Buk!
Pukulan keras mendarat sempurna di wajah Felix tanpa ampun. Arsenio tidak memberinya satu pukulan, tapi dua pukulan sekaligus sampai membuat Felix terpental beberapa meter. Hal tersebut pun mendapatkan perhatian penuh dari pengunjung lain dan membuat malu Felix.
"Sayang!" Elisha buru-buru menghampiri Felix yang terkapar dan membantunya.
Tidak sampai di situ saja, Arsenio pun meninju wajah Hendry sebagaimana yang tertulis di questnya. Arsenio benar-benar berubah seperti monster ganas, yang memberikan pukulan tanpa ampun kepada lawannya.
"Anggaplah, itu adalah hadiah sebelum diriku pergi dari tempat ini! Mulai hari ini, kalian akan mengingat aku, sebagai Arsenio yang kuat, bukan pria lemah yang tidak tahu diri. Camkan itu!" ungkap Arsenio bernada arogan. Tatapannya nanar dan penuh amarah, terutama mereka yang selama ini telah berbuat jahat kepadanya.
Semua terbelalak, termasuk Elisha. Felix buru-buru bangun, tangannya sudah mengepal dengan cepat dia berlari untuk balik memukul. Kesal dan malu. Tidak terima dipermalukan seperti ini. Namun, sebelum pukulannya sampai, Arsenio sudah lebih dulu meninju perut Felix, sampai ia memuntahkan darah segar.
Semua orang melihat ngeri keganasan Arsenio. Bahkan ada yang tidak berani melihat, menutupi mata dengan kedua tangan. Seakan-akan apa yang terjadi di depan mata mereka, hanyalah mimpi.
Notifikasi pun muncul di hadapan Arsenio.
[Tiga pukulan, kau mendapatkan 5% kekuatan fisik.]
[DATA]
[Nama: Arsenio Bagas]
[Usia: 30 tahun]
[Skill: 40/100
[Stamina: 20/100]
[Poin Kemenangan: Tidak ada]
[Poin Aksi: Tidak ada]
[Hadiah yang sudah didapatkan: 10 Juta Dollar]
Arsenio bingung, tidak mengerti apa maksud kali ini karena kata-katanya, sedikit berbeda dari yang sebelumnya. Matanya menelisik lebih jauh lagi. Arsenio baru sadar, di tulisan itu, ada tulisan lebih kecil lagi berwana merah.
[CATATAN: Setiap misi yang berhasil diselesaikan maka akan naik satu tahapan dan mendapatkan hadiah. Semakin tinggi tahapan yang dikuasai, maka kau akan semakin dekat dengan tujuan. Namun, bilamana gagal menyelesaikan misi, maka sistem akan memberimu hukuman.]
[PERINGATAN: Jangan beritahukan ini kepada siapa pun atau sistem akan mengambil semua hadiah yang telah diberikan.]
Notifikasi pun hilang setelah Arsenio mengucapkan kata 'Hide', setelahnya ia berbalik badan, lalu melenggang pergi dari sana, tanpa berkata lagi. Meskipun pikirannya masih terbayang-bayang akan peringatan tersebut.
Hendry tidak berani berkata-kata, sedangkan Felix tersungkur sambil memegangi perutnya yang terasa nyeri. Tubuhnya seakan dibuat kehabisan energi, sehingga tidak mampu untuk bangkit lagi. Sementara Elisha cukup diam dan menatap takut, kepergian Arsenio. Mereka tidak akan berani menghina Arsenio, setelah apa yang terjadi tadi.
***
Distrik X99.
Arsenio mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, melewati pertokoan. Isi kepalanya masih terbayang insiden di restoran tadi.
Tepat di persimpangan jalan, Arsenio menghentikan laju motornya sebab lampu lalu lintasnya berwarna merah, yang artinya harus berhenti.
"Bagaimana bisa aku sekuat ini?" takjubnya sambil menggerakkan sepuluh jarinya. Rasa tidak percaya dengan yang dimiliki sekarang. Seperti ada aliran energi kuat dalam tubuhnya yang tidak mampu ia uraikan dalam bentuk kata-kata.
