"Untuk apa kau memaksa Pandu menemui wanita yang sama sekali tidak dikenalnya?" ucap Sabrina tiba-tiba datang. Pandu segera mendekati Sabrina dan memeluknya. Dia mengelus-elus punggung Sabrina dengan sangat lembut. Ardi semakin tidak kuasa melihatnya. Seharusnya yang Pandu lakukan seperti itu adalah bersama Arum, dan bukan wanita yang sangat jahat seperti itu."Ardi. Apa kau tidak lihat? Sabrina benar-benar terpukul dengan semua ucapanmu. Dia pasti mendengar apa yang sudah kita bicarakan. Sekarang hentikan dan jangan pernah berkata apa pun. Karena aku benar-benar tidak mengetahui siapa wanita yang sudah kau bicarakan itu. Aku tidak mengerti dengan itu semua, Ardi. Aku mohon. Kau jangan memperburuk masalah ini!"Ardi menahan tangannya yang ingin sekali dia pukulkan ke arah Sabrina, dan menamparnya sangat keras. Membuat wanita itu sadar. Jika dia sudah sangat jahat dengan semua yang sudah dilakukan selama ini. Namun, Ardi harus menahannya, apalagi Sabrina sedang mengandung. Dia tidak mu
Ardi semakin kesal. Dia keluar dari kediaman Pandu dan kembali masuk ke dalam mobilnya. Dia melesat sangat kencang menuju ke kediaman Mawar. Dia ingin sekali mencari ketenangan.Mawar sangat resah melihat kedatangannya Ardi seperti orang gila, apalagi dengan keadaan yang sangat berantakan. Dengan cepat Mawar membawanya masuk ke dalam rumah dan menutup pintu sangat rapat. "Apa yang terjadi? kenapa kau seperti ini? Kau seperti melihat hantu saja. Sangat berantakan dan tidak karuan."Ardi menarik Mawar, menciumnya dengan cepat. Dia membutuhkan sesuatu yang bisa membuatnya tenang. Melakukan hubungan intim, adalah salah satunya. Mawar sangat paham dengan keinginan Ardi. Dia pun segera melayani Ardi dan memuaskan hasratnya. Mawar perlahan menanggalkan bajunya. Dia mendekati Ardi yang sudah merentangkan tubuh di ranjang. Sambil tersenyum, Mawar menaiki tubuh Ardi. "Aku sangat bingung dengan Pandu. Aku ingin sekali menyelesaikan ini semua, dan menyelamatkan Pandu," ucap Ardi sambil menikma
Ardi dan Mawar terpaku. Ketika mendengar permintaan Pandu untuk segera menemui Arum. Dia tidak percaya, kini jalan untuk mempertemukan Arum dan Pandu sudah didukung oleh alam. Mereka memang tidak terpisahkan. Walaupun salah satu dari pasangan itu sudah mengalami hilang ingatan."Baiklah. Aku akan mempertemukanmu dengan Arum. Tapi tunggu kabar dariku. Aku akan menemuimu jika aku siap bersama Arum. Namun, kau berjanjilah. Jangan pernah berkata kasar padanya. Karena aku tidak akan pernah memaafkanmu, jika kau melakukan itu. Dia sedang mengandung anakmu. Bukan anak orang lain."Pandu terdiam, kemudian kembali memegang kepalanya yang sangat sakit. Dia kembali melihat sosok wajah yang selintas berada di kepalanya. Wajah dengan senyuman yang sangat cantik. Yang sangat mempesona dirinya. Bahkan dia sama sekali tidak mengingat Sabrina.Pandu mendadak menolak. Pandu tetap bersikukuh jika Sabrina adalah wanita yang ada di dalam hatinya. Sabrina adalah wanita yang akan menikahinya. Bukan siapapun
Pandu masih saja terkejut. Dia melihat Arum berada di luar mobilnya, terus mengetuk jendela mobilnya. Pandu tidak mengerti. Kenapa Arum bisa berada di sana?Saat itu, setelah Arum dan Nyai Niye keluar dari halaman belakang rumah Wojo, mereka segera masuk ke dalam bajaj. Mekera segera membayar supir itu, untuk segera menuju ke rumah Saras. Arum sangat senang bertemu dengan sang ibu. Namun, Saras mengatakan jika Pandu pergi dari rumah dan ingin menemui Ardi.Arum tidak mau tinggal diam. Dia segera kembali keluar untuk menuju ke rumah Mawar. Ini adalah kesempatan dirinya bertemu dengan Pandu. Jika Pandu masih berada di dalam rumah Kasoemo, dia akan kesulitan untuk menemuinya.Mereka kembali menaiki bajaj menuju ke rumah Mawar. Namun, Arum terlambat karena Pandu sudah pergi. Ardi segera mengajaknya untuk masuk ke dalam mobil dan mengejar Pandu yang baru saja pergi dengan mobilnya.Arum semakin resah saat menunggu mobil Pandu yang masih saja tidak terlihat. Hingga dia terkejut Ardi menghen
