Share

Lamaran Dua Kasta

Penulis: Esi Apresia
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-24 20:26:28

Arum hanya terdiam. Mulutnya tertutup rapat. Bagaimanapun juga, dia tidak bisa melarikan diri dari masalah ini. Saras hanya memandangnya. Hingga beberapa detik, dia meninggalkan kamar Arum. Dalam batinnya, Sarah mengetahui Arum memendam amarah.

“Aku pastikan, kau perlahan akan mulai menerima dan menikmati kedudukanmu nanti, Arum,” batin Saras terus berlalu.

“Sumpah sudah mulai terwujud. Apakah kekasihku Pandu memang akan kehilangan nyawa saat aku benar-benar menikahi lelaki itu?” Arum bangkit dari duduknya. Dia berjalan cepat mendekati jendela kamarnya.

“Brak!” Dia membukanya dengan keras. Tangisan pecah dia keluarkan di sana. Suara jeritan yang melengking, telah bercampur di udara. “Argh! Pandu …”

Sekar yang melihat kesedihan Arum dari jendela kamarnya, hanya bisa memandang pasrah keponakannya itu. “Arum, bertahanlah,” batinnya berselimut resah.

***

Yogyakarta, waktu tengah malam.

Kedua mata lelaki yang sedari tadi mengikuti Mawar membawa Pandu, tampak memerah. Hatinya terbakar. Dia bernama Ardi, sahabat dekat Pandu sejak kecil. Hatinya hancur melihat sahabat yang dia tunggu selama delapan tahun, terlihat sangat berantakan. Ditambah berpelukan dengan seorang wanita yang sangat rendah di balik selimut. Apalagi wanita itu sering dinikmatinya.

“Mawar, dia adalah laki-laki terhormat!” bentaknya. Dengan kuat tangan Ardi menyibakkan selimut yang menutup rapat kedua insan di atas ranjang.

Mawar melotot tajam. Seketika dia menuruni ranjang. Tangannya menahan tubuh Ardi yang akan menarik Pandu.

“Dia sangat lemah. Ini tidak seperti dugaanmu, Ardi,” bantah Mawar.

Kini mereka saling terdiam. Napas terengah-engah masih saja terdengar keras di antara mereka.

“Ardi … aku tidak seperti itu. Wanita ini sudah membantuku. Aku mohon, bantulah aku,” rintih Pandu. Dia berusaha terduduk melawan tenaganya yang semakin lemah.

“Pandu.” Spontan Ardi mendekati ranjang. Duduk tepat di sebelah sahabatnya itu. Dia menatap wajah Pandu dengan saksama. Dahinya mengkerut, tidak percaya melihat keadaan Pandu sedemikian parah.

“Pandu. Jangan memperbudak dirimu sendiri. Jika kau ingin menenangkan diri, pergilah ke tempat lain yang sekiranya bisa menenangkan dirimu. Pilihlah beberapa tempat terhormat. Bukan … tempat seperti ini!” bentak Ardi sembari menggerakkan pundak Pandu dengan kedua tangannya.

Spontan Pandu menggeleng keras. “Aku sudah hancur, Ardi. Perasaanku tidak bisa lebur oleh cinta Arum. Aku menginginkannya. Ardi, bantulah aku untuk menemukan kekasih hatiku. Jiwaku yang terpisah itu. Tolong, bantulah aku,” pinta Pandu. Kedua matanya sendu. Napasnya semakin lemah. Apalah daya bagi Ardi untuk tidak membantunya. Dengan sangat terpaksa, dia menganggukkan kepalanya.

“Jangan kau tebarkan penderitaan di jiwamu lagi. Aku mau membantumu, sahabatku,” jawab Ardi. Dia segera memeluk sahabatnya yang masih sangat lemas. Hingga pelukan itu terurai saat sang dokter masuk ke dalam.

“Wow, dua Raden kaya raya ada di kamar Mawar? Ini sangat luar biasa. Aku tidak tahu harus berkata apa,” ucap Madame mendapat pelototan tajam Ardi.

Ardi segera bangkit, berjalan cepat mendekati wanita yang sering mempertemukan dia dengan Mawar. “Ini uang untukmu. Apakah mulut itu bisa diam?” Ardi membuka dompet kulitnya dan mengambil beberapa lembar uang. Dia adalah anak dari Kepala Manager perusahaan Romo. Tentu saja Ardi memiliki uang yang cukup banyak.

