. Dia lalu fokus membersihkan luka Yasmin. Sedangkan pak Jaka berlalu dari hadapan Laila dan Yasmin.

"Kamu pernah nggak diobati sama papa pas terluka seperti ini?" tanya Laila pada Yasmin. Laila mengoleskan revanol di kapas, lalu membubuhkan nya perlahan di tubuh Yas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 26. Asisten Rumah Tangga Baru

    "Nggak usah repot-repot, Ma. Marzuki nggak mau kalau nanti Yasmin mempunyai ibu sambung yang jahat. Atau nanti istri baru Marzuki minggat sama mantannya. Big No, Ma!""Astaga, Marzuki! Hentikan trauma kamu itu! Nggak semua perempuan itu jahat. Ada kok perempuan yang santun, baik dan tanggung jawab."Hening sejenak. Anak beranak itu sibuk dengan pikiran masing-masing. "Marzuki, oke lah kalau kamu tidak mau menikah karena trauma kamu itu. Tapi menurut mama yang terpenting sekarang adalah kamu mendapat asisten rumah tangga untuk menemani Yasmin. Kasihan anak kamu kalau harus menemanimu kerja di puskesmas. Yasmin kan juga butuh teman saat di rumah. Kamu juga butuh orang yang bisa mencuci, menyetrika dan memasak untukmu kan?""Iya Ma. Tapi Marzuki belum mendapatkan asisten rumah tangga itu. Padahal Marzuki sudah memberikan mencari dan bertanya kesana kemari mencari asisten rumah tangga. Tapi belom ada yang mendaftar. Marzuki harus gimana dong?" Mamanya menghela nafas panjang. "Kalau b

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 27. Kesepakatan Gaji

    "Oh, iya. Silakan masuk. Bawa saja kopernya ke dalam. Saya tunjukkan kamar untuk kamu," ujar Marzuki seraya melangkah lebih dulu ke dalam rumah. Inem mengikuti langkah Marzuki dan melihat sekeliling rumahnya. Pandangan lalu terantuk pada Yasmin yang juga menatapnya. "Maaf kalau lancang, tapi kata pemilik yayasan, dokter tinggal sendiri dengan anaknya tanpa istri ya?" tanya Inem hati-hati. Marzuki yang sedang berjalan di hadapan Inem berhenti, lalu menoleh sejenak pada asisten rumah tangga barunya itu. "Iya," sahut Marzuki pendek lalu melanjutkan langkahnya ke kamar terakhir yang paling dekat dengan dapur. "Ini kamar kamu. Silakan kamu simpan baju atau barang-barang kamu di sana. Lalu segera ke ruang tengah. Ada yang ingin saya bicarakan," ujar Marzuki. "Baik, Pak."Inem lalu memasuki kamar itu dan meletakkan barang-barang nya di sana. Setelah itu, dia lalu menuju ke ruang tengah sesuai dengan instruksi dari Marzuki.Marzuki yang sedang duduk di samping Yasmin menatap Inem yang d

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 28. Inem Cemburu

    Laila pun menatap Inem dengan bingung."Mbaknya siapa?" tanya Inem menatap Laila dengan heran. "Saya tetangga yang ada di rumah pojok itu gang itu, Mbak. Yasmin ada?" tanya Laila. Gadis itu memang belum bertemu Inem saat perkenalan kemarin karena sedang belajar di rumah Amelia. Inem terlihat mengerut kan keningnya lalu akhir nya membuka pintu depan lebih lebar dan masuk ke dalam rumah lebih dulu dengan diikuti oleh Laila. Laila sebenarnya canggung masuk ke rumah dokter Marzuki lagi. Baru dua kali ini dia masuk ke dalam rumah dokter itu sejak kepindahannya. "Mbak La!" seru Yasmin yang mendadak keluar dari kamarnya. Gadis kecil itu menghambur dan melompat ke pelukan Laila. Sementara itu Inem berlalu menuju ke arah dapur."Hai Sayang!"Hap! Laila memeluk erat Yasmin lalu menciumi pipinya yang gembil. "Apa kabar luka kamu yang baru saja jatuh kemarin?" tanya Laila seraya melihat siku dan lutut kaki Yasmin uang yang masih terbalut plester."Udah nggak sakit kok mbak La. Tapi kata pa

