"Hai Laila, apa saya boleh masuk?" tanya Satria sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Bo-boleh."Laila mempersilakan Satria masuk ke dalam ruang tamu."Duduk Pak. Mau minum apa?"Satria tersenyum dan duduk di sofa. "Terserah kamu, mau memberikan aku minuman apa saja.""Baiklah Pak. Tunggu sebentar di sini." Laila lalu pamit dan pergi ke dapur untuk menyeduh kopi sachet. Sambil menunggu air di teko panas, Laila berlari ke kamarnya untuk mengambil ponsel dan kembali ke dapur seraya berusaha menghubungi Bintang.Satria menunggu beberapa saat di ruang tamu sambil memainkan ponselnya."Ck, lama amat!" keluh Satria tak sabar seraya menatap ke arah arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.Lelaki itu lalu melangkah dengan cepat tanpa suara dari ruang tamu mencari Laila di dapur."Sayang," bisik Satria lirih di telinga Laila.Laila terkejut dan membalikan badan. Tubuh Satria sangat dekat padanya. Rupanya Satria menyusulnya ke dapur.Laila hendak mundur tapi ada kulkas di belakangnya."Tolong yang sopan. Saya tahu Bapak pernah menjadi klien saya. Tapi itu dulu. Sekarang tolong jaga kelakuan Bapak. Ini rumah saya!" seru Laila mendelik."Kamu galak juga, Cantik. Tidak seperti saat di ranjang kemarin." Satria mengelus pipi mulus Laila tapi tak lama kemudian Laila segera menepis tangan Satria."Berani menyentuh saya lagi, saya akan berteriak!""Wow, tenang. Saya enggak akan berbuat hal yang buruk padamu.""Jadi, kamu mau apa ke rumah saya? Dan darimana kamu tahu alamat rumah saya?" tanya Laila. Dia sudah tidak ingin menghormati Satria lagi."Keinginan saya? Simpel. Ayo duduk dulu!"Satria setengah menyeret tangan Laila untuk duduk di kursi kayu ruang makannya."Apa mau kamu, Pak!? Langsung katakan saja!"Kali ini Satria memandang mata Laila dengan serius."Adikku mencintaimu.""Saya tahu.""Kenapa kamu menolaknya?""Kamu bisa lihat sendiri kondisi saya yang sebenarnya. Aku tidak ingin Mas Bintang mendapatkan barang bekas."Satria tertawa."Pernah mendengar pepatah bahwa cinta itu buta kan? Bintang juga pernah tidur dengan beberapa gadis ...,""Cepat katakan apa maumu. Jangan bertele-tele."Satria tersenyum melihat keberanian Laila."Kamu berani juga. Oke. Jadi gini, kemarin Bintang memintaku menerima kamu di perusahaan propertiku. Dan aku menerimanya. Tapi dengan satu syarat, kamu mau meninggalkan pekerjaanmu selamanya.""Baiklah. Tapi saya juga ingin meminta tolong dari kamu.""Oke. Katakan saja.""Pertama, temui Mami. Dan katakan kalau Mas Bintang atau kamu ingin melepaskan saya dari pekerjaan itu. Kedua, jangan katakan pada Mas Bintang kalau Bapak pernah memboking saya. Kalau Mas Bintang tahu bahwa kita pernah tidur bersama, pasti dia akan sangat terluka. Bagaimana?""Deal!"Satria mengulurkan tangannya ke arah Laila dan Laila menjabat tangan Satria."Baiklah. Nanti kabari saya atau Bintang, kapan kami bisa bertemu dengan Mami.""Baiklah. Ngomong-ngomong, darimana kamu tahu alamat kontrakan saya?""Kalau ada duit, apa sih yang susah? Dan itu nggak gratis. Boleh saya dapat ci*man sebagai ganti yang saya?!" tanya Satria seraya menunjuk ke arah bib*rnya."Jangan gila. Saya calon adik ipar kamu!""Hahaha, sekarang kamu percaya diri sekali ya kalau akan menjadi pendamping Bintang.""Kalau sudah selesai bicaranya, silakan pergi dari sini. Pintu keluarnya tetap di sana!" tunjuk Laila ke arah pintu depan."Hm, baiklah. Siapkan dirimu karena kita akan sering bertemu mulai sekarang," kata Satria sambil menjawil dagu Laila.Laila segera menepisnya dan Satriapun meninggalkan Laila dengan menyisakan suara tawanya.