Sementara Mawar mengarahkan sang dokter untuk memeriksa Pandu. Ardi tidak hentinya menatap pandangan Mawar yang diberikan untuk Pandu. Dia tidak mau Mawar melakukan hal bodoh dengan menyukai Pandu. Karena itu akan membuatnya menderita.

“Kau tidak bisa membuka hatimu untuknya, Mawar,” bisik Ardi sembari menarik tubuh Mawar agar tidak mendekati Pandu. Mawar hanya terdiam melihat perlakuan Ardi kepadanya.

Ardi kembali mendekati dokter. Dia memberi uang yang cukup banyak untuk menutup mulut sang dokter setelah menyelesaikan tugasnya. Jika tidak, dia akan membuat dokter itu kehilangan pekerjaannya. Kekayaan dan kasta Ardi walaupun di bawah ningrat, bisa melakukan segalanya.

“Pergilah kalian. Setelah ini, aku yang akan menjaga Pandu,” ucap Ardi tegas.

Madame bersama dokter meninggalkan kamar Mawar dalam diam. Ardi masih saja berusaha mengatur hatinya. Dia tidak mengerti harus bagaimana. Hatinya masih bertentangan dengan keinginannya. Apakah dia akan menyerahkan Pandu kepada kedua orang tuanya? Atau, malah membantu Pandu terjun ke dalam jurang bahaya akan cintanya?

“Ardi, berikan ini kepada Arum.”

Ucapan Pandu spontan membuyarkan lamunannya. Pandu menuliskan sebuah pesan untuk Arum. Mawar hanya diam di antara mereka. Ardi memegang kepalanya, masih kebingungan di antara dua pilihan.

“Pandu. Kau masih muda, berasal dari keluarga ningrat. Sangat terhormat. Kau pun dikaruniai wajah tampan. Sadarkah engkau bahwa tak ada yang bisa mengalahkan kegagahanmu? Beribu wanita siap bersanding denganmu. Kau bisa memilih sesukamu. Kenapa kau hanyut dalam cinta yang sangat berbahaya ini?”

“Ardi, carilah Arum. Hanya kau yang bisa membantuku. Berikan surat ini untuknya. Aku harus bersama dengannya. Jiwaku hanya untuknya, Ardi.”

Suara lemah meminta pertolongan menembus gendang telinganya. Namun, baru kali ini Ardi benar-benar merasakan cinta sejati di antara Pandu dan Arum. Cinta yang memang tidak untuk dipisahkan. Apalagi hanya karena kasta.

“Baiklah. Surat ini akan sampai di tangan Arum. Kau bersembunyilah dengan baik di sini. Aku akan mencarinya.”

Pandu tersenyum bahagia. Dia memeluk sahabatnya yang masih memandang gelisah. Mawar hanya berdiri dalam diam.

***

Yogyakarta, 9 April, 1963 pukul 12.00

Kediaman Kasoemo semakin mencekam. Kepergian Pandu sangat menggoncang seisi rumah. Nyai Ani tidak hentinya menangis. Semua pesuruh Romo tidak bisa menemukan sosok Pandu di mana pun juga.

“Kenapa bisa terjadi?!” teriak Romo kencang. “Siapa terakhir yang menjaganya? Jawab!” Romo semakin menyorotkan kedua mata tegasnya kepada semua pelayan yang masih menundukkan kepala.

Nyai yang semula terisak, bangkit dari duduknya. Kakinya melangkah cepat mendekati Romo yang masih diselimuti amarah.

“Romo. Sekarang kita tidak perlu memikirkan siapa yang membantu Pandu. Kerahkan semua pesuruh Romo untuk mencarinya tanpa henti. Satu jam lagi, keluarga Sabrina Walongsono akan datang. Lebih baik kita menyembunyikan peristiwa ini. Kita harus mencari alasan kepada mereka, kenapa Pandu tidak ada.”

Perkataan Nyai, seketika membuat Romo terdiam. Dia berusaha menekan kemarahan yang sudah membalut dirinya. Mungkin lebih penting bagi dia untuk menyambut tamu yang sangat penting. Tamu yang bisa membuat kasta ningrat abadi di belakang namanya, hingga tujuh turunan.

