Share

BAB 2

Author: Tika Pena
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Lo pelakunya?" Ibra melepas Nila, menghampiri Mada menarik kerah bajunya. Mencurigai dia. "Sudah menyentuh istri gue?!" sentaknya. 

Lelaki itu melihat Nila yang menggelengkan kepala. Pertanda jangan mengaku. Tetapi dia malah berkebalikannya mengatakan 'ya' membuat sepasang mata Nila membola. "Ya, gue sentuh Nila," tegasnya. 

Seketika Ibra tidak dapat menahan diri melayangkan pukulan, tapi Mada mampu menangkisnya. Serangan kedua dan ketiga juga tetap meleset. Yang ada tubuhnya terhuyung dihempas Mada.

"Brengsekk. Berani-beraninya." Tatapan Ibra semakin murka dan tajam terhadapnya. Tapi Mada tidak takut. Membayangkan Nila akan babak belur jika dia tidak kemari. Ibra tidak hanya akan menampar bisa lebih dari itu. Mada tidak tega melihatnya disiksa. 

"Katakan, sudah berapa lama kalian berhubungan?!" Suami Nila tidak bisa merendahkan suara lagi. Terlebih setelah perselingkuhan istrinya terbongkar dan pasangannya ada di sini merupakan teman sendiri. Dan mereka belum lama berbuat mesra. 

Mendengar ribut-ribut, tiga teman yang lain datang menghampiri. Melihat Ibra dan Mada bersitegang berhadapan. Sementara Nila duduk di pojokkan. Gemetar dan takut. 

"Ada apa ini, wey?" Satu orang berambut gondrong mempertanyakan.

"Selain Mada, apa di antara kalian ada yang menyentuh istri gue? Bayar istri gue seperti yang dilakukan pengecut ini," tunjuk Ibra tepat di depan hidung Mada. "Katakan!" 

Mereka seketika paham inti permasalahan. Saling melirik satu sama lain. Masing-masing menggeleng. 

"Gila lo, Mad," ujar salah satunya. Menatap Mada tidak menyangka. "Gue gak tau apa-apa. Gue cabut." Dia berbalik pergi. 

"Gue juga cabut." 

"Gue juga!" Dua yang lainnya menyusul pergi. Mereka tidak mau terlibat. Membiarkan keduanya menyelesaikan urusan. Meski mereka tahu bagaimana sikap Ibra terhadap Nila dan mencela di belakang, tapi mereka tidak senekat Mada mendekatinya. 

"Berapa lama kalian berhubungan? Jawab?!" Kembali Ibra membentak menuntut jawaban. Menatap bergantian istri dan teman yang kini dibencinya. Mada masih bungkam. Kemudian membelalak saat Ibra menyentak tubuh Nila sekaligus hingga berdiri. 

"Li-lima bulan, Mas," jawab Nila terbata. 

"Sudah bosan kamu denganku?" Nila diam ditanya itu. Tiga tahun berumah tangga bersama Ibra dengan sikap pelit dan kasar, dirinya lelah. Selama ini dia bermain aman dengan Mada. Tapi tadi mereka sama-sama ceroboh dan tergesa. Hingga Ibra mengetahuinya. Dia salah, Ibra salah, Mada juga salah. Tidak ada yang benar salah satunya. 

"Sudah bosan? Katakan!" Nila mengaduh kupingnya ditarik. Mencoba melepaskan malah mendapat senyuman sinis Ibra. "Sakit, Mas." 

Mada tidak bisa diam lagi menjauhkan tangan Ibra darinya. Memelototinya karna geram. Tubuh Nila dia sembunyikan di belakang. "Jangan sakiti, Nila." 

"Selingkuhan yang mau menjadi pahlawan kesiangan rupanya." Sinis Ibra membalas. 

"Menyingkir. Nila harus diberi pelajaran. Lo juga. Kalian sudah salah besar!"

"Lo pikir lebih baik dari gue?" Mada tetap berdiri kukuh menjadi tameng pelindung Nila. "Lo harusnya introsfeksi diri bukan hanya menghakimi." 

"Kalian berdua jauh lebih salah dari gue. Terutama Nila. Dia masih istri gue tapi berhianat. Menyingkir!" 

