Setelah beberapa hari di rumah sakit, Nara akhirnya dibolehkan kembali. Karena kondisi Nara belum pulih sepenuhnya, dia dibawa pulang ke rumah mertuanya. Dia dan Zavier akan tinggal di sana. Si Oskar--kucing suaminya juga telah kembali ke rumah ini. Kasihan kucingnya, sebab kembali pulang kampung ke rumah ini. "Nara, kamu bisa diam di rumah saja kan, Sayang. Kaki kamu belum sembuh, jalan saja kamu masih kesusahan," tegur Aeera pada Nara yang keukeuh ingin ke kantor hari ini. Aeera tidak masalah menantunya beraktivitas di luar, hanya saja untuk saat ini jangan. Kaki Nara belum sembuh, luka di lutut maupun betis Nara masih perlu perawatan. "Hari ini dosen Nara ada kunjungan ke tempat kerja. Habis itu Nara juga harus ikut ke kampus untuk mengantar laporan, Mah," jawab Nara yang sudah siap ingin berangkat ke kantor. "Tapi kaki kamu belum sembuh, Nara." "Nggak sakit lagi kok, Mah. Aman," jawab Nara sembari tersenyum lebar untuk meyakinkan sang mama mertua jika kakinya baik-baik saja.
"Ck, Amanda menolak tes DNA dengan alasan kandungannya lemah. Aku tidak punya bukti apapun, tapi bukan aku pelakunya, Za. Demi Tuhan, bukan aku yang memperko … Nara?!" ucapan Kenan berhenti begitu saja, mendadak panik setengah mati ketika melihat lebih tepatnya Zavier tengah menggendong Nara. Sial! Lalu bagaimana sekarang? "Nara sudah tahu. Kau tidak perlu panik berlebihan," ucap Zavier, melangkah dengan begitu tenang ketika lift terbuka-- masih dalam posisi menggendong tubuh istrinya. Kenan mengikuti, berjalan di belakang Zavier dengan wajah pucat pias. Meskipun Nara sudah tahu, tetapi nasibnya tetap saja terancam. Yah, terancam tidak mendapat restu dari Nara. Alasan kenapa Zavier sulit untuk tak ikut campur dengan masalah Amanda adalah ini--Kenan tertuduh sebagai ayah bayi dalam perut Amanda. Masalah antara Kenan dan Amanda benar-benar menyita emosi. Selain karena Kenan sepupu Zavier, Kenan juga merupakan kekasih dari sahabat Zavier--kekasih Sereya. Sedangkan Nara, itu sebabnya
"Ti--tidak Zavier. A-aku hanya mengatakan aku sedang hamil pada Tuan Karl, tetapi Tu--Tuan Karl sepertinya salah paham," jawab Amanda dengan gugup, hanya dapat mencuri pandang pada Zavier sebab dia mulai merasa terancam oleh sosok tersebut. Disela rasa gugupnya, Amanda terus berpikir bagaimana caranya agar dia bisa membalikkan keadaan jadi berpihak padanya. Rencananya untuk mendapatkan Zavier dengan cara mengaku hamil anak pria ini pada kedua orang tua Zavier, bisa dipastikan seratus persen gagal. Tiba-tiba mata Amanda tak sengaja mengarah pada Nara. Beberapa hari yang lalu, dia baru tahu jika perempuan menyebalkan itulah yang menikah dengan Zavier, bukan Sereya. Pantas Zavier sangat memperhatikan Nara. Amanda mengira Zavier berselingkuh dengan Nara, ternyata dia hanya salah menduga. Namun, tak masalah baginya karena Sereya berpacaran dengan Kenan. Dengan fakta tersebut harusnya Amanda bisa mengontrol keadaan. Zavier menyayangi Sereya sebagai teman, dan Nara menyayangi kakanya tent
"Jangan salah paham. Aku tidak menyuruh putraku menikahimu, tetapi menyuruhnya mengusirmu dan menjebloskanmu ke penjara." Alarich menatap dingin pada Amanda. Bisa-bisanya perempuan ini berharap akan menjadi menantunya setelah kelicikan yang dia perbuat? Sangat menjijikan. "Wanita sepertimu tidak pantas menjadi menantuku. Kau bahkan tidak layak menjadi manusia," sarkas Alarich, tanpa peduli apakah perkataannya berlebihan atau tidak, "dan kau anak bodoh, bagaimana bisa kau membiarkan perempuan sialan ini merusak kehidupanmu?! Apa kau tidak memikirkan Nara? Anak sekecil itu kau suruh berkelahi dengan konflik orang dewasa," marah Alarich selanjutnya pada Zavier. "Aku hanya ingin menebus kesalahanku di masa kecil, Dad," ucap Zavier pelan, melirik acuh tak acuh pada Daddynya. Awal mula dia mengenal Amanda adalah karena hal konyol yang membuat Zavier kecil sangat dendam pada Amanda. Akan tetapi, Zavier tidak mengatakan hal tersebut di sini sebab itu sangat memalukan dan bisa menghilangkan