"Aku memiliki 10 juta dolar. Haruskah aku membeli apartemen baru?"
Di sela-sela menunggu, Arsenio mengecek ponselnya dan tertulis nominal 10 juta dollar di rekeningnya. Jumlah yang sangat besar, yang pernah didapatkan dalam waktu cepat. Jika dihitung-hitung, 10 juta dollar, setara dengan penghasilannya bekerja selama dua tahun.
Selang beberapa detik, lampunya berganti hijau. Arsenio kembali melaju dengan kecepatan sedang. Hingga Arsenio berhenti di parkiran sebuah kafe.
Ketika sedang memikirkan hal yang ingin dibelinya, tiba-tiba Arsenio dikejutkan dengan munculnya notifikasi baru.
[New Quest : Kalahkan Pencuri.]
[Hadiah: 1 Juta Dolar]
[Lemparkan Dadu.]
Arsenio pun turun dari motornya. Pria itu bergegas untuk segera melemparkan dadu, sehingga keluar angka empat. Hologram itu langsung menghilang. Di depan sana, seorang pria sedang berlari kencang sambil membawa tas yang terlihat cukup mahal.
Tepat di belakang pria itu, beberapa orang mengejar sambil berteriak, "Pencuri!!!"
Arsenio segera mengambil sikap, menunggu waktu yang tepat hingga jaraknya dengan si pencuri hanya beberapa jengkal saja. Arsenio menghalang langkah pencuri itu, hingga ia tersungkur. Sama seperti yang Arsenio lakukan pada Elisha.
Arsenio langsung merampas tas tersebut. Namun, pencuri itu memberikan perlawanan. Pukulan serta tinjuan dalam satu waktu, coba ia lakukan. Arsenio menunduk, menghindar dari serangan tersebut, secepat mungkin.
Gerakannya yang lincah, membuat Arsenio mampu mengimbangi permainan pencuri itu.
Buk!
Tiba saatnya Arsenio melayangkan pukulan keras, tepat di wajah pencuri itu. Ia tersungkur saking kencangnya tinjuan Arsenio. Wajah pencuri itu membiru detik itu juga. Namun, dia masih bisa berdiri untuk melawan kembali, demi merebut tas yang sudah dicurinya dengan susah payah.
Arsenio tidak diam. Pukulan keras kembali dilayangkannya sampai tiga kali, mengingat keluar angka empat saat melempar dadu tadi. Arsenio mengartikan, bahwa dirinya harus memukul pencuri itu sebanyak empat kali untuk memenangkan misi ini.
"Cepat bantu pria itu!" Beberapa pria dewasa yang sebelumnya mengejar pencuri itu, lantas mengepung, sehingga pencuri tersebut tidak dapat berkutik. Jelas, karena pencuri itu sudah tersungkur lemas tak berdaya akibat pukulan Arsenio yang tanpa ampun.
Mereka mengeroyok pencuri itu dan Arsenio berhasil mendapatkan tas yang dicuri.
"Itu tasku." Seorang wanita berparas cantik, datang menghampiri Arsenio. Napasnya terengah-engah, terlihat jelas wanita itu kelelahan setelah berlari. Entah dari mana dan sudah berapa lama ia berlari? Agaknya sudah cukup lama.
Parasnya yang cantik dengan make up yang tidak tebal, terkesan natural, sedikitnya mampu menghipnotis Arsenio. Namun, ia buru-buru menyadarkan pikirannya yang sempat lepas kendali itu.
"Ini, tasmu." Arsenio mengembalikan tas tersebut tanpa menunjukkan ekspresi apa-apa. Menjaga wibawanya. Meskipun dalam hatinya, Arsenio merasa canggung dan gugup. Dapat dikatakan, ia tidak pernah sedekat ini dengan wanita, selain Elisha.
"Terima kasih." Wanita itu langsung memeriksa tasnya, guna memastikan apakah barang-barangnya ada yang hilang atau tidak?
"Apa, ada barangmu yang hilang?"
