POV FAJAR
Saat melewati lobby, kuhentikan langkahku sejenak, lalu menoleh ke arah Miranti. Dia berlari sambil menangis. Kutahu hatinya pasti sangat terluka saat aku mengusirnya. Itu juga kau sendiri penyebabnya, Kalau kau tak membuatku kesal, aku juga tak mungkin tega membiarkanmu pergi tanpa diriku.
Kulepas lengan mila, lalu memegang pundaknya. “Mila, aku ada meeting mendadak. Bisa kau tinggalkan aku?” pintaku pada calon tunanganku itu.
“Enggak bisa dong sayang. Kita harus segera fiting baju pengantin. Tante eva bilang gaunnya sudah jadi. Jangan ditunda terus. Belum lagi cincin pertunangan kita juga sudah jadi. Mana aku belum beli beberapa baju, ke salon dan .....”
Aku segera mengeluarkan kartu kredit dari dalam dompet dan memberikan kepadan Mila. Hanya itu yang dibutuhkan untuk menuruti keinginanku. Yang kutahu bahwa wanita di hadapan hanya mencintai hartaku saja. Aku tahu dia juga
5O..BERTEMU ARYASetelah melewati prosedur untuk membesuk, kemudian salah satu petugas mengantarku menuju ruang besuk. Petugas menunjukkan tempat duduk untukku dan di minta menunggu sejenak.Kuedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Ada beberapa orang yang juga sama sepertiku yang sedang menunggu. Mereka membawakan makanan dan entah apalagi dalam dus. Mungkin mereka akan membesuk orang yang mereka cintai. Karena keterpaksaan mereka harus berpisah. Berbeda denganku. Aku tak membawakan apapun untuk Arya, kecuali dokumen yang akan kutunjukan padanya serta beberapa kertas yang harus di tandatanganinya.Terdengar derap langkah kaki yang berjalan ke arahku. Mengalihkan pandangan kearah suara. Aku melihat wajah Arya yang menunduk. Untuk apa dia menyembunyikan wajahnya. Apa dia merasa malu ataukah menyesal. Sayangn, penyesalan sudah tidak ada artinya lagi. Cintaku telah hilang dan terkubur bersama penghianatannya. Emosiku mulai tersulut saat mengingat penghianatan d
BERTEMU STEFANIDalam waktu setengah jam perjalanan, Aku sampai di lapas khusus wanita. Menurunkan kaca mobil dan menatap kearah lapas. Malas sebenarnya untuk datang ke tempat ini. Namun aku hatus menemui wanita yang sudah menghancurkan rumah tanggaku. Aku ingin melihat keadaannya. Penasaran apakah dia masih bisa menyombongkan diri setelah merasakan dinginnya jeruji besi. Akankah keangkuhan menjadikan dirinya sebagai ratu di dalam sel ataukah menjadi bulan-bulanan para penghuni lapas wanita.Mengingat kembali apa yang sudah dilakukan olehnya membuat darahku naik. Aku tak punya waktu banyak. Masih banyak urusan yang harus diselesaikan, Segera turun dari mobil dan melangkahkan kaki menuju pintu lapas. Kembali aku mengikuti segala prosedur yang berlaku. Setelah selesai, seorang sipir cantik mengantarku menuju ruang tunggu. Tak sabar rasanya untuk bertemu dengan ratu baru dari Arya.Dari kejauhan kulihat seorang sipir yang membawa seora
