“Hati-hati, Mah. Stefani sangat licik. Dia bahkan pernah menjebakku dengan memberi obat tidur dalam minumanku, supaya aku mengakui kalau bayi yang ada dalam kandungannya itu adalah anakku! Padahal dia sendiri yang sudah menjual diri pada om-om!” ucapan umar tak mengagetkanku. Walau tadi aku belum begitu jelas mendengar dari mulut buaya betina itu.
“Mamah mengerti cara menghadapinya. Menyingkirlah!” perintahku tegas pada kedua putraku.
“Miranti, bagaimana caramu menghadapiku. Kau hanya bisa bersembunyi di balik ketiak putra-putramu! Dan suamiku mas arya, juga sering bercerita kalau kau tak lagi menggairahkan. Tubuhmu tak lagi menarik. Banyak gelambir di sana sini. Dan bau apek tak harum seperti diriku. Bagian kewanitaanmu juga tak lagi membuatnya berselera. Mas Arya sendiri yang bercerita kepadaku, Kalau daerah itu sudah ‘tak enak’ lagi. Berbeda dengan diriku yang masih leg
KEKESALAN MIRANTISaat aku sedang menyelesaikan administrasi, mendengar ada keributan di luar. Tak peduli, toh bukan urusanku. Setelah selesai, segera keluar klinik. Namun aku dikejutkan oleh segerombolan pria yang berusaha menghadang jalanku.“Nah, ibu ini yang sudah berusaha menculik wanita dalam mobil itu!” Kata salah satu orang dari mereka. Orang itu adalah penjual air mineral. Aku yakin Stefani sedang berusaha memfitnahku.“Tunggu! Saya tidak menculiknya.” Jawabku santai, malas berurusan dengan mereka. Kalau tidak aku selesaikan, stefani akan jadi pemenangnya. Lihat saja stefani, apa yang akan aku lakukan padamu.“Mana ada maling ngaku. Ayo kita bawa saja ke kantor polisi!” Ucap salah satu orang dan di setujui oleh yang lain.Aku harus tetap tenang, walau rasanya lelah sekali tubuh ini. “Apa wanita tadi berteriak?”“Iya, dia meminta pertolongan kepada ka
MENGURUS SI PELAKOR“Stop!” kututup telinga. Kupingku terasa panas mendengar ocehannya. Menghentikan mobil di pinggir jalan. Kutatap wajahnya dengan tajam. Aku benci sekali melihat wajah yang sok cantik itu. Kuraih rahangnya dengan kasar, lalu menengadahkan wajahnya menghadapku.“Kau tetap merasa tidak bersalah?”“Lepaskan aku!” stefani terus berteriak.”Kau salah, karena tujuan awalmu sudah tidak benar! Cintamu yang ditolak oleh anakku lalu mengincar papahnya. Bagiku itu sangat menjijikkan! Dan kau juga menyalahkanku atas dosa kalian! kau pikir kau cantik? Itu karena polesan. Aku akan buktikan padamu kalau aku lebih menarik darimu!” kulepas rahangnya dengan kasar.“Apa yang bisa kau banggakan wanita bunting?! Tubuhmu lebih mirip dengan gajah!”Kurangajar. Kuangkat tanganku ingin memukulnya. Kuurungkan niat. Tak ingin mengotori tangan untuk wanita liar sepert
KECURIGAAN ARYA“Jawab, stefani, jawab!” Arya memaksa istri tersayangnya itu menjawab pertanyaannya. Kulihat wajah wanita itu memucat. Sempat melirik ke arahku sekilas. Entah apa yang dia cari. Yang jelas aku takkan mundur walau selangkahpun. Satu persatu konspirasi kalian akan aku hancurkan.“Sayang, kenapa kau mempercayai wanita ular seperti dia? Dia hanya ingin merusak hubungan kita. Dia sudah memukul dan mempermalukanku tadi.” Stefani berdalih, mencoba memperngaruhi Arya.“Aku lebih mengenal Miranti daripada kamu! Jangankan memukulmu, memukul kucing saja dia tidak berani. Miranti juga tidak bisa berbohong dan menyembunyikan apapun dariku!”Arya terlihat sangat marah.“Baguslah kalau kau mengingat itu, Arya wiguna. sembilan belas tahun lebih waktuku terbuang percuma hanya untuk pria tak berguna sepertimu!”“Diam kamu Miranti! Jangan melewati batasanmu. Aku ini masih sua
