“Aku sudah kehiangan anakku. Aku sudah kalah dari Arya. Mereka sudah berhasil membuat hidupku hancur. Bayi itu seharusnya bersamaku. Kenapa Engkau mengambil kebahagiaanku ya Tuhan.” Miranti memukul ranjang. Tangisnya makin menjadi.
“Jangan pernah menyalahkan Tuhan. Tidak baik. Lo tidak kalah. Bahkan sudah jadi pemenangnya. Seandainya lo menyaksikan apa yang di lakukan oleh Amir dan umar, Lo pasti akan bangga pada mereka. Dengan gagah berani keduanya melawan orang-orang yang menganiaya dan berusaha mengubur lo hidup-hidup. Umar membalas seluruh perbuatan yang mereka lakukan padalo.” Aku tersenyum penuh kebahagiaan.
“Oh ya? Apa mereka memukuli papahnya?” Miranti menatap wajahku dengan tegang. Terlihat ada sebuah kekhawatiran dalam ucapannya.
“Tidak. Lo berhasil mendidik mereka dengan baik. Mereka tahu bagaimana caranya berbakti kepada orangtua. Karena itul
SALAH MENGARTIKAN RASAPOV MIRANTIHampir tiga minggu telah berlalu. Keadaanku mulai membaik. Walau masih sering terasa nyeri pada perutku, tapi aku mematuhi aturan dokter dan rutin meminum obat, hingga membuatku cepat pulih. Rasanya sudah lama tidak merelaksasi diri. Kudatangi salon langganan untuk treatment wajah dan rambut. Sambil berusaha melupakan sejenak beban yang berada di pundak. Menikmati pijatan dari terapis membuat tubuh segar dan pikiranku menjadi tenang. Kembali menikmati indahnya dunia.Setelah beberapa jam, treatment sudah selesai. Kini wajahku semakin cerah. Sentuhan make up dan tatanan rambut dari tangan terampil membuat aku mengagumi wajah sendiri. Rasanya tak percaya ternyata wajahku bisa secantik ini. Aku merasa usia hampir sama dengan istri muda Arya. Aku tak kalah cantik darinya.Inilah kebodohanku. Kalau saja aku selalu berdandan secantik ini, pasti suamiku takkan mencari wanita l
47.. RASA YANG DATANG TERLAMBATPOV MIRANTIMataku mulai memanas Tak kubiarkan airmata ini menetes di hadapan mereka.“Fajar, apa maksud perkataan wanita itu?”“Biar aku yang jawab. Sebentar lagi kami akan bertunangan dan segera menikah. Kau lihatlah ini!” wanita itu melempar sebuah kartu undangan yang hampir mengenai wajahku. Untung saja aku memiringkan wajahku sedikit. Kalau tidak, undangan yang cukup tebal itu pasti melukai wajahku.Undangan berwarna merah marun dengan dilapisi warna emas pada sisinya terkesan sangat mewah dan elegan. Jenis dan warna sama yang pernah kupilih saat aku hampir menikah dengan fajar dulu. Kenapa sekarang kartu undangan itu sama persis.“Siapa yang memilih undangan itu?” tanyaku tanpa mengalihkan pandangan dari undangan yang tergeletak di lantai.“Kenapa kau tanyakan itu?! Apa pentingnya untukmu?!” tanya perempuan itu denga
48. KURELAKAN KEBAHAGIAANMUPov miranti“Apa kau sedang berbohong?”“Aku tidak berbohong. Cintaku kepadamu tak pernah padam, bahkan hingga saat ini. Saat kau menderita bersama Arya, aku bahkan tak rela untuk membahagiakan diriku sendiri. Aku tak ingin menikah seumur hidupku. Dan wanita yang pernah singgah dalam kehidupanku, adalah pelarian untuk melupakanmu. Tapi sangat sulit untuk melupakan dirimu, Miranti. Dan kini, di saat aku akan menikah, cintamu kembali hadir. Dan itu simalakama untukku.”Aku menundukkan kepala. Terasa ikut larut dalam perasaannya. Pasti sangatlah sulit. Benar sekali ucapannya, aku sudah datang di waktu yang tak tepat. Saat kebahagiaan sudah di depan mata, aku malah menghancurkannya.Kuhapus airmata dan menenangkan hatiku. Fajar tak harus memilih, karena hanya ada satu pilihan. Aku bukan siapa-siapa dan tak layak bersanding dengannya. Kuputuskan untuk berpura-pura tak
MENGUNJUNGI ARYAPOV FAJARSaat melewati lobby, kuhentikan langkahku sejenak, lalu menoleh ke arah Miranti. Dia berlari sambil menangis. Kutahu hatinya pasti sangat terluka saat aku mengusirnya. Itu juga kau sendiri penyebabnya, Kalau kau tak membuatku kesal, aku juga tak mungkin tega membiarkanmu pergi tanpa diriku.Kulepas lengan mila, lalu memegang pundaknya. “Mila, aku ada meeting mendadak. Bisa kau tinggalkan aku?” pintaku pada calon tunanganku itu.“Enggak bisa dong sayang. Kita harus segera fiting baju pengantin. Tante eva bilang gaunnya sudah jadi. Jangan ditunda terus. Belum lagi cincin pertunangan kita juga sudah jadi. Mana aku belum beli beberapa baju, ke salon dan .....”Aku segera mengeluarkan kartu kredit dari dalam dompet dan memberikan kepadan Mila. Hanya itu yang dibutuhkan untuk menuruti keinginanku. Yang kutahu bahwa wanita di hadapan hanya mencintai hartaku saja. Aku tahu dia juga
