Share

Hana VS Bima

last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-17 09:27:32

***

"Sudah paham cara kerjanya ya, Bu? Tidak terlalu banyak perbedaan karena dulu Bu Hana juga mantan sekretaris kan?"

Hana mengangguk mantap. Meskipun hanya lulusan SMA, tapi pengalaman kerja di Perusahaan Kenan tidak bisa disepelekan.

"Baiklah, meja kerja Ibu ada di depan ruangan Pak Bima."

"Oke, Terima kasih, Kris."

Wanita bernama Kristal itu mengangguk sambil tersenyum ramah. Perlahan, Hana menyusuri ruangan demi ruangan dan berhenti di salah satu ruangan paling besar. Ruangan yang sempat ia datangi beberapa menit yang lalu. Hana menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Sepatu berhak cukup tinggi membuat derap langkahnya mengalun indah dalam kesunyian.

"Loh, kok mejanya gak ada?" gumam Hana heran. "Tapi Kristal bilang meja kerjanya ada di depan ruangan Pak Bima."

Hana celingukan. Menoleh ke belakang, ke kanan dan kiri berharap Kristal menyusul langkahnya dan mengatakan kalau Hana salah ruangan.

"Duh, gimana ini? Tapi nama Bos tadi beneran Pak Bima kan?" Hana masih berm
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI   Mencari Masalah

    ***Bima menyeruput kopi buatan Hana. Ingin hati meludahkan kopi yang sudah diracik dengan penuh rasa sombong itu, namun apalah daya ... lidah Bima cocok sekali dengan kopi yang ada di dalam cangkir berwarna putih dengan aksen huruf B di luarnya. "Bagaimana?" Hana tersenyum sinis dan berlalu meninggalkan Bima yang nampak salah tingkah."Biasa saja, tidak ada yang spesial dari kopi buatan kamu. Jangan jumawa hanya karena saya tidak meludahkan kopi ini!" ucap Bima sarkas. "Saya hanya tidak mau mengotori ruangan, apalagi membuang-buang kopi di sembarang tempat. Mubazir!"Hana hanya mengedikkan bahu. Dia kembali berkutat dengan laporan di atas meja. Tujuannya bekerja kali ini adalah untuk menghilangkan semua kenangan Kenan, dan untuk menunjang kehidupan Emak dan Bapak yang selama ini sudah menampungnya. Hana tau diri. Sampai kapan dia harus terpuruk dan membiarkan kedua orang tuanya menanggung kesedihan.Tanpa terasa, jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Itu artinya jam makan sia

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI   Hana bukan tandinganmu!

    ***Hana meletakkan secangkir kopi di atas meja Bima dengan hati-hati. Bukan karena ia takut pada sosok wanita yang ada di depannya, melainkan takut jika kopi yang ia pegang justru tumpah dan mengotori berkas-berkas yang berceceran di meja Sang Bos."Sudah, Pak? Kalau tidak ada yang Bapak perlukan lagi, saya pamit melanjutkan pekerjaan saya yang sempat tertunda," ucap Hana sopan. Bima mengangguk sambil menyuruput kopi panas di atas piring kecil. Sungguh, baru sekali dibuatkan kopi oleh Hana rasanya lidah Bima sudah merasa candu."Bim, kok kamu diam saja sih?!" Melinda menggerutu. "Dia itu tadi ....""Berisik!" sela Bima ketus. "Keluar! Kamu gak tau kalau sekarang sudah waktunya jam kerja?"Wajah Melinda memerah. Napasnya memburu melihat Hana yang menyunggingkan senyum tipis seakan tengah mengejek dirinya karena sudah diusir secara langsung oleh Bima."Aku gak mau!" rengek Melinda manja. "Lagipula kenapa meja sekretaris ini berada di dalam ruangan, hah? Kamu itu Bos, gak seharusnya be