***"Satu milyar? Apa itu tidak berlebihan untuk harga seorang perempuan pemuas nafs*?" tanya Satria kaget.Sedangkan Bintang mendelik ke arah kakaknya. Merasa tidak terima dengan sebutan kakaknya pada Laila. Mereka berdua saat ini sedang duduk di ruangan khusus milik mami Rosa.Bintang dan Satria ingin membuat kesepakatan dengan mami Wati agar melepaskan Laila. Tapi rupanya tidak semudah itu.Mami Wati menghembuskan asap rokok nya dengan nikmat."Jadi gimana? Apa kalian bersedia menebus Laila dengan harga yang saya minta?"Satria tertawa mencemooh. "Apa tidak bisa lebih murah? Dia kan sudah barang bekas?""Kak, jangan mengatakan Laila seperti itu!" protes Bintang.Mami Rosa tertawa pongah. "Laila itu mutiara paling cantik di sini. Saya mendapatkan uang administrasi besar dari transaksi pelanggan jasanya. Jadi wajar kalau saya meminta uang satu milyar."Satria berdecak dan berdiri dari sofa merah maron itu. "Kalau begitu pembicaraan ini tidak ada gunanya. Kami tidak jadi meminta Laila."Tanpa menunggu respon mami Rosa, Satria keluar dari pintu ruangan. Bintang mengikuti dari belakang."Kak, tunggu!"Bintang mencekal lengan Satria saat dia hampir masuk ke dalam mobil Fortuner nya.Satria menoleh dan mendelik. "Apa? Kamu mau aku mengeluarkan banyak uang untuk perempuan seperti Laila?Buka mata kamu! Masih banyak perempuan lain dengan wajah dan tubuh yang lebih indah serta terpelajar. Kamu tenang saja. Biar kakak yang mencarikan satu gadis perawan untukmu. Jangan mengharap Laila lagi. Oke?!" tanya Satria sambil membuka pintu mobil nya."Tapi Kak ..,""Kamu rajin belajar dan cepat lulus kuliah saja. Kamu itu sudah tidak mau membantuku mengurus perusahaan warisan, malah merepotkan. Cari duit itu susah.Kalau kamu sudah lulus kuliah jadi dokter kaya, tidak ada satupun perempuan yang bisa menolak kamu," sahut Satria langsung menghidupkan mobilnya dan meninggalkan Bintang sendirian yang tengah memanggil-manggil nama kakaknya dengan kesal.**"Sudahlah Kak Bintang, kak Satria benar. Apalah arti saya ini daripada masa depan kak Bintang." Laila berusaha mengulas senyum meskipun hatinya terasa kebas.Bintang menatap wajah Laila lalu mencium tangan perempuan itu dengan penuh perasaan."Kamu tenang saja. Aku akan tetap mencari cara agar kamu bisa lepas dari mami Rosa dan menikah dengan ku!" seru Bintang dengan tegas."Kak, terimakasih sekali kamu mau mencintaiku. Tapi aku adalah perempuan kotor. Kak Bintang cari saja pendamping lain. Aku serius, Kak."Bintang memeluk Laila dengan mata berkaca-kaca. "Aku akan mencari cara lain. Trust me, Honey!"Bintang memeluk erat tubuh Laila dan mengelus rambut nya. Mereka berdua larut dalam kesedihan dan berharap adanya keajaiban yang mendukung kisah cinta mereka."Aku cuma kupu-kupu malam yang tidak bisa berharap ada cahaya yang menyapaku. Sudahlah. Aku pasrah dengan semuanya. Aku tidak ingin merepotkanmu. Urus saja kuliahmu. Materi kuliahnya saja sudah membuatmu pening kan, Kak?"Bintang melepaskan pelukannya perlahan lalu menatap tajam ke mata Laila."Kalau tidak ada cahaya yang bisa membawamu ke tempat yang lebih terang, aku kan menjadi bintangmu untuk membawamu lepas dari kehidupan malam kamu, La."Bintang mengecup kening Laila