Laila pun tercengang melihat kedatangan Bintang di hadapannya.
"Waalaikumsalam. Kak, kok tahu kontrakanku sih?" tanya Laila kaget.Bintang mendekat ke arah gadis itu. "Itu bukan hal yang penting. Ijinkan aku masuk ke rumah mu dulu. Biar aku periksa luka-luka kamu," pinta Bintang lembut.Laila menyingkir dari pintu dan duduk di sofa ruang tamunya. Bintang mengikuti nya dari belakang."Kenapa dengan wajah kamu, La?" Bintang mengulangi kembali pertanyaan nya.Laila merab* pipinya perlahan. Dia tidak mungkin mengatakan penyebab wajah nya yang lecet ini pada Bintang. Dia tidak mau Bintang ataupun mahasiswa lain mengetahui tentang pekerjaannya. Dia hanya ingin belajar, kerja, dan segera lulus kuliah untuk mendapatkan pekerjaan lebih baik."Hei, ditanya kok melamun?" tanya Bintang seraya mengibaskan tangannya di hadapan wajah Laila."Aku terjatuh, Kak," sahut Laila berbohong.Dahi Bintang mengernyit. "Kamu lupa kalau aku ini mahasiswa kedokteran tingkat akhir? Aku bisa membedakan mana luka karena jatuh dan mana luka karena dipukuli."Bintang menjeda kalimatnya. Suasana hening sejenak."Kalau begitu pertanyaan nya aku ubah, siapa yang memukuli kamu?"Laila menghela nafas panjang. "Itu urusan pribadi saya. Sekarang ganti saya yang bertanya. Kenapa kak Bintang kemari?""Aku ingin menjemput mu untuk makan bersama di kafe sesuai dengan janji mu tadi pagi.""Wajah saya masih sakit. Seperti nya saya tidak bisa keluar rumah dulu.""Baiklah. Kita pesan makanan online saja dan aku akan makan di sini.""Tapi Kak, aku ....""Ayolah, La! Kamu kenapa sih kayak benci banget sama aku? Memangnya aku punya salah apa sama kamu?" tanya Bintang. Pandangan matanya tajam menatap ke arah Laila.Laila mengalihkan pandangan matanya. "Ya sudah. Terserah kakak saja kalau mau beli makanan online. Tapi saya tidak lapar."Kruuyukkk!Wajah Laila memerah karena kaget dan malu perutnya berbunyi setelah dia mengatakan tidak lapar."Hahahahaha! Perut kamu tidak bisa diajak berbohong, La. Oh ya, kamu mau makan apa?""Terserah Kak Bintang saja."Bintang tampak berpikir sesaat."Kalau begitu nasi goreng ya?"Laila mengangguk. "Iya boleh."Bintang lalu mengotak-atik ponselnya. "Sudah. Tinggal menunggu pesanan dibuat dan diantarkan," ujar Bintang.Lelaki itu lalu menatap lama ke arah Laila."Kenapa Kak? Kenapa memandangiku seperti itu? Apa wajahku kotor? Nanti dahiku bisa bolong kalau Kak Bintang melihatku seserius itu lo," ujar Laila tampak salah tingkah.Bintang tersenyum. "Kamu istimewa. Kamu tidak hanya cantik dan menarik, tapi juga baik.""Tahu dari mana saya baik?""Kemarin saya tahu, kamu memberikan snack pada kucing liar di belakang kampus. Lalu kamu juga rajin membeli kue atau jajan yang dijual anak-anak kecil di pemberhentian lampu merah," jawab Bintang.Laila mendelik. "Kakak mengikuti aku?""Yah, jangan geer dong! Aku cuma kebetulan saja liat kamu di jalan, La. Memangnya yang boleh lewat jalan belakang kampus dan jalan raya, cuma kamu?"Laila terdiam."Sebenarnya aku punya banyak banget kekurangan. Cuma kakak saja yang belum tahu," sahut Laila getir."Hm, masa sih? Coba kamu sebutkan apa saja kekurangan kamu?!""Hm, sudahlah. Aku tidak ingin membahasnya," sahut Laila lirih.Mendadak ponsel Laila berdering, gadis itu segera