"Gue gak akan ngebiarin lo menyakiti orang yang gue sayangi." Serius Mada katakan. Terucap begitu saja di bibir. 

Cih. Ibra mendecih lalu tertawa mengejek dan menggelengkan kepala. "Jadi, lo naksir Nila?" Lelaki itu tidak menjawab, melirik Nila di belakang yang sama tertuju padanya. Perempuan itu tertegun mendengar pengakuannya. Dia kira selama ini Mada hanya butuh tubuhnya saja dan dia membutuhkan uangnya. 

"Dasar bajing4n!" Mada tertuju lagi pada Ibra yang memaki. 

"Pergi kalian dari sini. Kamu Nila, tinggalkan rumah ini sekarang juga. Jangan membawa apapun!" 

"Aku mau tinggal di mana, Mas?" Nila maju menghiba karna bingung. 

"Terserah. Mau tinggal di kolong jembatan. Mau balik ke panti asuhan tempatmu dulu, sillahkan!" Ibra tidak ragu-ragu mengusirnya. 

"Pergi dari sini perempuan murahan!" Kali ini dia berhasil menamparnya. Melayangkan begitu saja. 

Mada langsung meraih bahu Nila, membangunkan dia yang sampai terjatuh duduk saking kerasnya serangan tangan Ibra. Menyesal tidak bisa mencegah perbuatan orang yang seharusnya mengasihinya itu. "Ceraikan Nila. Aku akan membawanya bersamaku."  

Sejenak Ibra tersenyum kecut dan melengos, lalu berbalik cepat menarik kerah kaus menghajarnya. Dua tinju mengenai pelipis dan sudut bibir Mada karna belum sempat mengelak. Saat Ibra mau menyerang kembali dia baru bisa melawan balik menghajarnya. 

"Sudah. Sudah!" Pipi Nila sudah basah air mata dan pias, takut diketahui warga. "Cukup. Jangan ribut." Dua lelaki dewasa itu sama-sama meringis dengan napas tak teratur. Bergemuruh dalam dada masing-masing. 

"Mas." Nila mencoba mendekati Ibra, lelaki itu menepis tangannya yang hendak menyentuh wajah. Jijik kepadanya. "Pergi, jala-ng!" Didorong keras sampai punggungnya terbentur dinding. Nila memekik kesakitan. Mada segera mendekatinya. Merangkul membawa ke luar rumah. 

Tidak dipedulikan teriakan Ibra. Cepat menghidupkan mesin motor di halaman. "Cepat naik! Kamu bisa mati kalau masih bersama Ibra." Tapi Nila masih ragu diajak pergi dan malah semakin tampak ketakutan. 

"Nila!" 

Terdengar suara keras Ibra memanggil lagi. Mada turun sejenak demi membantu menaikkan Nila dengan mengangkat tubuhnya ke atas. Setelahnya kembali ke depan menjalankan motor. 

"Mada! Awas kalian!" Dua orang itu telah pergi. 

Ibra kembali ke dalam dengan rasa sakit hati semakin menggebu di jiwanya. Mengusap wajah kasar dan mengacak rambut geram seluruh emosinya belum terlampiaskan. Sepasang matanya tertuju pada gelas-gelas bekas kopi di meja yang masih belum habis bersama camilan yang berserak, meraih satu melemparkan kencang ke dinding. Hingga pecah. 

Nila, istri penurut, pemalu, pendiam, istri lugu dan polos yang dia kira tidak akan berani macam-macam ternyata berbuat hal hina di belakangnya. Hanya karna merasa jatah darinya kurang. "Dasar istri tidak bersyukur!" Memakinya yang sudah tidak ada. 

Lelaki itu berjalan ke ruangan lain. Samar-samar mendengar suara isak tangis dari kamar tengah. Segera dia membuka pintu. Membelalak melihat ibunya yang lumpuh karna stroke terjatuh dari ranjang. 

"Ibu?!" Cepat menghampiri. Seketika menutup hidung menghirup aroma menyengat tidak sedap. Rupanya ibunya sudah buang air besar. 