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 29. Inem bikin Puyeng

    "Assalamualaikum, Yasmin. Papa pulang!"Wajah Inem memucat. Dia terkejut melihat kedatangan dokter Marzuki, takut kalau perkataannya yang merendahkan Laila didengar oleh dokter Marzuki. Tapi sepertinya dokter Marzuki tidak mendengar ucapan dari Inem. Karena dokter Marzuki langsung berjalan dan menyapa seisi rumah. "Waalaikumsalam, Papa." Yasmin menghambur memeluk papanya dengan riang. "Mbak La main ke sini lho, Pa. Yasmin seneng sekali kalau Mbak La ke rumah," tukas Yasmin dalam gendongan papanya. Laila tersenyum canggung dan sementara itu wajah Inem langsung terlihat tidak suka. "Oh, ya. Ada Mbak La. Sudah lama di sini?" tanya dokter Marzuki. Wajah dokter itu juga agak kikuk. Karena setiap kali melihat Laila, dia selalu teringat ucapan pak Jaka. Pak Jaka memang tidak melarang dokter Marzuki untuk bertemu dengan anaknya secara langsung. Tapi secara tersirat terlihat sekali kalau pak Jaka tidak suka jika Laila memulai hubungan dengan laki-laki. "Saya harap dokter mengerti perasa

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 30. Godaan si Inem

    Lelaki itu terkejut dan mendelik melihat kelakuan Inem. "Astaga, mbak Inem, kenapa kamu cuma pakai handuk malam-malam begini?" tanya dokter Marzuki kaget. Inem tersenyum menggoda lalu berkata, "tadi saya merasa gerah banget sebelum hujan. Jadi saya baru saja mandi."Dokter Marzuki memalingkan wajahnya. "Duh, kenapa harus pakai handuk saja? Mbak Inem kan bisa ganti baju di dalam kamar mandi? Jadi saat keluar kamar mandi, mbak Inem nggak hampir bugil seperti ini," sahut dokter Marzuki. "Yah, maaf deh Pak. Saya nggak tahu kalau ada pak Marzuki di sini. Saya kira bapak sudah ada di kamar, jadi pas mati lampu, saya refleks pakai handuk lalu keluar dari kamar mandi begitu saja," sahut Inem menunduk. Dokter Marzuki menghela nafas panjang. "Ya sudah, cepat kembali ke kamar kamu, mbak.""Iya Pak."Mendadak petir menggelegar diluar rumah membuat Inem berteriak kecil dan mengangkat kedua tangannya melepas handuk yang mengikat tubuhnya. Sehingga tampak polos di hadapan Marzuki. "Aaarrrgghhhh

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 31. Kebohongan Inem

    "Hm, mbak Inem juga bisa sih kalau cuma main Layang-layang, manjat pohon, dan baik. Gimana kalau seandainya mama kamu itu mbak Inem?" tanya Inem sekali lagi. Yasmin mendelik mendengar kata-kata dari Inem. "Tapi Yasmin maunya sama mbak La. Bukan mbak Inem," sahut Yasmin dengan mengerucutkan bibirnya. Inem menjadi kesal. 'Ck, dasar bocil. Nggak tahu kalau aku lebih pro daripada Laila. Memang sih secara bodi, bagus Laila. Wajar saja karena Laila belum pernah melahirkan anak. Aku kan sudah melahirkan dua anak. Tapi kalau masalah di ranjang, aku pasti lebih mahir daripada Laila. Aku kan bisa goyang atas bawah, samping kanan kiri,' bisik Inem dalam hati. "Hm, padahal lho mbak La kan belom bisa masak. Pasti masih lebih enak masakannya mbak Inem, Min," sahut Inem penuh percaya diri. "Mbak Inem ini bawel. Yasmin kan harus sekolah, malah diajak ngomongin mbak La. Entar kalau Yasmin telat, tak bilangin ke papa lho," ujar Yasmin membuat Inem mendelik. 'Astaga! Sialan ini bocil. Kok bisa sih

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 32. Membangun Klinik Mungil

    "Halo, Nem. Kata yayasan, kamu sudah dapat tempat kerja yang baru ya? Kok kamu nggak ngomong sama suami mu ini? Kamu mau jadi istri durhaka?" tanya suara dari seberang membuat Inem terlonjak kaget. "Hm, itu mas, aku memang sudah dapat kerja di rumah orang. Tapi baru beberapa hari ini aku kerja. Nggak bisa kirim gaji sekarang. Bulan depan baru gajiannya bisa aku kirim, Mas," sahut Inem lirih. "Ck, kebanyakan alasan saja kamu! Anak kamu itu banyak makannya. Aku juga baru kalah judi. Gobl*k kamu!" teriak suami Inem dari seberang telepon. Seketika nyali Inem mengerut. Tapi tak urung juga, rasa dendam di dalam hatinya terasa semakin besar. "Mas, kamu ini apa nggak tahu malu? Kamu kan kepala rumah tangga? Tapi kenapa justru membuatku pontang panting dan kebingungan cari uang?" tanya Inem akhirnya. Suasana hening sejenak. Lelaki di seberang telepon terdiam. Mungkin berpikir akan dengan apa membalas ucapan Inem. "Heh, kamu sudah bisa melawanku ya? Ingat aku nggak akan segan menyakiti an