menerima panggilan telepon nya setelah melihat nama sang penelepon."Halo, Dek.""Halo, Mbak! Mbak ada simpanan uang tidak?""Uang? Buat apa?""Ibu sekarang ada di puskesmas. Jatuh dari motor setelah pulang pengajian. Mungkin ibu mengantuk sehingga tidak fokus.""Astaga! Apa lukanya parah?""Nggak, Mbak. Cuma kaki ibu lecet sehingga harus dijahit.""Baiklah. Mbak transfer sekarang juga. Kalau misalkan keadaan ibu ternyata parah, bawa saja ke rumah sakit. Kamu tinggal bilang biayanya pada Mbak!""Baiklah, Mbak. Terima kasih."Laila segera mengirimkan uang sebanyak dua juta lima ratus ribu ke rekening adiknya."Adek kamu telepon? Dia terluka?" tanya Bintang. Laila memang tidak mengaktifkan pengeras suara saat menerima telepon dari adiknya tadi."Iya, adikku yang menelepon. Ibuku jatuh dan dibawa ke puskesmas," ujar Laila lemas."Kalau begitu, ayo kita ke rumah kamu. Aku akan mengantarkan mu dengan selamat."Laila menggeleng. "Tidak usah. Aku tidak mau ibuku cemas kalau melihat wajah ku yang terluka ini, Kak.""Baiklah, kalau memang itu yang terbaik menurut kamu. Oh, ya ngomong-ngomong kamu sekeluarga berapa orang bersaudara?" tanya Bintang."Tiga. Aku anak sulung. Kedua adikku laki-laki. Masih kelas dua SMA dan kelas dua SMP.""Oh, gitu."Bintang tampak manggut-manggut."Orang tua kamu kerja apa?"Laila menghela nafas berat. "Ibuku buka toko, Kak. Toko kelontong depan rumah. Lalu bapakku, sudah meninggal sejak adik bungsu ku SD.""Oh, maaf. Aku tidak tahu," sahut Bintang dengan penuh rasa sesal. Diam-diam dia kagum sekaligus curiga pada Laila.Gadis yang telah ditinggalkan oleh ayahnya ini sekarang bisa kuliah, padahal kondisi ibunya sedang kekurangan. Laila mendapat biaya darimana agar bisa kuliah? Jangan-jangan dia ...Bintang segera menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menepis prasangka nya. Ingin bertanya pada Laila tentang darimana gadis itu mendapat biaya untuk kuliah, tapi Marzuki merasa hal itu tidak pantas."Oh, ya. Aku numpang pipis dulu. Boleh kan? Dimana kamar mandinya?"Laila mengantarkan letak kamar mandinya lalu kembali ke ruang tamu. Tampak tas punggung dan ponsel Bintang terletak di meja ruang tamu nya.Laila nyaris terlonjak karena kaget mendengar suara ponsel milik Bintang yang mendadak berbunyi nyaring. Lebih kaget lagi saat melihat nama san foto laki-laki yang tertera di layar ponsel Bintang.Kak Satria is calling ....Next?Laila nyaris terlonjak karena kaget mendengar suara ponsel milik Bintang yang mendadak berbunyi nyaring. Lebih kaget lagi saat melihat nama dan foto laki-laki yang tertera di layar ponsel Bintang. Kak Satria is calling ....Laila menelan ludah saat membaca nama itu berulang-ulang hingga seluruh tubuh nya gemetar dan menggigil, melihat foto dan nama Satria membuatnya selalu teringat malam itu. Telepon itu baru saja ma ti, saat Bintang ke luar dari kamar mandi. Laila menatap Bintang, sejenak dia merasa ragu saat akan menanyakan tentang Satria. Tapi karena rasa ingin tahunya lebih besar, Laila pun akhirnya mencari kalimat yang pas untuk memulai pembicaraan nya. "Kak, tadi ada telepon masuk ke hp mu.""Oh ya? Dari siapa? Dari gofo*d bukan?" "Bukan. Nama yang tertulis di layar tadi kak Satria."Bintang tersenyum sambil menatap ke arah ponselnya. "Oh, dia adalah kakak kandungku. Lain kali kalau kak Satria menelepon, kamu yang jawab ya?"Wajah Laila memucat mendengar ucapan Bintang. "Ke-
