2O. BANTUAN IBU-IBU KOMPLEK
Aku membalikkan badan dan mempersilahkan mereka masuk. Mulailah drama ini kumainkan. Dan akulah sebagai pemain utama yang teraniaya.
“Ibu-ibu kenal dengan tetangga baru kita yang sedang berada dalam pelukan ibu mertuaku? Dia adalah istri simpanan dari Mas Arya. Ibu bisa merasakan bagaimana perasaan saya yang dihianati? Apalagi istri barunya di belikan rumah di samping rumah saya. Apa kalian bisa membayangkan betapa menderitanya saya? Betapa hancurnya hati saya?” aku berpura-pura menangis. Walau sulit, airmata itu mampu keluar juga sedikit. Ternyata airmataku tak mau keluar lagi untuk menangisi Arya. Saat kau tak menghargaiku lagi arya, saat itu lah takkan ada airmata lagi untukmu.
“Apa?! Yang benar, bu?” jawab bu ningsih tetangga yang sudah kuanggap sebagai kakak.
“Benar. Gadis yang masih bau kencur itu sudah mencuri suamiku! Mereka sudah menghianati aku, bu!” Kupeluk bu ningsih dengan tangis
FAJAR MEMBUATKU KESALKami semua diam membisu, saat ketua RT datang bersama fajar. Tiba-tiba aku sangat kesal. Ini pasti ulah fajar yang ingin menggagalkan rencanaku.“Ibu-ibu, tolong jangan main hakim sendiri. Dia tetangga baru kita yang harus lindungi dan kita hormati. Kalau ada keaslahan, bisa kita bicarakan baik-baik!” Ucap Pak RT membuat mulut kami terkunci. Tapi tidak denganku. Sebelum stefani yang buka mulut, lebih baik aku mendahuluinya.“Tolong saya, pak ....”“Dengarkan dulu penjelasan saya, pak.” Kupotong ucapan wanita itu.“Baik, saya dengarkan. Tapi lepaskan dulu ibu stefani. Kasihan dia!” Ucap pak rt kembali.Bu Nani melepas tangan stefani dan menjatuhkannya ke tanah. Kulihat kekesalan dari matanya.Keadaan stefani sangat memprihatinkan. Rambutnya acak-acakkan, bahkan ada beberapa helai rambutnya yang lepas karena begitu kuat tarikan yang menjambakny
22. FAJAR MENGHAJAR ARYA“Pake ini.”“Apa?”“GPS.”“Make’nya di mana?” tanyaku sembari mengamati barang yang ada di tangan.“Di jidat lo.” Jawab fajar ketus.“Iih gue tanya beneran, fungsinya untuk apa?”“Ya di tangan, lah. Jangan pernah di lepas supaya gue gampang ngelacak lo kalau sampai terjadi apa-apa dengan, lo. Gue harus pergi. Anak buah gue ada di sekitaran sini. Lo pasti aman. Gue pergi.” Fajar meninggalkanku dengan sejuta tanya. Ada kekhawatiran saat mengingat dia memberikan jam tangan ini. Mungkinkah fajar sudah memperhitungkan segala kemungkinan, termasuk hal buruk yang bisa saja terjadi denganku. Apa mngkin Arya akan tega melakukan sesuatu kepadaku. Kalau dia tak kasihan padaku, paling tidak dengan anak dalam kandunganku ini. Huch, kuhembuskan nafas untuk menetralisir keadaan.“Berhenti, fajar! Jangan jadi pengecut! Hadap
PENYIKSAAN TERHADAP MIRANTIKutatap Arya yang masih menelungkup di atas tanah. Dasar licik, dia pasti ingin mengundang perhatian orang lewat dan berpura-pura membutuhkan pertolongan. Aku yakin pukulan Fajar tak membuat keadaannya parah. Pria licik itu pasti punya rencana jahat terhadap fajar. Aku takkan membiarkan hal itu terjadi.“Bangun Arya! Aku tahu kau hanya berpura-pura!” kutendang tubuhnya pelan. Tetap saja dia berpura-pura tak sadarkan diri. Pandai sekali bersandiwara. Orang tak waras seperti dia tidak bisa diajak bicara, Percuma, hanya buang waktu saja. Kau bersandiwara, akupun akan melakukan hal yang sama denganmu.“Syukurlah kalau kau meninggal, Arya. Tanpa harus repot ke pengadilan, aku sudah menjadi janda. Kedua rumah itu akan menjadi milikku. Dan akan ku usir istri dan juga keluargamu dari rumahku!” Aku melangkahkan kaki perlahan. Akan tetapi baru beberapa langkah, tanganku s