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 33. Ide Dokter Marzuki

    Inem menghela nafas. Bingung dengan apa yang harus dilakukannya dengan uang itu. "Diambil atau jangan ya?" gumamnya lirih dan ragu.Inem menghela nafas sekali lagi. Sejenak ragu-ragu apa yang harus dilakukan nya. "Kalau aku mengambil uang ini, kira-kira ketahuan nggak ya oleh dokter Marzuki?" Sekali lagi dipandanginya uang yang sudah berada di dalam genggaman tangannya. "Ambil, enggak, ambil, enggak ya? Tapi nanti kalau pak Marzuki ingat dan menanyakan kembali soal uang ini gimana?"Hari Inem terus berdebat sendiri melihat uang itu. Mendadak terdengar suara suaminya yang terngiang di telinganya. "Tapi kata mas Slamet, sepertinya benar. Dokter Marzuki kan kaya. Dia tidak akan menjadi miskin hanya karena kehilangan 100 atau 200 ribu. Ah, tahu ah gelap. Aku ambil saja lah uang ini," ucap Inem lalu dengan buru-buru dimasukkan nya uang yang ditemukan nya di dalam saku celana panjangnya. Dengan bergegas, Inem lalu membereskan aneka baju kotor lalu memasukkan nya ke dalam mesin cuci. D

Bab terbaru

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 97. Kematian Tiara (Tamat)

    Tiara mendelik, dia langsung terduduk di ranjang hotel dan memutar ulang video yang menampilkan sosoknya yang sedang marah-marah. "Sial*n! Siapa yang telah merekam dan mempermalukanku? Ini pasti kerjaan bocil genit itu! Bisa-bisa nya mas Marzuki mencintai anak kecil padahal aku masih hidup. Aku tidak terima! Aku akan membalas bocil itu!"Tangan Tiara mengepal. "Tapi apa yang bisa aku lakukan untuk membuat mas Marzuki meninggalkan bocil itu?!"Tiara berdiri lalu mondar mandir di dalam kamar hotelnya, mencari ide untuk membuat Marzuki membenci Laila. Mendadak sebuah ide terlintas di kepalanya. "Ah, betul juga! Kalau wajah Laila menjadi cacat, Mas Marzuki dan Yasmin pasti tidak mau mendekati bocil itu lagi. Dan saat itulah aku akan merebut perhatian mereka. Mereka pasti akan menerima perhatian dariku," desis Tiara dengan penuh keyakinan. Dia lantas membuka internet lalu mencari tahu di online shop tentang barang yang bisa membantu rencananya. ***Laila dengan tangan gemetar mencelupk

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 96. Tiara Ditalak

    Tiara yang sudah mengenal suara di belakang nya menghela nafas dan berbalik ke belakang. "Hai, Mas Rizki. Kamu sampai di sini juga?" tanya Tiara berbasa basi seraya menyedekapkan kedua tangan di depan dadanya. "Tentu saja. Setelah kamu minggat, aku langsung memerintahkan orang untuk mencari keberadaan kamu. Ternyata kamu di sini. Jauh-jauh dari jakarta ke kota terpencil ini hanya untuk mengganggu suami orang. Ck, ck, aku tidak menyangka kalau kamu akan berbuat sesuatu seperti ini. Kamu benar-benar berbakat menjadi pelakor, Ti," sahut Rizki, sang suami. Tiara tergelak. "Pelakor? Hati-hati kalau kamu bicara, Mas! Dia mantan suamiku, jadi aku ...""Memang di masa lalu, dia adalah suami kamu. Tapi saat ini dia kan sudah mempunyai keluarga baru, istri baru, seharusnya kamu tahu diri dan tidak merusak kehidupan rumah tangganya!"Tawa Tiara semakin terdengar keras. "Hahaha! Kamu ini lucu sekali, Mas! Kamu dulu menjadi pebinor dan merebutku dari mas Marzuki sehingga kami bercerai, dan sek

