Share

MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA
MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA
Penulis: Esi Apresia

Akhirnya Bertemu

Penulis: Esi Apresia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-27 12:28:20

"Arum, aku merindukanmu. Aku tidak sabar menyentuhmu, menikmati setiap sudut wajahmu yang aku rindukan. Ingin rasanya aku mendekapmu. Mencium bibirmu yang merekah itu. Aku ingin memilikimu," ucap pemuda tampan yang kini sudah menginjakkan kakinya di tanah kelahiran dengan tersenyum.

Cinta telah membakar dua jiwa dalam kerinduan yang tertahan.

Keduanya kini mempersembahkan sesuatu yang dipertemukan cinta, yaitu hati.

Yogyakarta, Senin, 6 April 1963.

"Raden Pandu Pulang!"

Semua pelayan Kasoemo pengusaha kaya raya, sangat senang. Anak semata wayang Kasoemo yang menempuh kuliah kedokteran di Jerman selama delapan tahun akhirnya pulang. Semua pelayan wanita berseri, akan menyambut kedatangan Pandu Kasoemo Amiprojo Ningrat. Pemuda tampan, gagah, sangat ramah.

"Duh, aku tidak sabar menunggu Raden. Dia pasti semakin gagah."

Nyai Ani sang ibu tersenyum mendengar semua memuji anaknya. 

"Sudah. Jangan bergosip. Cepat siapkan semuanya," ucap Nyai mengejutkan semua pelayan yang segera menundukkan kepalanya. 

"Nyai!" teriak pelayan berlari menghampirinya. Sontak Nyai terkejut melihatnya. Dia berjalan menghampiri sang pelayan yang terengah-engah.

"Ada apa?" tanya Nyai resah.

“Nyai, Raden Pandu memberi pesan. Raden akan menemui Arum di kebun belakang.”

Bagai tersambar petir. Hati Nyai meledak seketika. Penyambutan yang sudah dia siapkan selama dua hari gagal. Tidak dia sangka, Pandu yang baru saja pulang dari Jerman, lebih mementingkan bertemu Arum ketimbang dirinya.

"Kenapa dia tidak menemui ibunya?" ucap Nyai tegang. Kedua tangannya mengepal menahan amarah.

“Nyai. Aku akan memanggil Raden Pandu. Maafkan anakku,” kata Saraswati. Dia adalah Ibu Arum sahabat Nyai, yang sedari tadi berada di sebelahnya membantu semua persiapan.

Nyai meninggalkannya tanpa berucap apa pun. Saras bergegas untuk mencegah anaknya. Kening Saras masih saja mengkerut dalam. Bagaimanapun juga, Arum bersalah.

Gadis kembang Kota Keraton Yogyakarta bernama Arum Lestari Puspita, sahabat Pandu. Dia bersemangat akan bertemu teman semasa kecilnya itu. Pandu anak juragan Kasoemo yang akhirnya kembali setelah delapan tahun berpisah darinya, kini akan terlihat nyata.

"Raden Pandu pulang!"

Jantung Arum berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya setelah mendengar seseorang berteriak menyebut nama laki-laki yang dirindukannya. Dia menangkap bayangan sosok yang begitu lekat diingatnya berkelebat dalam pikiran.

"Pandu?"

Wanita pemilik rambut hitam lebat dan lesung pipi itu membuka kamar. Pandangannya mengedar, namun tidak melihat siapa pun.

“Aku sangat merindukanmu, Pandu,” ucapnya menunduk dalam kesenduan. Begitu dalam rasa cinta yang tergores dalam dada. Ketampanan pesona sosok yang masih bersinar di hatinya, belum bisa dia temui. Perasaan budak cintanya, membuat dia tersiksa.

Kakinya kembali melangkah memasuki kamar dan menutup pintu rapat. Dia mendekati ranjang, duduk di tepinya. Dipejamkan matanya kuat-kuat hingga gurat di dahi terlihat. “Pandu … aku merindukanmu.” Suara pelan dengan wajah berselimut keresahan, terpampang jelas di sana.

“Brak!” Suara pintu mendadak membuyarkan lamunan Arum.

“Sunarsih?”

“Raden Pandu naik becak. Eh, salah! Naik itu loh. Kendaraan hitam roda empat yang mewah banget. Sekarang akan mendarat di halaman belakang rumah gedungnya itu, Rum. Apa kamu enggak mau ke sana? Kamu tahu, Raden Pandu semakin gagah. Duh, jantungku rasanya mau copot.” Perkataan Sunarsih tetangga dekat Arum membuat dia bangkit dari duduknya.

