Home / Romansa / MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU / 57. BUKTI KEKUATAN DO'A

Share

57. BUKTI KEKUATAN DO'A

last update Last Updated: 2021-10-18 23:08:22

  1. BUKTI KEKUATAN DO’A

MIRANTI

 Tak tega melihat keadaan fajar. Dia begitu terguncang. Tak henti buliran bening terus mengalir dari kelopak matanya yang sembab. Setengah jam yang lalu kami tiba di rumah sakit. Tante farida langsung di bawa ke ruang IGD.

Aku menemani fajar yang tengah mengalami duka yang mendalam. Dia sangat gelisah. Sesekali berdiri mencoba mengintip dari balik pintu yang tertutup rapat. Tak mendapatkan apa keinginannya dia duduk kembali. Berusaha mengintip, lalu duduk lagi. Begitu seterusnya. Selama perjalanan hingga saat ini, fajar tak pernah melepas tanganku barang sedetikpun. Genggaman tangannya makin erat. Walau terkadang aku merasakan sakit pada jemariku, tak mengapa. Rela hanya meringis menahan sakit. Saat dia bangkit, aku harus mengikutinya. Begitu pula saat dia duduk.

Dokter keluar dari ruang perawatan dan mengabarkan kalau tante farida harus masuk ke ICU. Kesadarannya makin menurun. Tubuhnya memer

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   58. TAK BISA MEMAAFKAN

    TAK BISA MEMAAFKANFajar masuk ke dalam ruang perawatan untuk menemui sang bunda tercinta. Karena pengunjung yang di batasi hanya boleh untuk satu orang, aku menunggu di luar bersama saudara fajar.Aku berdiri di depan pintu. Wajah tante farida sangat pucat. Beberapa selang infus dan berbagai alat bantu kesehatan menempel pada tubuhnya. Monitor untuk memantau perkembangan jantungnya juga terlihat di sana. Ngeri rasanya membayangkan kalau berbagai alat itu terpasang pada tubuhku. Iih, aku mengedikkan bahu.Kenapa tante farida memalingkan wajahnya dari putranya. Padahal fajar dengan begitu bahagia menyambut kesembuhan mamahnya. Bahkan saat fajar menyentuh jemari wanita lembut itu, selalu di tarik kembali. Pasti ada yang tak beres ini. Melihat ke sekeliling. Suster penjaga terlihat sepi. Kuptuskan untuk menyelinap ke dalam dan bersembunyi.Aku mengendap-endap dan bersembunyi di balik gordyn pembatas.. Memasang telinga dan berusaha unt

    Last Updated : 2021-10-18
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   59. PENOLAKAN

    PENOLAKANSaat aku merasa bimbang, tiba-tiba saja fajar menggenggam jemariku begitu erat. Aku membulatkan mata ke arahnya dan mencoba melepas jemariku. Namun genggaman tangan fajar makin erat.Tatapan fajar yang begitu tajam ke arahku membuatku makin gugup. Aku berusaha untuk menarik tanganku. Dengan menunjuk ke arah tante farida sebagai isyarat supaya dia melepaSku.Walau aku telah memberikan kode, pria songong itu tetap saja tak melepas jemariku. Sorot matanya begitu tajam menghunjam dada. Terlihat sangat serius. Tak ada wajah santai seperti tadi. Aku tak tahu apa yang ada dalam pikirannya.“Miranti, fajar. Kalian sedang apa?!”Sangat erkejut mendengar suara tante farida dengan nada tinggi. Seandainya ada cermin mungkin saja wajahku memucat. Ketakutan jelas tergambar di sana. Tak berani menoleh ke arah tante farida. Aku menundukkan kepala. Masih berusaha untuk melepas tanganku. Namun tetap saja usahaku tidak me

    Last Updated : 2021-10-18
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   6O. KEPUTUSAN TERBERAT