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 95. Rayuan Tiara

    "Mas, tolong aku!" ujar Tiara dengan penuh harap menatap ke arah Marzuki. "Aku mengalami KDRT! Aku kabur dari suamiku! Tolong tampung aku di rumah kamu, Mas!" seru Tiara lagi dengan sangat memelas. Laila mendelik, sebenarnya dalam hatinya sangat ingin mencakar dan menjambak Tiara. Tapi ditahannya karena Laila tidak mau mengotori tangan nya dengan memegang sampah. Wajah Marzuki menegang melihat Tiara yang datang menemui mereka, apalagi di hadapan Yasmin. "Kok kamu bisa kesini?" tanya Marzuki dengan wajah parau. Ditatapnya wajah dan tubuh Tiara yang terdapat lebam-lebam di beberapa tempat. "Mas, kalau enggak di sini, aku harus kemana? Lihatlah luka-luka di tubuhku ini. Aku dipukuli suami ku. Tidakkah kamu kasihan, Mas? Aku hanya punya kamu. Kamu kan tahu kalau orang tuaku meninggal sejak SMA dan aku bisa hidup karena bantuan kamu," ujar Tiara dengan wajah memelas. Baru saja Laila hendak merespon ucapan Tiara saat Marzuki menunjuk wajah Tiara dengan serius. "Kamu tahu bahwa hanya a

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 94. Ulang Tahun Laila

    Laila terbangun dan merab* ranjang di samping nya."Kok kosong? Mana mas Marzuki ya?" gumam Laila lalu duduk di atas ranjang dan melihat sekeliling kamar."Mungkin masih salat di masjid atau lihat tivi. Hm, ini kan hari Minggu. Puskesmas libur dan hanya on call," ujar Laila lagi. Dia melihat ke arah jam di kamar. "Sudah jam lima nih. Musti mandi dulu sebelum salat."Laila pun bergegas ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar lalu segera membersihkan diri. Setelah mandi dan menunaikan salat subuh, Laila mengering kan rambut nya dengan hair dryer lalu keluar dari kamar. "Mama! Selamat ulang tahun!" seru Yasmin riang begitu Laila membuka pintu kamarnya. Laila yang saat itu sedang mengenakan daster warna kuning merasa sangat bahagia dan terkejut saat melihat kue berbentuk lingkaran mungil yang sedang dipegang oleh Yasmin. Lalu dari arah belakang tampak Marzuki yang sedang mengenakan celemek dan membawa sendok sayur sedang berjalan menuju ke arah Laila dan Yasmin. Sedangkan bi Inah

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 93. Semakin Mesra

    Laila terbangun saat merasakan dinginnya AC yang menyentuh kulitnya, dengan segera di Laila menarik selimut nya lagi. "Dingin ya?" sapa sebuah suara yang berbisik di telinga Laila. Laila mengangguk manja. Dan Marzuki yang ada di belakang Laila memeluk erat sang istri semakin erat. "Ya sudah. Aku peluk lagi. Atau kamu mau kita mengulang yang semalam?" tanya Marzuki seraya menciumi pundak dan punggung Laila sehingga perempuan itu terkikik geli dan manja. "Mas, geli tahu!" bisik Laila lalu membalikkan badannya ke arah Marzuki. Mereka saling bertatapan di dalam remang cahaya lampu kamar tidur. Laila memandang jam bulat melalui pundak Marzuki yang tertempel di dinding kamar. 'Masih jam satu rupanya.'Marzuki meletakkan tangannya ke pipi Laila dan berbisik merdu. "Kenapa kamu memandang kearah belakang ku? Aku hanya ingin kamu menatap ke arahku, Sayang."Marzuki menangkup wajah Laila lalu mengecup pipi istrinya perlahan. Laila mengalihkan pandangan nya ke arah Marzuki. "Lalu aku harus

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 92. Saat Ibu Kandung Bertemu dengan Anaknya

    "Mama! Papa!" Yasmin melambaikan tangan pada Laila dan Marzuki dari layar ponsel. "Sayang!" Laila memberikan kecup jauh untuk gadis kecil itu."Mama dimana?" tanya Yasmin lagi."Bagaimana ini, Yang? Kita jemput Yasmin di pintu masuk hotel. Daripada nanti dia bertemu dengan Tiara lebih dulu."Marzuki menoleh pada Laila dan terlihat bingung."Baiklah Mas, ayo kita jemput mami dan Yasmin." Laila menarik tangan Marzuki dan mereka berjalan menuju gapura pintu masuk hotel."Mama!"Yasmin berlari dan menghambur memeluk Laila. "Hap!"Laila memeluk Yasmin beberapa lama, lalu melanjutkan langkah menuju papi dan mami kemudian mencium punggung tangan keduanya."Yasmin sudah makan?" tanya Laila sambil mengelus kepala Yasmin perlahan. "Belum, Ma.""Ayo makan dulu ke resto. Restonya bagus dan ada kolam renangnya." Laila berjalan mendahului Marzuki dan orangtuanya menuju ke resto."Yasmin mau makan apa?" tanya Marzuki."Ayam goreng, Pa."Marzuki segera menulis ayam goreng krispi di kertas menu l