Wanita itu menggeleng cepat, "tidak. Semua barang-barangku masih ada. Terima kasih karena Anda sudah menangkap pencuri itu. Bagaimana, caraku berterima kasih kepada, Anda?"
"Nona, tidak perlu berterima kasih. Memang tadi kebetulan saja pencurinya lewat di depanku. Lain kali, Nona hati-hati, ya."
Dalam benaknya, Arsenio berpikir, seandainya tidak ada notifikasi tadi, mungkin dirinya tidak akan bisa menolong wanita itu. Bukan itu saja, kekuatan fisik dalam raganya pun meningkat pesat. Arsenio bisa merasakan adanya aliran energi yang cukup besar, sehingga ia mampu melawan pencuri itu.
"Jaga dirimu baik-baik. Semoga engkau tidak mendapatkan masalah seperti ini lagi di kemudian hari," pesan Arsenio, selanjutnya duduk kembali di atas motor, siap untuk pergi. Merasa tugasnya telah selesai.
"Hei, siapa namamu?" teriak wanita cantik itu.
"Namaku Arsenio!" Dia menoleh dan menjawab cepat, lalu tersenyum simpul, sesaat setelahnya, Arsenio pergi dengan motornya itu. Dia tidak mau berlama-lama di sana karena akan kacau jadinya nanti.
"Arsenio," sebut wanita cantik itu lirih, sambil menggenggam erat tasnya yang sebelumnya digenggam Arsenio.
Mata indah wanita itu, terpaku sesaat setelah Arsenio pergi. Seakan-akan tidak rela ditinggal pergi begitu saja.
****
Arsenio pun tiba di depan apartemennya.
Tiba-tiba ponsel Arsenio pun bergetar. Buru-buru dia mengeceknya.
Kredit sebesar 1 Juta Dolar berhasil masuk ke rekeningmu!
Arsenio hanya tertegun, menyaksikan bukti transfer yang masuk ke rekeningnya. Arsenio sempat bingung dan keheranan, dari mana ia mendapatkan transfer 1 juta dollar secepat ini. Segera pertanyaan dalam benaknya terjawab. Notifikasi pun muncul di hadapannya.
[Selamat kau berhasil menyelesaikan misi!]
[Transfer uang berhasil.]
"Tuan muda!"
Selesai notifikasi itu menghilang, Arsenio dikejutkan dengan teriakan seorang pria paruh baya. Dilihat dari penampilannya yang mengenakan setelan jas, kacamata hitam dan celana panjang, Arsenio menebak pria itu memiliki jabatan besar di sebuah perusahaan ternama. Namun, siapa tuan muda yang dipanggilnya? dan mengapa pria itu berjalan ke arahnya?
"Anda siapa?" tanya Arsenio datar, ketika pria itu kini sudah berada di hadapannya.
"Tuan Muda Arsenio," balas pria itu ramah, sambil membungkuk menunjukkan rasa hormat kepada Arsenio. Ia tidak lantas memberitahukan identitasnya.
"Tuan Muda? Aku?" Arsenio menunjuk dirinya sendiri kebingungan.
Pria itu mengangguk disertai senyuman tipis. "Betul, Tuanku. Saya datang untuk menjemput Anda karena Ayah Anda ingin bertemu."
"Ayahku? Apa maksudmu? Ayahku sudah mati!" tegasnya tanpa berkedip.
Pria itu menggeleng, "Tidak, Tuan! Ayah kandung Anda masih hidup. Beliau ingin Anda kembali ke rumah dan mengambil alih pekerjaan beliau."
