Share

Bab151# Penawaran

last update Last Updated: 2025-01-04 17:42:43

Di Jerman, Rumah Sakit Chartie. Alika dan Leon berdiri di dekat jendela dalam kamar rumah sakit. Keduanya tampak berdiskusi dengan penuh harapan. Leon tampaknya antusias ke rumah Alika setelah gadis itu banyak menceritakan tentang tempat tinggalnya.

"Ayo, Leon, kita pergi ke rumahku sebentar tidak jauh dari sini. Aku ingin menunjukkan beberapa hal padamu," ajak Lika dengan penuh binar.

Memang, tempat tinggal Alika tidak jauh dari rumah sakit. Namun, kendala yang di hadapi keduanya adalah meyakinkan Brian dan Stella agar bisa mengijinkan Leon.

Sementara Leon terlihat sedikit cemas namun tetap berharap bisa pergi. "Iya, aku ingin pergi, tapi … kita harus minta ijin dulu, kan? Aku tidak yakin Om Brian mengijinkannya, Lika," kata Leon ragu.

"Kita coba saja dulu. Kalau kita tidak mengatakannya, kita tidak tau hasilnya."

Leon mengangguk-angguk. "Benar katamu. Ayo, kita cari mereka!"

Keduanya kemudian mendekati Brian dan Stella ya
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (39)
goodnovel comment avatar
Jihan Khanaya
mending setuju aja Leon karena ini juga demi keselamatan kamu. bukan nya Brian stela melarang Leon tapi di luar sana kamu gk aman.
goodnovel comment avatar
Mafida Idayani
aku aja yang yang seminggu di rumah terus lama² bosen. apalgi Leon...
goodnovel comment avatar
kurotul uyun i
kasian jg Leo yg terkurung di ruangan rumah sakit
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab152# Pintu Rahasia

    Leon sejenak terdiam, namun sembari berpikir. Ia tidak begitu suka dengan ide adanya pengawasan, tetapi melihat wajah sedih Alika tadi, dan mendengar persetujuan dari Brian, ia akhirnya setuju meskipun dengan berat hati.Anak tampan menyunggingkan senyum kecil, "Baiklah Om, kalau itu syaratnya, aku ikut. Tapi aku berharap tidak ada yang aneh."Mendengar Leon mau bersepakat dengan tawaran yang diberikannya, Brian sedikit merasa lega. Selain itu, Leon pun sudah tersenyum lagi padanya."Ayo, bawa aku ke kamar, Aunty!" pinta Leon tampak riang.Stella turut mengulas senyum, "Oke, Sayang."Dengan wajah sumringah, Leon bergegas bangkit dari kursi rodanya setelah tiba di kamar. Anak tampan itu berdiri di samping jendela, menatap pemandangan luar dengan penuh harapan. Ia merasa lega setelah mendapatkan kepastian. Sekarang, dia hanya perlu menghubungi Alika dan memberitahukan berita baik itu. Tangannya menggenggam ponsel, lalu dengan

    Last Updated : 2025-01-04
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab153# Lorong Bawah Tanah

    Hanya ada cahaya senter yang mereka pegang, menerangi jalan yang tampaknya tak ada ujungnya. Udara di dalam lorong pun terasa pengap, seolah-olah tempat itu telah lama terlupakan. Dengan langkah hati-hati, mereka mulai berjalan memasuki lorong yang semakin dalam. Suara langkah kaki mereka terdengar bergema, seakan keduanya sedang berjalan di ruang yang kosong dan sunyi. "Ini... aneh, kan? Tidak ada suara sama sekali. Seperti dunia yang terpisah dari yang lain," kata Alika. Leon menatap lorong dengan waspada, suara sedikit bergetar, "Ya ... seperti kita sudah meninggalkan dunia luar dan masuk ke tempat yang tidak seharusnya kita tahu. Tapi aku heran, mengapa ada lorong ini di dalam rumahmu?" Alika menggendik bahu, "Entahlah, aku sendiri juga tidak tau jika ada lorong tersembunyi di dalam kamarku. Aku pun baru tau setelah memindahkan lemari itu." "Lalu, apakah kita akan terus mengikuti jalan ini?" Sambil melanjutkan langkah, Leon menggenggam senter lebih erat. Langkah mereka

    Last Updated : 2025-01-04
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab154# Petualangan Baru