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 91. Perselisihan

    Dokter 91"Insyallah saya lebih baik dalam mengasuhnya daripada sang ibu kandung yang menelantarkannya. Dan jangan coba-coba mendekati suami saya setelah Mbak dengan semena-mena membuangnya. Tolong jangan hadir sebagai orang ketiga diantara kami. Terimakasih atas pengertiannya," kata Laila seraya memandang tajam pada Tiara. Laila melihat tangan Tiara yang putih terkepal di atas meja kafe. "Kalem saja Mbak. Bukankah mbak sudah punya suami juga? Jadi mari kita berusaha melakukan yang terbaik untuk keluarga kita."Tiara menatap tajam ke arah Laila. "Tunggu saja Laila. Saya pastikan kita akan segera bertemu lagi. Bagaimanapun Yasmin itu adalah darah daging saya. Dan saya pastikan Mas Marzuki akan menceraikan kamu!"Tiara mengacungkan telunjuknya ke arah Laila. Dan Laila menurunkan telunjuk Tiara dengan santai. "Oh ya? Baru ingat kalau masih punya darah daging? Kemana saja kamu selama ini saat Yasmin kesepian dan tidak punya teman bermain karena ibunya menghilang?"Kamu yang tidak tahu

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 90. Kehadiran Masa Lalu

    "Tiara?" gumam Marzuki kaget.Laila juga tidak kalah kagetnya karena dia ingat betul siapa Tiara itu."Tolong! Ada yang berprofesi dokter di sini? Atau tenaga medis? Perempuan ini dadanya tidak bergerak lagi."'Ya benar! Walaupun aku belum pernah melihat fotonya, tapi aku yakin dia pasti ibunya Yasmin. Garis wajah dan lengkung bibirnya yang sensual sama persis dengan gadis kecil itu. Kenapa dia di sini. Apa mas Marzuki sengaja mengajakku ke sini untuk mencari ibu Yasmin lagi? Tapi perempuan itu butuh tenaga medis untuk menyelamatkan nyawanya. Ya Tuhan, jika mas Marzuki yang melakukan CPR, hatiku tidak ikhlas karena kalau memberikan nafas buatan, bib*r mereka akan langsung bersentuhan. Bagaimana ini?' gumam Laila bingung.Hati Laila berperang antara rasa cemburu dan rasa kemanusiaan. Digenggamnya tangan Marzuki yang berdiri di sebelahnya. Terasa dingin dan tatapan matanya seakan juga menyiratkan kegalauan dan kebimbangan hati.'Mas, apakah masih ada namanya di hatimu?'Laila menghela

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 89. Bulan Madu

    Aku tidak ingin kamu hanya menjadi seperti pelangi di langit ku, yang hanya muncul setelah hujan sejenak kemudian meninggalkan pergi.***Beberapa hari setelahnya,"Wah bagus sekali kamar hotel yang kamu pesan, Mas," kata Laila seraya membuka tirai kamar dan memandang keluar. Langsung terlihat kolam renang yang dikelilingi perpaduan rumpun mawar dan pohon palem botol sebagai pagar hidupnya."Kamu suka?" tanya dokter Marzuki memeluk Laila dari belakang. Hembusan napasnya terasa hangat di telinga.Sekarang musim liburan sekolah, dan Marzuki memutuskan untuk mengajak Laila bulan madu di Bali, sedangkan Yasmin ingin menghabiskan liburannya di rumah Ambar dan Iwan. "Suka banget Mas. Makasih ya," sahut Laila lalu membalikkan badan dan mengecup hidung dokter Marzuki dengan lembut."Kamu ..., minta jatah ya?"Pertanyaan Marzuki membuat Laila nyaris tersedak."Apa? Nggak kok! Memang kalau istri mencium suami lebih dahulu berarti minta gituan ya?" tanya Laila manyun tapi tetap mengalungkan ked

DMCA.com Protection Status