"Ayah Tuan meminta Anda kembali ke rumah dan mengambil alih pekerjaan beliau."Mendengar hal itu, Arsenio terkejut setangah mati. Meskipun dia memliki begitu banyak keraguan, dalam hati, Arsenio ingin percaya. Oleh karena itu, sekarang Arsenio hanya bisa menuruti apa yang dikatakan oleh pria yang menjemputnya barusan.Saat ini, keduanya sedang menuju rumah sakit. Awalnya ia tidak mau, lantaran takut akan masuk ke hal-hal aneh, tetapi pria bernama Bastian itu, memaksa dan menceritakan sedikit kisah yang sama sekali tidak pernah Arsenio ketahui. *** Sky Blue Hospital, Distrik S98. Tring! Notifikasi muncul sebelum Arsenio memasuki ruangan. [Misi Baru: Kalahkan Organisasi Hitam.] [Tingkatan Kesulitan: 10-12.] [Hadiah: 20 Juta Dollar dan Mobil.] [Keuntungan Tambahan: Mendapatkan 20 Poin Aksi dan 70 Poin Kemenangan.] [Skill: 20%/100] [Stamina: 40%/100] Notifikasi pun menghilang sendiri, sesaat setelah Bastian mempersilahkan Arsenio untuk masuk ruangan lebih dulu karena sebagai me
Hari berikutnya. Arsenio pun masih tertidur lelap di atas ranjang empuk, super lembut yang baru pertama kali ia rasakan. "Selamat pagi, Tuan Muda." Bastian telah berdiri di samping tempat tidur Arsenio, menyapa dengan penuh hormat, tapi tetap berwibawa. Arsenio perlahan-lahan membuka matanya. Ia terkejut mendapati Bastian telah berdiri di depannya, beserta dua pria lain yang berpenampilan layaknya pelayan. "Ada apa ini?" Arsenio buru-buru mengubah posisinya menjadi duduk. Membulatkan matanya karena terkejut. "Selamat pagi, Tuan Muda. Bagaimana tidur Anda? Apakah nyenyak?" tanya Bastian seramah mungkin. Arsenio mengangguk pelan. "Iya. Lalu, apa yang kalian lakukan di sini?" "Letakkan makanannya di sini!" titah Bastian, kepada salah satu pelayan yang membawa baki berisikan makanan. Pelayan itu mengangguk, lalu meletakkan baki tersebut di atas ranjang, tepat di hadapan Arsenio. "Aku tidak mengerti semua ini," celetuk Arsenio sambil mengerutkan keningnya. "Saya membawakan sarapan
Masih di hari itu. Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam, akhirnya Arsenio sampai di kawasan Distric Cucumber. Sejauh mata memandang, kawasan ini sangat ramai. Banyak pertokoan dan pelayanan publik. Ada alun-alun juga. Arsenio cukup takjub. Namun, tujuannya datang ke Distric Cucumber bukanlah untuk jalan-jalan, melainkan mencari Organisasi Hitam. "Apa kau tahu, di mana markas besar Organisasi Hitam?" tanya Arsenio, pada Bastian yang fokus menyetir. Bastian melihat ke arah belakang dari kaca spion kecil yang tepat berada di atas kepalanya. "Sesungguhnya, saya tidak tahu pasti markas besar mereka karena tidak banyak orang yang mengetahui lokasi pastinya, tetapi saya bisa mencaritahu informasi detailnya untuk, Tuan Muda." Arsenio pun bergumam kecil, melipat kedua tangannya di dada, kemudian mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil. "Kalau begitu, cari tahu informasi tentang markas besar mereka. Aku ingin informasi selengkap mungkin tentang Organisasi Hitam karena diriku a