    Edward berdiri cemas di ruang tamu rumah Alika. Pandangannya terpaku pada ponsel yang ada di tangan. Sejenak ia ragu mengabarkan tentang hilangnya Leon dan Alika dari pengawasannya. Mungkin hanya butuh beberapa detik, namun rasanya sudah seperti berjam-jam baginya untuk menentukan keputusan. Leon dan Alika hilang, mereka belum kembali juga. Setiap detik yang berlalu menambah kekhawatiran dalam dirinya. Tak bisa menunggu lebih lama, Edward memutuskan untuk segera menghubungi Brian. "Brian, ini Edward. Aku butuh bantuanmu, Leon dan Alika ... mereka hilang! Aku tidak tahu di mana mereka!" Suaranya terdengar panik dengan raut cemas. Brian seketika terhenyak "Apa?! Kamu serius? Mereka hilang? Kenapa kamu bisa kehilangan mereka?!" Kemarahan Brian pun semakin menjadi. Sang dokter tidak bisa menerima kenyataan bila Leon justru hilang dari pengawasan sang bodyguard. "Aku baru sadar mereka mungkin masuk ke dalam lorong, Brian! Aku tidak tau ke mana ujung lorong ini, namun aku yakin ked

    Last Updated : 2025-01-04
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab155# Pembayaran Bill

    Alfonso menatap lurus ke meja di depannya, tangan kanannya menggenggam secangkir kopi yang kini mulai dingin. Carlos duduk di depannya, dengan ekspresi wajah yang tidak jauh berbeda darinya. Serius dan penuh perhitungan. Seolah otaknya sedang memikirkan sesuatu yang cukup rumit."Semua sudah kita atur," ujar Carlos dengan suara rendah. "Grace tidak akan pernah menyangka apa yang akan terjadi nantinya."Alfonso mengangguk perlahan, lalu menambahkan, "Dan polisi tidak akan bisa menemukan jejaknya. Semua akan terlihat seperti kecelakaan biasa. Kau yakin sudah siap?"Carlos memutar gelas kopinya pelan. "Seperti yang kau lihat, kita hanya perlu menunggu waktu yang tepat."Keduanya terdiam sejenak. Suasana di kafe pinggir jalan itu terasa damai, namun percakapan mereka penuh dengan ketegangan. Hanya bunyi langkah pengunjung dan suara kendaraan yang sesekali melintas memecah keheningan."Hah ... setelah dipikir-pikir, sudah lama kita tidak

    Last Updated : 2025-01-05
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab156# Kepergok Agatha

    Di depan klinik OBGYN milik Dr. Emily, Grace mengembuskan napas panjang. Langit mulai gelap, lampu jalanan menyala, dan udara dingin mulai terasa menusuk kulit. Sambil meraih ponselnya dari tas, Grace terkejut melihat notifikasi dari aplikasi bank. "Pembayaran dari kartu debit Anda telah berhasil." Ia mengerutkan kening, membaca notifikasi itu berulang kali. "Pembayaran makanan di kafe Fourth Avenue?" gumamnya pelan. "Apa Leon menggunakan kartu ini untuk membayar makan malam? Apa dia bersama Stella sekarang?" Grace memiringkan kepala, mencoba mengingat apakah ia memberi izin Stella untuk membawa Leon makan di luar malam ini. Namun, ingatannya kosong. Rasa penasaran mulai bercampur dengan kekhawatiran. Ia segera mencari kontak Stella dan menekan tombol panggil. Di tempat lain, Stella yang sedang berada di mobil bersama Brian hampir melompat dari kursinya ketika ponselnya tiba-tiba berdering. Nama "Nyonya Grace" tertera di layar. Stella memandang Brian panik. "B-brian... Nyonya

    Last Updated : 2025-01-05
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab157# Kecurigaan

    Grace sedang termangu di depan pintu ruang praktek Dr. Emily. Tangannya memegang ponsel dengan erat, pikirannya berkecamuk memikirkan notifikasi kartu debit milik Leon beberapa saat lalu. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat sosok yang familiar, keluar dari pintu lift menuju lantai yang sama."Grace? Apa yang kamu lakukan di sini?""Agatha?" gumam Grace pelan, alisnya terangkat.Agatha, yang mengenakan blazer pastel dan rok selutut nampak begitu terkejut. Mereka berdua saling pandang beberapa detik sebelum akhirnya Agatha tersenyum. "Kamu juga ada janji dengan Dr. Emily hari ini, Grace?" tanyanya sambil melangkah mendekat.Semua orang pasti paham apa yang mereka lakukan di tempat ini. Grace tidak akan bisa mengelak. Wanita itu tersenyum kecil, mencoba menyembunyikan kegugupannya. "Iya, ada sesuatu yang harus aku periksa. Kamu sendiri ada perlu apa ke sini?"Agatha tersenyum sambil merapikan rambu

