Beranda / Pernikahan / MENANTU PILIHAN (TAMAT) / BAB 14: (POV AIRA) DIBELIKAN BAJU TIDUR

Share

BAB 14: (POV AIRA) DIBELIKAN BAJU TIDUR

Penulis: Andri Lestari
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-09 00:39:58

(POV AIRA)

"Mas, pelan-pelan," tegurku sambil menarik lengan Mas Raihan. Lelaki yang berada di depanku ini tampak semringah. Ia terlihat bersemangat mengitari deretan baju terusan yang digantung berdempetan. Entah bahagia karena menghabiskan bersamaku, atau karena pertemuan dengan Safia sebelum ashar tadi.

"Ra, kamu mau yang mana bajunya?" tanya Mas Raihan sambil ikut memilihkan baju untukku.

"Ngga tau, Mas. Kalau sudah banyak begini, aku suka bingung."

"Bingung kenapa? Tinggal pilih aja, kok." Mas Raihan menegaskan.

"Bingung karena di dekat kamu."

"Hm! Mulai, deh!" Mas Raihan melirikku lucu.

"Iya. Mulai belajar untuk mencintai kamu." Kali ini, sih, bukan iseng, ya. Aku serius!

"Aduh! Bisa aja bocah!" seru Mas Raihan. Sebelah tangannya menjawit daguku.

Dia berjalan ke arah lain. Sementara aku diminta untuk tidak berlama-lama lagi memilih baju. Hari sudah malam. Kami harus segera pulang.

***

Sesampai di rumah. Aku memilih masuk kamar, mengganti pakaian dan merebahkan badan. Beberapa ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MENANTU PILIHAN (TAMAT)    BAB 15: (POV RAIHAN) SAFIA SELALU DIRINDUKAN

    (POV RAIHAN)Dasar bocah! Bisa-bisanya dia menjebakku di dalam kamarnya. Berpenampilan menggoda tanpa mengenakan jilbab serta berpakaian tidak seperti biasanya.Aku gugup menahan napas. Bagaimana tidak! Aira terlihat sangat berbeda tanpa balutan baju panjangnya. Jika saat mengenakan pakaian tertutupnya, gadis itu begitu misterius dan susah ditebak, akan tetapi saat berpenampilan seperti tadi malam, dia terlihat menggemaskan dan menggoda tentunya.Lalu apakah aku jatuh cinta? Tentu tidak semudah itu, dong. Cinta dan kagum adalah dua hal yang berbeda. Tidak bisa dikait-kaitkan. Sekarang ini, aku hanya berada dalam lingkup sebatas kagum melihat Aira. Tidak lebih. Aku kagum pada usaha kerasnya untuk meluluhkan hatiku. Namun, itu hanya sia-sia belaka. Dia melakukan hal mustahil yang jelas-jelas tidak akan tercapai.***Pagi ini aku hendak berangkat kerja. Aira sudah siap menungguku di meja makan. Selama dia berada di rumah ini, aku tidak lagi sendirian menghadapi makanan di meja makan."M

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-09
  • MENANTU PILIHAN (TAMAT)    BAB 16: (POV AIRA) AIRA MULAI KESAL

    (POV AIRA)"Ngga usah, Mas. Aku pulang naik taksi aja. Mas jumpai aja dulu Safia." Aku menolak tawaran Mas Raihan. Kesal, dong, ya. Dia mengagumi wanita lain di depanku. Menceritakan keistimewaan wanita itu tanpa memikirkan perasaanku sama sekali. Apa tidak terbersit di pikirannya tentang perasaanku? Sedikit saja."Kamu kenapa, sih?" tanyanya sambil menahan pintu agar aku tidak bisa keluar."Kamu yang kenapa, sih, Mas? Aku mau pulang. Bosan di sini. Bikin gerah hati.""AC-nya kurang dingin? Aku setel ulang, ya.""Ngga usah, Mas. Aku mau pulang."Aku semakin tidak bisa menahan sedih. Meski baru saja menikah, tapi aku selalu mencoba untuk menumbuhkan rasa cinta pada Mas Raihan. Sama sekali tak pernah terpikir untuk meninggalkannya atau mencari orang lain untuk dicinta. Bagiku, Mas Raihan-lah orang yang harus kuperjuangkan hingga nyawa terpisah dari raga."Ya sudah. Aku antar."Kami berjalan terpisah. Dia berjalan di depan, sementara aku memperlambat langkah di belakang. Aku melihat Saf

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-11
  • MENANTU PILIHAN (TAMAT)    BAB 17: (POV RAIHAN) AIRA JANGAN PERGI!