Flash back on: Laila baru saja makan malam, saat ponselnya berdering. "Ya Mi?" sapa Laila. "La, apa kamu sibuk?""Enggak juga. Baru saja makan malam. Ada apa Mi?" tanya Laila."Ada klien yang hanya ingin kamu dampingi menyanyi di tempat karaoke. Bayarannya lumayan. Kamu mau kan?" tanya Mami. "Boleh juga. Aku kan juga sering main di tempat karaoke, Mi.""Good girl. Kalau begitu, siap-siap sekarang ya di Rose karaoke.""Hah, sekarang Mi?""Iya. Kenapa? Ada masalah?""Hm, kok mendadak ya Mi? Tapi nggak apa-apa deh. Laila siap-siap dulu.""Nah, gitu dong. Habis ini langsung Mami transfer duit ke kamu.""Oke Mi."Laila tersenyum puas melihat nominal yang tertera di saldo mbanking nya sekarang. Dia lalu segera bersiap untuk tugas selanjutnya.Perlahan Laila menatap wajah nya yang masih terasa sakit. Dia belum bilang pada mami Rosa tentang perbuatan Satria. Satria sudah mengancamnya sampai begitu rupa. Dan sekarang, satu kenyataan pahit seolah menampar nya dengan telak. Satria adalah kak
Laila menelan ludah. Lalu menatap Bintang dengan takut-takut. "Kak, berhenti! Aku mau pulang saja. Aku bisa mengembalikan uang yang telah dibayar oleh mereka yang menyewaku menemani karaokean malam ini," ujar Laila lirih. Bintang menatap nya dengan tajam. "Kenapa mau pulang? Apa kamu keberatan menemaniku tidur? Jangan khawatir aku akan membayarmu dengan mahal. Berapa hargamu permalam? Sepuluh juta? Dua puluh juta?""Kak, hentikan!" pekik Laila. Dia merasa terhina karena ditawar oleh lelaki yang dicintainya.Bintang yang sedang marah terdiam. Dadanya tampak naik turun, berusaha mengendalikan emosi. "Sejak kapan kamu menjadi pemandu karaoke? Apa kamu juga melayani tamu di hotel? Jangan-jangan kamu bahkan pernah tidur dengan kakakku?!"Laila terdiam dan hanya menangis. "JAWAB, LAILA!" Bintang memukul setir dengan frustasi. "Aku mulai bekerja dengan mami Rosa sudah hampir setahun. Dan seperti yang kamu tahu, baru tiga bulan ini aku menjadi mahasiswa baru di kampus yang sama dengan
"Hai Laila, apa saya boleh masuk?" tanya Satria sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Bo-boleh."Laila mempersilakan Satria masuk ke dalam ruang tamu. "Duduk Pak. Mau minum apa?"Satria tersenyum dan duduk di sofa. "Terserah kamu, mau memberikan aku minuman apa saja.""Baiklah Pak. Tunggu sebentar di sini." Laila lalu pamit dan pergi ke dapur untuk menyeduh kopi sachet. Sambil menunggu air di teko panas, Laila berlari ke kamarnya untuk mengambil ponsel dan kembali ke dapur seraya berusaha menghubungi Bintang.Satria menunggu beberapa saat di ruang tamu sambil memainkan ponselnya. "Ck, lama amat!" keluh Satria tak sabar seraya menatap ke arah arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Lelaki itu lalu melangkah dengan cepat tanpa suara dari ruang tamu mencari Laila di dapur. "Sayang," bisik Satria lirih di telinga Laila. Laila terkejut dan membalikan badan. Tubuh Satria sangat dekat padanya. Rupanya Satria menyusulnya ke dapur.Laila hendak mundur tapi ada