“Romo, keluarga Sabrina sudah berada di depan,” ucap pelayan tiba-tiba datang mengejutkan semua orang di dalam ruangan.

“Romo, kita akan mengatakan, jika Pandu harus mengurus klinik yang akan dia bangun di luar kota. Mungkin itu cara terbaik yang bisa kita lakukan,” ucap Nyai pelan. Dia berusaha tidak meneteskan air matanya kembali. Nyai tidak mau terlihat sembab di hadapan keluarga Walongsono.

Romo mengatur balutan jasnya agar terlihat lebih rapi. Dia berjalan keluar dengan wajah semringah. Begitu juga dengan Nyai.

“Sabrina Walongsono, anakku. Wah. Kau masih saja terlihat seperti biasanya. Sangat anggun dan berkelas,” ucap Romo tersenyum.

Wanita yang Romo puji itu, hanya sedikit memberikan senyuman. Bola matanya melirik kanan kiri, mencari sosok yang tidak dia temukan. Namun, rasa gengsinya setinggi langit. Membuat mulutnya tertutup rapat untuk tidak menanyakan di mana Pandu.

“Sabrina, kau sangat luar biasa,” lanjut Nyai. Kali ini Sabrina menerima pelukan calon ibu mertuanya itu. Begitu juga dengan kedua orang tuanya yang selalu saja melempar senyum.

Mereka segera menuju jamuan mewah yang sudah disiapkan. Sabrina terus mengangkat wajah. Kedua matanya hanya menatap semua hidangan, tanpa mencicipinya.

Romo terlihat resah. Dia menatap Walongsono Ayah Sabrina, dan akhirnya berkata, “Pandu akan membangun klinik di luar kota. Itulah alasan kenapa dia tidak bisa datang. Nanti dia berjanji akan menemui Sabrina berdua saja. Itu akan lebih romantis, kata Pandu.” Ucapan Romo mendapatkan tawaan dari semua orang. Kecuali calon menantunya yang masih diam kaku.

“Romo, aku ingin berbicara berdua saja.” Sabrina sedikit tersenyum. Wajahnya masih saja terangkat. Kedua mata tajamnya terus menatap calon mertuanya yang seketika terpaku.

Romo menganggukkan kepala. Dia masih saja berusaha memasang senyuman di wajahnya. “Baiklah, kita akan pergi ke ruanganku.”

Nyai seketika menarik napas panjang. Hatinya mendadak resah. Namun, dia harus memupuskan rasa itu agar tidak terlihat. Nyai kembali mengalihkan perhatian kedua orang tua Sabrina dengan terus bercerita tentang masa kecil Pandu.

Sabrina terus berjalan mengikuti Romo sampai menuju ruangan pribadi calon mertuanya itu. Kini mereka saling memandang tajam saat pintu tertutup rapat.

“Di mana Pandu? Katakan yang sebenarnya, Romo? Pasti … ada yang Romo sembunyikan,” tanya Sabrina berusaha tenang. Walaupun detakan jantungnya berdegup dua kali dari sebelumnya. Dalam batinnya, dia sangat kecewa dan marah.

“Kau memang sangat cerdas. Dia pergi karena seorang wanita. Romo sudah mengerahkan semua pesuruh untuk mencarinya. Kau jangan kawatir. Romo akan segera membawanya kembali,” jawab Romo pelan bercampur gelisah.

“Aku akan mencarinya. Dia, anak Romo akan aku temukan. Wanita itu … siapa pun dia, akan aku habisi,” balas Sabrina pelan. Namun, ada penekanan di sana.

Romo menatap kaku Sabrina yang membalikkan tubuhnya, meninggalkan ruangannya begitu saja.

“Kau … hanya milikku, Pandu. Sampai, kapan pun,” batin Sabrina sembari mengepalkan kedua tangannya.

***

Jakarta, 11 April, 1963 pukul 19.00.

Sesuai janji Nyai Niye. Dua hari telah datang. Semua keluarga Soewojo menuju kediaman Sekar untuk melamar Arum.