"Alasannya adalah …-""Adalah …." Nara menatap serius ke arah sang mama mertua, dia begitu penasaran dan sangat bersemangat untuk mendengar apa alasan suaminya punya dendam pada Amanda. "Jadi sewaktu TK, saat itu Mas mu ingin mencuci tangan setelah bermain pasir ke toilet. Nah, meskipun mereka masih anak-anak, toilet antara anak laki-laki dan perempuan telah dipisah. Demi mendidik sejak dini. Saat ingin masuk ke toilet, tiba-tiba anak kecil--perempuan, keluar dari toilet khusus anak laki-laki tersebut. Dia Amanda. Singkat cerita, Mas Zavier-nya tidak peduli. Dia masuk ke toilet dan mencuci tangan, tiba-tiba datanglah petugas kebersihan. Dia mencek kloset dan menemukan toilet yang ada ee-nya. Karena Mas di sana, Mas mu yang tertuduh. Si petugas bilang 'tampan tampan tapi tidak bisa siram eek.' Si Mas sudah menjelaskan jika ada anak perempuan dari kelasnya yang masuk ke tempat ini. Si petugas tidak percaya. Ditambah, ketika si Amanda didatangi oleh petugas dan ditanya apakah itu eek-n
"Berdosa?" Aeera menampilkan raut muka cengang. Kenapa Nara sampai merasa berdosa? Apa Zavier melakukan hal-hal buruk pada Nara? "Iya, Mah." Nara menganggukkan kepala dengan antusias, "Mas Zavier usianya jauh diatas Nara, dan bisa-bisanya Nara menjaling hubungan dengan orang tua-- ah, bukan. Maksudnya tidak seharusnya kan Nara pacaran dengan orang dewasa. Apalagi Nara itu sering diejek oleh teman-teman Nara. Kata mereka aku cocok jadi simpanan om-om dan tipe idaman sugar Daddy. Gara-gara olokan teman-teman, otak Nara jadi menyimpulkan kalau perempuan yang berusia remaja punya hubungan asmara dengan pria yang jauh lebih tua usianya, hubungan mereka tersebut akan mengarah ke hal negatif. Kayak tidak pantas, buruk, vibes nya ke arah-arah hal mesum, dan sebuah dosa, Mah. Semisal anak remaja punya pacar yang sudah dewasa bahkan matang, orang-orang yang tahu hubungan tersebut pasti bakalan mikir kalau keduanya telah melakukan hal-hal terlarang. Padahal tidak. Jadi Nara sangat-sangat takut
Cup'Zavier sama sekali tak peduli dengan perkataan Nara, satu tangannya yang bebas menangkup pipi istrinya lalu mencium bibir Nara. Tentunya tak sekedar ciuman, Zavier tidak mungkin melewatkan rasa manis serta kenyal dari bibir ranum Nara. Sebelum halal saja dia sering menerobos, apalagi setelah halal. "Selesai," ucap Zavier enteng, menyunggingkan smirk tipis setelah dia mencium bibir istrinya. Nara hanya melongo, tak mampu berkata-kata karena kelakuan Zavier. Lalu tanpa pamit--sebab jantung Nara yang berdebar kencang, dia langsung pergi begitu saja. Nara berjalan terburu-buru supaya meninggalkan lebih cepat. "Pagi, Kak Nar …-" Seseorang menyapa Nara, salah satu juniornya yang pernah satu organisasi dengan Nara. Akan tetapi, perempuan tersebut langsung menunduk dan berhenti menyapa sebelum ucapannya selesai. "Pagi, Bel," jawab Nara meskipun perempuan itu tampak mencurigakan–tiba-tiba terlihat kikuk, berdiri tak nyaman serta merasa terancam di tempatnya. "Pak Agus datang nggak?"