Laila dikejutkan oleh suara ponselnya yang berdering saat dia sedang memasak ayam goreng untuk makan malam."Halo.""Halo, La. Kamu bisa ke rumah sakit nggak? Mami kecelakaan. Parah banget. Butuh banyak darah. Stok darah di PMI kosong, sementara darah kami nggak ada yang cocok untuk mami. Ada yang cocok dua, tapi semua mengalami anemia. Seingat ku golongan darah kamu B kan? Coba ke rumah sakit Mitra Sehat sekarang. Siapa tahu darah kamu bisa menyelamatkan mami. Karena mami akan dioperasi sekarang!"Laila terkesiap mendengar penuturan salah satu rekan seprofesi nya itu. Walaupun dia merasa marah karena mami mempersulit syarat untuk Laila keluar dari pekerjaan nya, tapi dia tidak bisa menampik fakta bahwa melalui perantara mami Wati lah dia bisa mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup ibu dan kedua adiknya. "Baiklah. Aku ke rumah sakit sekarang!"**Golongan darah Laila dinyatakan cocok dari segala aspek untuk menjadi pendonor darah bagi mami Rosa. Gadis itu terpekur di depan
Laila terdiam. Dia terlalu terkejut dengan berita yang memukul nya ini. Tangan dan tubuhnya gemetar, keringat dingin membasahi tengkuknya, jantungnya berdebar lebih kencang. "Nak, kok pertanyaan dari ibu tidak dijawab? Apa semua itu benar? Jawab, Nduk?"Laila tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Dia menjatuhkan diri di lantai dan menangis tersedu-sedu. "Maaf, Bu. Maaf." Hanya itu kata yang bisa diucapkan oleh Laila. Terdengar helaan nafas berat dari keduanya. "Jadi selama ini yang uang yang kamu kirimkan pada kami hasil dari ..," ucapan dari ibu Laila terputus dan terdengar isak tangis dari kedua anak beranak itu. Sementara itu di luar rumah, Bintang masih tetap menggedor-gedor pintu. "Sayang, buka pintunya! Kalau kamu tidak mau membuka pintu, aku akan mendobrak nya!"Sepi tidak ada jawaban. Bintang mulai kehilangan kesabaran. "Kalau begitu aku akan mendobrak pintu ini dalam hitungan ketiga. Satu, dua, ..,"Sebelum hitungan ketiga, pintu rumah Laila terbuka dari dalam. Waja
Beberapa saat sebelumnya,"Kamu kenapa manyun gitu, Lan?" tanya Aris, sodara sepupu Wulan. Mereka sedang berada di halaman tengah rumah Wulan yang luas dan duduk di gazebo menatap ke arah kolam renang.Wulan mendengus kesal. "Gebetan aku punya pacar, Kak.""Hahaha! Kamu kok cemen sih. Gebetan punya pacar kok manyun, nanges?! Bukan Wulan yang kukenal ah! Kalau gebetan punya pacar, kamu cari gebetan lain dong! Jangan mau kalah!"Wulan mendelik mendengar kata-kata sepupunya. "Ish, kak Aris ini! Ini beda dengan pacar-pacar aku yang lainnya! Ini benar-benar varietas unggul," ujar Wulan dengan menyedekapkan kedua tangan nya di depan dada. Aris tertawa terbahak-bahak. "Aish, sejak kapan kamu menjadi melo seperti ini? Sudah lah, laki-laki di dunia ini banyak! Bukan cuma gebetan kamu saja!Kayak aku dong, walaupun jomblo, tapi sudah banyak cewek yang menemaniku tidur. Hm, bukannya bermaksud sombong sih. Aku memang Arjuna!" seru Aris bangga sambil menegakkan kerah bajunya.Wulan mencebik. "Syo