“Pandu kekasihku, bawalah aku pergi. Aku mohon …,” batinnya semakin resah saat memandang jam dinding yang masih setia memberikan waktunya. Hingga waktu yang membuat dirinya ingin berteriak telah datang. Namun, dia tak kuasa melakukannya.

“Arum, calon suamimu sudah datang. Kau harus keluar, sayang.”

Bab terkait

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Lamaran Kasta Tertinggi

    Acara lamaran tidak terduga segera dilaksanakan. Keluarga besar Soewojo semakin tersenyum melihat sosok Arum yang akhirnya muncul.“Adakah keajaiban yang bisa membawaku pergi dari sini?” batin Arum menunduk dalam kesedihan.Ketakutan bercampur gemetar mengiringi langkah Arum. Sedikit polesan di wajahnya, semakin menambah kecantikan alaminya. Masih dengan menunduk, Arum duduk tepat di hadapan pria mapan berumur jauh lebih tua darinya. Namun, ketampanan masih saja terlihat di sana.Tubuhnya tegap. Kumis tipis semakin menambah aura kegagahan yang pasti membuat hawa terpana jika mendapat lirikannya. Umur yang sudah memasuki usia matang di atas tiga puluh tahun, semakin membuatnya terlihat menawan.“Sangat cantik mempesona. Lihatlah pilihanmu itu, Wojo. Ibu tidak menyangka kau bisa memilih gadis yang pas untuk menggantikan posisi Mariati.” Nyai Niye selalu saja tersenyum. Sementara, Wojo semakin tidak menyangka. Sindiran ibunya itu bena

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Undangan Pernikahan

    Sabrina meremas secarik kertas berisikan kalimat romantis yang dituliskan Pandu untuk Arum. Dia semakin memendam amarahnya. “Aku tidak akan pernah membuat mereka bertemu di sana. Aku akan mencegahnya,” gumamnya masih dipenuhi amarah kecemburuan.Sabrina dari dulu sudah dijodohkan dengan sosok Pandu. Saat bersekolah, Sabrina selalu saja merasakan cemburu saat melihat Pandu bersama Arum. Saras saat itu cukup kaya saat suaminya masih hidup dan bekerja menjadi seorang dokter terkenal. Pandu selalu senang melihat Ayah Arum menolong semua orang yang sakit. Hingga dia menemui Romo dan mengatakan keinginannya untuk menjadi seorang dokter. Pandu sangat senang Romo menyambut cita-citanya dengan baik.Namun, sejak kematian Ayah Arum, Pandu semakin sedih melihat Arum harus berhenti dari sekolah. Sekolah hanya kalangan elit yang bisa masuk ke sana. Saras sudah tidak bisa membiayai Arum seorang diri. Apalagi Saras saat itu bekerja untuk Nyai Ani di rumah megahnya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Rencana Pandu

    Pandu dengan tegas akan menerpa semua bahaya yang menghadang. Tidak peduli dinding sangat tinggi akan menghalanginya, rasa cinta semakin kuat untuk merobohkan semua itu. Pandu akan memupuskan tradisi turun temurun keluarga akibat kasta yang sama sekali tidak beralasan untuk memaksakan cinta.“Kau sudah mengibarkan bendera perang yang sangat kejam sahabatku,” ucap Ardi. Dia hanya menatap sahabatnya itu yang diselimuti cinta membara.“Aku tidak peduli semua panah akan menembus ke dalam jantungku. Aku akan berusaha mengakhiri peperangan ini,” balas Pandu dengan sedikit senyuman. “Berikan surat yang aku tuliskan itu, saat kau berhasil masuk menemuinya, Ardi. Itulah yang akan kita lakukan sebelum pernikahan itu berlangsung. Bukankah kau membawanya?” lanjut Pandu membuat Ardi terperanjat.“Surat? Aku akan mengambilnya,” balas Ardi. Dengan segera dia merogoh kantong jaketnya. Namun, tidak menemukannya. “Aku …