KERAGUANPOV MIRANTIAku mematung sembari menatap kalender. Hari ini ulangtahun pernikahanku dengan Arya. Aku tersenyum kecut. Sama saja seperti tahun-tahun sebelumnya, tak pernah merayakannya. Arya terlalu cuek dengan urusan keluarga. Walau hanya sebentar saja, tak pernah meluangkan waktu untuk merayakannya. Jangankan hadiah, tepat pulang saja pada tanggal yang sama, tak pernah dilakukannya. Ah sudahlah, tak perlu dipikirkan lagi. Semua sudah berlalu.Kini fokusku bukan pada itu. 13-12. Hari ini fajar akan bertunangan dengan kekasihnya. Kulirik jam dinding yang ada di sebelah kalender, menunjukkan pukul sepuluh. Sudah cukup lama aku terdiam di sini. Memandangi kalender dan jam dinding bergantian. Keraguan menyelimuti hati. Tak ingin pergi kesana, karena hanya akan membuat bathinku tersiksa. Tak ingin menyaksikan orang yang kusayang bertukar cincin dengan wanita lain. Sakit hatiku pasti tak terobati. Lebih baik memtuskan untuk tidak datan
SURPRISE YANG TAK KUINGINKANMIRANTIFajar mengangkat daguku hingga kami saling bertatapan. Sorot mata itu seolah ingin menghancurkan diriku. Aku takut. Lalu menundukkan kepala. Namun fajar kembali mengangkat daguku.“Tatap mataku dan katakan kau tak mencintaiku. Tak menginginkanku. Tak membutuhkan kehadiranku. Katakan sekarang juga miranti!”fajar menekan daguku dengan kasar. Aku hanya menggelengkan kepala. Memejamkan mata. Tidak berani menatapnya.“Fajar kau menyakitiku.” Aku mengeluh saat merasakan daguku yang sakit karena tekanan olehnya.Fajar melepas daguku dengan kasar. Aku menundukkan kepala. Kembali dia mengguncang pundakku.“Baik. Kalau itu keputusanmu. Jangan pernah menyesal.” Fajar melepas pundakku. Lalu menyodorkan kunci mobil. “Pulanglah.”Aku menengadahkan wajah. Menatap pria yang takkan pernah kumiliki. Wajahnya tak sedih lagi. Kini berubah menjadi
USAHA TERAKHIRFAJARMamah melepas pelukannya. Wajahnya bersimbah airmata. Aku menghapusnya dengan jemariku.‘Udah dong mah, jangan nangis. Malu. Aku minta maaf deh.”“Kau tidak salah. Mamah hanya sedih. Bertahun-tahun mamah menunggu moment ini. Kau akan melepas masa lajangmu. Itu membuat mamah bahagia. Akhirnya kau bisa mengubur luka lamamu. Mengenai biaya, itu menjadi urusan mamah. Kau tak perlu mengeluarkan uang sepeserpun. Yang penting kamu bahagia.” Mamah menangkup pipiku denan kedua tangannya.Aku tersenyum dan mengelus lengan mamah. “Bagiku, yang penting kebahagiaan mamah.”“No. Kebahagiaanmu lebih penting. Untuk apa mamah bahagia, tapi tidak denganmu. Kau yang akan menjalaninya, bukan mamah.”“Apa menurut mamah, mila gadis yang tepat untukku?”“Kenapa kau tanyakan itu? Sudah jelas dia pilihan mamah. Pasti dia wanita terbaik untukmu
TAMU ISTIMEWA UNTUK MILAFAJARMamah mengantarku hingga sampai di tempat yang sudah dipersiapkan untuk ijab kabul. Langkahku terhenti tepat di hadapan mila. Gadis licik itu menatap dengan senyum penuh kemenangan. Aku tak pernah mencintainya. Walau begitu dia sudah menggunakan hartaku hingga ratusan juta. Bukan aku tak mengerti kalau dia matre. Hanya perlu mengulur waktu untuk membuka kedoknya. Kalau bukan demi mamah, kuharamkan hartaku untuknya. Duit segitu tak ada artinya bagiku. Sama sekali tak ada penyesalan. Anggap saja untuk membuang sial.“Sudah, pandang-pandangannya diteruskan nanti saja.” Mamah menyubit lenganku dan menyadarkan dari lamuanan. Aku hanya tersenyum kecut menanggapi gurauannya.Menatap wajah mamah yang penuh kebahagiaan. Rasanya tak tega untuk membuatnya terluka. Mengecup punggung tangannya dengan penuh cinta. Lalu menatap wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda.“Mamah bahagia?