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI   Bima dan Hana

    ***"Bagaimana kabar Mbak Hana?"Anita bertanya di seberang sana sembari mengelus perutnya yang dua minggu lagi diperkirakan akan melahirkan."Alhamdulillah, baik. Kabar kalian disana bagaimana, Nit? Mama baik-baik saja kan?"Anita terdengar menghela napas panjang. "Semua baik-baik saja, Mbak. Hanya ... aku merasa Mama lebih banyak diam sekarang."Mata Hana berkaca-kaca. Jangankan Bu Wira, bahkan dirinya sendiri pun masih sering menangisi kepergian Kenan. Rindu itu masih ada. Nyata. Dan datang tanpa di perintah."Mungkin rindu ...," imbuh Anita memecah keheningan."Jangan lupa datang kalau aku melahirkan," katanya lagi. Anita paham jika di seberang sana Hana pun sedang memikirkan bagaimana keadaan Bu Wira. "InsyaAllah," sahutnya singkat. "Kalau kebetulan tidak ada jadwal yang bertabrakan, nanti aku datang. Emak dan Bapak juga. Kamu baik-baik ya sebelum lahiran, banyak-banyak jalan pagi, istirahat yang cukup.""Siap, Bu!" Hana dan Anita tertawa. Hubungan mereka masih terjalin baik. T

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-19
  • MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI   Bersiaplah, Hana!

    ***Kristal membungkuk samar dan berlalu meninggalkan Bima serta Hana setelah mengucapkan kata, "Ma-- maaf, Pak. Saya ... permisi!"Kini, di depan ruangan Bima, Hana berdiri mematung seraya tersenyum canggung. Ingin membuka pintu, tapi Bosnya itu nampak bergeming dan melayangkan tatapan tajam ke arahnya. "Ehm, Pak Bima gak mau masuk?" tanya Hana ragu. Jemarinya sudah siap mendorong pintu berlapis kaca namun Bima mencekal pergelangan tangan sekretarisnya itu dengan sigap. "E-- eh," gagap Hana. "Kenapa, Pak? Saya mau masuk.""Tau!" sahut Bima ketus. "Pantas kamu masuk lebih dulu padahal saya masih di belakang kamu?""Hah?" Hana melongo. "Ini saya mau membukakan pintu untuk Pak Bima. Bapak pikir saya mau masuk dan meninggalkan Bos Besar mematung di depan ruangannya? Astaga ... saya masih punya otak, Bapak Bima!"Hana menarik tangannya dan buru-buru mendorong pintu sebelum jantung yang mulai berdetak tidak beraturan itu membuatnya menggila."Silahkan masuk, Pak Bima. Saya selaku sekretar

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-20
  • MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI   Dilamar

    ***"Tapi semua sekretaris saya dibuat jatuh mental sama dia, kamu gak takut, Han?"Hana menoleh. Matanya menelisik kebohongan dari ucapan Bima. Tapi sayang ... Bosnya itu sepertinya tidak sedang menakut-nakutinya. Semua ucapannya benar. Melinda adalah dalang di balik resign-nya beberapa sekretaris Bima sebelumnya."Bapak tau, tapi diam saja?" Hana berdecak kesal. "Kalau Bapak tau Melinda dalang dari tidak nyamannya seseorang bekerja bersama anda, harusnya anda ambil sikap dong!"Bima menyetir mobil seraya tersenyum smirk. "Mereka saja yang lemah! Sudah tau Melinda itu cuma berlindung di balik nama orang tuanya, kenapa mereka malah kalah? Harusnya lawan dong!"Hana mencebik. Tidak habis pikir dengan cara berpikir Bima yang menurutnya sangat tidak logis."Melinda bilang kalau dia itu calon istri Pak Bima, tentu saja para sekretaris yang lalu menganggap kalau posisi Melinda lebih tinggi.""Apa kamu juga berpikir begitu?""Tentu saja, Pak," sahut Hana jujur. "Hanya saja ... setelah melih

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21
  • MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI   Ancaman untuk Hana