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Menuju Jakarta

    Nyai bangkit dari sujudnya. Dia terus mengetuk pintu rumah Wati.“Wati, aku mohon! Kau seorang ibu. Kau pasti akan melakukan hal yang sama jika berada di posisiku!” teriaknya keras tanpa henti.Wati yang berada di belakang pintu, terus berpikir. Wati tidak ingin terlibat terlalu jauh dalam masalah Nyai. Dia tidak mau masa depan Sunarsih terancam. Bagaimanapun juga, kekuasaan Nyai bisa melakukan segalanya.Wati memutuskan untuk membuka pintu kembali. Nyai melebarkan kedua matanya, terus memohon agar Wati bisa membantunya.“Wati, kau seorang ibu sama seperti diriku. Bagaimana jika kau berada di posisiku? Wati … aku mohon.”“Masalahnya bisa selesai dengan cepat. Kau hanya merestui hubungan mereka, maka kau akan mendapatkan anakmu kembali. Bisakah kau melakukan itu?”Nyai terdiam saat Wati memberikan sarannya. Wati semakin memberikan pelototannya, menunggu jawaban Nyai yang tak kunjung terlontar dari mu

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Berusaha Membebaskan

    Hati Pandu bergetar. Dia hanya memandang sosok Wojo tanpa berucap, membuat calon suami Arum itu mengernyit. Ardi spontan menerima uluran tangan Wojo untuk berjabat tangan. “Tidak masalah. Kami juga bersalah berada di tengah jalanan.” Wojo masih mengamati Pandu yang terus memandangnya dengan serius. “Baiklah, semoga hari kalian bahagia,” balas Wojo kembali memasuki mobilnya dan berlalu. Ardi menarik Pandu untuk membawanya pergi dari sana. Mawar hanya diam, mengikuti kedua Raden itu dari belakang. “Apa kau sudah gila? Kenapa kau seperti itu? Pandu!” teriak Ardi keras. Pandu memegang kepalanya. Dia semakin frustasi. “Dia … dia calon suami Arum. Katakan! Bagaimana aku harus menghadapi lelaki yang akan mengambil kesucian wanita pujaanku?!” teriak Pandu. Para pejalan kaki yang melintas, spontan memandang mereka dengan berbisik. Mawar seketika itu menarik lengan Ardi dan mendekatinya. “Ardi, kau tahu sendiri Raden mengalami frustasi d

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-26
  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Gerbang Yang Kembali Tertutup

    Kedua mata Arum terus menelusuri semua arah. Bola matanya berputar tanpa henti menatap kerumunan orang. Sontak pandangannya terhenti, tertuju pada sosok yang bisa membuat dia merasa bahagia. Dengan cepat Arum berusaha membuka kaca jendela mobil. Namun, sang sopir menahannya.“Pandu, aku di sini!” teriaknya keras sambil melambaikan tangannya. Arum tidak menyerah. Dia menggedor-gedor kaca jendela dengan keras. “Pandu!”“Nyai, Nona Arum ingin keluar dari mobil!” teriak sang sopir dari jendela mobil.Saras yang berada di mobil sebelah, sangat panik mendengarnya. “Jangan biarkan dia keluar!” pintanya tegas.“Arum … Arum!” balas Pandu terus menerabas semua orang. “Aku tidak akan pernah melepaskannya. Aku akan segera menuju mobil itu dan membawanya pergi,” batin Pandu terus berlari berusaha menggapai Arum yang sudah terlihat semakin dekat“Ini tidak bisa dibiarkan!

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-26
  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Hanya Status

    “Kau … milikku, Arum.”Arum terdiam kaku setelah mendengar bisikan Wojo. Kedua mata Wojo menatap Arum dengan tajam. Setelah itu, Wojo berlalu darinya. Arum berusaha mengatasi perasaannya yang kalut di dada. Dia terus memaksakan senyuman kepada semua orang, saat Saras memandangnya.Dari kejauhan, Wojo selalu saja sesekali melirik Arum. Para sahabat Wojo, tidak hentinya memuji kecantikan Arum.“Hmm, kau ternyata duda yang sangat … beruntung. Lihatlah calon istrimu itu. Masih suci dan sangat muda. Setiap malam, kau pasti akan mendapatkan kepuasan,” bisik salah satu sahabat Wojo sembari menganggukkan kepadanya.Wojo menikmati minumannya, tiada henti menatap wajah Arum yang memang sangat cantik. Bahkan, sangat lebih jika dibandingkan dengan Mariati yang selama ini dia elu-elukan. Apalagi, telinga Wojo terus mendengarkan pujian-pujian yang dilontarkan oleh semua temannya yang juga sangat kaya raya kepada Arum. Mereka terus