“Jadi, Pandu benar-benar pulang?” tanya Arum memastikan.

“Kamu pikir aku bohong. Dia mendarat di kebun belakang dan ingin menemuimu,” balas Sunarsih bersemangat.

“Mendarat? Emangnya pesawat?”

Senyuman mulai terlihat lagi di wajah cantik Arum. Jemarinya meremas dada yang berdetak kencang, seolah berusaha mengumpulkan kembali kesadaran yang sempat terpecah sejenak dalam harapan.

“Ayo kita ke sana,” ucap Arum bersemangat, sembari menarik Sunarsih keluar kamar.

Kebun belakang keluarga Kasoemo sangat luas. Tanaman hijau subur terlihat indah di sana. Pandu berjalan perlahan, menatap seorang gadis yang berdiri canggung sekitar beberapa meter di depan.

"Arum ..."

Sosok yang semula membelakanginya, kini membalikkan tubuh perlahan. Yang paling dirindukan Pandu, kini terlihat jelas. Teman semasa kecilnya itu selalu saja terlihat anggun di hadapannya. Rambut tersanggul rapi. Sedikit polesan semakin memperlihatkan kecantikan alami. Senyuman dan pembawaan yang tenang, seketika membuat hati Pandu damai.

“Kangen denganku?” Suara serak bercampur berat terdengar jelas di telinga Arum. Senyuman selalu terbit di wajahnya.

“Tidak,” jawab Arum singkat.

Pandu spontan menarik Arum, mendekapnya sangat erat. Jemarinya perlahan menelusuri wajah Arum yang merona.

“Wajahmu semakin ayu memesona. Seperti Nyi Roro Kidul laut selatan. Jantungku jedug-jedug, tidak tahan melihatnya. Nyi Roro, bawalah aku ke lautan bersamamu. Kita menyeberangi samudra bersama,” rayunya sembari mengecup kening Arum.

“Apakah semua laki-laki selalu merayu wanita?” balas Arum semakin menatap Pandu.

"Hanya untuk yang paling spesial," jawab Pandu berbisik.

Arum mendadak kembali memalingkan wajahnya yang bersemu. “Kecantikan wanita berambut pirang pasti menodai kedua matamu itu. Apakah ada yang mengisi hatimu? Delapan tahun sendiri, tidak mungkin hatimu bisa bertahan. Kamu pasti sudah bercinta,” ucapnya manja dengan harapan mendapat perhatian lebih Pnadu. Spontan Pandu menariknya kembali. Kini wajah mereka sangat dekat.

"Apakah kau sudah berselingkuh?" bisik Arum.

Kedua bola mata Pandu tampak membesar, tak percaya. “Aku lebih suka gadis berambut hitam. Pakai kebaya, terus … tidak perlu pakai bedak tebal-tebal. Sangat alami dan indah. Seperti …” Perlahan jemari kuat pemuda tampan impian Arum kembali mengelus pipinya. “Wanita yang selalu menjadi sahabatku sejak kecil,” lanjutnya pelan.

Kini kedua mata saling bertumbukan hangat. Kerinduan menyeruak bagaikan aroma bunga di musim semi. Wajah seketika saling merona, meluapkan rasa cinta.

“Kita ini sahabat,” ucap pelan dari bibir merah alami si wanita pujaan Pandu.

“Dulu sahabat. Masih kecil, tentu saja belum waktunya menikah. Sekarang, mana bisa kita bersahabat. Rasanya tidak tenang jika hanya berteman. Ingin sekali menyentuh dan membelai. Aku ingin memiliki kesucianmu secara sah,” balas Pandu tersenyum tampan. Spontan tangan yang semula diam menarik tengkuk leher Arum. Tatapan hangat yang semakin diberikan Pandu, membuat Arum menarik napas panjang menikmatinya.

Pandu terus menatap Arum, mulai perlahan menciumnya. Arum sedikit terperanjat. Ini adalah ciuman pertama bagi dirinya. Arum tak kuasa menolaknya. Bibirnya kini membalas. Mereka saling menikmatinya. Dengan senyuman, mereka saling memainkan ciuman itu. Sedikit gigitan dari Pandu, membuat Arum membalasnya.

“Aku merindukanmu, Pandu. Sangat … merindukanmu.” Bisikan pelan Arum terdengar serak menahan tangisan, sekaligus cemas. Dia takut kebahagiaan ini akan menghilang.