RENCANA JAHAT“Arya, apa yang akan kamu lakukan, nak?” kudengar suara ibu cemas. Tentunya bukan mencemaskan keadaanku. Dia mencemaskan nasib putra kesayangannya jika membunuhku. Jeruji besi sudah siap menantinya untuk menghabiskan sisa usia.“Kalau sampai dia mati di sini gimana kak?” Ku dengar suara Nia juga cemas.“Entahlah, aku juga bingung,” jawab Arya.“Kita buang saja tubuhnya ke jurang,“ sahut baron. Pria berandalan itu hanya punya ide sesuai dengan otaknya sebagai kriminal.“Tidak mungkin! Kita semua bisa masuk penjara!” jawab Arya.“Serahkan saja padaku, Mas. Pasti beres,” Sahut baron.Aku tak terima. Mereka tak bisa membuangku. Aku masih hidup dan akan terus hidup sebelum membalaskan dendamku. Aku mencoba menggerakkan tanganku. Walau harapan tipis, aku akan terus berusaha sampai titik darah penghabisan. Aku harus segera mendapat p
PERTOLONGAN DATANGAku merasa bodoh, sudah berani masuk ke kandang macan sendirian. Ini adalah kesalahan terbesar dalam hidupku. Tak pernah memperhitungkan kekuatan mereka sebelumnya. Aku yang seorang diri, tak mungkin menang melawan lima orang yang tidak waras. Ya, mereka sehat secara fisik, tapi jiwanya sakit.Kini ragaku tak berdaya. Hanya lantunan do’a yang tak terucap. Walau dalam hati, kuyakin Tuhan akan menolongku. Tak mungkin Alloh akan membiarkan kemungkaran merajarela di muka bumi. Siapa menanam angin, dia akan menuai badai. Siapa yang menyalakan api, dia akan merasakan panas yang membara.Nyawaku benar-benar sudah berada di ujung tanduk. Aku kembali merasakan tubuhku di seret dengan kasar. Mereka begitu kejam dan tak punya perasaan. Aku merasa tubuhku terangkat. Suara mesin mobil juga ku dengar walau samar. Mungkinkah hati mereka yang membatu telah mencair dan akan membawaku ke rumah sakit. Mudah-mudahan saja.
MENCARI MIRANTI“Ada-ada saja. Cepat sekarang masuk dan cek apa mamahmu ada di dalam!” perintahku kepadanya dengan keras.“Iya Om. Kenapa Om seperti cemas sekali?” tanya Umar.“Jangan banyak tanya! Pastikan kau melihat mamahmu di dalam atau tidak!”“Siap Om. Nanti umar kabarin.”Kumatikan ponsel dan mengecek lagi keberadaan Miranti. Masih terhenti di tempat yang tadi. Mungkin saja mengalami kemacetan atau mungkin anak buahku berhasil menghentikannya. Baguslah, setidaknya aku tak terlambat untuk memotong jalan. Jalan kantil hanya ada satu jalur. Tak mungkin melewati jalur lain.Tunggu, bukankah jalan ini menuju pemakaman yang jarang di datangi orang. Konon pemakaman di sana sering terlihat hantu yang bergentayangan. Hanya mayat yang tanpa identitas yang dimakamkan di sana. Jarang ada penduduk yang mau memakamkan di sana. Apakah mereka akan membawa Miranti ke sana. A
PUTRA YANG KUATPOV UMAR“Amir, kita ke pemakaman kantil!” ajakku kepada Amir.“Untuk apa, kak? Kita harus temuin Mamah dulu!” jawab adikku.“Jangan membantah kakak. Tadi Om fajar nyuruh kita kesana. Mamah dalam bahaya!” sahutku dengan nada tinggi. Kekhawatiran jelas tergambar pada wajahku.“Baik, kak.”Kami segera keluar tanpa menutup pintu. Namun jalan kami di hadang oleh kakek yang baru saja tiba.“Kalian mau kemana? Mana mamahmu? Apa terjadi sesuatu?” tanya kakek beruntun. Beliau memegang pundakku. Mungkin saja kakek melihat raut wajah penuh kekhawatiran tergambar jelas di sana..“Mamah tidak ada di dalam, kek. Om fajar menyuruh kami untuk ke pemakaman kantil. Mamah dalam bahaya!” Jawabku dengan panik.Wajah kakek menengang. Rahangnya mengeras. Kemarahan tergambar jelas pada wajahnya. Beliau menggeser tubuhku dan masuk ke
MENYANDERA KELUARGA ARYA.“Lestari, mana putriku?!” tanya kakek dengan kesal. Wajahnya tak bersahabat.“Mana aku tahu. Aku-aku juga baru datang.” Jawab nenek terlihat gugup. Kulihat stefani dan tante Nia duduk di pojok. Mereka menundukkan kepala seperti ketakutan.‘Jawab pertanyaanku atau ku bunuh kau?!” kakek menodongkan senjata api kepada nenek. Kulihat nenek sangat ketakutan. Begitu juga tante Nia dan juga stefani.“Kakek, sabar. Mereka pasti tidak tahu. Mereka saja di sandera di gudang ini, bagaimana mereka tahu para perampok membawa mamah kemana?” Amir mencoba menahan kemarahan kakek. Dia tidak ingin tindakan kakek membahayakn diri dan orang lain.“Perampok terus yang kalian bicarakan! Jangan bodoh. Mereka pelaku yang berniat menyingkirkan mamahmu!”“Tapi kek,”“Cepat katakan lestari! Atau aku terpaksa membunuhmu!”k