"Nila! Cepat kemari! Bersihkan kotoran Ibu!" Berteriak memanggil Nila, lupa dirinya telah pergi. Kemudian lelaki itu menunduk pilu menyadarinya. Biasa dia yang mengurusi ibunya. Mengelapi, menggantikan baju, menyuapi, membersihkan kotoran, semua Nila yang mengerjakan. 

Tidak didengar ibunya yang memanggil sambil terisak-isak dengan suara tak jelas karna bibirnya pun sumbing sulit digerakkan. Ibra terus menunduk, memejam mata meringis, merasakan hidup sehancur-hancurnya. 

Sementara itu di jalan, Mada melambatkan laju kendaraan. Merasa aman setelah menoleh ke belakang Ibra tidak mengejar. Diam-diam dia mendengarkan Nila yang terisak di balik punggungnya. 

"Tubuh kamu ada yang sakit? Kita ke dokter." Nila menggeleng meski Mada tidak melihatnya. 

"Kasihan Ibu Mas Ibra." Rupanya dia menghawatirkan mertuanya yang ditinggal. 

"Gaji Ibra di kantor harusnya bisa mencukupi kamu, tapi dia pelit. Biar dia mencari orang lain untuk merawat Ibunya." 

Ya. Seharusnya. Tapi dia tidak menyerahkan utuh gaji hanya memberi uang 30 ribu perhari.

"Aku tidak tau mau tinggal di mana." 

"Kamu tinggal bersamaku." Tangan Nila yang melilit di perutnya disentuh, mengusap-usap pelan. Dengan lembut dia berujar.

"Aku tidak akan membiarkanmu terlantar." 

Related chapters

  • MELAYANI TEMAN SUAMI   BAB 3

    Semilir angin menerpa kulit wajah Nila, menerbang-nerbangkan rambutnya pelan. Memberi sensasi segar dan menyingkirkan sedikitnya keraguan dan kepiluan. Entah mengapa kini hatinya merasa tenang meski bersama orang lain. Bersama Mada. Lelaki itu terus membawa pelan motor ke tempat yang ditujunya. Mada sudah baik, ada rasa haru di tengah rasa berdosa. Andai dipertemukan sebelum mengenal Ibra. Sayangnya kini dia malah mempunyai hubungan gelap dengannya. Dan menjadi rumit setelah diketahui Ibra. Kepala Nila pusing. Juga merasa lelah. Menyandarkan tubuh pada Mada. Menempelkan pipi di punggungnya. Dan dia merasa nyaman. Mada sendiri tidak keberatan malah tersenyum senang. Menoleh sekali ke belakang pada Nila yang bersandar manja lalu fokus ke depan. Membawa Kawasaki merahnya sedikit lebih cepat. "Silahkan." Mada membuka pintu mempersilahkan Nila masuk lebih dulu. Mereka sudah sampai di apartemen. Nila sejenak terdiam ragu. "Kamu butuh istirahat. Di dalam kamu bisa santai." Ramah Mada men

  • MELAYANI TEMAN SUAMI   BAB 4

    Tengah malam Nila terbangun karna rasa haus juga lapar. Menyingkirkan selimut beranjak turun dari ranjang. Membuka pintu pelan dan ke luar kamar. Mematung merasa sungkan melanjutkan langkah saat tatapan Mada ke arahnya. Ternyata lelaki itu belum tidur. Mada tengah menonton bola. Berpaling sejenak melihatnya. "Aku haus, Mas. Ngg ... aku juga lapar. Tapi aku tidak punya uang untuk membeli makanan. Uang dari Mas Mada sebelum ke sini, ada di rumah Mas Ibra." Ragu-ragu dia katakan kenapa terbangun dari tidur. Mengenyampingkan rasa malu sudah lapar tapi tidak punya apa-apa. Saat ribut-ribut di rumah Ibra dia tidak memikirkan lagi uangnya yang tergeletak di lantai. Boro-boro, yang ada rasa kalut dan Mada cepat membawa pergi. Karna Ibra terus menyakiti tubuhnya. "Ini." Mada meraih sesuatu dari samping tubuhnya. "Aku udah beli makanan." Dia lalu menaruhnya di meja. "Sengaja takut kamu lapar. Jadi aku sediakan. Makanlah." Terenyuh sekali Nila dengan perlakuannya, sampai mata tak terasa berka