“Aku tahu,” balas Pandu kembali memberikan ciuman hangatnya. Ditambah pelukan yang semakin mengerat. “Apa yang harus aku lakukan untuk mengurangi beban hatimu?” lanjutnya sembari mengelus pipi Arum dengan jemarinya.

“Cintai aku, tanpa memandang siapa diriku,” balas Arum berparas bahagia.

Dua insan kembali meluapkan kerinduan yang semula terpenjara. Rasa bahagia semakin bersemi bercampur senyuman yang terpampang indah. Wajah secerah awan terlihat jelas. Getaran dada terasa sangat kuat akibat cinta seluas raya yang kini terlampaui. Ciuman mesra semakin dalam. Seakan candu bagi mereka.

“Arum!” Teriakan mendadak terdengar, membuat kedua insan melepaskan pelukan.

“Ibu?” Kedua bola mata Arum membesar, merasa resah melihat Saras melangkah mendekatinya dengan wajah mengerut. “Ibu, maafkan Arum,” lanjutnya menundukkan kepala.

“Raden Pandu. Nyai sangat resah. Dia menyiapkan semua penyambutan kedatangan Raden selama dua hari. Kenapa membawa Arum dalam masalah ini? Ibu adalah yang paling utama. Mengertilah, Raden.” Saras memberanikan diri menatap tajam anak pewaris Ningrat Kasoemo yang sangat disegani.

Tanpa berbicara, Pandu melepaskan telapak tangan Arum yang tanpa sadar masih mengerat. Lirikan cemas tersorot kepada Arum yang terus menunduk. Pandu berjalan meninggalkan Arum yang berusaha memendam rasa gelisahnya.

Dalam langkah, Pandu masih berpikir. Dia tak seharusnya menduakan ibunya dan membawa Arum dalam masalah ini. “Aku sudah bersalah. Tidak seharusnya aku melakukan ini,” batin Pandu resah.

Di kediaman megah seperti istana keraton jaman dahulu, Nyai Aniyah Kasoemo Amiprojo Ningrat masih saja merasakan kekecewaan. Perasaannya semakin tak terkendali. Dalam batinnya, Arum adalah sosok yang akan menghancurkan kehidupan Pandu.

“Dia, tidak bisa bersama Pandu. Kasta itu tidak sederajat dengannya,” batinnya. Spontan pandangan Nyai teralihkan oleh suara pintu megah kediaman Ningrat Kasoemo yang terbuka lebar.

Pandu melangkah, sembari menyimpan rasa bersalah. “Di mana ibuku?” tanyanya kepada salah satu pelayan di depan ruangan Nyai.

“Nyai di dalam sedang menyulam, Raden,” jawab pelayan menundukkan kepala.

Pandu menangkap kekecewaan dalam ekspresi Nyai. Perlahan dia mendekati Nyai yang seketika memalingkan wajah. Dia sangat mengerti dengan kecemburuan ibunya. Kakinya menekuk, berjongkok di hadapan Nyai.

“Bagaimana aku bisa tenang, jika melihat wajah wanita terbaik di dunia ini memaling? Ibu, maafkan aku.” Pandu meletakkan kepala di pangkuan Nyai. Belaian lembut wanita yang melahirkannya itu semakin Pandu rasakan.

“Bagaimana kabarmu, anakku?” Suara yang akhirnya terdengar, membuat Pandu kini mengangkat wajahnya.

“Pandu sangat baik, Ibu.”

Pandangan bahagia saling terlempar. Mereka akhirnya berpelukan erat.

“Nanti malam acara penyambutan dirimu sudah siap. Semua tamu undangan pilihan akan datang. Sambut ayahmu dengan baik. Jangan mengecewakan Romo. Bagaimanapun juga, kamu adalah ahli waris Ningrat Kasoemo.”

“Pandu mengerti, Ibu. Sebaiknya Pandu akan bersiap.”

Pandu melepaskan pelukannya. Dia melangkah akan meninggalkan ruangan Nyai. Namun, langkah itu terhenti saat lengannya tertahan cengkeraman Nyai.

“Hanya kasta ningrat yang bisa menjadi pendampingmu. Lepaskan, apa yang bisa merusak kasta kita.”

Hati Pandu berdetak kencang lebih hebat dari biasanya. Dia menatap tajam ibunya yang kali ini membalasnya lebih menusuk. “Bila kedudukan masih perlu dipertanyakan, untuk apa adanya cinta?” balas Pandu.