2O. BANTUAN IBU-IBU KOMPLEKAku membalikkan badan dan mempersilahkan mereka masuk. Mulailah drama ini kumainkan. Dan akulah sebagai pemain utama yang teraniaya.“Ibu-ibu kenal dengan tetangga baru kita yang sedang berada dalam pelukan ibu mertuaku? Dia adalah istri simpanan dari Mas Arya. Ibu bisa merasakan bagaimana perasaan saya yang dihianati? Apalagi istri barunya di belikan rumah di samping rumah saya. Apa kalian bisa membayangkan betapa menderitanya saya? Betapa hancurnya hati saya?” aku berpura-pura menangis. Walau sulit, airmata itu mampu keluar juga sedikit. Ternyata airmataku tak mau keluar lagi untuk menangisi Arya. Saat kau tak menghargaiku lagi arya, saat itu lah takkan ada airmata lagi untukmu.“Apa?! Yang benar, bu?” jawab bu ningsih tetangga yang sudah kuanggap sebagai kakak.“Benar. Gadis yang masih bau kencur itu sudah mencuri suamiku! Mereka sudah menghianati aku, bu!” Kupeluk bu ningsih dengan tangis
FAJAR MEMBUATKU KESALKami semua diam membisu, saat ketua RT datang bersama fajar. Tiba-tiba aku sangat kesal. Ini pasti ulah fajar yang ingin menggagalkan rencanaku.“Ibu-ibu, tolong jangan main hakim sendiri. Dia tetangga baru kita yang harus lindungi dan kita hormati. Kalau ada keaslahan, bisa kita bicarakan baik-baik!” Ucap Pak RT membuat mulut kami terkunci. Tapi tidak denganku. Sebelum stefani yang buka mulut, lebih baik aku mendahuluinya.“Tolong saya, pak ....”“Dengarkan dulu penjelasan saya, pak.” Kupotong ucapan wanita itu.“Baik, saya dengarkan. Tapi lepaskan dulu ibu stefani. Kasihan dia!” Ucap pak rt kembali.Bu Nani melepas tangan stefani dan menjatuhkannya ke tanah. Kulihat kekesalan dari matanya.Keadaan stefani sangat memprihatinkan. Rambutnya acak-acakkan, bahkan ada beberapa helai rambutnya yang lepas karena begitu kuat tarikan yang menjambakny
22. FAJAR MENGHAJAR ARYA“Pake ini.”“Apa?”“GPS.”“Make’nya di mana?” tanyaku sembari mengamati barang yang ada di tangan.“Di jidat lo.” Jawab fajar ketus.“Iih gue tanya beneran, fungsinya untuk apa?”“Ya di tangan, lah. Jangan pernah di lepas supaya gue gampang ngelacak lo kalau sampai terjadi apa-apa dengan, lo. Gue harus pergi. Anak buah gue ada di sekitaran sini. Lo pasti aman. Gue pergi.” Fajar meninggalkanku dengan sejuta tanya. Ada kekhawatiran saat mengingat dia memberikan jam tangan ini. Mungkinkah fajar sudah memperhitungkan segala kemungkinan, termasuk hal buruk yang bisa saja terjadi denganku. Apa mngkin Arya akan tega melakukan sesuatu kepadaku. Kalau dia tak kasihan padaku, paling tidak dengan anak dalam kandunganku ini. Huch, kuhembuskan nafas untuk menetralisir keadaan.“Berhenti, fajar! Jangan jadi pengecut! Hadap