  • MELAYANI TEMAN SUAMI   BAB 5

    "Kamu gak usah takut." Mada menyentuh tangan Nila sebelum ke luar dari mobil. Menenangkannya yang cemas. "Ibra pasti sedang bekerja, tidak akan ada di dalam rumahnya." Mereka sengaja mendatangi kediamannya siang-siang. Untuk mengambil buku nikah, kartu keluarga, KTP, untuk melengkapi berkas gugatan cerai. Dan mengambil keperluan Nila yang lain seperti baju. Mada rela cuti sehari dari kantor untuk mengurusinya. "Turun?" Nila mengangguk. Mada membuka pintu lebih dulu. Dengan dada berdebar Nila menyusul turun. Berjalan lambat mengikuti langkahnya. Hampir satu minggu dia meninggalkan rumah ini. Ibra juga tidak ada menemuinya. Entah apa lelaki itu sangat benci terhadapnya sehingga tidak mau melihat lagi. Kalau begitu Nila akan mempercepat proses perceraian. Ada rasa sedih, takut, saat menginjakkan lagi kaki di teras. Banyak kenangan di sini. Kenangan yang membuat ia seperti terpasung. Bagaimana kabar ibu mertua? Siapa yang merawat? Terselip setitik rasa bersalah sudah meninggalkan tanpa

  • MELAYANI TEMAN SUAMI   BAB 6

    Nila didudukkan paksa di tempat tidur. Wajahnya terus menghindar enggan melihat Ibra. Lelaki itu tersenyum puas telah berhasil membawa pulang istri yang kabur dengan laki-laki lain. Dia menekuk kaki berjongkok di hadapannya, agar wajah yang terus menunduk itu dapat melihatnya. Sebelah tangan ditumpu di paha Nila sambil terus mendongak ke arahnya. "Kamu pikir aku akan diam saja? Tidak, Nila. Kamu, Mada ... kalian harus mendapat balasan. Sudah menyakitiku," ucapnya pelan dengan ancaman dan menekan. Ibra tidak membiarkan begitu saja. Sejak Nila pergi besoknya langsung membuat laporan ke kantor polisi, mengadukan perbuatan Mada. Mengumpulkan bukti-bukti untuk kemudian di proses. Sehingga puncaknya hari ini. Penyidik datang menjemput paksa Mada di kediamannya setelah adanya bukti kuat dan Nila ditemukan tengah bersamanya. "Bi Darmi bilang kamu ke sini bersama kawanku yang brengs*k itu mencari buku nikah. Untuk apa Nila? Ooh, untuk menggugat cerai aku? Agar kalian bisa menikah nantinya,

  • MELAYANI TEMAN SUAMI   BAB 7

    Ibra datang membawa mobil baru. Tersenyum begitu turun menginjakkan kaki di halaman. Melihat Nila yang mematung di teras tengah memegang sapu dan menghampirinya. "Bagaimana, bagus?" tanyanya sembari menatap kendaraan roda empat itu. Nila tidak menjawab. Menunduk sedih teringat Mada yang sudah menyerahkan uang demi menyelamatkan harga diri darinya. "Ternyata ada gunanya juga perselingkuhanmu itu." Ibra beralih menatapnya dengan pandangan mengolok. Dia sempat ingin menghabisi istri sendiri saat hubungan gelapnya dengan Mada diketahui. Ibra hancur dan kelimpungan harus mengurusi ibunya sendiri karna Nila yang dibawa pergi. Di tengah perasaan hampir putus asa, terlintas sebuan ide dan kini sudah ada hasilnya. Cukup membuatnya terhibur. "Mau mencobanya jalan-jalan denganku?" "Tidak!" Nila meninggalkannya ke dalam. Ibra mengekeh senang melihatnya yang penuh rasa bersalah terhadap Mada. Mengurung diri dalam kamar. "Mas Mada ... Maafkan aku, Mas." Sungguh dia telah merepotkannya. Mada me