MEMBONGKAR KEDOK MILAFAJARMemperhatikan mila yang terlihat memarahi pria yang bernama Rio. Namun pra itu hanya menundukkan kepala. Tak ada sepatahkatapun yang terucap dari bibirnya. Padahal aku tahu persis. Kalau mila sedang marah, ucapannya tak terkontrol dan sangat menyakitkan. Pria itu hanya terlihat sesekali menghela nafas panjang sambil memejamkan mata. Terkadang mengurut dadanya. Ini pasti sulit untuknya. Kemarahan mila yang meledak-ledak membuat siapapun yang berhadapan dengannya pasti ingin melayangkan tangan kepada wanita tak ber etika itu. Penghuni kebun binatang pasti keluar dari mulut kotornya.Mila menyerobot microfone yang berada di tangan Rio, lalu menyuruh pria itu pergi. Rio tidak pergi. Dia hanya mundur beberapa langkah.Mila mulai berbicara menggunakan pengeras suara. Aku ingin tahu apa yang akan di bicarakannya.“Tolong, jangan percaya apapun yang akan dikatakan oleh pemuda itu! Dia hanya pe
BUKTI KEKUATAN DO’AMIRANTITak tega melihat keadaan fajar. Dia begitu terguncang. Tak henti buliran bening terus mengalir dari kelopak matanya yang sembab. Setengah jam yang lalu kami tiba di rumah sakit. Tante farida langsung di bawa ke ruang IGD.Aku menemani fajar yang tengah mengalami duka yang mendalam. Dia sangat gelisah. Sesekali berdiri mencoba mengintip dari balik pintu yang tertutup rapat. Tak mendapatkan apa keinginannya dia duduk kembali. Berusaha mengintip, lalu duduk lagi. Begitu seterusnya. Selama perjalanan hingga saat ini, fajar tak pernah melepas tanganku barang sedetikpun. Genggaman tangannya makin erat. Walau terkadang aku merasakan sakit pada jemariku, tak mengapa. Rela hanya meringis menahan sakit. Saat dia bangkit, aku harus mengikutinya. Begitu pula saat dia duduk.Dokter keluar dari ruang perawatan dan mengabarkan kalau tante farida harus masuk ke ICU. Kesadarannya makin menurun. Tubuhnya memer
9O. HIDUP DAMAIMIRANTI“Sayang, kenapa berhenti?” aku bertanya kepada suamiku saat menghentikan mobil secara mendadak.‘Itu di depan banyak kerumunan orang. Mobil tidak bisa lewat. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Itu ada mobil polisi.” Jawab suamiku sembari menunjuk mobil polisi yang terparkir tak jauh dari hadapan..“Iya.” Aku melihat ke arah depan. Ternyata fajar menghentikan mobil tak jauh dari gedung tua yang menyebabkan trauma pada diriku. Dimana aku hampir saja kehilangan kehormatan dan juga kehilangan orang-orang yang aku sayangi. Semua ini gara-gara Handoyo dan Stefani. Kemana aku harus mencari perempuan hina itu untuk membalas dendam kepadanya.“Maaf numpang tanya, pak. Ada apa ya, kok kelihatannya ramai sekali. Apa ada kecelakaan?” tanya fajar kepada salah satu orang yang berlalu lalang.“Ada korban pembunuhan. Korbannya perempuan. Katanya korban pemerkosaan la
KEMATIAN TRAGIS STEFANIMIRANTIPalu hakim sudah di ketuk. Hukuman untuk putra sulungku sudah ditentukan. Meremas dada yang terasa sesak. Tubuh terasa lemas. Sepuluh tahun bukan waktu yang pendek. Umar akan menghabiskan masa mudanya di dalam penjara.Aku sangat menyesal. Semua terjadi karena aku yang tak bisa mengendalikan emosi. Kalau saja saat itu aku menuruti apa kata suamiku untuk tidak bertindak gegabah, mungkin saat ini aku masih bisa memeluk putraku setiap detik.Fajar beserta tim sudah mengusahakan secara maksimal. Namun kasus yang menimpa putraku tidak ringan. Keluarga Handoyo juga menuntut keadilan. Seandainya saja waktu bisa di putar, aku ingin melihat Handoyo yang duduk di kursi pesakitan. Rasanya bagai mimpi ketika melihat anakkulah yang duduk di sana. Dada terasa bagai di himpit batu besar. Sesak dan sakit tak terkira.“Yang sabar, Mir.” Fajar memelukku erat. Kutumpahkan segala kesedihan pada dadany