PENYIKSAAN TERHADAP MIRANTIKutatap Arya yang masih menelungkup di atas tanah. Dasar licik, dia pasti ingin mengundang perhatian orang lewat dan berpura-pura membutuhkan pertolongan. Aku yakin pukulan Fajar tak membuat keadaannya parah. Pria licik itu pasti punya rencana jahat terhadap fajar. Aku takkan membiarkan hal itu terjadi.“Bangun Arya! Aku tahu kau hanya berpura-pura!” kutendang tubuhnya pelan. Tetap saja dia berpura-pura tak sadarkan diri. Pandai sekali bersandiwara. Orang tak waras seperti dia tidak bisa diajak bicara, Percuma, hanya buang waktu saja. Kau bersandiwara, akupun akan melakukan hal yang sama denganmu.“Syukurlah kalau kau meninggal, Arya. Tanpa harus repot ke pengadilan, aku sudah menjadi janda. Kedua rumah itu akan menjadi milikku. Dan akan ku usir istri dan juga keluargamu dari rumahku!” Aku melangkahkan kaki perlahan. Akan tetapi baru beberapa langkah, tanganku s
RENCANA JAHAT“Arya, apa yang akan kamu lakukan, nak?” kudengar suara ibu cemas. Tentunya bukan mencemaskan keadaanku. Dia mencemaskan nasib putra kesayangannya jika membunuhku. Jeruji besi sudah siap menantinya untuk menghabiskan sisa usia.“Kalau sampai dia mati di sini gimana kak?” Ku dengar suara Nia juga cemas.“Entahlah, aku juga bingung,” jawab Arya.“Kita buang saja tubuhnya ke jurang,“ sahut baron. Pria berandalan itu hanya punya ide sesuai dengan otaknya sebagai kriminal.“Tidak mungkin! Kita semua bisa masuk penjara!” jawab Arya.“Serahkan saja padaku, Mas. Pasti beres,” Sahut baron.Aku tak terima. Mereka tak bisa membuangku. Aku masih hidup dan akan terus hidup sebelum membalaskan dendamku. Aku mencoba menggerakkan tanganku. Walau harapan tipis, aku akan terus berusaha sampai titik darah penghabisan. Aku harus segera mendapat p
9O. HIDUP DAMAIMIRANTI“Sayang, kenapa berhenti?” aku bertanya kepada suamiku saat menghentikan mobil secara mendadak.‘Itu di depan banyak kerumunan orang. Mobil tidak bisa lewat. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Itu ada mobil polisi.” Jawab suamiku sembari menunjuk mobil polisi yang terparkir tak jauh dari hadapan..“Iya.” Aku melihat ke arah depan. Ternyata fajar menghentikan mobil tak jauh dari gedung tua yang menyebabkan trauma pada diriku. Dimana aku hampir saja kehilangan kehormatan dan juga kehilangan orang-orang yang aku sayangi. Semua ini gara-gara Handoyo dan Stefani. Kemana aku harus mencari perempuan hina itu untuk membalas dendam kepadanya.“Maaf numpang tanya, pak. Ada apa ya, kok kelihatannya ramai sekali. Apa ada kecelakaan?” tanya fajar kepada salah satu orang yang berlalu lalang.“Ada korban pembunuhan. Korbannya perempuan. Katanya korban pemerkosaan la
KEMATIAN TRAGIS STEFANIMIRANTIPalu hakim sudah di ketuk. Hukuman untuk putra sulungku sudah ditentukan. Meremas dada yang terasa sesak. Tubuh terasa lemas. Sepuluh tahun bukan waktu yang pendek. Umar akan menghabiskan masa mudanya di dalam penjara.Aku sangat menyesal. Semua terjadi karena aku yang tak bisa mengendalikan emosi. Kalau saja saat itu aku menuruti apa kata suamiku untuk tidak bertindak gegabah, mungkin saat ini aku masih bisa memeluk putraku setiap detik.Fajar beserta tim sudah mengusahakan secara maksimal. Namun kasus yang menimpa putraku tidak ringan. Keluarga Handoyo juga menuntut keadilan. Seandainya saja waktu bisa di putar, aku ingin melihat Handoyo yang duduk di kursi pesakitan. Rasanya bagai mimpi ketika melihat anakkulah yang duduk di sana. Dada terasa bagai di himpit batu besar. Sesak dan sakit tak terkira.“Yang sabar, Mir.” Fajar memelukku erat. Kutumpahkan segala kesedihan pada dadany