    (POV RAIHAN)Lama sekali Aira membuka pintu kamar. Sebenarnya dia ingin membahas apa? Masalah rumah tangga? Ada apa memangnya?"Aira ...!""Iya, Mas."Pintu pun terbuka. Kulihat Aira berdiri menundukkan kepala. Matanya menatap lantai."Kita ngobrol di mana? Di sini atau di dalam?""Di dalam aja."Dia minggir memberi jalan. Aku masuk dan langsung menuju kursi mendudukkan badan. Kulihat Aira berjalan perlahan. Bukan memilih kursi di depanku, ia malah duduk di pinggir ranjang."Aku mau ngobrol serius, Mas.""Tentang apa?" tanyaku tak kalah serius. Bocah ini memang pintar, dia bisa memasang wajah seserius ini, dan bisa juga menjadi gadis paling iseng dengan segala bentuk banyolannya."Bagaimana kelanjutan perasaan Mas untuk Safia?"Aku kaget mendapat pertanyaan seperti itu. Bukan urusannya kurasa. Apa dia perlu tahu secara mendetail tentang apa yang kurasa?"Masih sama. Aku mencintainya.""Kapan akan Mas ungkapkan ke dia?""Sesegera mungkin!"Kulihat Aira menarik napas. Wajahnya ditekuk t

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-11
  • MENANTU PILIHAN (TAMAT)    BAB 18: (POV RAIHAN) JANGAN RAKUS, RAIHAN!

    (POV RAIHAN)Gawat!Aira sudah meminta naik level. Dia tidak mau disebut sebagai sepupu. Aku harus memutar otak agar bisa menjaga semuanya. Apa aku harus membongkar siapa Aira di depan Safia? Di sisi lain, jika aku menolak permintaan Aira, maka dia akan memilih pergi. Ini yang lebih bahaya. Jika Ibu tahu, aku akan kehilangan cinta dari orang yang sangat berharga dalam hidupku."Mas, jadi aku tidur di kamar Mas, nih?" tanya Aira semringah."I ... iya." Aku menjawab kikuk.Aira pun tampak bersemangat. Dia kembali mengeluarkan semua baju yang telah dimasukkan ke dalam koper."Besok aja itu. Kita makan dulu. Aku lapar," ajakku.Dia pun meletakkan kembali baju-baju tersebut di atas tempat tidur.Kemudian menggandeng tanganku keluar kamar.Aku bagaimana? Ya, pasrah!***"Kamu ngapain?" tanyaku pada Aira. Melihat dia sedang sibuk di atas tempat tidur.Malam hampir larut. Setelah selesai makan malam bersama Aira, aku meminta izin masuk ke ruangan kerja. Pada Aira kusampaikan, jika ada hal yan

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-11
  • MENANTU PILIHAN (TAMAT)    BAB 19: ISTRI yang TAK TERSENTUH

    Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa sebentar lagi bulan suci Ramadhan akan bertamu. Raihan dan Aira melewati hari-hari seperti biasa. Aira dengan segenap jiwa mencurahkan rasa terhadap pernikahannya, sementara Raihan masih saja menikmati segala bentuk kebohongannya terhadap sang istri.Dalam diam, lelaki itu masih saja sering memikirkan Safia. Mengkhayalkan setiap kebersamaannya dengan wanita cantik itu. Padahal belum pernah sekali pun ia mengungkapkan perasaannya pada wanita itu. Safia pun tampaknya sangat senang saat sedang bersama dengan Raihan. Banyak hal yang mereka bicarakan, terkadang Omar sampai terkantuk-kantuk menemani mereka saat bertemu. Ya, Safia tidak pernah mau duduk berdua saja dengan Raihan. Wanita berjilbab itu selalu mengajak orang lain untuk menemani, atau ia meminta Raihan agar membawa serta Omar saat mereka merencakan ingin bertemu di luar kantor.Aira sudah jarang meminta untuk ikut. Gadis itu telah disibukkan dengan pekerjaan barunya. Ia sudah bekerja di seb