“Karena itu adalah aturan. Tinggalkan gadis itu!”

“Ibu!”

Pandu berjalan cepat meninggalkan kamar Nyai. Dia kembali keluar di kediaman, berlari kencang menuju rumah Arum.

"Arum!" teriaknya.

"Mas Pandu?"

Pandu menarik Arum, membawanya ke halaman belakang.

"Arum. Orang tuaku tidak menyetujui kita. Setelah acara nanti malam, kita akan pergi."

"Mas, jangan. Kita akan menemui kedua orang tua kita dan memohon. Melarikan diri, tidak menyelesaikan masalah. Aku tahu masalah ini. Ibu sudah memberitahukan kepadaku. Aku siap untuk menerima konsekuensinya."

Pandu diam, lalu spontan memeluk Arum. "Aku ingin kita bersama," bisiknya pelan.

"Kita akan bersama," balas Arum. Dia berjinjit, kembali memberikan ciuman hangatnya. Bibir mereka kembali saling membalas semakin dalam. Penyatuan yang sangat indah dengan hasrat meluap.

"Arum! Tidak!" teriak Saras. "Raden, pulanglah!" lanjutnya tegas.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Diganti Mawaddah
Mantap, awalan yang mengharu biru.
goodnovel comment avatar
MerryZumer
wow, menarik banget beda sama yang lain ceritanya. bakalan langganan nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   SUMPAH NYAWA

    Pandu dalam tegang, menatap Saras yang sudah mengusirnya. Dia menarik napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Aku akan membuat Arum menjadi milikku secara sah. Ibu, aku tidak peduli dengan kedudukan itu. Restui kami saatnya tiba." Pandu menundukkan kepala kepada Sarah, lalu melempar senyuman kepada Arum. Dia berjalan keluar dari kediaman Arum. "Aku akan melawan siapa pun yang menghalangi cinta kami," batinnya. Awan cerah mulai menggulung berganti gelap. Gemerlap lampu terlihat meriah di setiap sudut kediaman megah milik Kasoemo. Tarian dan musik gending gamelan mengalun merdu. Para tamu undangan telah hadir memenuhi halaman yang disulap menjadi indah. Pandu berdiri di tengah kerumunan tamu dengan pandangan kosong memikirkan perkataan ibunya. Harapan untuk bersama Arum, apakah bisa menjadi nyata? “Arum, aku akan memaksakan cinta itu,” batinnya gelisah. Dia selintas beranggapan sudah tidak ada jalan bagi dirinya untuk melanjutkan cinta yang ter

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   PERPISAHAN

    Sumpah, akan melekat dan terlaksana jika sudah terlontar keras.Hawa alam akan menjawab dan memberi nyata.Pupus sudah harapan untuk menjalin kasih.Sia-sialah semua ikatan hanya karena kedudukan.Rintikan air deras masih saja menerpa tubuh dua wanita yang tersakiti. Saras yang semula menangis memeluk anak perempuannya, kini memberikan senyuman. Tidak peduli air dingin dari langit masih menghujaninya, Saras menatap Arum untuk memberinya kekuatan.“Jadilah wanita terkuat. Kita akan pulang.”“Ibu, maafkan Arum.”Saras kembali memeluk Arum erat. Bangkit, itulah yang akan terjadi. Saras berdiri, menatap kediaman Kasoemo. Kedua mata memerah miliknya masih menyorot tajam pasangan Kasoemo yang akan menerima sumpahnya.“Aku akan membalas kalian,” batin Saras.“Arum!” Teriakan keras Pandu mendadak terdengar, membuat Arum terkejut. Saras menggeleng

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   KEJUTAN MALAM HARI

    Kedua mata laki-laki masih saja mengamati Pandu yang terus berada didekapan Mawar dari balik pohon. Mawar adalah wanita yang cukup dekat dengannya. Parasnya sangat cantik. Apalagi lekukan tubuhnya seperti biola. Sangat sempurna. “Pandu, kenapa denganmu?” batin laki-laki itu terus mengamati dengan saksama. “Aduh, gimana ini. Tidak ada orang sama sekali,” gumam sang wanita yang menyelamatkan Pandu dengan panik. Kedua mata iris cokelatnya mengamati semua arah, hingga menemukan dokar di sudut jalan. Dia bangkit, berlari memanggil pengendara dokar yang asik menikmati rokok. “Pak, ada yang sakit. Antar aku ke rumah sakit. Nanti aku kasih uang banyak,” ucap Mawar memberikan kedipan matanya. “Iya, Neng,” jawab pengendara menelan saliva melihat wanita seksi dengan dandanan menor di hadapannya. Pengendara itu berjalan cepat mengikuti Mawar, hingga spontan melotot melihat sosok Pandu di hadapannya. “Raden Pandu? Kok bisa di sini? Gawat ini kalau ketahuan