    Last Updated : 2025-01-05
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab158# Keinginan Atau Kebutuhan

    Sore itu, Chelsea dan Kenan bersiap untuk pergi ke mall. Sang bodyguard setia Chelsea, memastikan semuanya berjalan lancar. Chelsea dengan senyum ceria, sudah tak sabar untuk berbelanja, dalam balutan short skirt dengan atasan crop yang ia pakai.Mereka berdua keluar dari rumah dan menuju mobil. Kenan duduk di kursi pengemudi, memastikan sang Nyonya sudah memakai sabuk pengaman. Walaupun beberapa hari semua terasa tenang, namun Kenan selalu menjaga kewaspadaan, melindungi sang Nyonya dari kegilaan mantan suaminya."Kita ke mall biasa saja, Ken. Di sana lebih besar. Aku rasanya ingin menghabiskan semua uangku ..." ucap Chelsea terkikik.Kenan hanya menatap sekilas melalui kaca spion tengah, seraya mengangguk.Sesampainya di mall, Chelsea langsung melangkah cepat menuju pintu utama. Kenan mengikuti di belakangnya, matanya tak pernah lepas dari sekeliling."Ayo ke sana dulu, Ken," ajak Chelsea tanpa sadar menarik tangan Kenan.Pria

    Last Updated : 2025-01-05
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab159# Kamu Menyukainya

    Setelah beberapa jam berada di rumah sakit untuk pemeriksaan rutin, Grace merasa sedikit jenuh. Keputusan spontan untuk mengisi waktu luang, membawa langkahnya ke sebuah pusat perbelanjaan, yang terletak tidak jauh dari rumah sakit. Ia memasuki satu toko, lalu berpindah ke toko lainnya, menjelajahi setiap sudut yang membuatnya lupa waktu. "Baju bayi ini sangat lucu-lucu," kagum Grace pada perlengkapan bayi yang ada di dalam satu outlet. "Tapi aku belum tau jenis kelaminnya, jadi ... nanti saja belinya," sambungnya. Ia kembali melangkah menyusuri setiap sudut mall hingga membeli barang-barang yang ia butuhkan. Namun, rasa lelah mulai menyergapnya. Kehamilan muda ini sangat membuatnya kesusahan, tapi demi Leon, apapun akan Grace lakukan untuk bertahan. "Aku harus kuat demi anakku!" tekadnya yakin. Kemudian, Ia memutuskan untuk beristirahat sejenak di restoran yang ada di dalam mall tersebut. "Sebaiknya aku minum dulu. Rasanya sangat lelah," batin Grace melangkah masuk. Grac

    Last Updated : 2025-01-05

Latest chapter

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab230# Momen Manis

    Setelah membaca pesan misterius yang ia terima, Grace berusaha menghilangkan keresahan di hati.Ia langsung bangkit, melangkah keluar ruangan. Grace berencana langsung pulang ke rumah dan memberesi barang penting yang akan ia bawa, termasuk visa dan pasport.Setelah perjalanan beberapa menit, Grace sedikit terkejut saat melihat mobil Max ada di rumah, pasalnya saat dia ke kantor, Max memang belum berangkat. "Apa dia libur?" gumamnya mulai tak tenang.Langkah kakinya terhenti saat suara bariton yang ia kenali, menyapa, "Baby, kenapa kembali? Kamu tidak jadi ke kantor?"Grace melepas sepatu hak tingginya dan berjalan ke arah suara itu. Max sedang duduk di sofa, mengenakan kemeja santai dan celana panjang. Wajahnya tampak penasaran, tetapi ia tersenyum ketika melihat Grace. "Hei, sayang," sapanya lembut. Grace mendekat dan duduk di sampingnya. "Aku hanya mampir sebentar tadi. Rasanya aku ingin istirahat." Max menggeleng pelan.