    6O. KEPUTUSAN TERBERATMIRANTIKuhentikan pelarianku di hamparan rumput. Tanah lapang ini akan menjadi saksi betapa hancurnya hatiku. Taman di area rumah sakit dalam keadaan sepi. Adzan magrib berkumandang, menandakan hari akan berubah menjadi gelap. Begitu juga dengan kehidupanku.Langkah terseok menuju masjid yang tak jauh dari tempatku berdiri. Aku ingin mengadu kepada sang pencipta. Namun kaki terasa berat untuk melangkah. Lunglai dan tak bertenaga. Mencoba kembali melangkah, tapi tidak berhasil. Tubuh terasa terpaku.Aku hanya bisa menangis. Kenapa garis hidup begitu kejam. Saat kebahagiaan menghadang di depan mata, tapi tak mampu kugapai. Tubuh berguncang. Membiarkan airmata menetes sesuka hati. Aku seorang diri. Tak ada yang akan melihatku sebagai wanita yang cengeng. Sedikit mengeraskan suara tangisan. Hati ini sangat lara.Suasana yang sepi dan mencekam, tak kupedulikan. Tak takut menghadapi apapun. Bahkan hantu bergentayangan sekalipun ta

    Last Updated : 2021-10-18
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   61. KONDISIFAJAR

    KONDISI FAJARFAJARSudah hampir satu bulan aku mengurung diri dalam kamar. Tak ada aktifitas apapun yang kulakukan. Tak peduli dengan segudang pekerjaan yang harus kuselesaikan. Kini semua tak ada artinya untukku. Karier yang cemerlang, bisnis yang berkembang pesat serta pundi-pundi yang tak terhitung jumlahnya. Aku tak peduli lagi. Untuk apa semuanya kalau tak bisa membuat hidupku bahagia.Dari dulu aku selalu berkorban untuk kebahagiaan orang lain. Termasuk kebahagiaan miranti bersama arya dan juga mamah. Hidupku selalu dipenuhi dengan pikiran untuk kebahagiaan orang lain. Tapi tak pernah terpikir untuk kebahagiaanku sendiri.Hingga usiaku yang sudah berkepala empat masih saja kebahagiaan tak sudi menghampiriku.Harta tak berguna lagi. Untuk apa aku giat mencari harta kalau tak ada pendamping yang bisa membuatku bahagia.Keinginan mamah sudah kupenuhi. Yaitu tidak menikah dengan wanita yang sangat kucintai. Biarlah mamah b

    Last Updated : 2021-10-18
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   62. PERMINTAAN MAAF FARIDA

    PERMINTAAN MAAF FARIDAMIRANTI“Jeng farida. Ini, miranti. Silakan duduk.”Suara lembut ibu mengagetkan tante farida yang terlihat sangat gelisah. Aku memejamkan mata, lalu menundukkan kepala. Tak berani berhadapan langsung hingga bersembunyi di balik punggung ibu.Alangkah terkejutnya saat tubuhku hampir saja terjatuh karena dekapan seseorang yang membuatku sesak nafas. Telingaku menangkap suara wanita yang menangis. Mencoba membuka mata. Rasanya tak percaya jika wanita yang memelukku adalah tante farida. Adakah sesuatu yang terjadi hingga membuatnya menangis.“Ada apa tante?” tanyaku dengan lembut. Ingin mengelus punggungnya, tapi kuurungkan niat. Tak berani untuk melakukannya.“Mir, maafin tante.”“U-untuk apa? Tante tidak punya salah sama aku.”Tante farida melonggarkan dekapannya. Lalu memegang kedua bahuku.“Fajar, mir. Fajar ....&r

    Last Updated : 2021-10-18
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   63. MEMBANTU FAJAR

    MEMBANTU FAJARBelum sempat aku menuruni anak tangga, tante farida sudah menarik lenganku perlahan , berusaha menghentikanku.“Mir, tante mohon. Maafkan tante. Tolonglah, hanya kamu yang bisa menyembuhkan fajar. Tolong bantu tante.”“Maaf, tidak bisa tante.” Melepas tanganku dari genggamannya. Menuruni anak tangga satu persatu dengan hati lara. Langkahku kembali terhenti saat wanita itu meghadang jalan. Aku membuang pandangan dengan kesal.“Mir. Setidaknya, ingatlah kebaikan fajar terhadapmu. Apa kau tega membiarkan dia menderita seumur hidupnya. Kau juga seorang ibu. Bagaimana kalau peristiwa ini terjadi pada anakmu. Kau pasti akan melakukan segala cara demi menyembuhkan putramu. Aku juga akan melakukan hal yang sama. Bahkan tante bersedia bersujud di kakimu.”Apa yang dikatakan tante benar. Seorang ibu pasti berani melaukan apapun demi putra tercinta, termasuk diriku. Namun tidak dengan