"Jadi kak Satria yang membu n*h Anggi?" tanya Laila dengan tatapan masih setengah percaya. Sejenak Laila kebingungan di bawah pohon mangga. Desau angin yang meniup di tengkuk nya terasa lebih dingin dan membuat bulu kuduknya meremang. Laila masih terpaku di tempatnya. Mencoba berpikir jernih tentang apa yang harus dilakukan nya sekarang. 'Apa yang harus kulakukan kalau sudah seperti ini? Aku pacaran dengan laki-laki yang mempunyai seorang kakak yang ternyata pelanggan ku yang mengalami kelainan saat berhubungan. Dan nggak cuma itu, dia bahkan membun*h Anggi. Yah, walaupun mungkin saat itu dia tidak sengaja atau tidak bermaksud untuk melakukan nya, tapi dia pasti menyiks* Anggi dulu saat berhubungan. Apa yang harus kulakukan? Aku harus pergi dari sini sesegera mungkin. Aku ingin pulang dulu agar bisa berpikir jernih,' batin Laila. Laila segera membalikkan badan dan berlari. Namun sayangnya, karena Laila terlalu gugup dan panik, dia tidak melihat batu kecil yang teronggok di hadapan
"Kalian bereskan mayat ini! Aku akan mengejar Wulan! Dia juga harus bertanggung jawab atas kesalahannya!" ujar Satria lalu segera melompat ke arah jendela dan berlari mengejar Wulan. Bintang memeluk Laila dan memeriksa apakah ada luka di tubuh calon istrinya itu. "Bintang, kita harus pergi dari tempat ini. Aku tidak mau kita ikut-ikutan kasus penculikan dan pembunuhan ini! " ujar teman Bintang yang merupakan detektif sewaan. Bintang mengangguk lalu menatap iba ke arah Laila. "Sayang, maaf ya kalau aku harus menggendong kamu," ujar Bintang lalu segera membopong tubuh Laila dan berjalan ke luar kamar di vila itu. Laila menceracau dengan kata-kata tidak jelas. Bintang mempercepat langkahnya ke mobilnya lalu membaringkan Laila ke jok tengah dan melajukannya keluar dari vila."Kita bawa Laila ke rumah sakit terdekat segera, Lih!" pinta Bintang pada Galih yang sedang duduk di belakang kemudi. "Siap," sahut Galih seraya melirik dari kaca spion tengah.Bintang mencium kening Laila. "Tena
"Siapa kalian?" tanya Laila dengan takut. Salah satu dari para pengeroyok Laila langsung mendorong tangan Laila sehingga gadis itu terjerembab di atas aspal. Motornya jatuh menimpa nya. "Aaargghh!!" jerit Laila. Dia melihat keempat orang yang mendekatinya dan salah satu dari mereka dengan tanpa suara menarik motor nya dan menjatuhkan motor itu menjauhi Laila. Laila dengan ketakutan, mencoba berdiri, tapi baru saja dia bangkit, seorang pengeroyok nya langsung menarik kedua tangannya ke belakang. "Jangan -jangan! Siapa kalian! Ambil saja motorku dan lepas kan aku!"Laila mencoba menggerak-gerakkan badannya ke kanan dan ke kiri untuk memberontak sekuat tenaga hingga jilbabnya terlepas dari kepala. "Tolong! Tolong!" Laila berteriak sekuat tenaga. Tapi rupanya dia tidak cukup kuat untuk melawan empat orang lelaki sendirian. Salah satu penculik yang membawa sapu tangan berisi obat bius segera menghambur ke arah Laila dan membekap hidung serta mulut Laila dengan sapu tangan yang telah
Tapi ternyata aku tidak bisa melupakan Laila sampai sekarang. Aku tidak akan mengurusi kelainan kakak dan kelainan Wulan. Kalian menikah saja, aku tak peduli. Tapi aku akan mendekati Laila lagi dan jangan ganggu kami.Aku jamin Laila akan tutup mulut tentang kematian teman nya yang disebabkan oleh kakak. Biarkan aku dan Laila hidup bahagia, Kak. Bagaimana? Adil bukan tawaran ku?" tanya Bintang membuat Satria langsung membelalakkan matanya. Satria menatap ke arah Bintang dengan ekspresi wajah tak percaya."Jadi kamu kemarin hanya pura-pura melupakan Laila?" tanya Satria terperangah. Bintang mengangguk. "Betul. Karena aku mendengar kakak bicara saat aku pingsan bahwa kakak akak membu nuh Laila kalau sampai Laila menceritakan tentang kelainan kakak padaku dan pada orang lain. Jadi aku memutuskan untuk pura-pura terhipnotis agar Laila selamat. Jadi kumohon, jangan ganggu kami.""Kamu sadar apa yang kamu bicarakan? Kamu lebih memilih Laila daripada kakakmu ini?" tanya Satria mendelik. "