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab229# Persiapan Matang

    Persiapan Grace benar-benar matang, mulai dari berpamitan kepada dua orang meskipun secara tidak langsung. Namun, setidaknya ia bisa meredakan rasa sesak dalam hatinya.Pagi ini, Grace melangkah masuk ke kantor, sepatu hak tingginya mengeluarkan bunyi ketukan teratur di lantai marmer. Wajahnya terlihat tegas, meskipun matanya menyimpan kelelahan yang sulit disembunyikan. Di meja resepsionis, Vio—sekretaris pribadinya—sudah menunggu. Satu jam yang lalu, Grace sudah mengirim pesan padanya. Wanita itu selalu siap kapan pun Grace membutuhkan. "Vio, kamu sudah cek semua dokumen yang aku minta tadi?" tanya Grace langsung, tanpa basa-basi. Sang sekretaris berdiri dan mengangguk. "Sudah, Nyonya. Semuanya sudah siap di meja Anda. Apa ada tambahan yang perlu saya urus lagi?" Grace mengangguk kecil, lalu melangkah menuju ruang kerjanya. Vio mengikuti di belakangnya, membawa tablet dan sejumlah dokumen penting. Ketika mereka tiba di

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab228# Maaf yang Kedua Kali

    Setelah beberapa saat pertemuannya dengan Arthur, mobilnya melaju perlahan di sepanjang jalan yang lengang. Grace menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Ia tahu ke mana tujuannya malam ini—ke rumah orang tuanya, Victor dan Evelyn. Ketika mobilnya berhenti di depan pagar, Grace mematikan mesin dan duduk diam selama beberapa detik. Ia menatap rumah itu, mengingat momen-momen masa kecilnya. "Maaf, Ma... Pa..." bisiknya pelan. Air mata hampir saja mengalir, tapi ia buru-buru menghapusnya. "Aku tidak punya pilihan." Setelah menarik napas panjang, Grace keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu depan. Ia mengetuk pintu beberapa kali sebelum akhirnya Evelyn membukanya. “Grace?” Evelyn memandang putrinya dengan sedikit terkejut. “Kamu tidak bilang mau datang.” Grace tersenyum kecil. “Ma, aku cuma ingin mampir. Sudah lama kan, aku tidak ngobrol sama Mama sama Papa.”

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab227# Keputusan Akhir

    Bab227#Setelah menghabiskan waktu untuk berbulan madu. Keduanya kini mengakhiri masa libur mereka.Chelsea tersenyum kecil, memandangi wajah suaminya yang tetap fokus mengemudi. Meski ia tahu perjalanan mereka menuju rumah masih panjang, hatinya terasa ringan. Ada rasa nyaman yang tak terjelaskan, seolah semua percakapan mereka sepanjang perjalanan ini menjadi semacam pengikat. Mobil terus melaju melewati jalan-jalan yang mulai ramai. Chelsea bersandar di kursinya, menyandarkan kepala ke bahu Kenan. “Aku tidak sangka perjalanan ini cepat usai, Ken.” Kenan menoleh sedikit, menatapnya lembut. “Aku juga merasa begitu. Tapi kan, kita sudah sepakat. Ini bukan yang terakhir.” “Janji, ya?” Chelsea mendongak, menatap suaminya dengan mata berbinar. Kenan tersenyum kecil, lalu mengecup keningnya. “Janji. Nanti kita buat rencana lagi.” Chelsea tersenyum puas. Ia memejamkan mata, mencoba menikmati perjalanan pulang mereka

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab226# Penyatuan

    Chelsea menahan senyumnya, lalu melipat kedua kakinya di atas ranjang. “Tentang kamu. Masa lalumu. Kamu jarang bahkan tidak pernah cerita, Ken. Aku tahu kamu tidak suka bicara soal itu, tapi aku mau tau. Apa kamu pernah merasa ... ya, kesepian?” Kenan menghela napas perlahan, lalu menoleh ke arah jendela yang masih memperlihatkan sedikit kilauan bintang. Udara malam dari celah jendela terasa dingin, tapi juga menenangkan. Ia menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang, mencoba mengatur kata-kata dalam pikirannya. “Masa kecilku, ya?” Kenan akhirnya membuka suara. “Itu tidak pernah jadi sesuatu yang aku banggakan, Chelsea. Aku tidak pernah punya keluarga yang utuh. Mama meninggal beberapa waktu yang lalu. Beliau mungkin masih menyisakan luka yang dalam akibat papaku. Aku bahkan hampir tidak ingat wajahnya. Papa ..."Kenan berhenti sejenak, menelan ludah. “Papa pergi sejak Anna bayi. Ia lebih pilih hidup dengan wanita lain yang dianggapnya lebi