"Kamu akan dalam masalah besar, Nara.""Cuih." Nara bersikap angkuh, menatap semakin benci pada Tamara. "Aku benar-benar muak denganmu dan Kakakmu. Kalian sama-sama sialan!" "Nara!" pekik Tamara tak terima, melayangkan tamparan ke pipi Nara. Akan tetapi sebelum tangannya menyentuh pipi Nara, Lex lebih dulu mencegahnya. "Lex, kamu masih membela perempuan murahan ini?" Tamara menatap tak percaya pada Lex. "Kau dan kakakmu yang murahan, Sialan!" Lex berkata sarkas, "awalnya aku memang tidak percaya pada ucapan Nara yang mengatakan jika dia istrinya Tuan Za. Tapi-- aku sendiri yang menyaksikan ketika Tuan Za menjemput Nara ke tempat club pemancingan kami. Dan soal foto ini--" Lex mengambil foto tersebut, memperlihatkannya pada teman-temannya. Bahkan orang-orang di tempat tongkrongan. "Anj--- ini saja yang belum move on dari Nara," lanjut Lex sembari menatap nyalang ke arah Abim. "Lo irikan pada Nara? Selain bisa melupakan masalah antara kalian, Lo juga itu karena Nara bisa mendapatkan
"Sungguh kau tak ingin ku antar, Tuan?" tanya Bian. Alarich menganggukkan kepala kemudian segera masuk dalam mobil. Bian hanya menghela napas, mengacungkan pundak karena sudah tahu apa yang akan Alarich lakukan. Tentu saja mengikuti Aeera pulang. Ini sudah menjadi rutinitas Alarich semenjak Aeera bekerja di sini. Dan benar! Sekarang Alarich sedang memantau Aeera. Mobilnya tak jauh dari tempat Aeera menunggu taksi. "Sangat cantik," gumam Alarich, terus memandang gasdinya. Saat taksi datang dan Aeera masuk, Alarich langsung bersiap-siap untuk mengikuti. Tibanya di sebuah gang, Aeera turun. Begitu juga dengan Alarich. Biasanya Alarich hanya mengantar hingga gang ini karena mobilnya tak bisa masuk ke dalam. Bisa saja, tetapi gangnya cukup sempit dan Alarich tak suka ribet. Kali ini Alarich memutuskan turun, mengikuti Aeera dengan berjalan tak jauh dari belakang perempuan itu. Alarich perlu tahu seperti apa lingkungan pujaan hatinya tinggal dan seperti apa rumah yang Aeera tempati.
Semenjak hari pertama dia bertemu dengan Aeera, Alarich selalu mengawasi perempuan itu. Dia rasa dia telah jatuh cinta pada perempuan itu dan tergila-gila pada sosok gadis cantik itu. Tahun berganti dan Alarich semakin terjebak oleh perasaan yang dia miliki. Bukan hanya memiliki tingkah lucu, humoris dan menyenangkan, faktanya perempuan yang telah berhasil membuatnya jatuh cinta tersebut seorang yang bertanggung jawab pada pekerjaannya. Dia perempuan cerdas, kompeten dan kreatif. Alarich semakin tenggelam! Sialnya sudah jalan dua tahun lebih dia memantau Aeera, akan tetapi dia tak kunjung punya keberanian untuk mengutarakan perasaan. Hell! Mendekati Aeera secara terang-terangan saja dia tak berani. Pecundang! Alarich memang pecundang! Dulu dia pernah ditolak dan itu menghantui Alarich. Ditolak perempuan yang tak dia sukai saja rasanya sangat menjengkelkan. Apalagi jika Alarich ditolak oleh pujaan hatinya. Lebih sialnya, tiga bulan ini dia diluar negeri. Selain untuk mengurus
