Lalu mereka memutuskan untuk pulang karena hari sudah sore, Kenzo sangat bahagia mendapatkan banyak mainan, Heni yang melihat ini langsung merasa sungkan. Akhirnya Kenzo diminta masuk ke rumah setelah mengucapkan terima kasih.
"Apa maksud semua ini, Ammar?" tanya Heni tanpa basa-basi."Maksudmu?" tanya balik Ammar tidak paham."Dulu kamu meminta kami untuk pergi dari kehidupanmu bahkan jika bertemu tidak sengaja pun aku diminta menjauh, aku sudah melakukan semuanya tapi kenapa sekarang kamu sendiri yang datang menemui kami? Bahkan kamu meminta orang suruhan mu untuk mencari alamat rumah ini serta tempat dimana Kenzo sekolah, apa yang sedang kamu dan keluargamu rencanakan, Ammar?" tuduh Heni menggebu-gebu.Ammar terdiam karena tidak bisa menjawab pertanyaan dari Heni, dirinya pun juga heran kenapa bisa berbuat sejauh ini padahal dulu dirinya lah yang meminta Heni dan anaknya pergi dari hidupnya."Kenapa diam? LagiSudah satu bulan Ammar tidak bertemu dengan Kenzo, ada rasa rindu di dalam dadanya. Untuk itu, setelah pulang kerja nanti Ammar akan mendatangi rumah Heni untuk mengajak jalan-jalan anaknya. Ketika Ammar tengah fokus bekerja, ada panggilan masuk dari Heni, sudah lama mereka tidak berkomunikasi, tumben sekali menghubungi? karena penasaran akhirnya di angkatlah telepon itu. "Halo," ucap Ammar setelah mengangkat telepon. "Ammar... Tolong ke rumah sakit, Kenzo.. Kenzo sakit, dia terus mengigau namamu," pinta Heni di sela isak tangisnya. Kabar yang sangat mengejutkan bagi Ammar ketika tau hal ini, "Sakit apa Kenzo? Apa yang membuatnya masuk rumah sakit?" tanya Ammar dengan paniknya. "Badannya panas tinggi sekali, tiba-tiba tadi pagi Kenzo kejang, aku panik makanya langsung membawa ke rumah sakit, untung sekarang Kenzo sudah di bilang membaik, beberapa kali menyebut nama kamu terus, makanya aku mohon bisakah kamu datang menjenguk
Hari minggu adalah hari libur bagi anak sekolah juga para pekerja, Ammar teringat pada Kenzo yang mengatakan jika dirinya sudah sehat, ia tidak sabar untuk kembali bermain bersama Ammar. "Mau kemana kamu?" tanya Ina. "Mau ke rumah Heni, mah," jawab Ammar membuat Ina tercengang. "Ngapain kamu masih berhubungan sama wanita itu! Masih banyak wanita di luar sana yang mau denganmu, Ammar!" hardik Ina tidak suka. Bisa-bisanya anaknya itu menelan ludahnya sendiri. "Bukan mau bertemu Heni, tapi bertemu Kenzo, anaknya Heni, Ammar sudah janji untuk menemuinya," jawab Ammar tak mau berdebat. "Dia bukan anak kamu! Jangan terlalu kamu urusi! Carilah istri dan segera berikan mamah cucu!" ucap Ina geram. Ammar tidak menjawab sama sekali malah memilih pergi meninggalkan Ina yang tengah marah. ****Di rumah Heni. Kenzo langsung berlari keluar rumah ketika mendengar suara mobil Ammar, tak lupa senyum ba
Ammar merasa curiga kenapa mamahnya terlihat menyembunyikan sesuatu, ingin menanyakan tapi Ina sudah ada di kamar. Lagian Kenzo juga perlu perhatiannya, akhirnya Ammar memutuskan nanti saja meminta penjelasan mamah ketika mengantarkan Kenzo pulang. "Besok kalau libur sekolah, Om Ammar janji akan membawa Kenzo kesini lagi, nanti bisa berenang sepuasnya, gimana?" bujuk Ammar. "Janji ya, Om," ucap Kenzo memastikan. Sorot mata bening membuat Ammar tidak tega menolaknya. Akhirnya Ammar berjanji liburan nanti Kenzo bisa main kesini lagi. Setelah negosiasi selesai, kini Ammar mengajak Kenzo pulang. Sebelum itu, Ammar mengajarkan untuk berpamitan dengan Ina terlebih dahulu. "Mah, buka pintunya sebentar," ucap Ammar mengetuk pintu kamar Ina. Tak ada sahutan sama sekali, Ammar mengira mungkin saja mamahnya tertidur atau sedang pergi. ****Sesampainya di rumah Heni, tak seperti biasanya Kenzo rewel ketika tau A
"Kamu menyindir mamah? Apa saja sih yang sudah diberikan pada Heni hingga membuatmu seperti ini, apa kamu lupa jika ini adalah mamah kamu? Pantas kamu terus menuduh mamah seperti itu? Gak sopan sekali!!! Apapun yang kamu percaya dengan ucapan Heni itu belum tentu benar, ingat betapa liciknya dia ketika dulu menjadi istrimu! Jangan karena sekarang dia sudah memiliki anak maka kamu kasihan kepadanya, wajah anak kecil memang wajar jika sama apalagi hoby yang kebetulan sama juga, semua anak laki-laki pasti suka superhero, gak mungkin anak laki-laki memilih boneka hello kitty! Pikirkan dengan baik, kamu sudah membuat mamah tersinggung," ucap Ina sangat geram setelah itu melangkahkan kaki ke kamarnya. Ammar merasa bersalah karena sudah terlalu mendesak mamahnya, namun firasat yang ada dalam diri Ammar tidak bisa dibiarkan begitu saja. Tiba di kamar, Ina langsung mengacak-acak semua barang yang ada di depan matanya, teriakan kencang Ina semakin menggambarkan jika saat i