    Last Updated : 2021-10-18
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   64. PURA-PURA

    PURA-PURAMIRANTI“Aw,” aku terpekik saat fajar mencekal bahuku begitu kencang. Memalingkan wajah, tak berani melihat mata bengisnya. Ingin menangis dan menjerit minta tolong. Namun suaaraku seperti tercekat di kerongkongan.Mencoba melepaskan diri sambil berusaha berteriak. Sekuat tenaga meronta dan menjerit. Suaraku mulai pulih. Sayangnya teriakanku takkan terdengar. Tiba-tiba fajar membekap mulutku. Aku makin ketakutan. Bagaimana mungkin orang sakit jiwa bisa membekap mulut seseorang. Apa dia akan memaksaku untuk melayaninya. Membayangkan saja aku sudah ketakutan. Kewarasannya sudah di ambang batas. Sulit di kendalikan. Aku terus meronta dan berteriak. Namun bekapan di mulutku sangat sulit kulepas.Tubuhku terasa lemas. Kekuatanku terasa lenyap dari tubuh. Rasanya tenaga ini tak sebanding dengan kekuatan fajar. Walau dia sudah tak makan dan minum selama dua hari, staminanya tetap terjaga. Entah apa alas

    Last Updated : 2021-10-18
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   65. MENDAPAT RESTU

    MENDAPAT RESTUMIRANTIAku bisa bernafas lega saat melihat tante memegang punggung putra tercintanya, lalu membawa kepelukan. Keduanya bertangisan haru. Tanpa terasa kelopak mataku basah. Rasa bercampur aduk dalam dada. Ada sedih, bahagia dan entah perasaan apa lagi yang berkecamuk dalam hatiku.Aku merasa ikut bertanggungjawab dalam masalah ini. Semua masalah antara ibu dan anak itu bermula dariku. Kalau saja aku tak kembali memasuki hidup fajar, mungkin tak akan terjadi kebohongan fajar. Dia pasti sudah bahagia dengan wanita lainKini, apa aku rela. Apa aku mampu melepas setelah cintamya kembali mengikat erat hatiku. Sungguh sulit untuk memilih. Pernah melakukan berbagai cara untuk melupakannya. Namun hati tak bisa dibohongi. Sesak dalam dada jika mengingat semuanya.Kembali aku memfokuskan pandangan pada ibu dan anak yang berada di hadapanku. Mencoba memasang mata dan telinga untuk mendengarkan pembicaraan keduanya.

    Last Updated : 2021-10-18

Latest chapter

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   9O. HIDUP DAMAI

    9O. HIDUP DAMAIMIRANTI“Sayang, kenapa berhenti?” aku bertanya kepada suamiku saat menghentikan mobil secara mendadak.‘Itu di depan banyak kerumunan orang. Mobil tidak bisa lewat. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Itu ada mobil polisi.” Jawab suamiku sembari menunjuk mobil polisi yang terparkir tak jauh dari hadapan..“Iya.” Aku melihat ke arah depan. Ternyata fajar menghentikan mobil tak jauh dari gedung tua yang menyebabkan trauma pada diriku. Dimana aku hampir saja kehilangan kehormatan dan juga kehilangan orang-orang yang aku sayangi. Semua ini gara-gara Handoyo dan Stefani. Kemana aku harus mencari perempuan hina itu untuk membalas dendam kepadanya.“Maaf numpang tanya, pak. Ada apa ya, kok kelihatannya ramai sekali. Apa ada kecelakaan?” tanya fajar kepada salah satu orang yang berlalu lalang.“Ada korban pembunuhan. Korbannya perempuan. Katanya korban pemerkosaan la

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   89. KEMATIAN TRAGIS STEFANI

    KEMATIAN TRAGIS STEFANIMIRANTIPalu hakim sudah di ketuk. Hukuman untuk putra sulungku sudah ditentukan. Meremas dada yang terasa sesak. Tubuh terasa lemas. Sepuluh tahun bukan waktu yang pendek. Umar akan menghabiskan masa mudanya di dalam penjara.Aku sangat menyesal. Semua terjadi karena aku yang tak bisa mengendalikan emosi. Kalau saja saat itu aku menuruti apa kata suamiku untuk tidak bertindak gegabah, mungkin saat ini aku masih bisa memeluk putraku setiap detik.Fajar beserta tim sudah mengusahakan secara maksimal. Namun kasus yang menimpa putraku tidak ringan. Keluarga Handoyo juga menuntut keadilan. Seandainya saja waktu bisa di putar, aku ingin melihat Handoyo yang duduk di kursi pesakitan. Rasanya bagai mimpi ketika melihat anakkulah yang duduk di sana. Dada terasa bagai di himpit batu besar. Sesak dan sakit tak terkira.“Yang sabar, Mir.” Fajar memelukku erat. Kutumpahkan segala kesedihan pada dadany