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Hasrat Yang Terpenjara

    Kedua mata indah Arum tak percaya melihat sosok yang sangat mirip dengan suaminya saat ini memberikan senyuman menggoda. Senyuman misteri terus terlihat di sana. Kedua bola mata hitam laki-laki dengan kemeja yang sedikit terbuka memperlihatkan dada kekarnya itu, mengamati sosok Arum dari atas sampai bawah. Terus menelisik dengan saksama. Napasnya yang keras terdengar bercampur hasrat yang tidak terbendung lagi.“Benar … benar sangat cantik,” ucapnya sembari membasahi permukaan bibir seksi tebal dengan ujung lidahnya.“Apakah sopan lelaki yang tidak dikenal mengetuk pintu seorang wanita yang sudah memiliki suami?” tanya Arum dengan tegas“Ayolah, aku adalah adik iparmu. Aku adik dari suamimu. Hmm, kita belum berkenalan sejak tadi. Tidak aku sangka kakakku sangat beruntung menikahi seorang gadis seperti Dewi Kayangan.” Lelaki itu semakin menunduk, mendekati telinga Arum dan berbisik, “Kau tahu, semua orang sudah ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-01

Bab terbaru

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Mendobrak Kasta Bermodal Cinta

    Nyai Ani dan Saras saling berpandangan. Mereka tidak percaya dengan kejadian yang sama terulang kembali. Mereka saling berpandangan, kemudian menatap tegang sang pelayan yang masih mendudukkan kepala. Hingga Ibu Arumi pun berlari datang bersujud di hadapan Nyai Ani dan Saras."Maafkan saya, Nyai. Anak saya bersalah. Tolong jangan marah dengan anak saya. Nyai ... saya yang bertanggung jawab. Saya sudah mengatakan kepada Arumi agar tidak mendekati Raden Putra. maafkan saya. Tolong jangan pecat saya karena saya sangat membutuhkan pekerjaan ini. Sekali lagi maafkan saya."Nyai Ani tersenyum. Saras pun juga ikut tersenyum. Mereka segera mendekati pelayan itu dan menariknya hingga berdiri."Tunjukkan aku di mana mereka. Tidak aku sangka, ternyata Putra menyukai wanita yang memiliki nama persis dengan nama anakku, Arum. Aku sangat terharu mendengarnya," balas Saras masih saja tersenyum haru."Ini sudah takdir kita tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Cinta kembali hadir di dalam rumah i

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Memori Yang Terulang Kembali

    "Paman?" Putra terkejut melihat Ardi berada di belakangnya. Dia segera tersenyum sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal. Wajahnya masih bersemu ketika melihat gadis itu. Ardi tersenyum dan menggelengkan kepalanya, mengingat sosok Pandu saat pertama kali bertemu dengan Arum. Ardi sudah bercerita semua kisah Pandu dan Arum kepada Putra. Kejadian barusan, sama persis dengan sosok Putra."Kau menyukainya?" tanya Ardi sekali lagi sambil mengangkat salah satu alisnya."Entahlah, Paman. Ketika aku melihatnya. Jantungku tiba-tiba bergetar. Dia seperti bidadari. Wajahnya secerah awan. Senyumannya membuatku tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Bahkan, sampai sekarang pun aku memikirkannya. Bayangan wajahnya itu selalu ada di dalam pikiranku. Padahal aku baru menemuinya hanya beberapa menit saja. Hmm, siapa dia, Paman? Aku ingin sekali bertemu dengannya.""Hahaha. Itu adalah namanya cinta. Yah ... kau mencintainya. Cinta pandangan pertama. Ibunya baru bisa aja bekerja menj