Beberapa jam kemudian. Arsenio pun telah menyelesaikan pertemuannya yang berjalan lancar. Pembahasan proyek peluncuran game terbaru, seketika memacu semangat Arsenio untuk cepat-cepat menyelesaikan quest itu. Sebab ada beberapa hal dalam rancangan game ini, memiliki kemiripan dengan kehidupannya dahulu. Arsenio dan Bastian berjalan beriringan di lobby. Orang-orang yang tidak sengaja berpapasan pun, membungkuk, memberikan hormat kepada Arsenio tentunya."Bagaimana, kondisi Ayah sekarang?" tanya Arsenio santai sambil merapikan kemejanya."Kondisi, Tuan Axel terkini berangsur membaik. Dokter berkata, dalam beberapa hari kedepan, seandainya kondisi Tuan Alex membaik, maka ia diperbolehkan untuk pulang," terang Bastian, mengiringi langkah Arsenio."Bagus. Aku senang mendengarnya. Semoga saja Ayah bisa cepat kembali ke rumah.""Iya, Tuan Muda. Semenjak kedatangan Anda, semangat hidup Tuan Axel, semakin tinggi. Ia benar-benar ingin melihat Anda sukses mengurus bisnis keluarga Guan. Anda ada
DOOORRR ...Arsenio pun menarik pelatuknya. Timah panas itu melesat cepat dan tepat mengenai sasaran di depan sana. "Yes ..." Arsenio bersorak gembira. Melepaskan pengaman mata dan telinga, serta sarung tangan. Tidak berselang lama Bastian datang dengan raut wajah datar seperti biasanya. "Tuan Muda." Ia membungkuk."Bagaimana, apa kau sudah mendapatkan informasi tentang Felix?" tanya Arsenio serius."Sudah Tuan Muda. Hari ini Felix akan memantau pengiriman emas di pelabuhan 223, yang letaknya di ujung Distric L45. Jadwal keberangkatannya hari ini sebelum pukul 10.00." Keterangan Bastian pun, mendapat senyuman miring dari Arsenio. "Kalau begitu, kita berangkat sekarang juga. Siapkan mobil!" titahnya kemudian melenggang pergi. "Baik, Tuan Muda." Bastian mengangguk, lalu mengekor kepergian Arsenio.***Distric L45. Jalan Lost Contact. Kediaman Felix. Arsenio dan Bastian berada di mobil. Jaraknya hanya sekitar lima puluh meter dari mansion mewah milik keluarga Felix."Jadi, ini rumahn
Sementara itu, di luar restoran, Bastian dan dua anak buahnya tengah memantau dari kejauhan, menggunakan sebuah teropong kecil. Kalau saja bukan karena perintah dan rencana, Bastian tidak akan mau berada jauh dari Arsenio. Sebab sudah menjadi keharusannya berada di sisi Arsenio. Apa pun keadaannya. "Apa rencana kita selanjutnya?" tanya salah satu anak buahnya yang duduk di kursi pengemudi, sedangkan Bastian duduk di sampingnya sambil memantau ke luar jendela."Tunggu mereka keluar dari restoran. Kita akan ikuti mereka nanti." Bastian membalas tanpa memalingkan wajah, saking tidak ingin kehilangan sedikit pun momen.Selang beberapa menit kemudian, Felix dan Arsenio terpantau keluar dari restoran. Felix tampak melihat-lihat kiri dan kanannya, seolah-olah sedang memastikan keadaan sekitarn aman atau tidak? Tampak jelas dari ekspresi yang datar dan tatapan serius. Tak lama kemudian, Arsenio pun diminta masuk ke mobil lebih dulu, sembari Felix masih melihat-lihat sekelilingnya dengan ra
Sky Blue Hospital. Ruangan Axel Guan berada. Pria setengah baya itu, sedang duduk bersandar di atas ranjang dan ditemani Bastian. "Bagaimana, kabar Arsenio? Sudah lama dia tidak berkunjung," tanya Axel Guan sembari mengunyah sepotong apel, yang telah dikupas kulitnya oleh Bastian."Kabar Tuan Muda baik, Tuan. Tuan Muda terlalu sibuk mempelajari tentang bisnis, sehingga dia tidak memiliki waktu untuk menemui Anda sekarang ini," jawab Bastian beralasan.Axel Guan menganggukkan kepalanya sambil menatap kosong objek di depannya. "Ternyata dia memiliki semangat yang besar untuk mengelola perusahaan. Aku berharap besar, anak itu mampu menjalankan bisnis keluarga Guan, lebih baik dariku.""Iya, Tuanku. Bahkan Tuan Muda bersemangat untuk mempelajari ilmu bela diri dan beberapa senjata."Axel menjatuhkan tatapan tajam ke arah Bastian, "apakah dia sudah mengetahui soal organisasi kita?"Bastian mengangguk pelan, "iya, Tuanku. Tuan Muda Arsenio sudah mengetahuinya dan dia sangat antusias untuk