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   88. KEMATIAN HANDOYO

    KEMATIAN HANDOYOSeorang wanita yang sangat kubenci menghadang langkah. Dia bertepuk tangan dengan suka cita di hadapan.“Kasihan sekali, kamu Miranti. Kau harus kehilangan dua orang yang sangat kau sayangi.”Stefani. Wanita itu benar-benar membuatku kesal.Plaak. Satu tamparan mengenai rahangnya. Plaak, satu tamparan lagi kembali kuhadiahkan kepada stefani. Menjambak rambutnya dengan keras hingga kepalanya terangkat dan meludahi wajahnya.“Lakukan apa yang membuatmu senang. Setidaknya, akulah pemenangnya. Akulah yang melempar batu hingga mengenai tangan Arya dan membuatnya terjatuh. Aku juga yang sudah merencanakan untuk menodaimu beramai-ramai. Itulah sederet dosa yang sangat membuatku bahagia. Walaupun kau berhasil lolos dari berandalan itu, aku tetap puas karena kematian Arya dan anakmu!”“Jadi kau yang melakukannya?!”“Iya! Ha ... ha ... ha ....”Bugg.

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   87. KEMATIAN ARYA DAN YUSUF

    KEMATIAN ARYA DAN YUSUF“Pergi kalian atau aku habisi anak ini!” terdengar suara Handoyo dengan nada mengancam dibarengi oleh suara tangisan Yusuf. Serentak kami menoleh dan terkejut melihat Handoyo yang sedang menyandera Yusuf dengan belati di leher. Ayah juga berdiri dengan nafas naik turun tak jauh dari Handoyo. Sepertinya, Ayah baru saja mengejar musuh bebuyutannya itu. Saat posisi terdesak, Handoyo menyandera putraku.“Lepaskan putraku, handoyo! Aku berniat untuk mendekat, tapi Fajar memegangi lenganku.“Jangan gegabah, Mir. Kau bisa membahayakan nyawa Yusuf!” Fajar memegangi tubuhku dengan erat. Aku berusaha melepaskan diri, tapi sayangnya tenagaku kalah kuat dari suamiku.“Lepaskan cucuku Handoyo! Atau kau akan ....”“Akan apa?! Kau akan membunuhku?! Kau bisa lakukan itu setelah kematian cucumu ini!” Handoyo menekan leher Yusuf dengan keras hingga putraku itu menan

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   86. UMAR SALAH PAHAM

    UMAR SALAH PAHAM“Yusuf? Dia tadi bersama Arya.” Jawabku sembari menyapu pandangan di seluruh ruangan. Namun tak nampak keduanya. Kemana para penjahat itu membawa mereka.“Arya! Teganya dia menculik darah dagingnya sendiri! Awas akan aku habisi kau!” Fajar mengepalkan tangannya. Matanya memerah dan memancarkan amarah yang membara. Dia pasti mengira Arya yang sudah menculik yusuf. Aku tak boleh membiarkan kesalahpahaman ini.“Fajar. Arya tidak bersalah. Dia tidak menculik Yusuf. Justru dia malah membantuku.”“Diam Mir! Jangan membela manatn suamimu itu! Sudah jelas dia yang bersalah dengan mengumpankan darah dagingnya sendiri tanpa memikirkan dampaknya!”“Fajar aku tidak bohong. Arya memang ....”“Cukup Mir! Ayo aku akan membawamu kepada ayahmu. Setelah itu aku akan mencari Yusuf. Kau pulanglah bersama ayahmu!”‘Tidak, fajar aku....&rd

