Novel ini tidak ada hubungannya dengan cerita Sistem, Kultivasi, atau lainnya. Semua yang diceritakan masih bisa diterima dengan akal sehat. Jika menemukan keanehan, wajar karena ini hanyalah fiksi semata, jadi Author punya kebebasan dalam menulis cerita. Semua Novel Author selalu bertema tentang Mafia, Hacker, CEO, Ilmuwan, dan Militer. Semua masih berada dalam pertimbangan rasional. Oke. Lanjut!
PTSD atau post traumatic stress disorder, gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang bersifat traumatis. PTSD merupakan gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis, contohnya adalah perang. Alexander berani mendiagnosa Sophie terkena PTSD karena melihat beberapa faktor. Niat Alexander ingin membawa Sophie ke rumahnya batal. Jadi dia membanting setir lalu segera menuju rumah sakit. Dia khawatir tidak bisa menyembuhkan penyakit Sophie hanya dengan seorang diri, maka dari itu membawa Sophie ke rumah sakit merupakan solusi terbaik. Begitu telah sampai di rumah sakit, ketika Alexander sedikit buru-buru menuju IGD, tiba-tiba saja dia dihadang oleh Dokter Shinta Callister. Shinta agak terbelalak saat melihat Alexander sedang menggotong seorang wanita cantik. “Alex Luther? Kau kah itu?”Sebuah basa-basi yang sebetulnya tidak perlu. Alexander malah baik saat disambut dengan pandangan tak mengenakkan. “Bibi Shin
“Apa kau mau dilibatkan dalam kasus perselingkuhan ha?” tanya Shinta lagi.Dada Mei bergoncang. Karena sudah tidak kuat lagi menahan gempuran dan provokasi, akhirnya dia berkata dengan sangat lemah pada Alexander, “Tuan, maafkan aku. Kali ini aku tidak bisa membantu mu. Tadinya aku mau mempertemukan mu dengan psikiater, tapi ….”“Cukup!” potong Shinta buru-buru. “Tidak perlu kau lanjutkan, Mei. Kau hanyalah perawat baru di sini. Kau tahu sendiri seperti apa posisiku di rumah sakit ini. Kau tahu, baru satu minggu kemarin aku memberhentikan seorang dokter muda yang baru. Dokter muda aku berhentikan? Jadi tidak sulit bagiku untuk mendepak mu dari sini. Mengerti?”Mei semakin menggigil ketakutan. Bagaimana pun baiknya dia sama orang lain tetap saja dia tidak mau kehilangan pekerjaan. “Baiklah, Bu Dokter. Aku segera pergi dari sini.”Pada saat Mei berbalik badan dan mau melangkah, Alexander memegang lengannya. “Jangan takut, Mei! Jangan khawatir. Aku yang akan menjamin pekerjaan mu di sini
Sebelum Zalinska mendekati Shinta, dia ditarik oleh Mei. “Bu Zalinska, Tuan Alex Luther membawa temannya yang sedang sakit karena gangguan kecemasan. Mereka ingin bertemu dengan mu. Tapi Dokter Shinta tidak mengizinkan. Tahulah sendiri seperti apa kalau Dokter Shinta marah-marah. Kita bisa saja kena pecat.”Zalinska tertegun dan melongo beberapa detik. Tadi dia penasaran tentang sosok Alex Luther yang sempat terdengar di telinganya. “Apa pria itu yang dibicarakan oleh Dokter Shinta?”Mei mengangguk dan berbisik lagi. “Ya, Tuan Alex katanya adalah orang yang telah berhasil menyembuhkan penyakit Tuan Somers Wilson.”Zalinska terbelalak. Berarti dugaan dia benar. Ketika dia bermaksud menghampir Dokter Shinta dan Alexander, dia dihalangi oleh Mei dan rekan perawat yang lain, termasuk satu rekan Zalinska sesama psikiater.Mei berbisik lagi. “Wanita bernama Sophie sepertinya terkena PTSD. Mungkin. Karena itu Tuan Alex Luther membawanya ke sini. Bu Zalinska, aku harap kau mendengarkan omonga
Ke sekian kalinya Shinta memberi peringatan. “Sebelum aku marah, cepat pergi dari sini!” perintahnya tegas.Namun sekali lagi, Zalinska tidak pernah goyah. “Aku akan tetap membantu Tuan Alex dan Sophie.”Hilang kesabaran, Shinta mengamuk. Setan jahat telah merasuki jiwanya. Dia melemparkan ujung telunjuknya pas ke wajah Zalinska. “Kau akan menerima konsekuensi besar dariku, Zalinska! Kau akan menyesal karena telah berani kurang ajar padaku!”Keributan itu pun tak dapat terhindarkan. Hanya saja, orang-orang di rumah sakit tidak perlu heran sebab Shinta memang biasa marah-marah walaupun hanya lantaran hal sepele.Mereka menganggap itu adalah hal biasa karena mereka hampir setiap hari melihat Shinta marah-marah. Apalagi masalah yang diangkat tentang Alexander. Tak ada yang bisa membendung kemarahannya sekarang. Begitu Alexander berusaha memberikan pembelaan terhadap Zalinska, wanita itu malah merasa tidak perlu dibela. “Ini sudah menjadi tugasku. Jangan khawatir.”Shinta semakin kegerah