    ***Bima menghentikan langkah, dia menoleh dan mendapati sosok pria paruh baya berdiri dengan pongah bersama salah seorang pria muda yang usianya tidak beda jauh dari Bima."Eh, Om? Kebetulan sekali, mau makan disini?" tanya Bima basa-basi. Pria yang Bima panggil dengan sebutan Om itu menatap sinis ke arah Hana. Dari ujung kaki sampai ujung kepala, Hana tidak luput dari pandangan pria paruh baya di depannya."Sekretaris baru?" Bima mengangguk membenarkan. "Perkenalkan, dia Hana, Om. Sekretaris baruku," kata Bima.Hana melempar segaris senyum dan mengulurkan tangan pada dua pria di depannya."Saya Hana ....""Ya, aku tahu," sahut pria itu singkat. "Kenapa gak ambil Melinda saja sebagai sekretaris?" Bima menarik lembut tangan Hana yang tergantung di udara. Uluran tangan darinya tidak mendapat sambutan yang sama dengan pria di depannya. Tindakan Bima barusan sontak saja menuai tatapan sengit dari pria yang dia panggil Om itu."Om Pras mau sarapan kah? Kalau begitu kita bisa satu meja,

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI   Bertemu Kevin

    ***Hana dan Bima duduk berhadapan sambil menikmati sarapan mereka sebelum acara meeting dengan Petinggi Ken's Property berlangsung. Keduanya diam, saling fokus mengunyah meskipun dalam hati Bima ingin sekali menanyakan banyak hal. "Kenapa lihat saya seperti itu, Pak?" tanya Hana menyelidik. "Kaget sama porsi makan saya?"Bima menggeleng. Dia meneguk minuman hangat di atas meja tanpa berniat menjawab pertanyaan Hana. Baginya, mendapat sekretaris yang tahan banting seperti Hana layaknya mendapat rejeki nomplok. Jika sekretaris yang dulu-dulu selalu berujung resign dan kalah dengan gempuran mental dari Melinda, kali ini justru Melinda dan Om Pras yang dibuat geram oleh Hana."Dari dulu kamu memang pemberani, Han?"Hana menghentikan gerakan mengunyah. Jika orang-orang terdekat, mana mungkin bertanya hal yang paling sensitif padanya. Semua orang tahu bagaimana Hana yang dulu. Bagaimana bodohnya dia hidup bersama Ari bertahun-tahun lamanya meskipun hidupnya penuh derita.Hana ... belajar

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI   Kejujuran Hana

    ***"Apa bisa disebut beruntung ketika menjelang hari pernikahan calon suami saya justru meninggalkan saya selamanya, Pak?" Suara Hana bergetar. "Saya ... orang yang paling menyedihkan di dunia ini."Bima ingin memeluk, namun ia sadar dimana posisi mereka saat ini. Maka satu-satunya respon simpati yang bisa dia berikan hanyalah ucapan lembut di lengan sekretarisnya itu. "Ayo kembali ke kantor, jangan kamu bikin saya mewek di jalanan begini. Memalukan!"Hana terkekeh. Dia mengusap sisa air mata yang membekas di pipi. Sejenak, bertemu dengan Kevin membawanya kembali pada kenangan dimana ia masih menjadi sekretaris Kenan. Sungguh, adakah sakit yang lebih dalam daripada memendam kerinduan yang tiada pernah bisa berujung temu?"Saya salut denganmu, Han," aku Bima jujur. "Kebanyakan para wanita akan sok berkuasa ketika calon suami mereka memiliki jabatan atau posisi tinggi pada sebuah Perusahaan. Apalagi Kenan, dia pimpinan dan pemilik Perusahaan yang sudah mendunia, tapi kamu ... kenapa k