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab225# Malam Romantis

    Mendengar ungkapan Kenan, tentu saja membuat Chelsea penasaran, siapa yang mengajari suaminya itu. Kenan pura-pura berpikir sebentar, lalu tersenyum jahil. “YouTube.” Chelsea langsung memukul punggung sang pria, seraya mendengus geli. "Oh, pantas saja. Kukira kamu serius belajar dari chef terkenal atau gimana. Ternyata hasil tutorial."“Tapi yang penting hasilnya enak, kan?” Kenan membalas sambil menatap Chelsea yang sedang sibuk menyantap spaghetti buatannya. Chelsea mengangguk kecil sambil menyuapkan lagi spaghetti ke mulutnya lagi. “Enak sekali, Ken. Kalau gini pun aku tidak bingung kalau pelayan pulang kampung, hehehe ...” tawanya.“Ya, aku kan suami yang serba bisa,” jawab Kenan santai, tapi senyumnya tetap lebar. Chelsea hanya menggeleng-geleng pelan, mencoba menahan tawa. “Iya, iya. Suami serba bisa. Tidak salah aku nikah sama kamu.” Kenan tertawa kecil, tapi kemudian menatap Chelsea dengan lembut. “Aku c

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab224# Tempat Ternyaman

    Angin dingin khas pegunungan perlahan menyelinap di sela-sela kulit. Chelsea menarik syal yang melingkar di lehernya, mencoba menghangatkan diri. Di hadapan mereka, villa yang mereka sewa untuk beberapa hari ke depan berdiri megah. Bangunannya bergaya rustic modern, dengan dominasi kayu cokelat tua yang berpadu dengan kaca besar yang memantulkan pemandangan hijau di sekitarnya. Di belakang villa, pegunungan menjulang tinggi, membingkai lanskap alami yang seperti lukisan. “Ken, aku tidak tau kalau tempat ini akan seindah ini …” Chelsea berujar, suaranya pelan namun penuh kekaguman. Kedua mata tak henti-henti memindai setiap detail villa. Balkon kayu yang menghadap langsung ke lembah, kolam renang kecil yang airnya jernih seperti kaca, hingga taman kecil di samping villa yang dihiasi dengan bunga-bunga musim semi yang sedang mekar. Kenan terkekeh kecil. “Aku tau. Makanya aku tidak kasih lihat detail fotonya ke kamu waktu pesan.” Che

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab223# Perjalanan Manis

    Chelsea menatap Kenan, bibirnya sedikit terbuka, seakan ingin bicara. Tapi, seperti ada sesuatu yang membekukan lidahnya. Pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepalanya seakan berlomba-lomba keluar, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil terucap. Mata Kenan yang tenang menatapnya dengan lembut. "Chelsea, ada sesuatu yang mau kamu ucapkan?" tanyanya lagi, suaranya rendah, penuh perhatian.Chelsea menelan ludah, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Tapi akhirnya, hanya sebuah senyuman kecil yang berhasil keluar. "Tidak, aku cuma ... cuma kepikiran saja," katanya pelan.Mengangguk lirih, meskipun demikian, Kenan terlihat tidak sepenuhnya percaya. Tapi, seperti kebiasaannya, dia tidak memaksa. "Kalau begitu, jangan pikirkan terlalu berat, ya. Kita harus saling berbagi." Kenan menepuk punggung tangan Chelsea dengan lembut, lalu berdiri, "Tidur yang nyenyak. Besok kita jalan pagi-pagi."Chelsea hanya mengangguk, meski hatinya tidak bena

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab222# Pilihan Bulan Madu

    Suara Kenan membuyarkan lamunan Chelsea. Nada bicara lembut, seperti biasa, tetapi cukup untuk membuat Chelsea menyadari bahwa ia sudah terlalu jauh tenggelam dalam pikiran.Chelsea mengerjap cepat, menoleh Kenan yang duduk di sampingnya dengan sorot mata penuh perhatian. "Aku tidak apa-apa," jawabnya cepat. Kenan menatapnya sejenak, jelas tahu ada sesuatu yang mengganjal. Tapi seperti biasa, dia tidak memaksa. "Kalau ada apa-apa, bilang saja. Aku di sini, oke?"Chelsea mengangguk pelan. Dia tahu Kenan tulus, namun ada sesuatu yang belum bisa dia ungkapkan. Belum sekarang, pikirnya.“Eh, ngomong-ngomong soal bulan madu, Kak Chelsea sudah ada ide mau ke mana?” Anna tiba-tiba menyela, memecahkan keheningan yang sempat tercipta. Gadis itu menatap mereka dengan mata berbinar, seperti anak kecil yang menunggu cerita dongeng. Chelsea menghela napas kecil. "Belum ada, Anna. Aku masih bingung."Anna langsung berseru, "Yah, ke

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status