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-11
  • MENANTU PILIHAN (TAMAT)    BAB 20: TAMU TAK DIUNDANG

    Bila tiap prasangka adalah doa, lebih baik berprasangka yang baik saja.***"Aku pulang sendiri aja, Mas.""Kenapa? Kita barengan aja. Ketemu ibu, mak sama abah. Nanti kalau kamu sendiri pasti mereka tanyain aku ke mana.""Ya aku jawab kalau kamu kerja." Aira menjawab sambil menyapu sudut mata. Hidungnya tampak memerah serta wajah yang sembab."Kamu kenapa, sih, Ra. Aku kadang bingung hadapi kamu. Sedikit-sedikit nangis. Kalau ada masalah, ya, dikasih tau. Aku bukan dukun lho yang bisa menebak setiap pikiran kamu." Raihan terlihat kes menghadapi Aira. Gadis itu masih saja terisak sejak tadi. Rambut jatuh berurai menutupi wajahnya.Bukannya menjawab, Aira malah semakin tergugu. Dia merasa selama ini Raihan hanya berpura-pura saja.'Jika memang ia menginginkanku, kenapa hingga detik ini lelaki itu sama sekali belum menyentuhku?' Batin Aira."Besok aku antar. Kita pulang sama-sama," ucap Raihan. Kemudian dia berlalu dari kamar meninggalkan Aira sendirian. Gadis itu masih terisak, sama se

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-11
  • MENANTU PILIHAN (TAMAT)    BAB 21: (POV RAIHAN) PULANG KE SURABAYA

    (POV RAIHAN)"Istri Pak Raihan?" Omar membelalakkan mata tak percaya.Aduh, asli gawat!Seharusnya aku tidak keceplosan sehingga membongkar semua. Lalu, tidak ada angin tidak ada hujan, kenapa pula Omar ingin melamar Aira?"Iya. Dia istriku.""Tapi, bapak bilang sepupu. Trus bapak sama Mbak Safia?""Aku dan Aira dijodohkan. Kami ngga saling cinta.""Astaghfirullah, Pak. Kasian Aira, eh Mbak Aira ... duh, Buk Aira kalau bapak bersikap begitu. Cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya. Ikhlas, terima dan jangan tutup mata serta hati untuk orang yang ada di samping kita.""Kamu nikah aja belum, sok nasehatin," ucapku sambil tertawa. Masih tak habis pikir kenapa Omar bisa tertarik dengan Aira. Sementara dia bertemu hanya beberapa kali saja."Serius, Pak. Apalagi bapak bilang Buk Aira itu sepupu bapak, hatinya pasti sedih dan sakit. Saran saya, Pak. Sebelum bapak memperlakukan istri bapak begitu, coba posisi ditukar. Buk Aira berada di posisi bapak dan bapak berada di posisi Buk Aira, apa ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-16
  • MENANTU PILIHAN (TAMAT)    BAB 22: (POV RAIHAN) MENGGODA AIRA

    (POV RAIHAN)"Sebelum kita benar-benar berpisah setelah lebaran, selama satu bulan ini perlakukanlah aku layaknya istrimu. Hanya satu bulan. Setelah itu aku akan pergi."Aku menatapnya lekat. Sementara ia menundukkan pandangannya. Lagi-lagi Aira mengucurkan air mata. Aku merasa kasihan padanya. Juga merasa bersalah karena telah menyakitinya. Namun, sungguh, aku sudah mewanti-wanti jauh-jauh hari sejak aku membawanya ke Malang, agar ia tidak memainkan perasaannya. Aku sudah mengatakan jika dia bisa mencari orang lain, aku tidak menghalangi. Namu, ia bersikeras untuk mencoba membuatku untuk jatuh cinta. Lihat saja sekarang, siapa yang kesulitan?"Sudah berapa kali kamu menangis hari ini, Ra?" tanyaku sembari mengangkat dagunya. Air mata di wajahnya merembes tanpa henti. Sesedih itukah? Ah!"Jangan larang aku, Mas.""Iya. Aku ngga larang. Hanya aku heran aja, apa yang sedang kamu sedihkan?""Kamu itu benar-benar ngga tau atau ngga mau tau, sih, Mas?""Ah! Sudahlah. Aku menyanggupi persya