  • MELAYANI TEMAN SUAMI   BAB 8

    Untuk pertama kali Nila singgah lagi di apartemen Mada. Lelaki itu tidak takut membawanya ke sana. Meski sebelumnya terjadi insiden tidak mengenakan. "Aku merindukan kehadiran kamu di sini." Dengan jujur mengungkapkan apa yang tengah dirasakan. Nila meliriknya dan berhadapan. "Mas." Mada meraih tangannya menggenggam hangat. "Harusnya kamu tidak menuruti Mas Ibra." Dia hanya tersenyum kecil diingatkan itu. "Uang 150 juta bukan sedikit." Mada menuntunnya untuk duduk bersama. Nila terus memperhatikan tampangnya yang tenang. Seperti tidak pernah terjadi sesuatu. Mada sekarang lebih bisa menguasai diri. Setelah kemarin-kemarin dibuat kalut Ibra. "Kamu pinjam, Mas?" Nila tidak mau lelaki itu sampai terlilit hutang karenanya dan menjadi beban. "Tidak," jawabnya enteng. "Aku minta maaf banget, Mas. Karnaku kamu rugi." "Konsekuensi untukku sudah salah mendekatimu.""Tapi tidak harus begitu." "Tidak apa-apa, Nila. Hitung-hitung buang sial. Malam itu Ibra sangat menekanku. Aku ingin hari

  • MELAYANI TEMAN SUAMI   BAB 9

    Nila langsung menutup pintu kembali saat melihat siapa yang datang. "Nila, biarkan aku masuk!" Mada menahan pintu itu tak mengerti. Tidak biasanya kedatangannya ditolak. Tenaga Nila kalah dan pintu tetap terbuka akhirnya. Lelaki itu menerobos masuk dan menutupnya kembali. Nila mundur. Mada semakin tidak mengerti melihat reaksinya. "Kamu kenapa?" tanyanya seraya mendekat. Terus menatap heran. "Tidak seharusnya kamu ke sini, Mas.""Kenapa? Aku tahu Ibra tidak ada. Kamu tidak usah takut." Bukan itu maksud Nila. Mada tidak mengerti. "Mau apa kamu ke sini, Mas?"Lelaki itu tersenyum pada akhirnya dia mau menanyakan. "Tentu karna aku kangen." Lebih mendekat memeluk begitu saja. "Kamu tidak membalas pesanku, tidak menerima panggilan teleponku, kamu membuatku tersiksa, Nila." "Cukup, Mas." Alih-alih membalas, Nila malah melepaskan diri dan menjauh. "Kamu jangan seenaknya menyentuhku. Aku masih istri orang, Mas." Pelan mencoba mengingatkan. "Kenapa baru sekarang? Apa Ibra mengancam? Kata

  • MELAYANI TEMAN SUAMI   BAB 10

    "Ini buat kalian." Mada menyerahkan amplop coklat berisi uang tunai pada dua orang yang sudah berhasil membawa ponsel Ibra sampai ke tangannya. "Terimakasih, Boss," ucap salah satunya sambil menerima amplop yang dia angsurkan. Mengecek isinya dan puas. "Ayo." Mengajak pergi kawannya. Dua orang itu naik ke motor dan berlalu. Mada menutup kaca mobil. Tersenyum lega karna bukti perbuatan hilafnya sudah ada padanya. Dia akan menghapus semua vidio menjijikkan itu. Berikut isi chat saat merayu Nila, juga poto-poto mesra mereka. Setelahnya ponsel Ibra akan dihancurkan. Lelaki itu mengemudi untuk segera melancarkan aksi melenyapkan bukti. Rela merogoh kocek lagi demi membuat diri aman. Juga membuat Nila nyaman.Pola yang mengunci layar bisa dibuka oleh ahli reparasi ponsel di toko besar dan terpercaya. Dengan begitu Mada bisa leluasa melihat isi galeri. Tentu dengan membuang sim card Ibra terlebih dahulu. Menghapus semua vidio mesumnya bersama Nila. Poto-poto, juga chat mesra. Setelah itu