--Karl Alarich Adam & Aeera Grizella-- "Ck." Suara decakan kesal terdengar di bibir seorang pria yang sedang duduk di balik setir, sedang mengemudi. Pria tersebut begitu mempesona, sangat tampan dan berkarisma. Dia pria setuju pesona dan love dreams bagi banyak kaum hawa. Bukan hanya dianugerahi ketampanan, dia juga seorang yang sangat sukses–pengusaha yang ditakuti serta berasal dari keluarga terpandang. Hidupnya mendekati kata sempurna! Sayangnya, pria tampan ini digosibkan telah menyimpang. Karena diusia yang ke tiga puluh dua tahun, tak ada issue tentang dirinya yang berkencan dengan perempuan. Dia bersih dari gosip apapun mengenai lawan jenis sehingga banyak orang berspekulasi jika dia seorang homo. Sejujurnya dia bukan pria seperti yang digosibkan. Dia hanya tidak punya waktu untuk meladeni kaum hawa, serta-- fakta jika dia pernah ditolak seseorang. Itulah yang membuat pria tampan ini memilih hidup sendiri–tanpa pasangan. Dertttt' Suara handphone berdering, dia menoleh lal
Hari yang ditunggu pun tiba, Nathan dan Zendaya melangsungkan pernikahan dengan meriah. Sekarang, keduanya telah sah menjadi sepasang suami istri. Keluarga besar Nathan–dari sang Mama, terlihat begitu bahagia. Begitu juga dengan keluarga Zendaya yang penuh suka cita serta keharuan. Tristan dan istri keduanya, maupun Angel tak diundang. Sekalipun mereka ingin mengacau, mereka tidak bisa karena pernikahan Nathan dilakukan di sebuah hotel mewah, dijaga ketat oleh banyak penjaga. Mereka diblacklist dari daftar tamu undangan, sesuai permintaan Preya–yang masih memiliki dendam pada suaminya. Preya juga tidak mau hari bahagia putranya rusak oleh kehadiran Erika dan putrinya. Lagipula makhluk gatal seperti mereka, tak pantas menghadiri acara putranya. Sejak tadi, Danzel terus memandang ke arah adiknya–memperhatikannya dengan lekat. Tatapannya begitu sendu, manik berkaca-kaca sebab merasa sedih tanpa sebab. Sewaktu kecil hingga dia besar, adiknya selalu menyusahkannya. Anak itu cerewet dan p
Sedangkan Victoria yang sudah buntu, menatap penuh harap pada Liora. "Liora, apa kamu bersedia menikah dengan adikku? Apapun akan kuberi padamu asal kamu bersedia membantuku untuk menikah dengan Devson." Liora termenung, menundukkan kepala dengan raut muka sedih. Sedangkan Lachi yang memahami perasaan perempuan itu memilih diam, dia takut salah bicara. Namun, mengejutkannya tiba-tiba saja Liora menganggukkan kepala. "Aku bersedia. Tapi … bawa aku pergi dari sini," ucap Liora, menatap Victoria dengan sendu. "Se-sebenarnya aku sedang bersembunyi dari Angel. Kemarin dia menjebak Tuan Danzel dengan sebuah obat terlarang. Aku tidak tahu apa yang terjadi secara lengkap, tetapi Angel sendiri yang berakhir meminum minuman itu. Dia menghubungiku untuk menyelamatkannya dan aku …-Liora terdiam sejenak. Lachi menggaruk pipi tak enak karena sejujurnya dia tahu kenapa Angel lah yang berakhir meminum jebakannya sendiri. Dia bahkan mendengar percakapan Liora dengan Angel, dan dari sana Lachi bisa
"Karena kebaikan hatinya, Tristan membawa Erika dan putrinya ke rumah. Awal, dia menjadikan Erika sebagai pelayan di rumah kami," cerita Preya pada Nara, mengenai kedatangan Erika dan Angel di keluarga Luis. Nara yang lebih dulu mengungkit Erika, yang ternyata pernah berniat merusak keluarga Nara dan Zavier. Lalu Erika dipecat, diblacklist dari perusahaan manapun serta dari tempat kerja yang berada dinaungan perusahaan Adam. Mendengar itu, Erika tak menyangka. Dia kira Erika yang Nara katakan berbeda dari Erika yang ada di keluarga Luis. Namun, itu Erika yang sama. "Dari awal aku tidak pernah suka pada Erika, sejak Tristan membawanya ke rumah. Katakanlah aku perempuan yang cemburuan. Namun, aku hanya mengikuti feeling sebagai seorang istri dan perempuan yang mencintai suaminya. Benar saja, perempuan itu tidak baik dan dia berhasil menghancurkan rumah tanggaku. Aku tidak menyalahkan dia sepenuhnya, perpisahanku dengan Tristan juga terjadi karena Tristan sendiri. Coba saja dia tegas,