KEMATIAN HANDOYOSeorang wanita yang sangat kubenci menghadang langkah. Dia bertepuk tangan dengan suka cita di hadapan.“Kasihan sekali, kamu Miranti. Kau harus kehilangan dua orang yang sangat kau sayangi.”Stefani. Wanita itu benar-benar membuatku kesal.Plaak. Satu tamparan mengenai rahangnya. Plaak, satu tamparan lagi kembali kuhadiahkan kepada stefani. Menjambak rambutnya dengan keras hingga kepalanya terangkat dan meludahi wajahnya.“Lakukan apa yang membuatmu senang. Setidaknya, akulah pemenangnya. Akulah yang melempar batu hingga mengenai tangan Arya dan membuatnya terjatuh. Aku juga yang sudah merencanakan untuk menodaimu beramai-ramai. Itulah sederet dosa yang sangat membuatku bahagia. Walaupun kau berhasil lolos dari berandalan itu, aku tetap puas karena kematian Arya dan anakmu!”“Jadi kau yang melakukannya?!”“Iya! Ha ... ha ... ha ....”Bugg.
KEMATIAN ARYA DAN YUSUF“Pergi kalian atau aku habisi anak ini!” terdengar suara Handoyo dengan nada mengancam dibarengi oleh suara tangisan Yusuf. Serentak kami menoleh dan terkejut melihat Handoyo yang sedang menyandera Yusuf dengan belati di leher. Ayah juga berdiri dengan nafas naik turun tak jauh dari Handoyo. Sepertinya, Ayah baru saja mengejar musuh bebuyutannya itu. Saat posisi terdesak, Handoyo menyandera putraku.“Lepaskan putraku, handoyo! Aku berniat untuk mendekat, tapi Fajar memegangi lenganku.“Jangan gegabah, Mir. Kau bisa membahayakan nyawa Yusuf!” Fajar memegangi tubuhku dengan erat. Aku berusaha melepaskan diri, tapi sayangnya tenagaku kalah kuat dari suamiku.“Lepaskan cucuku Handoyo! Atau kau akan ....”“Akan apa?! Kau akan membunuhku?! Kau bisa lakukan itu setelah kematian cucumu ini!” Handoyo menekan leher Yusuf dengan keras hingga putraku itu menan
UMAR SALAH PAHAM“Yusuf? Dia tadi bersama Arya.” Jawabku sembari menyapu pandangan di seluruh ruangan. Namun tak nampak keduanya. Kemana para penjahat itu membawa mereka.“Arya! Teganya dia menculik darah dagingnya sendiri! Awas akan aku habisi kau!” Fajar mengepalkan tangannya. Matanya memerah dan memancarkan amarah yang membara. Dia pasti mengira Arya yang sudah menculik yusuf. Aku tak boleh membiarkan kesalahpahaman ini.“Fajar. Arya tidak bersalah. Dia tidak menculik Yusuf. Justru dia malah membantuku.”“Diam Mir! Jangan membela manatn suamimu itu! Sudah jelas dia yang bersalah dengan mengumpankan darah dagingnya sendiri tanpa memikirkan dampaknya!”“Fajar aku tidak bohong. Arya memang ....”“Cukup Mir! Ayo aku akan membawamu kepada ayahmu. Setelah itu aku akan mencari Yusuf. Kau pulanglah bersama ayahmu!”‘Tidak, fajar aku....&rd