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   LAMARAN UNTUK ARUM

    Arum semakin tidak mengerti dengan situasi rumit yang terjadi. Dia bergemetar mendengar keinginan wanita yang sama sekali tidak dikenalnya.“Nyai, aku mohon. Aku hanya ingin pulang. Kita berpisah di sini saja.” Arum merasa lega. Nyai akhirnya mengarahkan tangan agar para pesuruh garang itu menyingkir dari hadapannya.“Aku mau mengantarmu. Ini sudah sangat malam. Tidak baik gadis perawan berjalan sendirian. Ayo, Nduk. Kita masuk ke dalam mobil. Jangan takut. Aku tidak akan menculikmu.”Arum diam beberapa saat. Apakah dia harus menerima tawaran itu? Sementara, memang sepertinya sudah tidak ada angkot yang akan lewat karena malam semakin larut. Arum perlahan menganggukkan kepalanya. Nyai Niye tersenyum, mengarahkan tangannya agar Arum masuk ke dalam mobil sedan mewah berwarna hitam miliknya.Di dalam mobil, kedua mata Arum masih saja mengedar. Dia terpana melihat mobil mewah yang dinaikinya. Pandangannya terhenti saat melihat Nyai Niy

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   BERSEMBUNYI

    Ciuman hangat semakin terasa. Bibir wanita tercantik yang sudah dinikmati semua pria itu, terasa hangat. Baru kali ini dia merasakan ciuman penuh rasa yang membasahi bibirnya. Ciuman dengan perasaan tulus. Sedikit lumatan lembut dari Pandu, semakin membuat Mawar mendesah.“Arum, aku sangat menginginkanmu,” desah Pandu pelan. Ciumannya semakin dalam. Pandu menatap wajah Mawar dengan tersenyum. Sang wanita tidak kuasa menahannya. Bibirnya terus bermain indah melayani Raden tertampan yang meluapkan bayangan cintanya.“Kekasihku. Berikan bibir merekahmu. Aku tak kuasa menahannya. Selama ini, aku selalu membayangkanmu. Ijinkan malam ini aku memilikimu.”Tengkuk leher Mawar semakin dicengkeraman jemari kuat Raden. Pandu sangat bahagia dengan bayangannya bersama Arum. Kegilaannya bagaikan kisah Majnun yang haus akan cinta dan hasrat untuk sang kekasih. Lidahnya semakin melesak masuk ke dalam. Bayangan sosok Arum sudah menghantuinya di tubuh Mawa

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-21
  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Lamaran Dua Kasta

    Arum hanya terdiam. Mulutnya tertutup rapat. Bagaimanapun juga, dia tidak bisa melarikan diri dari masalah ini. Saras hanya memandangnya. Hingga beberapa detik, dia meninggalkan kamar Arum. Dalam batinnya, Sarah mengetahui Arum memendam amarah.“Aku pastikan, kau perlahan akan mulai menerima dan menikmati kedudukanmu nanti, Arum,” batin Saras terus berlalu.“Sumpah sudah mulai terwujud. Apakah kekasihku Pandu memang akan kehilangan nyawa saat aku benar-benar menikahi lelaki itu?” Arum bangkit dari duduknya. Dia berjalan cepat mendekati jendela kamarnya.“Brak!” Dia membukanya dengan keras. Tangisan pecah dia keluarkan di sana. Suara jeritan yang melengking, telah bercampur di udara. “Argh! Pandu …”Sekar yang melihat kesedihan Arum dari jendela kamarnya, hanya bisa memandang pasrah keponakannya itu. “Arum, bertahanlah,” batinnya berselimut resah.***Yogyakarta, waktu tengah

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-24
  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Lamaran Kasta Tertinggi