dengan sepenuh hati."Oh ya, La. Sebenarnya aku ingin berterus terang padamu."Laila menatap wajah Bintang dengan cemas. "Ada apa, Kak? Apakah ada sesuatu yang serius dan gawat terjadi padamu?"Bintang menatap mata Laila lekat-lekat."Ada juniorku yang seperti nya jatuh cinta padaku. Namanya Wulan," sahut Bintang lirih.Seketika bib*r Laila mengerucut. "Lalu apa kak Bintang lebih memilih dia? Dia mempunyai segalanya dari aku kan?"Bintang mengangguk. "Wulan memang salah satu gadis yang mengejarku tanpa tahu malu dan dia punya segala nya. Kecuali cintaku. Karena cintaku hanyalah untukmu, La.""Lalu kenapa kamu menceritakan tentang perempuan itu padaku, Kak?"Bintang menahan tawa. "Satu, aku hanya ingin bersikap jujur padamu, Sayang. Tidak menutup-nutupi apapun yang terjadi. Dua, aku ingin mengujimu apakah kamu cemburu atau tidak."Laila mengangkat satu alis nya. "Lalu menurut Kak Bintang, apakah aku cemburu?"Bintang tergelak. "Tentu saja! Lihatlah hidung kamu yang kembang kempis menahan rasa cemburu dan kesal saat aku menyebut nama Wulan, " sahut Bintang menjawil dagu Laila.Laila melengos. "Ish, apaan sih, Kak?! Aku nggak cemburu kok!""Iya, iya. Kamu nggak cemburu. Nggak cemburu sedikit, tapi cemburu banyak," sahut Bintang tertawa."Hm, tahu ah gelap!""Duh, marah deh. Kamu nggak usah cemas, La. Hubungan cinta kita itu ibarat ompol."Laila mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan Bintang."Lho, kok ompol sih? Nggak keren banget, Kak!""Iya. Jadi cinta kita itu ibarat ompol karena orang lain hanya bisa melihat celananya yang basah dan hanya kita yang bisa merasakan kehangatan nya," sahut Bintang seraya tertawa.Laila pun ikut tertawa. Mendadak Bintang berhenti tertawa dan menatap serius ke arah Laila."La, sebelum aku mendapatkan solusi atas masalah kita, sekarang setiap kali ada tamu yang akan memb*okingmu, kamu harus bilang padaku ya. Aku akan membayarnya dengan harga yang sama dengan yang dibayarkan oleh tamu itu, sehingga permintaan tamunya bisa dicancel."Laila menatap wajah Bintang mata berkaca-kaca lalu mengangguk tanpa suara.**Semenjak pulang dari rumah Mami Rosa, Bintang menjadi tidak enak makan dan tidak bisa tidur. Di kampus maupun di rumah, selalu tampak murung membuat Satria khawatir.Dan setelah memikirkan lagi masak-masak, Satria akhirnya meraih ponsel dan menelepon dua orang anak buahnya."Tabrak ma ti perempuan yang nanti foto nya aku kirim ke kalian. Setelah itu kalian harus bersembunyi di luar kota atau bahkan luar negeri. Aku bayar 30 juta. Lima belas juta untuk uang muka, dan sisanya akan kuberikan saat tugas kalian sukses. Oke?""Baik, Boss!" sahut kedua anak buahnya. Satria tersenyum puas lalu mengirim foto mami Rosa pada mereka setelah dia mengakhiri panggilan telepon.[Lakukan eksekusi dengan segera! Semakin cepat, semakin baik!]Satria lalu menatap sebuah bingkai foto di meja kerjanya. "Bintang, aku mungkin bukan lelaki yang baik untuk perempuan yang pernah tidur denganku, tapi kupastikan aku akan menjadi kakak yang terbaik untukmu.Sejak orang tua kita meninggal, kita hanya saling memiliki satu sama lain, Dek. Dan akan kubantu apapun yang kamu inginkan!"Next?Laila dikejutkan oleh suara ponselnya yang berdering saat dia sedang memasak ayam goreng untuk makan malam."Halo.""Halo, La. Kamu bisa ke rumah sakit nggak? Mami kecelakaan. Parah banget. Butuh banyak darah. Stok darah di PMI