Berangkas bukan sekedar berangkas biasa. Di dalamnya terdapat sebuah ruangan yang luas, cukup untuk dihuni ratusan orang. Jauh dari ekpektasi Arsenio, nyatanya berangkas tersebut tidak menyimpan barang-barang berharga, melainkan hanya ruang hampa. Meskipun begitu, ruangan tersebut tetap memiliki pentilasi udara. Bahkan memiliki pendingin ruangan juga.Arsenio sedikitnya menduga, ruangan tersebut diperuntukkan untuk tempat bersembunyi anggota Organisasi Hitam, bilamana terjadi serangan. "Kemana lorong ini mengarah?" tanya Arsenio sambil menyipitkan matanya. Dilihat lurus ruangan tersebut."Keluar Mansion," jawab King datar sambil kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Sikapnya sangat tenang sekarang. Namun, berbeda dengan Arsenio, yang tampak sangat antusias dengan apa yang dilihatnya sekarang.'ouh, jadi mereka memiliki jalan rahasia, yang mungkin tidak diketahui banyak orang.' Arsenio membatin sambil mengelus dagu. Tepat seperti dugaannya. Ruangan ini memang diperuntukka
Hari berikutnya. Arsenio menaklukkan X One di Bandara internasional, yang hendak melarikan diri ke luar negeri. Di hari itu juga, Organisasi yang selama ini dipimpin X One pun ditaklukkan. Mereka tidak bisa berkutik lantaran pemimpin mereka telah ditangkap.Pada akhirnya, Arsenio pun menjadi penguasa Tiga Wilayah Bagian, seperti yang telah kakeknya janjikan. Sebagaimana seharusnya, pewaris utama keluarga Guan, yang akan memimpin Tiga Wilayah Bagian. Sejak hari itu, Arsenio mulai berbenah. Dia membentuk Organisasi Naga Merah yang lebih kuat lagi, kokoh dan sedikit berbeda dari yang dipimpin Alexander Guan sebelumnya.Arsenio membuat banyak perubahan di mana-mana. Berkat kontribusinya itu, semua orang di Tiga Wilayah Bagian tersenyum. Tidak ada yang tidak mengenal Arsenio sekarang.Arsenio pun mulai mempersiapkan pernikahannya dengan Anindira. Tepat dua bulan setelah Luke Mallory tiada. Pernikahan yang telah nantikan itu akan segera terwujud.Satu hari sebelum pernikahan. Malam harinya
"Kejutan!" Suara Elsa begitu nyaring dan sangat melekat di telinga Arsenio.Siapa yang menduga, bom yang dimaksud Luke Mallory sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya, adalah Elsa. Arsenio tidak habis pikir. Jika ia tahu, mungkin gadis itu sudah berpindah dunia kemarin. "Ada apa dengan ekspresimu, Kak? Apa kau terkejut melihatku seperti ini?" sambungnya berpura-pura polos, seolah tak terjadi apa-apa.Dia memah pandai bermain sandiwara. Kemarin Elsa berlagak layaknya seseorang yang sangat menderita. Mampu, menarik simpati Arsenio dan yang lainnya. Namun, sekarang? Elsa seperti serigala yang menyusup ke dalam gerombolan domba, lalu siap menerkam mereka.Arsenio bergeming. Dia terlalu cepat untuk mempercayai seseorang tanpa mencari tahu asal usulnya lebih jauh. Sampai akhirnya ia berada di ujung jurang karena rasa kepercayaannya itu, tapi semua ini tidak bisa ia sesali terus menerus. "Kenapa kau diam, Kak? Bukankah kau selalu saja banyak bicara ini dan itu? Kau terus saja berkata, b