    Acara lamaran tidak terduga segera dilaksanakan. Keluarga besar Soewojo semakin tersenyum melihat sosok Arum yang akhirnya muncul.“Adakah keajaiban yang bisa membawaku pergi dari sini?” batin Arum menunduk dalam kesedihan.Ketakutan bercampur gemetar mengiringi langkah Arum. Sedikit polesan di wajahnya, semakin menambah kecantikan alaminya. Masih dengan menunduk, Arum duduk tepat di hadapan pria mapan berumur jauh lebih tua darinya. Namun, ketampanan masih saja terlihat di sana.Tubuhnya tegap. Kumis tipis semakin menambah aura kegagahan yang pasti membuat hawa terpana jika mendapat lirikannya. Umur yang sudah memasuki usia matang di atas tiga puluh tahun, semakin membuatnya terlihat menawan.“Sangat cantik mempesona. Lihatlah pilihanmu itu, Wojo. Ibu tidak menyangka kau bisa memilih gadis yang pas untuk menggantikan posisi Mariati.” Nyai Niye selalu saja tersenyum. Sementara, Wojo semakin tidak menyangka. Sindiran ibunya itu bena

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Undangan Pernikahan

    Sabrina meremas secarik kertas berisikan kalimat romantis yang dituliskan Pandu untuk Arum. Dia semakin memendam amarahnya. “Aku tidak akan pernah membuat mereka bertemu di sana. Aku akan mencegahnya,” gumamnya masih dipenuhi amarah kecemburuan.Sabrina dari dulu sudah dijodohkan dengan sosok Pandu. Saat bersekolah, Sabrina selalu saja merasakan cemburu saat melihat Pandu bersama Arum. Saras saat itu cukup kaya saat suaminya masih hidup dan bekerja menjadi seorang dokter terkenal. Pandu selalu senang melihat Ayah Arum menolong semua orang yang sakit. Hingga dia menemui Romo dan mengatakan keinginannya untuk menjadi seorang dokter. Pandu sangat senang Romo menyambut cita-citanya dengan baik.Namun, sejak kematian Ayah Arum, Pandu semakin sedih melihat Arum harus berhenti dari sekolah. Sekolah hanya kalangan elit yang bisa masuk ke sana. Saras sudah tidak bisa membiayai Arum seorang diri. Apalagi Saras saat itu bekerja untuk Nyai Ani di rumah megahnya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25

Bab terbaru

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Mendobrak Kasta Bermodal Cinta

    Nyai Ani dan Saras saling berpandangan. Mereka tidak percaya dengan kejadian yang sama terulang kembali. Mereka saling berpandangan, kemudian menatap tegang sang pelayan yang masih mendudukkan kepala. Hingga Ibu Arumi pun berlari datang bersujud di hadapan Nyai Ani dan Saras."Maafkan saya, Nyai. Anak saya bersalah. Tolong jangan marah dengan anak saya. Nyai ... saya yang bertanggung jawab. Saya sudah mengatakan kepada Arumi agar tidak mendekati Raden Putra. maafkan saya. Tolong jangan pecat saya karena saya sangat membutuhkan pekerjaan ini. Sekali lagi maafkan saya."Nyai Ani tersenyum. Saras pun juga ikut tersenyum. Mereka segera mendekati pelayan itu dan menariknya hingga berdiri."Tunjukkan aku di mana mereka. Tidak aku sangka, ternyata Putra menyukai wanita yang memiliki nama persis dengan nama anakku, Arum. Aku sangat terharu mendengarnya," balas Saras masih saja tersenyum haru."Ini sudah takdir kita tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Cinta kembali hadir di dalam rumah i

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Memori Yang Terulang Kembali

    "Paman?" Putra terkejut melihat Ardi berada di belakangnya. Dia segera tersenyum sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal. Wajahnya masih bersemu ketika melihat gadis itu. Ardi tersenyum dan menggelengkan kepalanya, mengingat sosok Pandu saat pertama kali bertemu dengan Arum. Ardi sudah bercerita semua kisah Pandu dan Arum kepada Putra. Kejadian barusan, sama persis dengan sosok Putra."Kau menyukainya?" tanya Ardi sekali lagi sambil mengangkat salah satu alisnya."Entahlah, Paman. Ketika aku melihatnya. Jantungku tiba-tiba bergetar. Dia seperti bidadari. Wajahnya secerah awan. Senyumannya membuatku tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Bahkan, sampai sekarang pun aku memikirkannya. Bayangan wajahnya itu selalu ada di dalam pikiranku. Padahal aku baru menemuinya hanya beberapa menit saja. Hmm, siapa dia, Paman? Aku ingin sekali bertemu dengannya.""Hahaha. Itu adalah namanya cinta. Yah ... kau mencintainya. Cinta pandangan pertama. Ibunya baru bisa aja bekerja menj