kosong, sementara darah kami nggak ada yang cocok untuk mami. Ada yang cocok dua, tapi semua mengalami anemia. Seingat ku golongan darah kamu B kan? Coba ke rumah sakit Mitra Sehat sekarang. Siapa tahu darah kamu bisa menyelamatkan mami. Karena mami akan dioperasi sekarang!"Laila terkesiap mendengar penuturan salah satu rekan seprofesi nya itu. Walaupun dia merasa marah karena mami mempersulit syarat untuk Laila keluar dari pekerjaan nya, tapi dia tidak bisa menampik fakta bahwa melalui perantara mami Wati lah dia bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup ibu dan kedua adiknya. "Baiklah. Aku ke rumah sakit sekarang!"**Golongan darah Laila dinyatakan cocok dari segala aspek untuk menjadi pendonor darah bagi mami Rosa. Gadis itu terpekur di depan
Laila terdiam. Dia terlalu terkejut dengan berita yang memukul nya ini. Tangan dan tubuhnya gemetar, keringat dingin membasahi tengkuknya, jantungnya berdebar lebih kencang. "Nak, kok pertanyaan dari ibu tidak dijawab? Apa semua itu benar? Jawab, Nduk?"Laila tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Dia menjatuhkan diri di lantai dan menangis tersedu-sedu. "Maaf, Bu. Maaf." Hanya itu kata yang bisa diucapkan oleh Laila. Terdengar helaan nafas berat dari keduanya. "Jadi selama ini yang uang yang kamu kirimkan pada kami hasil dari ..," ucapan dari ibu Laila terputus dan terdengar isak tangis dari kedua anak beranak itu. Sementara itu di luar rumah, Bintang masih tetap menggedor-gedor pintu. "Sayang, buka pintunya! Kalau kamu tidak mau membuka pintu, aku akan mendobrak nya!"Sepi tidak ada jawaban. Bintang mulai kehilangan kesabaran. "Kalau begitu aku akan mendobrak pintu ini dalam hitungan ketiga. Satu, dua, ..,"Sebelum hitungan ketiga, pintu rumah Laila terbuka dari dalam. Waja
Beberapa saat sebelumnya,"Kamu kenapa manyun gitu, Lan?" tanya Aris, sodara sepupu Wulan. Mereka sedang berada di halaman tengah rumah Wulan yang luas dan duduk di gazebo menatap ke arah kolam renang.Wulan mendengus kesal. "Gebetan aku punya pacar, Kak.""Hahaha! Kamu kok cemen sih. Gebetan punya pacar kok manyun, nanges?! Bukan Wulan yang kukenal ah! Kalau gebetan punya pacar, kamu cari gebetan lain dong! Jangan mau kalah!"Wulan mendelik mendengar kata-kata sepupunya. "Ish, kak Aris ini! Ini beda dengan pacar-pacar aku yang lainnya! Ini benar-benar varietas unggul," ujar Wulan dengan menyedekapkan kedua tangan nya di depan dada. Aris tertawa terbahak-bahak. "Aish, sejak kapan kamu menjadi melo seperti ini? Sudah lah, laki-laki di dunia ini banyak! Bukan cuma gebetan kamu saja!Kayak aku dong, walaupun jomblo, tapi sudah banyak cewek yang menemaniku tidur. Hm, bukannya bermaksud sombong sih. Aku memang Arjuna!" seru Aris bangga sambil menegakkan kerah bajunya.Wulan mencebik. "Syo
"Jadi kak Satria yang membu n*h Anggi?" tanya Laila dengan tatapan masih setengah percaya. Sejenak Laila kebingungan di bawah pohon mangga. Desau angin yang meniup di tengkuk nya terasa lebih dingin dan membuat bulu kuduknya meremang. Laila masih terpaku di tempatnya. Mencoba berpikir jernih tentang apa yang harus dilakukan nya sekarang. 'Apa yang harus kulakukan kalau sudah seperti ini? Aku pacaran dengan laki-laki yang mempunyai seorang kakak yang ternyata pelanggan ku yang mengalami kelainan saat berhubungan. Dan nggak cuma itu, dia bahkan membun*h Anggi. Yah, walaupun mungkin saat itu dia tidak sengaja atau tidak bermaksud untuk melakukan nya, tapi dia pasti menyiks* Anggi dulu saat berhubungan. Apa yang harus kulakukan? Aku harus pergi dari sini sesegera mungkin. Aku ingin pulang dulu agar bisa berpikir jernih,' batin Laila. Laila segera membalikkan badan dan berlari. Namun sayangnya, karena Laila terlalu gugup dan panik, dia tidak melihat batu kecil yang teronggok di hadapan