Arsenio berlari ke ruang perawatan. Dia mendapat kabar bahwa Elsa telah sadar. Dia bersyukur karena operasi pengangkatan cip itu berhasil. Bruk ...Pintu dibuka secara kencang, hingga menciptakan suara nyaring, sontak membuat dua gadis di dalamnya tersentak kaget."Arsenio ...""Kak Arsenio ..."Keduanya menyebut nama sang pria di waktu bersamaan. Terdengar kompak. Arsenio bernapas lega setelahnya. Lantaran dua wanita yang ia sayangi, ternyata baik-baik saja.Terutama saat melihat senyuman Anindira, selalu membuat hatinya tenang. "Kalian baik-baik saja bukan?" tanya Arsenio pada keduanya. "Iya, Kak Arsenio."Anindira ingin menjawab juga. Namun, dia kalah cepat dengan Elsa yang sudah lebih dulu berucap. Anindira pun hanya diam dan menunggu giliran ia berkata.Pandangan Arsenio lurus pada Anindira dan begitu juga senyuman. Ya, meskipun tangannya mengelus kepala Elsa."Lantas bagaimana dengan Kak Arsenio? Apa kakak berhasil menyelamatkan teman-temanku? Aku mendengar cerita Kak Anindir
"Kapan pengirimannya?" Terlihat Luke Mallory sedang berada di sebuah ruangan, lebih disebut sebagai gudang karena banyak tumpukan kardus terbengkalai di sana.Jaring laba-laba menjadi penghias di setiap sudut ruangan. Lubang angin pun sudah tertutup debu yang sangat tebal.Lantai yang dipijak pun bukan dari keramik, melainkan masih lapisan pasir. "Pengirimannya akan dilakukan sore ini, Bos. Ketua Bulan Darah, yang akan mengantarnya sendiri," jawab salah satu anak buahnya, tertunduk ke bawah."Bagus. Para investor kita sudah banyak menanyakan soal anak-anak itu, yang akan mereka pekerjaan sebagai penari di club-club malam."Luke Mallory tersenyum sinis. Mengayunkan kakinya santai sambil menyesap sepuntung rokok yang hendak habis."Lantas, apa kalian sudah mendapatkan informasi tentang Arsenio?"Tiba-tiba dia membahas soal Tuan Muda keluarga Guan itu. Setiap saat dirinya tidak bisa tidur, terus saja terbayang-bayang bajah pemuda tiga puluh tahun, yang telah membunuh Leonardo. "Kami be
"Sebenarnya, Kak Arsenio ini, siapa? Mengapa kakak bisa masuk ke rumah besar itu? Memangnya rumah itu, milik kakak juga?"Pertanyaan Elsa, sontak membuat Arsenio menghela napas berat. Sebenarnya dia ingin menyembunyikan identitasnya yang tidak lain adalah Pewaris Utama Keluarga Guan, dari Elsa. Namun, sepertinya keadaan yang telah memaksa ia untuk berkata jujur."Rumah mewah itu milik ayahku. Sebenarnya aku ini, pewaris utama keluarga Guan. Arsenio Bagas Guan. Putra satu-satunya Alexander Guan," beber Arsenio ragu. Dia tidak yakin momentumnya pas untuk mengungkapkan identitas. Elsa menatapnya sangat lama dan tanpa kata, seolah kalimat tadi adalah mantra yang mengutuknya menjadi patung batu. "Elsa?" Panggilan Arsenio menyadarkan gadis cantik dua puluh tahun itu, dari diamnya. "Mengapa sejak awal Kak Arsenio tidak jujur padaku?" Elsa mengubah posisi duduknya yang semula sedikit menghadap Arsenio, kini melihat keluar jendela."Aku tidak suka orang yang berkata bohong," sambungnya kesa
Arsenio pun kembali ke rumah. Kemarin malam ia tidak pulang karena menemani Elsa. "Tuan Muda. Kemana saja Anda kemarin malam?" tanya Bastian, yang langsung mencecar. "Tuan, terus mencari Anda. Mengapa ponsel Anda tidak aktif? Sebenarnya pergi kemana Anda, Tuan Muda?"Arsenio menghela napas panjang, "ada hal yang sedang kuurus. Sekarang aku minta padamu untuk mencari informasi tentang Organisasi Bulan Darah.""Bulan Darah?" Bastian menautkan sebelah alisnya. "Bukankah organisasi itu sudah hilang. Lantas, untuk apa, Anda mencari informasi tentang mereka lagi?""Aku akan jelaskan nanti. Sekarang, aku ingin menemui ayah. Di mana Ayah?" "Tuan Alexander ada di ruangannya." Setelah mendengar kalimat itu, Arsenio buru-buru menaiki anak-anak tangga, menuju lantai dua.Arsenio pun langsung masuk ke ruangan itu tanpa mengetuk pintunya lebih dulu."Ayah," kata Arsenio terkesan buru-buru."Arsenio. Kemana saja kamu, Nak?" tanya Alexander Guan cemas. Sampai bangu dari tempat duduknya. "Aku ber