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26

Bab terbaru

  • MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI   TAMAT

    ***"Assalamualaikum, Ma?""Waalaikumsalam, Sayang. Apa kabar?" tanya Bu Wira ramah. "Emak sama Bapak sehat, Hana?""Alhamdulillah. Kami semua sehat, Ma, kabar Mama sendiri bagaimana?""Sehat, Nak. Selalu sehat. Tumben telepon Mama, mau kasih kejutan ya?"Hana menggigit bibirnya gusar. "Ma ....""Ya, katakan, Nak!""Dua minggu lagi aku menikah ... dengan Pak Bima," ucap Hana hati-hati. "Mohon doa restunya.""Alhamdulillah ... serius secepat ini, Hana? Masya Allah, Mama bahagia, Nak! Semoga acara kalian berjalan lancar, kabari Mama dimana acara kalian berlangsung nanti.""Mama okey?""Tentu, Hana. Mama okey, apa yang kamu pikirkan, hah?"Hana menghela napas panjang. Beban yang berada di pundaknya hilang sudah. Rasa bersalah dan tidak tau diri yang dia rasakan selama ini menguap begitu saja saat semua keluarga Kenan memberikan restunya."Terima kasih, Ma. Terima kasih banyak." Hana menangis. Terbayang bagaimana wajah sedih Bu Wira di seberang sana. "Jangan pernah lagi merasa bersalah y

  • MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI   Menikah?

    ***"Pa ....""Sudah kubilang jangan panggil aku, Pa! Menjijikkan!" hardik Pak Agung. "Mang, bawa mereka berdua keluar, dan jangan pernah biarkan dua wanita mengerikan ini masuk ke dalam rumahku!"Mamang menyeret tangan Melinda dan Nasya secara kasar dan mendorongnya keduanya agar keluar dari dalam rumah dengan sedikit menghempas."Bikin kerjaan aja! Sana pulang!" hardik Mamang. "Gak tau diri banget!"Nasya berkacak pinggang, dadanya membusung dan berteriak lantang. "Kurang aja sekali kamu, hah? Dasar satpam miskin!"Mamang tertawa sumbang. Semakin bersyukur karena Bima tidak jadi menikah dengan wanita seperti Nasya. "Benar kata Pak Agung. Menjijikkan!"Nasya dan Melinda di usir secara tidak hormat. Mang Dadang segera menutup pintu pagar dan meludah tepat di depan Mel dan Nasya untuk melampiaskan rasa kesalnya."Sana pergi! Gak punya malu!"Mel menghentak-hentakkan kakinya sementara Nasya menatap rumah Bima dengan bergumam. "Semua gara-gara Satria, Brengsek! Harusnya aku jadi Nyonya B

  • MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI   Siapa Nasya?

    ***"Ternyata benar kata Melinda kalau sekretaris baru kamu itu memang gatel!"Bima berdiri. Napasnya memburu melihat Nasya tiba-tiba masuk ke dalam rumahnya tanpa permisi. "Satpam!" teriak Bima lantang. Mang Dadang berlari tergesa-gesa dan memasuki ruang tamu dengan tatapan bingung. "Loh, Mbak Nasya kok bisa masuk?" "Mamang bagaimana sih, daritadi kemana saja?""Ada Mbak Melinda di depan, dia ngajakin ngobrol, Mas. Saya gak tau kalau ada penyusup ....""Bim, tenang! Duduk!" Pak Agung bangkit. Dia berjalan mendekati Bima dan Nasya yang nampak bersitegang."Silahkan duduk, Nasya," kata Pak Agung formal. Hana dan kedua orang tuanya canggung. Wanita cantik itu merasa jika Nasya adalah orang penting di hidup Bima sebelumnya. Suasana sedang tidak baik-baik saja apalagi wanita di depannya itu sempat menyebut nama Melinda. Tentu saja sekretaris gatal yang dimaksud adalah dirinya. Hana."Kenapa datang-datang marah-marah di rumah kami, Nasya? Ada keperluan apa?""Pa ....""Maaf, saya bukan P

  • MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI   Kedatangan Masa Lalu

    ***"Sudah siap?"Hana dan Emak mengangguk berbarengan. "Sudah, Bapak masih di dalam, ganti baju sebentar," sahut Hana malu-malu. Pasalnya Bima sejak tadi tidak membuang pandangan darinya. Bahkan sesekali pria itu tersenyum sambil menatap Hana yang tersipu."Make up-nya terlalu menor ya?"Bima menggeleng. "Sudah pas. Malah makin cantik," puji Bima tulus. "Meskipun tanpa make up juga cantik, tapi kalau begini semakin cantik," imbuhnya.Emak tersenyum simpul. Dia mengusap lengan Hana dan berkata. "Jangan gugup! Kalau mau makan malam sama keluarga pacar memang begini.""Emak apa-apaan sih, pacar ... pacar ... udah tua ini kita," gerutu Hana malu. "Emak lupa kalau aku ini janda, sudah pernah gagal menikah pula.""Itu tidak penting, Hana," sahut Bima menimpali. "Janda, perawan, singel, itu tidak penting. Yang semua orang cari dalam sebuah hubungan adalah kenyamanan dan keterbukaan pada pasangan.""Jangan merasa rendah karena status janda, tidak semua status itu menyandang hal buruk." Emak

  • MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI   Salting

    ***"Kenapa buru-buru ngajakin balik, Han?" tanya Emak ketika mobil mereka mulai keluar dari pelataran rumah sakit. "Emak sama Bapak sudah bersiap bawa baju ganti. Eh, gak jadi menginap. Kenapa?""Canggung, Mak," jawab Hana lirih. "Lagian gak enak sama Pak Bima. Sudah diantarkan gratis, masa dia balik sendiri. Kasihan.""Perhatian sekali," puji Bima sambil tersenyum manis. "Terima kasih sudah memikirkan aku."Hana melengos. Bima selalu saja bisa membuat jantungnya berdebar hebat. "Saya hanya merasa tidak tau diri kalau membiarkan Pak Bima pulang sendirian. Setidaknya kalau pulang sama-sama kan saya jadi gak sungkan-sungkan amat."Emak dan Bapak manggut-manggut paham. "Ya sudah, setidaknya tadi sudah menjenguk. Bagaimana baiknya menurut kamu saja, Emak dan Bapak ngikut."Suasana di dalam mobil mulai hening. Emak dan Bapak tertidur sementara Hana bermain-main dengan ponselnya. "Besok makan malam bersama Papa, kamu siap, Han?"Hana meletakkan ponsel ke dalam tas. Dia menoleh sejenak la

  • MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI   Titik terang

    ***"Mama habis nangis?" Hana duduk di samping Bu Wira dan bergelayut manja di lengan wanita yang dulu adalah pemilik pemasok sayuran terbesar. Siapa sangka, pertolongan Bu Wira kala itu adalah jalan bertemunya Hana dan Kenan. "Kenapa?"Bu Wira menggeleng. Dia membalas pelukan Hana dari samping dan berbisik. "Dia suka sama kamu ya?"Pipi Hana bersemu. Air muka wanita itu sudah menjelaskan bagaimana perasaannya di depan Bu Wira. Ada sedikit nyeri, namun Bu Wira lagi-lagi berusaha menguasai diri. Kenan dan Hana memang bukan jodoh. Hana berhak melanjutkan hidupnya sementara Kenan berhak melihat kebahagiaan Hana di alam sana. "Kalau Mama lihat, sepertinya lebih dari suka. Sikapnya seperti Kenan."Hana menoleh dengan cepat. "Mama juga merasakan itu?"Bu Wira mengangguk membenarkan. "Caranya mencuri hati kamu persis seperti cara Kenan waktu itu. Iya kan?"Hana bergeming. Lagi-lagi kesedihan merajai hatinya. "Tapi perasaan ini belum tumbuh, Ma. Aku ....""Tidak perlu terburu-buru, Hana. Mam

  • MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI   Tidak Rela Hana Berpaling

