Nyai Ani tidak percaya. Ternyata Pandu mencari Sabrina. Untuk apa dia mencari wanita itu? Bahkan menyebut namanya saja dia tidak pernah. Nyai mendekati Pandu, kemudian mengelusnya dengan perlahan sambil tersenyum. Dia sangat senang melihat anaknya kini hidup kembali dan selamat. "Ibu sangat senang kau hidup kembali Pandu. Ibu pikir kau sudah dilahap oleh lautan itu dan hilang entah ke mana. Lain kali jika kau ingin pulang, bilang kepada Ibu. Kirimlah sebuah surat. Ibu akan mempersiapkan sebuah kapal yang sangat layak untuk kamu. Tidak seperti ini. Ibu benar-benar sangat khawatir," ucapnya masih terus membelai wajah Pandu dan membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan. Sementara Pandu masih mengernyit dan mengamati semua ruangan."Ibu, aku ingin bertemu dengan Sabrina. Sudah lama aku tidak menemuinya. Entah kenapa aku ingin menemuinya. Bukankah kita sudah dijodohkan? Lebih baik pernikahan segera dilakukan, karena aku tidak sabar untuk menikahinya," kata Pandu membuat sang ibu terd
Tidak Nyai sangka, ternyata Romo mengatakan suatu hal yang sangat mengejutkannya. Suatu hal yang sama sekali tidak dia duga sama sekali. Mana mungkin Romo akan melakukan hal yang sangat kejam seperti itu? Mengambil situasi di saat sang anak mengalami penderitaan. Bagaimana jika Pandu nanti kembali mengingat dengan semuanya? Bukankah itu bisa membuatnya terpukul. Lalu, bagaimana dengan Arum? Sementara dia mengandung anak Pandu. Sekarang Nyai tidak ingin hal ini terjadi. Romo tidak boleh memperlakukan anaknya sendiri seperti itu. Dia harus mencegah dan tidak akan pernah membiarkannya. "Romo. Kenapa memperlakukan Pandu seperti itu? Ini benar-benar kejam. Jangan pernah melakukan itu? Dia mengalami hilang ingatan. Sudah cukup dengan perbuatan kita selama ini. Biarkan saja dia hidup bahagia dengan pilihannya.""Dia tidak pernah mengingat dengan masa lalu. Apakah itu akan membuatnya bahagia? Sedangkan sekarang, yang dia ingat hanya Sabrina dan bukan wanita rendah itu. Jadi tolong, jangan p
Nyai semakin resah saat melihat Sabrina tiba-tiba datang di depan kediamannya. Saat itu dia mempersiapkan kepulangan Pandu. Kemudian Romo pun ikut mengikuti mereka. Keadaan Pandu dan Romo semakin membaik. Membuat Nyai sedikit lega. Namun, dia berharap Sabrina tidak datang dan menampakkan dirinya. Karena Nyai ingin menyembuhkan Pandu dengan caranya sendiri. Walaupun Romo sudah mengerahkan semua pesuruhnya untuk mencari keberadaan Sabrina."Kenapa dia datang?" Nyai masih sangat terkejut melihat wanita itu kini masuk ke dalam halaman rumahnya. "Apa yang terjadi? Kenapa wanita itu masuk ke dalam ke sana? Ini tidak mungkin. Pandu tidak boleh melihat sabrina. Dia pasti akan menyambutnya dan melamarnya dengan tiba-tiba. Lalu, bagaimana dengan Arum? Aku tidak ingin wanita itu yang sudah mengandung cucuku sangat menderita. Aku harus menjaga dan membuat sabrina keluar dari sini," ucapnya sambil mengarahkan tangan kepada beberapa pelayan yang segera mendekatinya."Jangan sampai Sabrina masuk ke
Sabrina tersenyum saat mendengar Romo mengatakan, jika dia mendukungnya. Bahkan Romo tetap akan menjalankan pernikahan itu, bersepakat untuk memiliki pemikiran yang sama dengannya. Sabrina segera beranjak dari duduknya dan mendekati Romo, lalu bersujud di hadapannya. Bahkan dia mencium telapak kaki Romo dengan menangis tersedu-sedu."Aku meminta maaf sudah melakukan hal yang sangat kurang ajar. Aku juga mewakili permintaan maaf kepada orang tuaku yang sudah membuat perusahaan semakin kacau. Tapi aku melakukan itu hanya untuk mendekati Pandu dan menikahinya. Aku sangat bahagia saat Romo mendukungku. Ini suatu hal yang benar-benar sangat luar biasa. Atas nama keluargaku, sekali lagi aku minta maaf," ucapnya masih sambil menundukkan kepala dan terus meneteskan air mata.Romo segera mengangkat tubuh Sabrina. Dia menggelengkan kepala kemudian berkata, "Tidak perlu melakukan hal ini. Kau tidak salah. Aku mengerti dengan maksudmu. Sekarang lebih baik kita merencanakan semuanya dari awal. Kit