5O..BERTEMU ARYASetelah melewati prosedur untuk membesuk, kemudian salah satu petugas mengantarku menuju ruang besuk. Petugas menunjukkan tempat duduk untukku dan di minta menunggu sejenak.Kuedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Ada beberapa orang yang juga sama sepertiku yang sedang menunggu. Mereka membawakan makanan dan entah apalagi dalam dus. Mungkin mereka akan membesuk orang yang mereka cintai. Karena keterpaksaan mereka harus berpisah. Berbeda denganku. Aku tak membawakan apapun untuk Arya, kecuali dokumen yang akan kutunjukan padanya serta beberapa kertas yang harus di tandatanganinya.Terdengar derap langkah kaki yang berjalan ke arahku. Mengalihkan pandangan kearah suara. Aku melihat wajah Arya yang menunduk. Untuk apa dia menyembunyikan wajahnya. Apa dia merasa malu ataukah menyesal. Sayangn, penyesalan sudah tidak ada artinya lagi. Cintaku telah hilang dan terkubur bersama penghianatannya. Emosiku mulai tersulut saat mengingat penghianatan d
BERTEMU STEFANIDalam waktu setengah jam perjalanan, Aku sampai di lapas khusus wanita. Menurunkan kaca mobil dan menatap kearah lapas. Malas sebenarnya untuk datang ke tempat ini. Namun aku hatus menemui wanita yang sudah menghancurkan rumah tanggaku. Aku ingin melihat keadaannya. Penasaran apakah dia masih bisa menyombongkan diri setelah merasakan dinginnya jeruji besi. Akankah keangkuhan menjadikan dirinya sebagai ratu di dalam sel ataukah menjadi bulan-bulanan para penghuni lapas wanita.Mengingat kembali apa yang sudah dilakukan olehnya membuat darahku naik. Aku tak punya waktu banyak. Masih banyak urusan yang harus diselesaikan, Segera turun dari mobil dan melangkahkan kaki menuju pintu lapas. Kembali aku mengikuti segala prosedur yang berlaku. Setelah selesai, seorang sipir cantik mengantarku menuju ruang tunggu. Tak sabar rasanya untuk bertemu dengan ratu baru dari Arya.Dari kejauhan kulihat seorang sipir yang membawa seora
KERAGUANPOV MIRANTIAku mematung sembari menatap kalender. Hari ini ulangtahun pernikahanku dengan Arya. Aku tersenyum kecut. Sama saja seperti tahun-tahun sebelumnya, tak pernah merayakannya. Arya terlalu cuek dengan urusan keluarga. Walau hanya sebentar saja, tak pernah meluangkan waktu untuk merayakannya. Jangankan hadiah, tepat pulang saja pada tanggal yang sama, tak pernah dilakukannya. Ah sudahlah, tak perlu dipikirkan lagi. Semua sudah berlalu.Kini fokusku bukan pada itu. 13-12. Hari ini fajar akan bertunangan dengan kekasihnya. Kulirik jam dinding yang ada di sebelah kalender, menunjukkan pukul sepuluh. Sudah cukup lama aku terdiam di sini. Memandangi kalender dan jam dinding bergantian. Keraguan menyelimuti hati. Tak ingin pergi kesana, karena hanya akan membuat bathinku tersiksa. Tak ingin menyaksikan orang yang kusayang bertukar cincin dengan wanita lain. Sakit hatiku pasti tak terobati. Lebih baik memtuskan untuk tidak datan
SURPRISE YANG TAK KUINGINKANMIRANTIFajar mengangkat daguku hingga kami saling bertatapan. Sorot mata itu seolah ingin menghancurkan diriku. Aku takut. Lalu menundukkan kepala. Namun fajar kembali mengangkat daguku.“Tatap mataku dan katakan kau tak mencintaiku. Tak menginginkanku. Tak membutuhkan kehadiranku. Katakan sekarang juga miranti!”fajar menekan daguku dengan kasar. Aku hanya menggelengkan kepala. Memejamkan mata. Tidak berani menatapnya.“Fajar kau menyakitiku.” Aku mengeluh saat merasakan daguku yang sakit karena tekanan olehnya.Fajar melepas daguku dengan kasar. Aku menundukkan kepala. Kembali dia mengguncang pundakku.“Baik. Kalau itu keputusanmu. Jangan pernah menyesal.” Fajar melepas pundakku. Lalu menyodorkan kunci mobil. “Pulanglah.”Aku menengadahkan wajah. Menatap pria yang takkan pernah kumiliki. Wajahnya tak sedih lagi. Kini berubah menjadi