Entah mengapa, Arsenio merasa ingin berlama-lama di tempat ini. Seolah sesuatu sedang menunggunya dan takdir ingin dirinya menemukan itu.Arsenio pun mengunjungi ayahnya dan mengatakan bahwa ia akan pulang setelah makan siang. Sesaat setelah itu, Arsenio melihat sesuatu yang membuat aliran darahnya mendidih lagi. "Hei, kalian yang berkelahi di sana! Apa yang kalian lakukan di depan umum seperti ini?!" "Ayo cepat pergi!!" ucap seorang pelaku mendorong rekannya untuk kabur dari sana.Arsenio berseru. Namun, sebelum ia bisa melanjutkan aksinya, dua pria yang lagi-lagi sedang mengeroyok anak kecil itu, pergi. Kali ini bukan gadis yang Arsenio selamatkan sebelum."Hei kalian--Ck!!" Arsenio berdecak dengan kepalan tangan meninju udara. Tindakannya itu, mendapat teguran dari dua pria berseragam keamanan. Dari yang Arsenio lihat, sepertinya mereka sedang melakukan patroli rutin. "Kau?! Lagi-lagi membuat keributan di sini, apa tak kapok?!" ucap salah seorang petugas keamanan itu yang ter
Hari berikutnya. Arsenio pun melaju dengan kecepatan tinggi dengan motornya. Sudah cukup lama ia tidak berpacu di atas kuda besinya itu. Semenjak menjadi Tuan Muda keluarga Guan, ia tidak lagi mengendarai motor.Arsenio membelah keramaian kota Sky Blue City. Menyalip kendaraan yang ada di depannya dengan mudah.Setelah berpacu kecepatan di jalanan selama tiga puluh menit, Arsenio pun menghentikan laju motornya tepat di depan gerbang pemakaman keluarga. Arsenio turun dari motor, tidak lupa dia membawa satu buket bunga mawar putih yang sangat indah dan harum.Arsenio berjalan memasuki makam dan berhenti tepat di samping pusaran yang bertuliskan nama Clarissa di atasnya. Dia membuka kacamata hitam yang sedari tadi melekat di wajahnya. "Selamat pagi, Bu. Maafkan Arsenio yang baru mengunjungi ibu lagi."Arsenio meletakkan buket bunga itu di atas makam Clarissa. Sekuat tenaga dia memendung emosi, yang coba menerobos pertahanannya."Ibu suka mawar putih bukan? Kali ini Arsenio bawakan mawa
Satu Minggu berikutnya. Kondisi Arsenio telah pulih sepenuhnya. Bastian pun mengajak Arsenio untuk menemui anak-anak di tempat sosial, yang dibangun oleh Alexander Guan.Arsenio berjalan santai sambil melihat-lihat sekelilingnya, yang dipenuhi suara tawa anak-anak. Koridor ini, mengingatkan Arsenio pada sekolah dasarnya dulu. Hanya saja, saat ia bersekolah tidak ada tawa yang seperti ini. Setiap kali dirinya berjalan, maka teman-teman sebayanya langsung menghindar. Seolah dirinya monster yang tidak pantas untuk didekati. Melihat anak-anak bisa tertawa lepas tanpa beban, meskipun tidak memiliki orang tua, membuat Arsenio merasa tenang. Ada kebahagiaan yang sulit ia gambarkan dalam lembaran kata-kata. Setidaknya di tempat ini, mereka tidak merasa kesepian. "Tuan Alexander Guan membangun tempat ini, tepat satu bulan setelah meninggalnya Nyonya Clarissa. Tuan Alexander Guan, sangat terluka saat itu, terlebih lagi dia harus berpisah dengan putranya, yaitu Anda, Tuan Muda. Sebelum memban