'Astaga! Kenapa jalan hijrah ini begitu terjal kutempuh, Tuhan?!'Laila menangis terisak di kontrakan nya sendirian. Dadanya terasa sesak dan dunia ini serasa menghimpit nya. "Aku harus segera ke rumah ibu malam ini. Tapi naik apa? Sekarang sudah jam 12 malam. Oh Tuhan, apa yang harus kulakukan?" gumam Laila benar-benar panik. Dia terbangun dari ranjangnya dan berjalan hilir mudik tak tentu. "Apa aku harus mengatakan hal ini pada kak Bintang? Padahal baru aja aku mengatakan hal buruk tentang kak Satria pada kak Bintang. Apa dia masih mau menolong ku? Tapi aku tidak mempunyai pilihan lain," gumam Laila. Dengan tangan gemetar, dia meraih ponselnya dan menekan nomor Bintang. Sekali, dua kali, tiga kali, Laila mencoba menelepon Bintang, tapi lelaki itu sungguh tidak menerima telepon nya. Akhir nya Laila nekat mengirimkan pesan pada Bintang.[Kak, ibuku jatuh di kamar mandi dan sekarang sedang di bawa di rumah sakit di kampung ku. Tolong aku, Kak! Antarkan aku pulang!Aku sungguh tidak
Flash back satria bertengkar dengan Bintang Beberapa saat sebelumnya,Bintang terdiam setelah membaca pesan whatsapp dari Laila. Diremasnya ponselnya sampai buku-buku tangan Bintang memutih. "Ini tidak mungkin. Kak Satria pasti tidak pernah tidur dengan Laila. Laila pasti ngeprank aku, kan?" gumam Bintang dengan hati yang masygul. "Aku harus memastikan nya sendiri."Bintang lalu keluar dari kamarnya di lantai dua rumahnya lalu menuju ke arah ruang kerja kakak nya yang berada di lantai tiga. Ruang kerja kakaknya berdekatan dengan perpustakaan rumahnya yang mengkoleksi berbagai macam buku dengan berbagai genre. Di seberang ruang kerja kakaknya itu terletak kamar Satria, yang bersebelahan dengan ruangan yang mempunyai berbagai alat gym. Bintang memelankan langkah nya saat sudah berada di hadapan Satria yang sedang asyik mengotak atik laptop nya. Kakak lelakinya itu menoleh padanya dengan mengangkat satu alis nya lalu menoleh ke arah jam yang menempel di tembok. "Ada apa? Tumben kamu
Mendadak salah seorang preman membekap wajah dan mulut Bintang dengan sapu tangan yang telah dibubuhi obat bius. Sementara dua orang lainnya dengan cepat memegangi tangan Bintang. Dan preman lain memegangi kedua kakinya. Dan tak lama kemudian, Bintang pun terkulai lemas."Dia sudah pingsan!" ujar salah seorang preman yang bertugas membekap mulut dan hidung Bintang. "Angkut ke mobil! Cepetan! Keburu bangun nanti!"Ketiga preman lantas menggotong tubuh Bintang yang sedang lemas itu ke dalam mobil. Lalu salah satunya segera menghidupkan mobil milik Bintang dan melajukannya. Sementara preman yang lain mengendarai motor mereka mengikuti mobil itu. Motor dan mobil yang sedang melaju itu akhirnya berhenti setelah menempuh jarak selama satu jam di salah satu vila pinggir pantai. Bintang lalu dibawa keluar dari mobil dan dimasukkan ke vila itu. "Bagus! Pekerjaan kalian bagus sekali. Tidak ada saksi mata yang melihat kejadian ini kan?" tanya Satria yang duduk di dalam sebuah kamar besar.