"Dalam rangka apa kau memberiku bunga, Mochi?" tanya Danzel, mengecup kening Lachi. Setelah sebelumnya sang istri menyalam tangannya. "Dalam rangka mencintai Habibi," jawab Lachi dengan nada jelas, nyengir setelahnya karena dia malu-malu. Sial. Padahal dia sudah berlatih berjam-jam di depan cermin. Hanya agar terkesan anggun, tak malu-malu serta tak gugup sedikitpun ketika memberikan hadiah berupa buket bunga primrose ini pada sang suami. Namun nyatanya dia tetap gugup dan malu. "Hum?" Danzel menaikkan sebelah alis, langsung menggendong istrinya secara bridal style–membawa istrinya ke kamar. Ah, masa bodo jika Lachi bermaksud menciptakan adegan romantis. Sungguh, persetan! Toh, di mata Danzel, istrinya tetap terlihat tengah menggodanya. Yah, ini godaan yang manis! Danzel meletakkan bunga pemberian Lachi di atas nakas kemudian membaringkan istrinya di ranjang. "Habibi, tunggu! A-adegan ini tidak ada dalam skenario hayalanku. Harusnya bukan begini. Menjauh dulu," pekik Lachi, meng
"A--aku hanya iseng, tidak ada artinya kok." 'Cinta terpendam.' batin Nathan, terkekeh pelan sembari mengacak pucuk kepala Zendaya secara gemas. Nathan tahu artinya karena salah satu kalung yang dia berikan pada Zendaya–setiap ulang tahunnya, punya bandul bunga mawar putih. Hampir saja dia lupa akan hal itu, dan untuknya dia mengingat. Namun, benarkah Zendaya memberikan kalung ini atas dasar ungkapan cinta terpendam yang perempuan ini rasakan padanya? Atau memang hanya iseng? ***"Nyonya Xavier."Mendengar namanya di panggil, Lachi yang sedang memilih bunga langsung menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya. Lachi mengerutkan kening, bingung dan cukup aneh melihat Liora bersama Victoria mendatanginya. "Oh, iya?" ucap Lachi, meletakkan bunga primrose ke tempat semula. Dia menghadap kepada Victoria dan Liora yang telah berada di sebelahnya. "Nyonya sedang membeli bunga untuk Tuan yah?" tanya Liora sembari tersenyum canggung. Lachi membalas dengan senyum tipis, menganggukkan kep
Tangan Donita terangkat ke arah Zendaya, melayang untuk menampar pipi Zendaya. Namun, pergelangan tangannya tertahan. Bahkan dihempas kasar lalu berakhir dirinya yang terkena tamparan. Plak'"Ahck." Donita menoleh kasar ke sebelah, segera memengang pipi yang terkena tamparan. Donita mendongak, menatap seseorang yang telah menampar pipinya dengan sangat kuat–tak punya hati. "Nathan?" pekik Donita tak percaya, menatap sosok pria tinggi yang berada di sebelah Zendaya. Zendaya menoleh ke arah sebelahnya, mendongak untuk melihat Nathan. Pria tersenyum memasang mimik dingin, melayangkan tatapan tajam yang menghunus tepat ke arah Donita. "Kau akan mendapat yang lebih buruk dari ini jika seandainya tanganmu menyentuh kulit wanitaku," ucap Nathan dingin, mengatupkan rahang–menahan gejolak marah karena perempuan ini berniat menyakiti Zendaya.Zendaya yang masih syok karena Donita berniat menamparnya kemudian tiba-tiba ada Nathan di sini yang mengambil peran melindunginya. Kini semakin syok