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-16

Bab terbaru

  • MENANTU PILIHAN (TAMAT)    BAB 50: (POV RAIHAN) (TAMAT)

    "Menuruti emosi dan keras kepala hanya akan merugikan, dan penyesalan adalah hadiah yang tepat untuk diterima."***Aku duduk termenung di depan gundukan tanah Merah yang masih basah. Aroma khas dari tanah yang disiram rintik hujan menyapa lembut di indra penciuman. Para pelayat yang lain sudah meninggalkan tanah pekuburan. Hanya aku, Abah, Mak, Ibu serta beberapa tetangga dekat yang masih bertahan.Kami masih khusyu dengan doa masing-masing. Terutama aku, banyak hal yang masih kupertanyakan pada Tuhan, juga banyak hal yang akan kupinta pada-Nya. "Raihan, sudah. Kita pulang. Sebentar lagi hujan lebat," ujar Abah. Sebelah tangannya berada di pundakku. Aku bergeming. Hanya menggeleng saja tanpa menoleh ke arah Abah. "Besok dilanjut lagi, Nak Raihan. Kamu juga harus istirahat. Semalam kamu belum tidur." Kudengar suara Mak ikut menimpali. "Aku masih ingin ngobrol dengan Aira, Mak, Bah. Aku masih mau di sini.""Ya sudah. Kami pergi terlebih dahulu, ya. Ibu tunggu di rumah mertuamu."Aku

  • MENANTU PILIHAN (TAMAT)    BAB 49: (POV RAIHAN)

    "Aira....!"Aku berteriak nyalang. Bungkusan rujak di dalam kantong lepas di tangan. Mak dan Abah berbalik badan. Tangis keduanya semakin menjadi saat melihatku masih berdiri di belakang mereka.Aku menubruk tubuh Aira dan segera mengangkatnya sambil berlari ke luar rumah. Darah segar masih saja tampak mengalir menyentuh telapak kaki wanita yang sudah sangat pucat ini. Panik dan bingung membuatku tak bisa berpikir jernih. Di belakangku Mak dan Abah masih menangis sambil ikut berlari mengikutiku. "Aira. Bangun, Sayang. Ini Mas datang. Mas bawa rujak pesananmu, Sayang."Aku menunggu Abah dan Mak masuk di bangku belakang. Kemudian aku meletakkan Aira perlahan di atas pangkuan mereka. "Raihan. Cepat, Nak. Aira sudah sangat lemah."Tanganku gemetar saat memasukkan kunci ke dalam lubangnya. Tubuhku pun telah basah oleh keringat dingin. "Bah, ajak Aira bicara. Buat dia selalu sadar."Entah ilmu dari mana itu, yang ada di pikiranku adalah Aira harus sadar. Jangan sampai dia tertidur selama

  • MENANTU PILIHAN (TAMAT)    BAB 48: (POV RAIHAN)

    POV RAIHAN***Setelah menghabiskan waktu satu jam menelepon Aira setelah subuh tadi, pagi ini aku berkemas dengan semangat. Tak sabar ingin menyelesaikan pekerjaan dan segera menjemput Aira di Surabaya. Aku ingin memeluknya dan bersimpuh di kaki wanita itu. Kesalahanku padanya sudah menggunung. Kuhadapi meja makan seorang diri. Biasanya selalu ada Aira menemani. Kali ini aku sarapan tanpa ditemani tatapan penuh cinta istriku. Aku sungguh menyesal telah menyia-nyiakannya beberapa hari ini. Mendiamkan Aira tanpa mempedulikannya sama sekali. Ponsel bergetar di atas meja. Sebuah pesan masuk dan segera kubuka. Aku berharap itu adalah Aira. Benar saja, sebuah pesan masuk dari istriku. [Apa Mas masih menyimpan rasa untuk Safia?]Apakah dia masih belum percaya dengan penjelasanku kemarin? Yang dilihat oleh Aira di dekat lampu lalu lintas itu bukanlah sebuah kesengajaan. Lagi pula Safia telah menjadi istri orang. Dia adalah masa lalu yang sudah kukubur dalam-dalam. Jika pun sekarang aku be