KEMATIAN HANDOYOSeorang wanita yang sangat kubenci menghadang langkah. Dia bertepuk tangan dengan suka cita di hadapan.“Kasihan sekali, kamu Miranti. Kau harus kehilangan dua orang yang sangat kau sayangi.”Stefani. Wanita itu benar-benar membuatku kesal.Plaak. Satu tamparan mengenai rahangnya. Plaak, satu tamparan lagi kembali kuhadiahkan kepada stefani. Menjambak rambutnya dengan keras hingga kepalanya terangkat dan meludahi wajahnya.“Lakukan apa yang membuatmu senang. Setidaknya, akulah pemenangnya. Akulah yang melempar batu hingga mengenai tangan Arya dan membuatnya terjatuh. Aku juga yang sudah merencanakan untuk menodaimu beramai-ramai. Itulah sederet dosa yang sangat membuatku bahagia. Walaupun kau berhasil lolos dari berandalan itu, aku tetap puas karena kematian Arya dan anakmu!”“Jadi kau yang melakukannya?!”“Iya! Ha ... ha ... ha ....”Bugg.
KEMATIAN ARYA DAN YUSUF“Pergi kalian atau aku habisi anak ini!” terdengar suara Handoyo dengan nada mengancam dibarengi oleh suara tangisan Yusuf. Serentak kami menoleh dan terkejut melihat Handoyo yang sedang menyandera Yusuf dengan belati di leher. Ayah juga berdiri dengan nafas naik turun tak jauh dari Handoyo. Sepertinya, Ayah baru saja mengejar musuh bebuyutannya itu. Saat posisi terdesak, Handoyo menyandera putraku.“Lepaskan putraku, handoyo! Aku berniat untuk mendekat, tapi Fajar memegangi lenganku.“Jangan gegabah, Mir. Kau bisa membahayakan nyawa Yusuf!” Fajar memegangi tubuhku dengan erat. Aku berusaha melepaskan diri, tapi sayangnya tenagaku kalah kuat dari suamiku.“Lepaskan cucuku Handoyo! Atau kau akan ....”“Akan apa?! Kau akan membunuhku?! Kau bisa lakukan itu setelah kematian cucumu ini!” Handoyo menekan leher Yusuf dengan keras hingga putraku itu menan
UMAR SALAH PAHAM“Yusuf? Dia tadi bersama Arya.” Jawabku sembari menyapu pandangan di seluruh ruangan. Namun tak nampak keduanya. Kemana para penjahat itu membawa mereka.“Arya! Teganya dia menculik darah dagingnya sendiri! Awas akan aku habisi kau!” Fajar mengepalkan tangannya. Matanya memerah dan memancarkan amarah yang membara. Dia pasti mengira Arya yang sudah menculik yusuf. Aku tak boleh membiarkan kesalahpahaman ini.“Fajar. Arya tidak bersalah. Dia tidak menculik Yusuf. Justru dia malah membantuku.”“Diam Mir! Jangan membela manatn suamimu itu! Sudah jelas dia yang bersalah dengan mengumpankan darah dagingnya sendiri tanpa memikirkan dampaknya!”“Fajar aku tidak bohong. Arya memang ....”“Cukup Mir! Ayo aku akan membawamu kepada ayahmu. Setelah itu aku akan mencari Yusuf. Kau pulanglah bersama ayahmu!”‘Tidak, fajar aku....&rd