Andre melanjutkan proses hipnoterapi nya. "Dengarkan sugesti saya. Kalau pun kamu bertemu dengan perempuan dalam foto itu, kamu akan melihat dia sebagai perempuan buruk rupa yang berwajah tua," instruksi Andre sambil menatap mata dan memegang pundak Bintang. **Satria menatap ke arah pintu kamar adiknya yang tertutup dengan was-was. Dia berjalan mondar mandir di depan kamar besar itu, sampai saat pintu terbuka, di hadapannya, Satria menatap penuh harap ke arah ahli hipnoterapi itu. "Bagaimana pak Andre?"Andre tersenyum dan mengacungkan kedua ibu jarinya. "Semua sudah selesai. Adik kamu akan melupakan perempuan itu. Hanya ketika aku menarik kembali hipnotis ku padanya, adik kamu baru bisa teringat pada kekasih nya. Selain aku yang mencabut sugesti ku pada adikmu, maka tidak ada yang bisa membuat nya teringat pada perempuan itu," ujar Andre tersenyum. "Wah, anda memang yang terbaik! Terima kasih!" seru Satria mengulur kan tangannya ke arah Andre dan menjabat tangan lelaki setenga
"Kalian bereskan mayat ini! Aku akan mengejar Wulan! Dia juga harus bertanggung jawab atas kesalahannya!" ujar Satria lalu segera melompat ke arah jendela dan berlari mengejar Wulan. Bintang memeluk Laila dan memeriksa apakah ada luka di tubuh calon istrinya itu. "Bintang, kita harus pergi dari tempat ini. Aku tidak mau kita ikut-ikutan kasus penculikan dan pembunuhan ini! " ujar teman Bintang yang merupakan detektif sewaan. Bintang mengangguk lalu menatap iba ke arah Laila. "Sayang, maaf ya kalau aku harus menggendong kamu," ujar Bintang lalu segera membopong tubuh Laila dan berjalan ke luar kamar di vila itu. Laila menceracau dengan kata-kata tidak jelas. Bintang mempercepat langkahnya ke mobilnya lalu membaringkan Laila ke jok tengah dan melajukannya keluar dari vila."Kita bawa Laila ke rumah sakit terdekat segera, Lih!" pinta Bintang pada Galih yang sedang duduk di belakang kemudi. "Siap," sahut Galih seraya melirik dari kaca spion tengah.Bintang mencium kening Laila. "Tena
"Siapa kalian?" tanya Laila dengan takut. Salah satu dari para pengeroyok Laila langsung mendorong tangan Laila sehingga gadis itu terjerembab di atas aspal. Motornya jatuh menimpa nya. "Aaargghh!!" jerit Laila. Dia melihat keempat orang yang mendekatinya dan salah satu dari mereka dengan tanpa suara menarik motor nya dan menjatuhkan motor itu menjauhi Laila. Laila dengan ketakutan, mencoba berdiri, tapi baru saja dia bangkit, seorang pengeroyok nya langsung menarik kedua tangannya ke belakang. "Jangan -jangan! Siapa kalian! Ambil saja motorku dan lepas kan aku!"Laila mencoba menggerak-gerakkan badannya ke kanan dan ke kiri untuk memberontak sekuat tenaga hingga jilbabnya terlepas dari kepala. "Tolong! Tolong!" Laila berteriak sekuat tenaga. Tapi rupanya dia tidak cukup kuat untuk melawan empat orang lelaki sendirian. Salah satu penculik yang membawa sapu tangan berisi obat bius segera menghambur ke arah Laila dan membekap hidung serta mulut Laila dengan sapu tangan yang telah