  • MENANTU PILIHAN (TAMAT)    BAB 47: (POV RAIHAN)

    "Pak, para klien sudah berkumpul di restoran, bapak di mana?" tanya Omar di seberang telepon. Aku menancap gas agar tak terlambat. Masih tersisa setengah jam lagi."Iya. 15 menit lagi. Minta mereka untuk menunggu sebentar lagi.""Bu Aira bagaimana?""Mereka sudah pergi. Kami selisih di jalan."Aku baru saja dari kafe yang disebutkan Aira tadi malam. Namun, setiba di sana, menurut karyawan kafe, mereka baru saja keluar dari tempat tersebut. Aku tidak menemukan siapa pun. Bermaksud menelepon Aira, ponselku pun tertinggal di dalam mobil. Begitu berada di dalam mobil, aku malah lupa menghubungi Aira karena panik mengejar waktu agar tak terlambat. Benar saja, ternyata para klien telah menunggu di restoran bersama Omar."Pak, saya boleh minta tolong? Safia di dalam taksi sekarang hendak menemuiku. Menurut Safia, sopir taksi tersebut sedang terburu-buru. Anaknya meninggal. Bisa Pak Raihan menunggu Safia sebentar. Posisinya ngga jauh dari posisi bapak sekarang.""Wah, kenapa dia ngga menumpa

  • MENANTU PILIHAN (TAMAT)    BAB 46

    Berulang kali Aira menghubungi suaminya, akan tetapi Raihan tidak memberikan respon apa-apa. Aira merasa khawatir, karena sebentar lagi mereka akan tiba di lokasi tempat yang telah ditentukan. Adit juga telah mengirim pesan di IG sejak tadi, lelaki itu memberitahukan pada Aira jika ia telah tiba sejak tadi dan sedang menunggu kedatangan Aira. "Lu yakin, Ai, mau jumpa Adit tanpa suami lu?" tanya Lita. Wanita itu telah melambankan laju mobilnya. Aira tak menjawab. Ia hanya menaikkan bahu pertanda bimbang. "Ngga pa-pa, deh! Kalau suami lu memang ngga bisa datang, kami saja yang akan menghandel semuanya," ucap Sania kemudian. Aira merasa tak mungkin membatalkan pertemuan dengan Adit. Ini adalah kesempatannya untuk berbicara dengan lelaki itu. Padahal sudah sejak tadi malam Aira memberitahukan pada Raihan, agar lelaki itu bisa meluangkan sedikit waktu untuk pertemuan yang telah direncanakan. Namun, dia malah tak bisa dihubungi. Aira memantapkan diri untuk keluar dan segera menemui Adi

  • MENANTU PILIHAN (TAMAT)    BAB 45: (POV AIRA)

    POV AIRA***Mas Raihan meneleponku. Dia marah karena Lita serta Sania menghubunginya. Dua sahabatku itu memang keras kepala. Sudah kukatakan agar jangan menghubungi Mas Raihan, tapi mereka tetap melakukannya. Percuma menelepon Mas Raihan, apa lagi menjelaskan semuanya tanpa bukti yang akurat. Mas Raihan tidak akan percaya karena dia mengira jika aku dan kedua sahabatku pasti bersekongkol. Aku tetap menghubungi Adit dan menetapkan jadwal pertemuan kami besok. Dari cara-cara lelaki membalas pesanku, dia terlihat sangat antusias. [Wow! Akhirnya aku bisa melepaskan rindu bersamamu, Cantik!]Muak aku membaca pesan balasan dari Adit. Kita lihat saja besok apa yang akan terjadi. [Kamu memang jahat, Dit. Tega sekali mau merusak rumah tanggaku.]Aku membalas pesan lelaki itu. [Lho! Aku ngga suka lihat suamimu, Ai!]Terserah juga dia mau bilang apa, aku akan menyelesaikan semuanya besok. Mas Raihan juga telah kuajak untuk ikut serta. Lelah rasanya berlarut-larut dalam masalah ini. Ditambah