"Mas Bintang, lihatlah! Aku memang selingkuh! Aku selingkuh dengan kakak kandung mu sendiri! Sekarang apa yang akan kamu lakukan pada kami!" seru Wulan dengan berani.Bintang menatap Wulan dengan nyalang. "Kamu main gi la dengan kakakku? Kamu emang sudah gi la!" seru Bintang dengan menggores kan telunjuk tangan kanan ke dahinya. Melihat hal itu, Wulan semakin marah. "Kamu yang salah, kenapa kamu yang menyalah kan aku?" "Lho, yang selingkuh kamu, kenapa kamu kok menyalahkan aku?" tanya Bintang dengan tersenyum meledek. "Kamu nggak bisa memenuhi kebutuhan biologisku, Mas. Padahal kamu suami ku! Wajar dong kalau aku memilih selingkuh!""Suami apa? Suami yang kamu jebak? Tidak ada cinta dalam kehidupan pernikahan kita!"Hati Wulan seperti tersengat listrik saat mendengar ucapan Bintang. "Baiklah, kalau tidak ada cinta. Tapi kenapa kamu terlihat marah saat aku selingkuh dengan kakakmu?"Bintang menatap ke arah Wulan dengan tatapan menguliti. "Apa kamu benar-benar melakukan hubungan su
Bintang pun terdiam menatap ke arah Laila.'Ya Tuhan, aku lupa kalau toko bangunan ini satu kecamatan dengan rumah Laila. Tapi kenapa Laila ada di toko bangunan malam-malam?' tanya Bintang dalam hati. Matanya sangat menyiratkan kerinduan, tapi ditahan nya mati-matian keinginan untuk menyapa apalagi memeluk Laila. Bintang hanya mengernyitkan alisnya tanpa mengatakan sepatah katapun lalu menatap ke arah haji Irwan yang sedang menjumlahkan pesanan bahan bangunan oleh Bintang. "Pak Haji, jangan lupa ya besok siang ke tempat saya?!" ujar Bintang mengingat kan. "Siap, Mas. Pesanan mas akan saya total sekarang juga, nanti kalau sudah selesai dijumlahkan, akan saya kirim nomor rekening sekaligus tagihan nya ke nomor mas Bintang. Dan besok, semua orderan mas Bintang akan kami kirim ke alamat mas Bintang. Begitu kan, Mas?" tanya Pak Haji Irwan sambil menatap ke arah Bintang. Bintang tersenyum dan mengacungkan kedua jempol nya. "Sip? Ya sudah, saya pulang dulu, Pak. Assalamualaikum!" "Waal
"Kak, badan kakak bagus, ganteng, dan mapan. Kenapa belum menikah?" tanya Wulan membuat Satria menatap tajam ke arah gadis itu. "Apa Bintang atau ada orang lain yang mengatakan sesuatu tentang aku padamu sehingga kamu berpikir tentang kenapa aku belum menikah?" tanya Satria seraya mendekat ke arah tempat duduk Wulan, sang adik ipar. Wulan memejamkan mata saat aroma tubuh yang terbalut kimono handuk dengan aroma moltonya membuai hidung Wulan. Dan gadis itu tanpa sadar menghirup aroma di hadapan dengan perlahan. Hingga suara tawa membuat Wulan sadar diri dan membuka mata. "Kak, ma-maaf, saya ..." Wulan berkata dengan gagap seraya menatap ke wajah Satria. Satria tertawa terkekeh. "Kamu seperti istri yang belum pernah dijamah oleh suaminya. Padahal kalian baru saja menikah dua hari yang lalu kan?"Wulan menundukkan kepalanya. "Memang mas Bintang belum menyentuh ku. Makanya aku kemari, Kak. Siapa tahu ada rahasia mas Bintang yang tidak kuketahui," ujar Wulan lirih. Wulan melirik ke ar