Tapi ternyata aku tidak bisa melupakan Laila sampai sekarang. Aku tidak akan mengurusi kelainan kakak dan kelainan Wulan. Kalian menikah saja, aku tak peduli. Tapi aku akan mendekati Laila lagi dan jangan ganggu kami.Aku jamin Laila akan tutup mulut tentang kematian teman nya yang disebabkan oleh kakak. Biarkan aku dan Laila hidup bahagia, Kak. Bagaimana? Adil bukan tawaran ku?" tanya Bintang membuat Satria langsung membelalakkan matanya. Satria menatap ke arah Bintang dengan ekspresi wajah tak percaya."Jadi kamu kemarin hanya pura-pura melupakan Laila?" tanya Satria terperangah. Bintang mengangguk. "Betul. Karena aku mendengar kakak bicara saat aku pingsan bahwa kakak akak membu nuh Laila kalau sampai Laila menceritakan tentang kelainan kakak padaku dan pada orang lain. Jadi aku memutuskan untuk pura-pura terhipnotis agar Laila selamat. Jadi kumohon, jangan ganggu kami.""Kamu sadar apa yang kamu bicarakan? Kamu lebih memilih Laila daripada kakakmu ini?" tanya Satria mendelik. "
"Mas Bintang, lihatlah! Aku memang selingkuh! Aku selingkuh dengan kakak kandung mu sendiri! Sekarang apa yang akan kamu lakukan pada kami!" seru Wulan dengan berani.Bintang menatap Wulan dengan nyalang. "Kamu main gi la dengan kakakku? Kamu emang sudah gi la!" seru Bintang dengan menggores kan telunjuk tangan kanan ke dahinya. Melihat hal itu, Wulan semakin marah. "Kamu yang salah, kenapa kamu yang menyalah kan aku?" "Lho, yang selingkuh kamu, kenapa kamu kok menyalahkan aku?" tanya Bintang dengan tersenyum meledek. "Kamu nggak bisa memenuhi kebutuhan biologisku, Mas. Padahal kamu suami ku! Wajar dong kalau aku memilih selingkuh!""Suami apa? Suami yang kamu jebak? Tidak ada cinta dalam kehidupan pernikahan kita!"Hati Wulan seperti tersengat listrik saat mendengar ucapan Bintang. "Baiklah, kalau tidak ada cinta. Tapi kenapa kamu terlihat marah saat aku selingkuh dengan kakakmu?"Bintang menatap ke arah Wulan dengan tatapan menguliti. "Apa kamu benar-benar melakukan hubungan su
Bintang pun terdiam menatap ke arah Laila.'Ya Tuhan, aku lupa kalau toko bangunan ini satu kecamatan dengan rumah Laila. Tapi kenapa Laila ada di toko bangunan malam-malam?' tanya Bintang dalam hati. Matanya sangat menyiratkan kerinduan, tapi ditahan nya mati-matian keinginan untuk menyapa apalagi memeluk Laila. Bintang hanya mengernyitkan alisnya tanpa mengatakan sepatah katapun lalu menatap ke arah haji Irwan yang sedang menjumlahkan pesanan bahan bangunan oleh Bintang. "Pak Haji, jangan lupa ya besok siang ke tempat saya?!" ujar Bintang mengingat kan. "Siap, Mas. Pesanan mas akan saya total sekarang juga, nanti kalau sudah selesai dijumlahkan, akan saya kirim nomor rekening sekaligus tagihan nya ke nomor mas Bintang. Dan besok, semua orderan mas Bintang akan kami kirim ke alamat mas Bintang. Begitu kan, Mas?" tanya Pak Haji Irwan sambil menatap ke arah Bintang. Bintang tersenyum dan mengacungkan kedua jempol nya. "Sip? Ya sudah, saya pulang dulu, Pak. Assalamualaikum!" "Waal
"Kak, badan kakak bagus, ganteng, dan mapan. Kenapa belum menikah?" tanya Wulan membuat Satria menatap tajam ke arah gadis itu. "Apa Bintang atau ada orang lain yang mengatakan sesuatu tentang aku padamu sehingga kamu berpikir tentang kenapa aku belum menikah?" tanya Satria seraya mendekat ke arah tempat duduk Wulan, sang adik ipar. Wulan memejamkan mata saat aroma tubuh yang terbalut kimono handuk dengan aroma moltonya membuai hidung Wulan. Dan gadis itu tanpa sadar menghirup aroma di hadapan dengan perlahan. Hingga suara tawa membuat Wulan sadar diri dan membuka mata. "Kak, ma-maaf, saya ..." Wulan berkata dengan gagap seraya menatap ke wajah Satria. Satria tertawa terkekeh. "Kamu seperti istri yang belum pernah dijamah oleh suaminya. Padahal kalian baru saja menikah dua hari yang lalu kan?"Wulan menundukkan kepalanya. "Memang mas Bintang belum menyentuh ku. Makanya aku kemari, Kak. Siapa tahu ada rahasia mas Bintang yang tidak kuketahui," ujar Wulan lirih. Wulan melirik ke ar