Sekonyong-konyong wajah Shinta meleleh. Dia menundukkan kepala dan berkata dengan lemah. “Nyonya Bella Crick. Hm.” Saking kagetnya, dia sampai gelagapan seperti orang idiot.Bella Crick adalah salah satu putri kandung dari Dokter James Crick, sang pemilik rumah sakit besar ini.Kebetulan dia sedang berada di rumah sakit. Ketika dia mendengar desas-desus bahwa di bawah sedang terjadi keributan dan ditambah pula orang yang ribut itu adalah Alex Luther, dia segera turun.Bella tahu bahwa ada seorang pria yang telah berhasil mengobati penyakit kronis Tuan Somers Wilson. Dia mulanya kurang percaya. Pasalnya, dia tahu kalau sudah banyak dokter yang telah berusaha mengobati penyakit sang mantan penguasa tapi tidak pernah berhasil.Begitu dia tahu bahwa orang yang berhasil menyembuhkan penyakit Somers itu ada di sini, tak urung lagi dia segera menyambutnya.“Alex Luther, apa keperluan mu di sini?” tanya Bella ramah dan sambil senyum. Dia tidak peduli dengan sapaan Shinta barusan dan tidak mem
Bella semakin terkenang dengan perkataan ayahnya saat dia mendengar ucapan dari Alexander barusan tentang kuasa Tuhan yang memberikan kesembuhan. Ucapan tersebut tidak hanya memperkuat keyakinan semata, melainkan menghilangkan rasa sombong di hati juga.James selalu mengingatkan Bella untuk selalu berpasrah diri pada Tuhan ketika berupaya untuk menyembuhkan penyakit orang lain. Manusia cuma berusaha, sementara Tuhan lah yang menentukan. Alexander berkata, “Saat Tuan Somers sadar bahwa ada Tuhan yang berkuasa atas dirinya dan telah menanamkan keyakinan penuh di hatinya bahwa Tuhan yang menurunkan kesembuhan, saat itulah dia pun mendapatkan anugerah. Jadi, aku bukanlah satu-satunya alasan kenapa beliau bisa sehat seperti saat ini.”Bella terpukau saat mendengar kata-kata itu. Di saat biasanya orang lain menyombongkan diri, Alexander malah tetap rendah hati dan menolak pujian.“Alex, butuh usaha yang keras selain dari doa dan harapan. Aku rasa, kau punya peran penting dalam kesembuhan p
Bella ingat bahwa waktu itu ada pasien yang cukup punya nama, yakni Bryan Rockefeller, anak dari bos minyak. Saat itu dia bersama sosok besar di negeri ini, Jenderal Naga Emas.Ya, Dokter Joe yang mengurus Bryan.Ramuan yang dibuat oleh Alexander diakui oleh Dokter Joe bahwa itu sama persis seperti yang dibuat oleh Dokter James Crick.Sekarang, sepertinya ada korelasi.Bella memandangi wajah Alexander dengan penuh rasa curiga. “Siapa kau sebenarnya, Alex Luther?”Alexander melihat mata Bella lagi. Ketika dia membaca apa yang tersirat di sana, dia pun yakin bahwa Bella sepertinya menyadari tentang identitasnya. Karena kepalang dan terlanjur, akhirnya mau tidak mau Alexander berkata jujur. Itu artinya Bella adalah orang pertama yang tahu tentang siapa Alexander sebenarnya!Bella mengoles dagunya lalu berkata dingin, “Kau Jenderal Naga Emas?”Ada helaan napas pendek dari mulut Alexander. Dia pun menjawab apa adanya. “Ya. Akhirnya ada orang yang tahu tentang siapa aku sebenarnya.”Bella
Bella dan Alexander keluar dari ruangan kemudian menuju tempat perawatan Sophie. Dan setibanya di sana, mereka mendapati Sophie tengah terbaring di atas tempat tidur dalam kondisi mata tertutup.Zalinska berdiri dan memberikan laporan pemeriksaan pada Alexander. “Sophie memang terkena PTSD. Dia menceritakan padaku bahwa dia teringat dengan suasana perang yang pernah dia alami sebelumnya. Trauma yang mendalam membuatnya sangat cemas dan takut. Akibatnya, tubuhnya berkeringat dingin dan wajahnya pucat.”Dugaan Alexander tidak meleset. Seperti apa yang dia sangka sebelumnya bahwa Sophie terkena gejala PTSD. Jika seseorang telah didiagnosa terkena PTSD, maka kemungkinan bisa sembuh cukup kecil.Bella menundukkan pandangannya dan merasa prihatin. “Kami turut berduka atas apa yang sedang menimpa teman mu, Alex. Tapi yakinlah bahwa dia akan membaik nanti. Setiap penyakit pasti ada obatnya.” Bella berusaha menguatkan Alexander. Dia tahu Alexander sedang bersedih begitu dilihat dari ekspresi d