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Pandangan Pertama

    "Romo datang?" Sunarsih seketika terpaku. Apalagi Romo dan Nyai Ani membawa beberapa kain dan perhiasan. "Maafkan kami datang dengan mendadak. Kami mendengar dari pelayan jika kalian akan menikah. Aku ada beberapa kain kebaya. Sebenarnya aku ingin memberikannya kepada Arum. Ini adalah kain dari ibuku. Aku berniat untuk memberikannya kepada Arum saat dia sudah melahirkan. Tapi ternyata takdir berkata lain dan aku berpikir ingin memberikannya kepada kalian, karena kalian adalah dua wanita yang sangat hebat."Mawar dan Sunarsih saling berpandangan. Mereka tidak menyangka, seseorang yang sangat mereka takuti sekaligus benci datang dengan pandangan lain. Senyuman terpampang di wajah angkernya selama ini.Nyai Ani menyodorkan kain itu dengan tersenyum. Mawar dan Sunarsih akhirnya tersenyum dan menerima. Mereka tidak percaya dengan semua ini."Aku tidak bisa berkata apa pun. Yang jelas, aku sangat bahagia," ucap Sunarsih. Dengan mendadak, dia mendekati Romo dan memeluknya. Semua orang terk

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Lamaran Mendadak

    "Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa seseorang yang sangat gagah seperti dirinya bisa menjadi seperti ini? Aku benar-benar tidak percaya, Hendra. Apakah kakakmu bisa sembuh? Aku harus bagaimana menghadapi kakakmu yang seperti ini?" ucap Saras kemudian meneteskan air matanya."Ibu hanya perlu mendekatinya saja. Katakan apa pun yang bisa membuat kakakku mengerti jika dia harus menjalin kehidupan ini. Kematian Pandu sudah dilupakan oleh pihak hukum, karena kondisi Kakak yang seperti ini. Mereka berharap Kakak bisa menjadi sosok seperti semula kembali. Tapi ... sepertinya itu susah, Ibu. Bahkan sekarang ibuku, Mustika, dan semua adiknya pun sangat bersedih. Tidak ada kebahagiaan lagi yang berada di rumah." Hendra menatap sang kakak dengan sangat sendu. Tubuhnya yang semakin kurus, membuatnya tidak memiliki tenaga yang cukup. Dia resah bagaimana jika dia nanti pergi dari dunia ini. Siapa yang akan menjaga keluarganya?"Baiklah, aku akan mencoba mendekatinya." Sarah mendekati Wojo yang masih

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Kondisi Soewojo

    Mereka semua terkejut saat Joko tiba-tiba masuk dan mengatakan hal seperti itu. Sunarsih seketika menganga, menatap Joko dengan sangat tampan menggunakan kemeja putih, berjalan menghampirinya. Dia menatap Sunarsih dan menutup mulutnya. Sunarsih terpaku seketika."Apa ..."Joko saat itu selalu memandang Sunarsih. Sifatnya yang sangat lucu dan tomboy, mengingatkan dia kepada Sabrina. Namun, Joko harus menutup hatinya untuk Sabrina yang sudah pergi. Joko perlahan-lahan sering menemui Sunarsih dan berusaha membuka hatinya. Hingga dia paham hatinya sedikit bergetar. Ketika mendekati Sunarsih yang selalu paham dengan dirinya.Joko selalu bercerita apa pun kepada Sunarsih. Dia sangat kesepian, tidak sengaja bertemu Sunarsih di taman. Sejak saat itu mereka selalu mengobrol dan akrab. Joko terus berpikir sepanjang hari, hingga dia akhirnya memutuskan untuk melamar Sunarsih."Walah, masa aku mendapatkan lamaran dengan cara seperti ini? Hah, tiba-tiba saja datang lalu ngomong, mungkin aku. Hah,

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   bersatu di alam lain

    Bagai tersambar petir. Perasaan Saras seketika hancur. Dia tidak menyangka perasaannya selama ini akhirnya terjawab. Beberapa hari sebelumnya dia selalu memandang Arum, dan sudah merasakan akan kehilangan anaknya untuk selamanya. Ternyata sekarang dia akan menghadapi hal itu. Sebuah pertanda yang selalu dia lihat, dari perkataan Arum dan Pandu. Seolah-olah mengetahui mereka tidak akan hidup lama lagi. Tanpa sadar mereka ungkapkan selama ini. Saras selalu menepis semua yang ada di pikirannya. Namun, ternyata benar. Dan terlebih lagi, dia teringat sumpahnya dan sumpah Nyai Ani, yang kini terjawab sudah."Tidak! Tolonglah dokter. Lakukan apa pun untuk menyelamatkannya. Aku mohon kepadamu dokter. Biarkan anakku hidup, karena aku belum bisa membahagiakannya. Aku mohon dokter," ucap Saras dengan lemas. Nyai Ani yang terus menangis memeluknya. Begitu juga dengan Wati dan Sunarsih yang tidak kuasa mendengar. Tidak bisa menumpu tubuhnya yang mendadak lemas, Sunarsih hampir tumbang. Joko yang b