"Tapi aku istri kamu, Mas!" protes Wulan. "Iya. Tapi kamu sudah memaksakan perasaan ku padamu. Apa kamu pikir, aku tidak marah dan kesal padamu setelah kamu menjebak dalam kamar rumah sakit, Hah?" tanya Bintang marah. Tanpa diduga Wulan pun ikut berang. "Tapi kenapa kamu masih tetap mau menikahiku kalau kamu tidak mencintai ku, Mas?""Heh, dengar kan aku baik-baik ya. Bagaimana aku tidak mau menikahi mu jika masa depan profesi ku yang dipertaruhkan? Asal kamu tahu saja. Aku hampir dikeluarkan dengan tidak hormat dari rumah sakit saat kamu memfitnah ku kemarin. Dan namaku juga sudah buruk di hadapan teman-teman sejawat, semua gara-gara kamu!"Bintang mendekat ke arah Wulan. "Sekarang, selamat menikmati kehidupan pernikahan tanpa kasih sayang suami," ujar Bintang seraya ngeloyor pergi dari hadapan Wulan yang terdiam dan mengepalkan tangannya. "Kamu mau kemana, Mas?"Bintang menghentikan langkahnya dan menoleh sedikit ke arah belakang. "Rumah ini cukup luas untuk kita berdua. Jadi ka
"Lihat saja sendiri!" ucap Noval. Dan seketika hati Laila seperti berhenti berdetak saat melihat di akun tik tok yang sedang viral, tampak pernikahan Wulan dengan Bintang!Laila nyaris menjatuhkan ponsel Noval saat melihat berita itu. "Kok bisa sih?" tanya Laila dengan mata yang mulai berkaca. "Selama ini aku beberapa kali menolak laki-laki karena aku masih ingin mendapatkan kesempatan lagi untuk bersama mas Bintang. Tapi apa yang terjadi sekarang? Mas Bintang benar-benar melupakanku. Ada apa sebenarnya?" gumam Laila. Noval menatap kakak perempuan nya dengan iba. "Mbak, kamu masih mencintai mas Bintang?" tanya Noval penasaran. Laila terdiam. Tapi melihat reaksi Laila, Noval pun tahu jawabannya tanpa Laila harus menjawab pertanyaan darinya. "Kalau saran ku, lebih baik mbak Laila melupakan mas Bintang saja. Carilah lelaki yang baik dan bisa menerima masa lalu mbak Laila,," saran Noval. Laila menatap adiknya dengan mata berkaca-kaca. "Masa lalu ku begitu kelam. Apa menurutmu aku
"Jadi mbak La, sebenarnya saya ... jatuh cinta dengan mbak Laila," ujar Iqbal terus terang membuat Laila terkejut setengah ma ti. "Apa kamu bilang?" "Hm, saya tahu kalau Mbak Laila pasti kaget dan tidak menyangka bahwa saya akan mengatakan hal ini secara mendadak. Tapi sebenernya tidak. Saya sudah merasa jatuh cinta pada mbak La sejak awal kita berjumpa."Laila mengerut kan dahinya. "Awal berjumpa? Jangan-jangan ... saat ...""Ya, benar sekali. Saat mbak Laila dan Noval pertama kali datang ke rumah, saya sudah merasakan jatuh cinta pada mbak Laila tapi tentu saja saya tidak bisa mengatakannya secara langsung, karena saya tahu mbak Laila pasti memilih laki-laki yang lebih tampan dan mapan daripada saya."Laila tersenyum kecil. Dia takjub juga dengan keberanian bocah yang berusia lima tahun lebih muda darinya itu. "Kamu sudah tahu aku mencari yang mapan dan tampan tapi kamu masih nekat nembak aku?" tanya Laila mengulum senyum. Iqbal menatap ke mata Laila. "Ya saya baru berani nemb