Sepanjang malam Arum terdiam di dalam kamarnya. Dia membuka jendela, menatap kamar Pandu yang bisa dilihat dari kamarnya. Dia membayangkan saat dirinya ketika itu selalu melambaikan tangan setiap pagi dan sebelum tidur kepada Pandu. Kekasihnya itu selalu melakukan ke arahnya dengan senyuman tampan. Arum tersenyum sendiri saat mengingatnya. Kini dia harus berjuang untuk mempertahankan cintanya dan mengejar restu yang belum didapatkannya dari Romo. Arum tidak akan pernah menyerah. Dia tidak akan pernah membiarkan Pandu menikahi Sabrina."Bagaimana mungkin kita mengalami hal seperti ini? Apakah yang harus aku lakukan? Apakah aku harus ke sana memporak-porandakan pernikahan itu seperti orang gila? Ataukah aku harus ke sana bersujud di hadapannya, dan membiarkan dia menendangku saat menolak? Aku ingin sebuah petunjuk yang bisa aku gunakan untuk mencegah pernikahan ini."**Wojo sangat marah melihat Arum tidak berada di dalam rumahnya. Dia mengumpulkan semua pelayan yang menundukkan kepala,
Wojo semakin resah. Dia melihat sang adik dalam keadaan sangat mengerikan. Namun, dia tidak akan pernah membiarkan Hendra sangat menderita. Dengan cepat dia menghubungi beberapa dokter yang akan menangani. Mau tidak mau dia harus memberitahukan kepada sang ibu atas keadaan yang dialami oleh Hendra.Nyai menangis. Hatinya sangat menderita mendengar kondisi Hendra. Dia dengan cepat menemui anaknya itu, dan menamparnya sangat keras.PLAK! "Kenapa kau seperti ini? Kau selalu saja mengabaikan perkataan ibumu. Jika sudah terjadi hal seperti ini, apakah kita bisa membantumu? Bahkan dengan kekayaan sampai tanpa batas pun kita tidak bisa membantumu, Hendra. Penyakit itu adalah pemberian alam atas perbuatan zina yang sudah dilakukan oleh manusia," ucapnya dengan tegas sambil terus menangis. Sementara Hendra terus bersujud dan meminta maaf."Aku sudah bersalah. Aku minta maaf dan tidak akan pernah melakukannya. Aku akan tobat. Aku mohon padamu. Ibu, maafkan aku. Di akhir sisa hidupku ini, aku a
Arum tidak menyerah dia terus masuk ke dalam mendekati Pandu yang masih terduduk di pelaminan. Sementara Sabrina menatapnya dengan tajam dan mencoba berusaha mencegah Arum. Dengan sigap, Pandu menariknya dan menggelengkan kepala."Kau duduklah di sini saja, tidak perlu mengurusi masalah yang seperti ini. Biarkan aku yang menanganinya. Lagi pula Romo sudah mengerahkan semua pesuruh itu untuk mencegahnya. Apakah kau percaya kepadaku? Kau sedang mengandung. Tidak baik untuk kesehatanmu dan anak kita."Sabrina merasakan getaran yang sangat hebat. Kebahagiaan yang semakin dia rasakan. Dia tidak percaya akan mengalami hal ini. Pandu kini benar-benar menjadi miliknya. Menjadi suaminya ... dan menjadi sosok yang akan melindunginya. Dia meneteskan air mata kebahagiaan. Tidak menyangka hal ini akan benar-benar dia dapat. Setelah dia mengorbankan semua perasaan dan harga dirinya yang sangat tinggi itu.Beberapa pesuruh mulai mendekati Arum. Sementara Mawar dan Saras menatap tegang ke arah mereka
Mereka tidak menyangka Wojo melakukan hal itu. Ardi pun masih diam dengan menahan tubuhnya yang sangat sakit akibat pukulan beberapa pesuruh Kasoemo. Dia tetap melangkah menghadapi Wojo yang sudah menatapnya sangat tajam. Apalagi memerintahkan semua pesuruhnya untuk mengambil Arum dengan paksa."Kau tidak boleh memperlakukan seorang wanita seperti itu. Apa kau sudah gila? Dia bukan milikmu dan tidak akan pernah seperti itu sampai selamanya. Jangan pernah bermimpi akan memiliki Arum kembali, Wojo. Kau tahu dia tidak mencintaimu. Sekarang pergilah dan jangan membuat masalah semakin membesar," ucap Ardi dengan tegas mengamati Wojo.Para pesuruh masih terdiam di sebelah Arum. Mereka mengurungkan niatnya untuk mengambil paksa Arum. Namun, mereka kembali melakukannya. Spontan Wojo mengangkat tangannya. "Jangan pernah diam. Cepat ambil wanita itu. Masukkan ke dalam mobil, karena hanya aku yang bisa membuatnya bahagia dan memberikan biaya. Cepat kalian. Tunggu apa lagi.""Wojo hentikan. Dia