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Sumpah Yang Terwujud

    Suara letusan peluru tiba-tiba terdengar cukup keras. Arum menatap Pandu yang tersenyum ke arahnya, membelai pipinya dengan perlahan, lalu memeluknya."Kau sangat cantik, Arum," ucap Pandu pelan.Arum mengernyitkan kedua alisnya semakin dalam. Menatap Pandu yang tiba-tiba pucat. Hingga dia merasakan basah di kedua tangannya. Perlahan, Arum bergetar saat melihat jemarinya tiba-tiba dipenuhi dengan cairan darah segar yang keluar dari punggung Pandu. "A-pa ...," ucap Arum pelan. Dia tidak bisa berkata. Mulutnya tercekat, bahkan napasnya terhenti seketika, seakan dia tidak bisa bergerak. Tubuhnya kaku. "Mas ..." Arum kembali menatap kedua mata Pandu yang masih memperlihatkan senyuman dan cinta tulusnya kepada Arum."Tidak ada hal di dunia ini yang lebih indah selain dirimu. Wanita yang tidak akan pernah tergantikan sampai kapanpun. Wanita yang selalu ada di hatiku. Wanita yang selalu aku cintai. Aku sangat ... mencintaimu. Kau tidak tergantikan," bisik Pandu masih dengan tersenyum. Arum

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Lesatan Peluru

    Wojo terdiam, menunggu Arum untuk mengatakan jawaban yang sudah ditunggunya. Arum tersenyum menganggukkan kepala dan berkata, "Aku akan menjadi istrimu dan mendampingimu sampai kapanpun. Tapi aku mohon kita pergi dari sini dan melupakan semuanya," balas Arum masih dengan tersenyum, namun meneteskan air matanya. Menahan hatinya yang terasa sesak. Padahal dia sama sekali tidak ingin berkata seperti itu. Namun, apa boleh buat. Tindakannya itu benar-benar meluluhkan lelaki yang semula memendam amarah."Ini tidak benar! Hah, benar benar sangat menyakitkan. Aku tidak akan pernah melepaskan istriku untuk lelaki lain. Bisakah aku hidup bahagia jika aku berpisah dengannya? Lebih baik aku kehilangan nyawa, dari pada aku melihat dia bersama dengan lelaki lain. Aku tidak akan pernah membiarkannya," batin Pandu. Dia berjalan mendekati Arum. Menariknya, kemudian menggelengkan kepalanya dengan perlahan."Tidak adakah cara lain yang bisa aku lakukan selain memohon untuk berada di sisimu. Tidak adakah

  • MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA   Tragedi Mengejutkan

    Pandu terkejut. Dia segera menghampiri Hendra yang masih terengah-engah mengatur napasnya. Apa yang dikatakan Hendra barusan membuatnya ketakutan. Pasti keluarganya dan keluarga Wojo sudah melakukan perdebatan sengit, dan tentu saja keluarga Wojo pasti akan memenangkan perdebatan itu."Hendra. Tenangkan dulu dirimu. Berbicaralah dengan baik. Kenapa kau ini? Ada apa sebenarnya?" balas Pandu dengan sangat panik. Hendra masih menekan dadanya yang terasa sesak. Tenaganya benar-benar terkuras. Saat itu, Hendra segera mengendarai mobilnya dan mencari Pandu ke rumah Ardi saat mengetahui sesuatu terjadi dengan sangat mengerikan. Ardi segera mengatakan di mana keberadaan Pandu. Sementara Ardi segera menuju ke kediaman Kasoemo untuk menangani masalah itu."Kakakku marah besar, Pandu. Dia berada di kantor wartawan itu, memporak-porandakan kantor itu. Lalu, mengancam semua wartawan yang berada di sana termasuk pemilik kantor itu. Dia sangat marah. Hah, setelah berhasil membuat semua orang takut,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status