Ammar semakin curiga mendengar perkataan mamahnya barusan, jika Ina tidak mau jujur kepada Ammar maka nantinya Ammar sendiri yang mencari tau. Setelah selesai menelpon, Ina hendak keluar dari kamar karena pikirannya sedang penat. Ammar langsung bergegas bersembunyi di samping meja yang berisi vas bunga besar. Untung Ina tidak menyadari ada Ammar disitu. Ammar mengendap-endap masuk ke kamar Ina lalu menyalin nomor yang barusan dihubungi mamahnya. "Nomor ini yang nantinya akan menjadi jalan bagiku perihal apa yang sudah di rahasiakan oleh mamah, jika tadi mamah tidak menyebut nama Heni dan Kenzo, mana mungkin aku akan nekat membuka ponsel mamah tanpa izin," batin Ammar lalu keluar dari kamar. Setelah keluar dari kamar Ina, kini Ammar sengaja membeli nomor baru untuk menelpon orang misterius ini. Beberapa kali menghubungi tidak juga diangkat, Ammar semakin kesal di buatnya. Tak mau kehabisan akal akhirnya Ammar
"Halo... Kamu ini gimana? Lihat tuh bagaimana dia bisa makin dekat dengan anakku, kerjamu gimana sih?" hardik Ina. "Saya sudah berusaha menjauhkan mereka sebisa mungkin bu, tapi nyatanya terus kecolongan, anak ibu datang secara tiba-tiba," jawab orang yang sedang di telepon Ina. "Alasan aja! Aku gak mau tau ya pokoknya jangan sampai anak kecil itu terus menerus menempel pada anakku!! Sudah banyak uang yang aku keluarkan untukmu! Kini giliran kamu untuk menjauhkan mereka! Aku tidak mau alasan gagal dan gagal lagi! Jika kamu tidak bisa melakukannya bilang dari sekarang! Akan aku suruh orang lain yang melakukannya!" gertak Ina sudah geram. "Sabar nyonya, beri saya waktu untuk mengurus semua ini, tidak mungkin saya lakukan secara tiba-tiba, semua harus berjalan dengan natural," jawab orang suruhan itu berusaha menenangkan Ina. "Bukan urusan saya kamu mau pakai cara apa karena yang penting bagi saya adalah hasilnya!" ucap Ina lalu memutus pang
"Apa yang sudah kalian rencanakan?" desak Ammar. "Intinya aku diminta Heni pergi dari kehidupanmu termasuk dengan anaknya juga," jawab Lukman. "Kenzo? Dia kan juga anakmu! Kenapa Lo sama sekali gak ada niatan menengok nya? Ayah macam apa kamu ini!!! Setelah Heni miskin kok dengan teganya ditinggal mana sedang hamil besar!" pekik Ammar tidak terima. "Hahaha apa Lo bilang? Kenzo anak gue? Lo yakin ngomong gitu? Waktu itu kan Lo suaminya," ejek Lukman. "Tapi Heni juga ada hubungan denganmu! Bahkan ketika Kenzo lahir pun hasil tes DNA menunjukkan bukan anak biologis ku, sudah pasti itu anak Lo!! Tanggung jawab! Lo boleh gak suka lagi dengan Heni karena dia gak ngasih duit lagi tapi ingat anaknya, Kenzo anak kalian! Dia sampai kekurangan kasih sayang," tegur Ammar. "Kamu memang terlalu polos! Mudah sekali ditipu! Orang terdekatmu yang sudah membuat semuanya seperti ini, carilah lebih detail siapa ayah dari Kenzo agar mata dan pi
"Selamat sore, kami dari kepolisian Kebun Jeruk, apa benar saudara-saudara pernah menjadi petugas untuk tes DNA beberapa tahun lalu terhadap anak dari saudara Ammar?" tanya petugas polisi. Kedua staf itu menganggukkan kepala secara perlahan, setelah itu Ammar menanyakan apakah hasil yang diberikan kepadanya itu valid dan bisa di pertanggung jawabkan? Kedua staf itu mengangguk sambil saling bertatapan. Terlihat jelas jika mereka berdua itu kebingungan. "Silahkan lihat hasil tes ini, perhatikan dengan baik, akan ada yang saya tanyakan," ucap Ammar memberikan selembar kertas tes DNA Kenzo dengan dirinya beberapa tahun lalu. "Ini sudah sangat lama, Pak," jawab salah satu staf rumah sakit. "Memang, makanya saya baru menyadari sekarang, perhatikan dengan baik, kalian yang menjadi salah satu staf yang menjadi saksi bagaimana hasil tes DNA itu, mengapa bisa kalian salah dalam menuliskan nama saya? Sejak kapan saya yang sedari kecil bernama Ammar