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   85. BANTUAN DATANG

    BANTUAN DATANG“Jadi ini wanita yang akan membuat kami senang, Tuan?”‘Iya. Kalian aku bayar mahal untuk bersenang-senang. Bagaimana, aku orang yang sangat baik’kan?”“Sangat baik ha ... ha ....”“Dia bahkan masih menggunakan gaun pengantin yang sangat sexy. Bagian dadanya yang sedikit menyembul sangat menggiurkan. Membuatku segera ingin menyentuhnya. Ha ... ha ....”“Suaminya pasti akan menangis darah setelah melihat malam pertama istrinya bukan bersamanya, melainkan dengan kami bersepuluh. Ha ... ha ....”“Itu yang kuinginkan. Kalau kalian bisa melakukan tugas dengan baik dan memastikan suami dari wanita itu akan menangis darah, aku akan memberikan bonus untuk kalian ha ... ha ....”Aku berusaha menutup kedua telinga. Namun tetap saja percakapan mereka yang sangat mengerikan terdengar oleh kupingku hingga membuat tubuh menggigil. Wa

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   84. BANTUAN ARYA

    BANTUAN ARYA“Aw.” Aku mengaduh saat tanpa sengaja menendang sesuatu yang membuat lutut sakit. Pada saat masih kesakitan sembari memegangi lutut, tiba-tiba ada yang menarik kayu di tangan dengan keras hingga membuatku kembali mengaduh.“Aw. Sakit.”“Miranti?! Benar itu dirimu?!”Aku menegakkan kepala. Arya sudah mengetahui keberadaanku. Gigi gemerutuk menahan amarah melihat pria yang tak pantas menyandang sebutan ayah. Tak mungkin hanya berdiam diri. Arya harus merasakan akibat dari perbuatannya.Mundur beberapa langkah sembari tangan menggapai apapun yang bisa kujadikan alat untuk melindungi diri.Krompyang. Suara benda yang berjatuhan saat tanganku berusaha menggapai sesuatu yang ada di sana. Sialnya aku tak tahu kalau di belakang terdapat banyak tumpukan benda. Tempat yang begitu gelap, benar-benar membuatku kesulitan.“Miranti! Kau tidak apa-apa’kan? hati-hati

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   83. MASUK KANDANG MACAN

    masuk kandang macanARYAPlaak. Satu tamparan keras mendarat di pipi saat aku memohon untuk membatalkan rencana jahat Handoyo. Aku bahkan sudah berusaha merendahkan diri dengan mencium kaki Handoyo dan juga istriku. Kalau saja bukan karena keselamatan putraku dan mantan istri yang pernah kusakiti, aku tak sudi untuk mencium kaki manusia tak berperasaan dan juga istri yang tak punya harga diri. Menyesal aku sudah meninggalkan istri sebaik Miranti.“Asal kau tahu, Arya. Aku juga sudah muak denganmu! Kau sudah tidak aku butuhkan lagi! Kini balas dendamku akan terbalaskan. Saat anak dari musuh terbesar sudah berada di genggaman, kau akan kuhabisi setelah mereka! Tapi terlebih dahulu, kau harus menyaksikan penderitaan anak dan mantan istrimu! Mereka semua akan aku habisi di depan matamu! Ha ... ha ....” Handoyo menendang tubuhku. Rasa sakit di sekujur tubuh berusaha kutahan, aku harus tetap memohon kepada iblis yang ada di hadapan.

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   82. KENA JEBAKAN

    KENA JEBAKAN“Kejutan.”Tiba-tiba aku dikejutkan oleh mamah, ibu, ayah mertua dan juga anak-anak Miranti. Mereka muncul dari arah dapur.“Apa-apaan sih. Gak lucu tahu’gak” sungutku.“Hey anak nakal. Jangan begitu. Yang sopan sama orangtua!” mamah menjewer kuping hingga aku mengaduh kesakitan.“Lepasin. Mamah nih bikin malu aja.” Aku tak berani melepas tangan Mamah. Seperti inilah kebiasaannya. Mungkin dalam pikirannya aku ini masih bocah ingusan yang suka pipis di celana. Huch. Menyebalkan.“Aku sekarang’kan sudah jadi ayah. Malu sama mereka.” Bisikku di telinga mamah.Wanita yang melahirkanku tersenyum mengejek, lalu mengacak rambutku. Untungnya tanpa harus memintanya lagi, tangannya kini berpindah ke pundak dan mengelus dengan lembut.“Mamah bahagia kalian pulang tepat waktu.” Mengecup keninng dengan lembut. Terlu

DMCA.com Protection Status