    ***"Ma, dia bukan supir," kata Kevin membuat langkah kaki Bu Wira terhenti. "Hah, bukan? Lalu ...?" Bu Wira menatap bingung pada Kevin dan semua orang yang ada di ruang tamu."Ini Pak Bima, partner bisnisku," jelas Kevin. "Bos Hana."Sorot mata Bu Wira seketika meredup. Senyumnya langsung memudar ketika Kevin mengatakan jika Bima adalah Bos Hana yang baru. Sontak saja ingatannya beralih pada bagaimana dulu Kenan memperlakukan Hana. Sikapnya sama seperti sikap Bima pada Hana saat ini. "B-- Bos?"Suasana yang hangat seketika membeku. Semua orang di ruang tamu sontak saja saling pandang karena air muka Bu Wira yang berubah tidak ramah seperti semula. "Hana ... bekerja?"Hana paham. Sejak awal dia tidak mengatakan jika dia sudah bekerja di Perusahaan lain sementara Perusahaan Kenan pun bisa kapan saja menerimanya dengan pintu terbuka. Wanita cantik itu melangkah mendekat. Dia memeluk Bu Wira dan berkata. "Maaf, Ma.""Kamu bekerja, Nak?" tanya Bu Wira menyelidik. "Dimana?"Belum sempat

  • MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI   Bu Wira bertemu Bima

    ***"Pak Bima?" Hana memekik di depan rumah ketika Bima keluar dari mobilnya yang berbeda lagi dari kemarin malam. "Kan saya sudah bilang kalau ....""Pak, Mak ... sudah siap?"Emak dan Bapak memandang Hana dengan tatapan bingung sementara Hana justru jauh lebih bingung lagi."Kalau sudah siap, ayo! Kita langsung ke Rumah Sakit atau ke rumah Kevin dulu?"Segaris senyum terbit di bibir Bapak dan Emak. Keduanya paham jika keberangkatan mereka kali ini adalah dengan diantar oleh Bima. Sementara Hana cemberut karena Bima datang tanpa memberi kabar."Kami naik Bus, Pak. Pak Bima bisa naik Bus?" tanya Hana tak acuh. "Kalau gak bisa, mending gak usah ikut!""Kamu gak lihat aku bawa mobil?" sahut Bima ketus. "Kalau kamu mau naik Bus, ya silahkan! Tapi Bapak sama Emak ikut aku.""Loh, situ siapa kok ngalah-ngalahin anak sendiri?" Hana berkacak pinggang. "Anaknya Emak sama Bapak itu saya, Pak. Kok Bapak yang ngatur sih?!""Kamu gak tau, ini ... calon mantu," kata Bima sembari memainkan kerah ba

  • MEMBALAS HINAAN MANTAN SUAMI   Mengambil hati Calon Mertua

    ***"Sudahlah, Pak, jangan bercanda ke arah sana terus. Saya ...."Hana menggantung ucapannya di udara sementara Bima mengangguk paham dan kembali menikmati hidangan di depannya."Jadi besok kamu gak bisa makan malam bersama Papa?""Saya sudah berjanji pada Anita untuk datang, Pak, bisakah acara makan malamnya ditunda minggu depan? Maaf," kata Hana sungkan. "Keterlaluan sekali saya menolak ajakan orang pertama di Perusahaan, tapi ... saya benar-benar sudah berjanji pada istri Kevin, Pak.""Oke, Hana. Aku paham," sahut Bima tenang. "Jangan khawatir, Papa juga pasti paham. Lagipula kita terlalu dadakan membuat acara."Hana berterima kasih dan kembali mengikuti gerakan Bima menghabiskan makanan di atas meja. Siasana puncak yang semakin lama semakin ramai membuat Hana dan Bima semakin enggan untuk beranjak. Dinginnya puncak tidak lantas membuat keduanya jengah menatap keindahan alam dari atas sambil menikmati minuman hangat. "Kita pulang?" Hana mengangguk setuju. "Sudah terlalu larut, s

DMCA.com Protection Status