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Pandangan Pertama

    "Romo datang?" Sunarsih seketika terpaku. Apalagi Romo dan Nyai Ani membawa beberapa kain dan perhiasan. "Maafkan kami datang dengan mendadak. Kami mendengar dari pelayan jika kalian akan menikah. Aku ada beberapa kain kebaya. Sebenarnya aku ingin memberikannya kepada Arum. Ini adalah kain dari ibuku. Aku berniat untuk memberikannya kepada Arum saat dia sudah melahirkan. Tapi ternyata takdir berkata lain dan aku berpikir ingin memberikannya kepada kalian, karena kalian adalah dua wanita yang sangat hebat."Mawar dan Sunarsih saling berpandangan. Mereka tidak menyangka, seseorang yang sangat mereka takuti sekaligus benci datang dengan pandangan lain. Senyuman terpampang di wajah angkernya selama ini.Nyai Ani menyodorkan kain itu dengan tersenyum. Mawar dan Sunarsih akhirnya tersenyum dan menerima. Mereka tidak percaya dengan semua ini."Aku tidak bisa berkata apa pun. Yang jelas, aku sangat bahagia," ucap Sunarsih. Dengan mendadak, dia mendekati Romo dan memeluknya. Semua orang terk

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Lamaran Mendadak

    "Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa seseorang yang sangat gagah seperti dirinya bisa menjadi seperti ini? Aku benar-benar tidak percaya, Hendra. Apakah kakakmu bisa sembuh? Aku harus bagaimana menghadapi kakakmu yang seperti ini?" ucap Saras kemudian meneteskan air matanya."Ibu hanya perlu mendekatinya saja. Katakan apa pun yang bisa membuat kakakku mengerti jika dia harus menjalin kehidupan ini. Kematian Pandu sudah dilupakan oleh pihak hukum, karena kondisi Kakak yang seperti ini. Mereka berharap Kakak bisa menjadi sosok seperti semula kembali. Tapi ... sepertinya itu susah, Ibu. Bahkan sekarang ibuku, Mustika, dan semua adiknya pun sangat bersedih. Tidak ada kebahagiaan lagi yang berada di rumah." Hendra menatap sang kakak dengan sangat sendu. Tubuhnya yang semakin kurus, membuatnya tidak memiliki tenaga yang cukup. Dia resah bagaimana jika dia nanti pergi dari dunia ini. Siapa yang akan menjaga keluarganya?"Baiklah, aku akan mencoba mendekatinya." Sarah mendekati Wojo yang masih

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Kondisi Soewojo

    Mereka semua terkejut saat Joko tiba-tiba masuk dan mengatakan hal seperti itu. Sunarsih seketika menganga, menatap Joko dengan sangat tampan menggunakan kemeja putih, berjalan menghampirinya. Dia menatap Sunarsih dan menutup mulutnya. Sunarsih terpaku seketika."Apa ..."Joko saat itu selalu memandang Sunarsih. Sifatnya yang sangat lucu dan tomboy, mengingatkan dia kepada Sabrina. Namun, Joko harus menutup hatinya untuk Sabrina yang sudah pergi. Joko perlahan-lahan sering menemui Sunarsih dan berusaha membuka hatinya. Hingga dia paham hatinya sedikit bergetar. Ketika mendekati Sunarsih yang selalu paham dengan dirinya.Joko selalu bercerita apa pun kepada Sunarsih. Dia sangat kesepian, tidak sengaja bertemu Sunarsih di taman. Sejak saat itu mereka selalu mengobrol dan akrab. Joko terus berpikir sepanjang hari, hingga dia akhirnya memutuskan untuk melamar Sunarsih."Walah, masa aku mendapatkan lamaran dengan cara seperti ini? Hah, tiba-tiba saja datang lalu ngomong, mungkin aku. Hah,

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   bersatu di alam lain

    Bagai tersambar petir. Perasaan Saras seketika hancur. Dia tidak menyangka perasaannya selama ini akhirnya terjawab. Beberapa hari sebelumnya dia selalu memandang Arum, dan sudah merasakan akan kehilangan anaknya untuk selamanya. Ternyata sekarang dia akan menghadapi hal itu. Sebuah pertanda yang selalu dia lihat, dari perkataan Arum dan Pandu. Seolah-olah mengetahui mereka tidak akan hidup lama lagi. Tanpa sadar mereka ungkapkan selama ini. Saras selalu menepis semua yang ada di pikirannya. Namun, ternyata benar. Dan terlebih lagi, dia teringat sumpahnya dan sumpah Nyai Ani, yang kini terjawab sudah."Tidak! Tolonglah dokter. Lakukan apa pun untuk menyelamatkannya. Aku mohon kepadamu dokter. Biarkan anakku hidup, karena aku belum bisa membahagiakannya. Aku mohon dokter," ucap Saras dengan lemas. Nyai Ani yang terus menangis memeluknya. Begitu juga dengan Wati dan Sunarsih yang tidak kuasa mendengar. Tidak bisa menumpu tubuhnya yang mendadak lemas, Sunarsih hampir tumbang. Joko yang b