  • MENANTU PILIHAN (TAMAT)    BAB 44: (POV RAIHAN) TEROR

    POV RAIHAN***Sebenarnya aku tidak tega bersikap terlalu keras pada Aira. Apalagi kondisinya sedang hamil. Melihat dia menangis saja, hatiku sudah ketar-ketir. Namun, entah dari mana saja datangnya, emosi kian tersulut saat foto-foto tak senonoh yang diperlihatkan oleh lelaki keparat itu bermain di pikiranku. Hati siapa yang sanggup menerima jika pasangannya pernah ditiduri oleh orang lain? Kurasa tidak ada yang mau menerima kenyataan itu. Apakah aku harus lebih mempercayai Aira dari pada Adit? Siapa di antara mereka yang berbohong? Aku meraih ponsel dan membuka galeri. Mencoba melihat lagi foto tersebut. Tampak wajah Aira tersenyum semringah, ia terlihat seperti sangat menikmati suasana. Berada di sisi sang lelaki yang sedang memeluknya. Emosiku kembali bergejolak. Bagaimana tidak, Aku merasa ditipu mentah-mentah. Aira telah membohongiku sejak awal. Dia tidak jujur dan terkesan menutup-nutupi kejadian yang telah dialami. Apakah ini adalah salah satu trik agar rencana pernikahan ta

  • MENANTU PILIHAN (TAMAT)    BAB 42: (POV RAIHAN) SIAPA DIA?

    "Lu tau ngga kalau gue dan istri lu saling mencintai?"Aku kaget saat mendengar penjelasan Adit. Lelaki yang tadi malam telah membuat Aira menangis. Kami tidak bertemu di kafe seperti yang kusampaikan pada Aira. Ya, aku membohonginya agar ia tidak khawatir. Aku mengajak lelaki itu bertemu di tempat kerjaku. Di ruanganku. Awalnya kukira ia akan menolak, ternyata dia datang dan menunjukkan keberaniannya. "Tapi istri gue ngga ngomong gitu, Bro! Ngarang lu!" Aku tidak setuju dengan ucapannya. Aira adalah orang yang jujur, aku yakin itu. "Wih! Cinta banget lu sama Aira? Sama! Gue apalagi!"Hatiku terbakar dibuatnya. Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu di depanku, suami Aira. "Dia cantik, bukan?"Seringain Adit membuat tanganku mengepal. Dia seperti sengaja mempermainkan emosiku, tapi tetap kutahan dan mencoba tersenyum. Aku menebak jika lelaki yang duduk di depanku ini sedang berusaha membuatku cemburu. "Tentu, kalau tidak mana mungkin gue nikahin!""Sayangnya dia sudah tutup wajahn

  • MENANTU PILIHAN (TAMAT)    BAB 43: (POV AIRA) ACUH

    POV AIRA***Sakit sekali rasanya ketika Mas Raihan tidak mempercayaiku sama sekali. Padahal aku tidak berbohong. Justru dialah yang sedang dibohongi oleh Adit, lelaki pecundang yang tak henti-hentinya mengangguku. Tidak ada cara lain untuk membuktikan kebenaran. Menghubungi Lita dan Sania adalah satu-satunya jalan keluar. Sudah beberapa bulan ini aku memang belum pernah menghubungi mereka berdua. Mereka harus segera tahu kejadian yang menimpaku. Membantuku mencari kebenaran informasi mengenao foto yang dipermasalahkan oleh Mas Raihan. Foto seperti apa yang telah diperlihatkan oleh Adit sehingga membuat Mas Raihan sangat murka? Pagi ini badanku terasa berat untuk diajak bangun cepat. Aku memilih kembali tiduran setelah mengerjakan salat subuh. Sedangkan Mas Raihan sudah bersiap-siap hendak pergi bekerja."Mas, aku ngga temenin sarapan, ya. Rasanya malas banget bangun."Tak ada jawaban.Hmm! Masih pagi, tapi suasana sudah panas. Mas Raihan masih tak menggubrisku, akan tetapi aku tak m

DMCA.com Protection Status