Saras dan Nyai segera menemui Ardi yang sangat kebingungan berada di ruangan tengah. Mereka resah melihat Ardi berjalan mondar-mandir dan memegang kepalanya, kemudian meluapkan amarah."Ardi, kau kenapa? Ada apa denganmu? Apakah kau sudah menemukan Arum? Atau, kau menemui Pandu? Ardi, bagaimana hasilnya? Aku sangat cemas dan menunggu kabar darimu. Aku harap kau memberikan kabar baik kepada kami. Karena aku sangat cemas dengan keadaan Arum. Apakah dia baik-baik saja?" Saras dengan cukup cemas menatap Ardi."Ini tidak bisa aku percaya. Kenapa Pandu seperti itu? Ternyata dia benar-benar hilang ingatan. Aku pergi ke sana dan menemuinya. Mengatakan jika dia adalah suami dari Arum. Tapi dia malah marah, mengatakan tidak mengenal wanita itu. Yang lebih parah, dia memegang Sabrina ketika melintas di hadapannya. Dia memeluk wanita itu dan mengatakan dengan sangat lantang, jika dia akan menemui Arum dan mengatakan kalau dirinya akan menikahi Sabrina. Dia tidak ingin wanita lain mengganggu perni
Arum semakin tidak percaya Pandu hilang ingatan dan hanya mengingat sabrina saja. Lalu, kenapa hal itu bisa terjadi? Sementara dia adalah wanita yang sangat dicintai Pandu. Kenapa Pandu malah tidak mengingatnya sama sekali. Bukankah itu sangat mustahil. Namun Ardi tidak pernah berbohong dengan apa yang dikatakannya. "Apakah kau benar mengatakan yang sesungguhnya? Tidak mungkin suamiku hilang ingatan dan tidak mengingatku sama sekali. Parahnya, malah mengingat wanita yang dibencinya. Apa alasannya, dan kenapa seperti itu? Tolonglah bantu aku untuk keluar dari sini. Aku ingin menemui Mas pandu dan melihatnya secara langsung. Semua ini penuh dengan misterius dan aku tidak mempercayainya begitu saja.""Itu yang dikatakan oleh Raden. Jadi aku tidak berbohong, Arum. Semua itu adalah hal yang sudah dikatakan dan dijelaskan Raden Ardi. Malah, saat aku mendengarkan itu semua, aku sangat paham dengan perasaanmu. Sekarang aku pun sangat terkejut ketika mendengarnya. Tapi bagaimana lagi, itu ada
"Untuk apa kau memaksa Pandu menemui wanita yang sama sekali tidak dikenalnya?" ucap Sabrina tiba-tiba datang. Pandu segera mendekati Sabrina dan memeluknya. Dia mengelus-elus punggung Sabrina dengan sangat lembut. Ardi semakin tidak kuasa melihatnya. Seharusnya yang Pandu lakukan seperti itu adalah bersama Arum, dan bukan wanita yang sangat jahat seperti itu."Ardi. Apa kau tidak lihat? Sabrina benar-benar terpukul dengan semua ucapanmu. Dia pasti mendengar apa yang sudah kita bicarakan. Sekarang hentikan dan jangan pernah berkata apa pun. Karena aku benar-benar tidak mengetahui siapa wanita yang sudah kau bicarakan itu. Aku tidak mengerti dengan itu semua, Ardi. Aku mohon. Kau jangan memperburuk masalah ini!"Ardi menahan tangannya yang ingin sekali dia pukulkan ke arah Sabrina, dan menamparnya sangat keras. Membuat wanita itu sadar. Jika dia sudah sangat jahat dengan semua yang sudah dilakukan selama ini. Namun, Ardi harus menahannya, apalagi Sabrina sedang mengandung. Dia tidak mu
Ardi semakin kesal. Dia keluar dari kediaman Pandu dan kembali masuk ke dalam mobilnya. Dia melesat sangat kencang menuju ke kediaman Mawar. Dia ingin sekali mencari ketenangan.Mawar sangat resah melihat kedatangannya Ardi seperti orang gila, apalagi dengan keadaan yang sangat berantakan. Dengan cepat Mawar membawanya masuk ke dalam rumah dan menutup pintu sangat rapat. "Apa yang terjadi? kenapa kau seperti ini? Kau seperti melihat hantu saja. Sangat berantakan dan tidak karuan."Ardi menarik Mawar, menciumnya dengan cepat. Dia membutuhkan sesuatu yang bisa membuatnya tenang. Melakukan hubungan intim, adalah salah satunya. Mawar sangat paham dengan keinginan Ardi. Dia pun segera melayani Ardi dan memuaskan hasratnya. Mawar perlahan menanggalkan bajunya. Dia mendekati Ardi yang sudah merentangkan tubuh di ranjang. Sambil tersenyum, Mawar menaiki tubuh Ardi. "Aku sangat bingung dengan Pandu. Aku ingin sekali menyelesaikan ini semua, dan menyelamatkan Pandu," ucap Ardi sambil menikma