BANTUAN DATANG“Jadi ini wanita yang akan membuat kami senang, Tuan?”‘Iya. Kalian aku bayar mahal untuk bersenang-senang. Bagaimana, aku orang yang sangat baik’kan?”“Sangat baik ha ... ha ....”“Dia bahkan masih menggunakan gaun pengantin yang sangat sexy. Bagian dadanya yang sedikit menyembul sangat menggiurkan. Membuatku segera ingin menyentuhnya. Ha ... ha ....”“Suaminya pasti akan menangis darah setelah melihat malam pertama istrinya bukan bersamanya, melainkan dengan kami bersepuluh. Ha ... ha ....”“Itu yang kuinginkan. Kalau kalian bisa melakukan tugas dengan baik dan memastikan suami dari wanita itu akan menangis darah, aku akan memberikan bonus untuk kalian ha ... ha ....”Aku berusaha menutup kedua telinga. Namun tetap saja percakapan mereka yang sangat mengerikan terdengar oleh kupingku hingga membuat tubuh menggigil. Wa
BANTUAN ARYA“Aw.” Aku mengaduh saat tanpa sengaja menendang sesuatu yang membuat lutut sakit. Pada saat masih kesakitan sembari memegangi lutut, tiba-tiba ada yang menarik kayu di tangan dengan keras hingga membuatku kembali mengaduh.“Aw. Sakit.”“Miranti?! Benar itu dirimu?!”Aku menegakkan kepala. Arya sudah mengetahui keberadaanku. Gigi gemerutuk menahan amarah melihat pria yang tak pantas menyandang sebutan ayah. Tak mungkin hanya berdiam diri. Arya harus merasakan akibat dari perbuatannya.Mundur beberapa langkah sembari tangan menggapai apapun yang bisa kujadikan alat untuk melindungi diri.Krompyang. Suara benda yang berjatuhan saat tanganku berusaha menggapai sesuatu yang ada di sana. Sialnya aku tak tahu kalau di belakang terdapat banyak tumpukan benda. Tempat yang begitu gelap, benar-benar membuatku kesulitan.“Miranti! Kau tidak apa-apa’kan? hati-hati
masuk kandang macanARYAPlaak. Satu tamparan keras mendarat di pipi saat aku memohon untuk membatalkan rencana jahat Handoyo. Aku bahkan sudah berusaha merendahkan diri dengan mencium kaki Handoyo dan juga istriku. Kalau saja bukan karena keselamatan putraku dan mantan istri yang pernah kusakiti, aku tak sudi untuk mencium kaki manusia tak berperasaan dan juga istri yang tak punya harga diri. Menyesal aku sudah meninggalkan istri sebaik Miranti.“Asal kau tahu, Arya. Aku juga sudah muak denganmu! Kau sudah tidak aku butuhkan lagi! Kini balas dendamku akan terbalaskan. Saat anak dari musuh terbesar sudah berada di genggaman, kau akan kuhabisi setelah mereka! Tapi terlebih dahulu, kau harus menyaksikan penderitaan anak dan mantan istrimu! Mereka semua akan aku habisi di depan matamu! Ha ... ha ....” Handoyo menendang tubuhku. Rasa sakit di sekujur tubuh berusaha kutahan, aku harus tetap memohon kepada iblis yang ada di hadapan.
KENA JEBAKAN“Kejutan.”Tiba-tiba aku dikejutkan oleh mamah, ibu, ayah mertua dan juga anak-anak Miranti. Mereka muncul dari arah dapur.“Apa-apaan sih. Gak lucu tahu’gak” sungutku.“Hey anak nakal. Jangan begitu. Yang sopan sama orangtua!” mamah menjewer kuping hingga aku mengaduh kesakitan.“Lepasin. Mamah nih bikin malu aja.” Aku tak berani melepas tangan Mamah. Seperti inilah kebiasaannya. Mungkin dalam pikirannya aku ini masih bocah ingusan yang suka pipis di celana. Huch. Menyebalkan.“Aku sekarang’kan sudah jadi ayah. Malu sama mereka.” Bisikku di telinga mamah.Wanita yang melahirkanku tersenyum mengejek, lalu mengacak rambutku. Untungnya tanpa harus memintanya lagi, tangannya kini berpindah ke pundak dan mengelus dengan lembut.“Mamah bahagia kalian pulang tepat waktu.” Mengecup keninng dengan lembut. Terlu