"Tapi aku istri kamu, Mas!" protes Wulan. "Iya. Tapi kamu sudah memaksakan perasaan ku padamu. Apa kamu pikir, aku tidak marah dan kesal padamu setelah kamu menjebak dalam kamar rumah sakit, Hah?" tanya Bintang marah. Tanpa diduga Wulan pun ikut berang. "Tapi kenapa kamu masih tetap mau menikahiku kalau kamu tidak mencintai ku, Mas?""Heh, dengar kan aku baik-baik ya. Bagaimana aku tidak mau menikahi mu jika masa depan profesi ku yang dipertaruhkan? Asal kamu tahu saja. Aku hampir dikeluarkan dengan tidak hormat dari rumah sakit saat kamu memfitnah ku kemarin. Dan namaku juga sudah buruk di hadapan teman-teman sejawat, semua gara-gara kamu!"Bintang mendekat ke arah Wulan. "Sekarang, selamat menikmati kehidupan pernikahan tanpa kasih sayang suami," ujar Bintang seraya ngeloyor pergi dari hadapan Wulan yang terdiam dan mengepalkan tangannya. "Kamu mau kemana, Mas?"Bintang menghentikan langkahnya dan menoleh sedikit ke arah belakang. "Rumah ini cukup luas untuk kita berdua. Jadi ka
"Lihat saja sendiri!" ucap Noval. Dan seketika hati Laila seperti berhenti berdetak saat melihat di akun tik tok yang sedang viral, tampak pernikahan Wulan dengan Bintang!Laila nyaris menjatuhkan ponsel Noval saat melihat berita itu. "Kok bisa sih?" tanya Laila dengan mata yang mulai berkaca. "Selama ini aku beberapa kali menolak laki-laki karena aku masih ingin mendapatkan kesempatan lagi untuk bersama mas Bintang. Tapi apa yang terjadi sekarang? Mas Bintang benar-benar melupakanku. Ada apa sebenarnya?" gumam Laila. Noval menatap kakak perempuan nya dengan iba. "Mbak, kamu masih mencintai mas Bintang?" tanya Noval penasaran. Laila terdiam. Tapi melihat reaksi Laila, Noval pun tahu jawabannya tanpa Laila harus menjawab pertanyaan darinya. "Kalau saran ku, lebih baik mbak Laila melupakan mas Bintang saja. Carilah lelaki yang baik dan bisa menerima masa lalu mbak Laila,," saran Noval. Laila menatap adiknya dengan mata berkaca-kaca. "Masa lalu ku begitu kelam. Apa menurutmu aku
"Jadi mbak La, sebenarnya saya ... jatuh cinta dengan mbak Laila," ujar Iqbal terus terang membuat Laila terkejut setengah ma ti. "Apa kamu bilang?" "Hm, saya tahu kalau Mbak Laila pasti kaget dan tidak menyangka bahwa saya akan mengatakan hal ini secara mendadak. Tapi sebenernya tidak. Saya sudah merasa jatuh cinta pada mbak La sejak awal kita berjumpa."Laila mengerut kan dahinya. "Awal berjumpa? Jangan-jangan ... saat ...""Ya, benar sekali. Saat mbak Laila dan Noval pertama kali datang ke rumah, saya sudah merasakan jatuh cinta pada mbak Laila tapi tentu saja saya tidak bisa mengatakannya secara langsung, karena saya tahu mbak Laila pasti memilih laki-laki yang lebih tampan dan mapan daripada saya."Laila tersenyum kecil. Dia takjub juga dengan keberanian bocah yang berusia lima tahun lebih muda darinya itu. "Kamu sudah tahu aku mencari yang mapan dan tampan tapi kamu masih nekat nembak aku?" tanya Laila mengulum senyum. Iqbal menatap ke mata Laila. "Ya saya baru berani nemb