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Sumpah Yang Terwujud

    Suara letusan peluru tiba-tiba terdengar cukup keras. Arum menatap Pandu yang tersenyum ke arahnya, membelai pipinya dengan perlahan, lalu memeluknya."Kau sangat cantik, Arum," ucap Pandu pelan.Arum mengernyitkan kedua alisnya semakin dalam. Menatap Pandu yang tiba-tiba pucat. Hingga dia merasakan basah di kedua tangannya. Perlahan, Arum bergetar saat melihat jemarinya tiba-tiba dipenuhi dengan cairan darah segar yang keluar dari punggung Pandu. "A-pa ...," ucap Arum pelan. Dia tidak bisa berkata. Mulutnya tercekat, bahkan napasnya terhenti seketika, seakan dia tidak bisa bergerak. Tubuhnya kaku. "Mas ..." Arum kembali menatap kedua mata Pandu yang masih memperlihatkan senyuman dan cinta tulusnya kepada Arum."Tidak ada hal di dunia ini yang lebih indah selain dirimu. Wanita yang tidak akan pernah tergantikan sampai kapanpun. Wanita yang selalu ada di hatiku. Wanita yang selalu aku cintai. Aku sangat ... mencintaimu. Kau tidak tergantikan," bisik Pandu masih dengan tersenyum. Arum

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Lesatan Peluru

    Wojo terdiam, menunggu Arum untuk mengatakan jawaban yang sudah ditunggunya. Arum tersenyum menganggukkan kepala dan berkata, "Aku akan menjadi istrimu dan mendampingimu sampai kapanpun. Tapi aku mohon kita pergi dari sini dan melupakan semuanya," balas Arum masih dengan tersenyum, namun meneteskan air matanya. Menahan hatinya yang terasa sesak. Padahal dia sama sekali tidak ingin berkata seperti itu. Namun, apa boleh buat. Tindakannya itu benar-benar meluluhkan lelaki yang semula memendam amarah."Ini tidak benar! Hah, benar benar sangat menyakitkan. Aku tidak akan pernah melepaskan istriku untuk lelaki lain. Bisakah aku hidup bahagia jika aku berpisah dengannya? Lebih baik aku kehilangan nyawa, dari pada aku melihat dia bersama dengan lelaki lain. Aku tidak akan pernah membiarkannya," batin Pandu. Dia berjalan mendekati Arum. Menariknya, kemudian menggelengkan kepalanya dengan perlahan."Tidak adakah cara lain yang bisa aku lakukan selain memohon untuk berada di sisimu. Tidak adakah

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Tragedi Mengejutkan

    Pandu terkejut. Dia segera menghampiri Hendra yang masih terengah-engah mengatur napasnya. Apa yang dikatakan Hendra barusan membuatnya ketakutan. Pasti keluarganya dan keluarga Wojo sudah melakukan perdebatan sengit, dan tentu saja keluarga Wojo pasti akan memenangkan perdebatan itu."Hendra. Tenangkan dulu dirimu. Berbicaralah dengan baik. Kenapa kau ini? Ada apa sebenarnya?" balas Pandu dengan sangat panik. Hendra masih menekan dadanya yang terasa sesak. Tenaganya benar-benar terkuras. Saat itu, Hendra segera mengendarai mobilnya dan mencari Pandu ke rumah Ardi saat mengetahui sesuatu terjadi dengan sangat mengerikan. Ardi segera mengatakan di mana keberadaan Pandu. Sementara Ardi segera menuju ke kediaman Kasoemo untuk menangani masalah itu."Kakakku marah besar, Pandu. Dia berada di kantor wartawan itu, memporak-porandakan kantor itu. Lalu, mengancam semua wartawan yang berada di sana termasuk pemilik kantor itu. Dia sangat marah. Hah, setelah berhasil membuat semua orang takut,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status