BANTUAN DATANG“Jadi ini wanita yang akan membuat kami senang, Tuan?”‘Iya. Kalian aku bayar mahal untuk bersenang-senang. Bagaimana, aku orang yang sangat baik’kan?”“Sangat baik ha ... ha ....”“Dia bahkan masih menggunakan gaun pengantin yang sangat sexy. Bagian dadanya yang sedikit menyembul sangat menggiurkan. Membuatku segera ingin menyentuhnya. Ha ... ha ....”“Suaminya pasti akan menangis darah setelah melihat malam pertama istrinya bukan bersamanya, melainkan dengan kami bersepuluh. Ha ... ha ....”“Itu yang kuinginkan. Kalau kalian bisa melakukan tugas dengan baik dan memastikan suami dari wanita itu akan menangis darah, aku akan memberikan bonus untuk kalian ha ... ha ....”Aku berusaha menutup kedua telinga. Namun tetap saja percakapan mereka yang sangat mengerikan terdengar oleh kupingku hingga membuat tubuh menggigil. Wa
BANTUAN ARYA“Aw.” Aku mengaduh saat tanpa sengaja menendang sesuatu yang membuat lutut sakit. Pada saat masih kesakitan sembari memegangi lutut, tiba-tiba ada yang menarik kayu di tangan dengan keras hingga membuatku kembali mengaduh.“Aw. Sakit.”“Miranti?! Benar itu dirimu?!”Aku menegakkan kepala. Arya sudah mengetahui keberadaanku. Gigi gemerutuk menahan amarah melihat pria yang tak pantas menyandang sebutan ayah. Tak mungkin hanya berdiam diri. Arya harus merasakan akibat dari perbuatannya.Mundur beberapa langkah sembari tangan menggapai apapun yang bisa kujadikan alat untuk melindungi diri.Krompyang. Suara benda yang berjatuhan saat tanganku berusaha menggapai sesuatu yang ada di sana. Sialnya aku tak tahu kalau di belakang terdapat banyak tumpukan benda. Tempat yang begitu gelap, benar-benar membuatku kesulitan.“Miranti! Kau tidak apa-apa’kan? hati-hati
masuk kandang macanARYAPlaak. Satu tamparan keras mendarat di pipi saat aku memohon untuk membatalkan rencana jahat Handoyo. Aku bahkan sudah berusaha merendahkan diri dengan mencium kaki Handoyo dan juga istriku. Kalau saja bukan karena keselamatan putraku dan mantan istri yang pernah kusakiti, aku tak sudi untuk mencium kaki manusia tak berperasaan dan juga istri yang tak punya harga diri. Menyesal aku sudah meninggalkan istri sebaik Miranti.“Asal kau tahu, Arya. Aku juga sudah muak denganmu! Kau sudah tidak aku butuhkan lagi! Kini balas dendamku akan terbalaskan. Saat anak dari musuh terbesar sudah berada di genggaman, kau akan kuhabisi setelah mereka! Tapi terlebih dahulu, kau harus menyaksikan penderitaan anak dan mantan istrimu! Mereka semua akan aku habisi di depan matamu! Ha ... ha ....” Handoyo menendang tubuhku. Rasa sakit di sekujur tubuh berusaha kutahan, aku harus tetap memohon kepada iblis yang ada di hadapan.
KENA JEBAKAN“Kejutan.”Tiba-tiba aku dikejutkan oleh mamah, ibu, ayah mertua dan juga anak-anak Miranti. Mereka muncul dari arah dapur.“Apa-apaan sih. Gak lucu tahu’gak” sungutku.“Hey anak nakal. Jangan begitu. Yang sopan sama orangtua!” mamah menjewer kuping hingga aku mengaduh kesakitan.“Lepasin. Mamah nih bikin malu aja.” Aku tak berani melepas tangan Mamah. Seperti inilah kebiasaannya. Mungkin dalam pikirannya aku ini masih bocah ingusan yang suka pipis di celana. Huch. Menyebalkan.“Aku sekarang’kan sudah jadi ayah. Malu sama mereka.” Bisikku di telinga mamah.Wanita yang melahirkanku tersenyum mengejek, lalu mengacak rambutku. Untungnya tanpa harus memintanya lagi, tangannya kini berpindah ke pundak dan mengelus dengan lembut.“Mamah bahagia kalian pulang tepat waktu.” Mengecup keninng dengan lembut. Terlu