Latest chapter

  • MELAYANI TEMAN SUAMI   BAB 35

    Ketika membuka mata Nila sudah berada dalam kamar. Mengerjap melihat suami di dekatnya. "Kamu gak apa-apa?" Mada hawatir menggenggam tangan. "Pusing?" Nila mengangguk kecil. "Mual juga?" tanya mama mertua yang juga ada di sebelahnya. Dan mengangguk lagi. Rahayu tersenyum. "Sepertinya kamu hamil." "Hah?" Nila sedikit terkejut dan hendak bangun. Mada membantunya duduk. Menatap tersenyum berharap ucapan mamanya benar. "Coba ingat-ingat terakhir datang bulan." Nila terdiam termenung. Memang dia telat datang menstruasi. "Nanti kamu tes pek ya, biar jelas. Mada, nanti kamu beli alatnya.""Iya, Ma." Rahayu kemudian pamit membiarkan keduanya istirahat. Tidak lupa mengingatkan Nila untuk meminum air hangat yang dibawakan Mada di meja kecil samping ranjang. Dia lalu meminumnya. Mada memeluk dari samping. "Akhirnya aku bisa jadi ayah," ucapnya senang tak henti mengukir senyum. Setelah berbulan-bulan menikah dengan ihtiar sesering mungkin bisa membuahkan hasil. "Iya, kan, Sayang?" Nila ikut

  • MELAYANI TEMAN SUAMI   BAB 34

    "Jadi, Mas Ibra jatuh ke jurang saat dikejar polisi dan sekarang terbaring koma?" "Ya. Seperti yang kamu lihat." Nila memperhatikan lagi mantan suaminya yang terbaring lemah dengan sisa luka di wajah. Baru tahu dan baru melihatnya. Dia enggan mengingat lagi sosok itu dan benci. Mada mengajak ke sini setelah selesai membesuk teman kantor yang sakit. Nila bertahan di tempat saat Mada mengajak mendekat. Menggenggam tangannya erat serta menggeleng kuat. "Cukup, Mas. Kita pergi dari sini." Dia takut dan trauma dengan apa yang telah diperbuatnya. Mada memaklumi. Dia pun tidak memaksa. "Ayo." Berbalik mengajak ke luar ruangan. Menyusuri lorong bersama orang-orang yang berkepentingan sama di jam besuk. "Apa setelah sembuh Mas Ibra ditahan?""Ya. Setelah sembuh dibawa ke sel tahanan. Proses hukum terus berlanjut." "Syukurlah. Orang jahat seperti dia memang pantas membusuk di penjara." Nila berkata geram. Menyadari seemosi itu, Mada meraih tangannya. "Maaf, ya, harusnya aku gak usah ngaj

  • MELAYANI TEMAN SUAMI   BAB 33

    Irwan sangat berduka cita atas kepergian istrinya. Widya tidak bisa diselamatkan dari kecelakaan, mengembuskan napas terakhir di ruang ICU. Kini jenazahnya sudah dikebumikan. "Ma ...," Putra mereka mengusap nisan bertuliskan namanya. Anak lelaki itu sangat terpukul atas kepergian mamanya. Anggota keluarga menghibur mengelusi bahu. "Sabar ... biarkan Mamamu tenang di alam sana. Masih ada Papamu." Adik tiri Mada itu tidak mendengarkan ucapan siapapun. Terus terisak di hadapan makam yang masih basah dengan taburan kelopak bunga segar di atasnya. Rahayu mematung melihatnya. Bersyukur dia selamat dari kecelakaan dulu. Sehingga masih bisa menemani Mada. Menyempatkan datang melihat akhir kehidupan wanita perebut suaminya dulu yang tragis. Membenarkan selendang hitam yang merosot di rambutnya juga menyentuh kaca mata, Rahayu kemudian berbalik. Irwan melihatnya mencegah. "Tunggu, Yu. Aku ingin bicara." Rahayu melepaskan tangan lelaki itu yang sembarangan menyentuhnya. "Katakan saja sekara

  • MELAYANI TEMAN SUAMI   BAB 32

    Gedoran di pintu mengejutkan Ibra. Mengehentikan aktifitasnya memagut mesra bibir Nila. Juga gerakkan di bawahnya. Lelaki itu tengah menikmati tubuh istri Mada ke tiga kalinya. Berdecak kesal. "Jangan ganggu gue!" teriaknya. Tidak ada suara lagi. Ibra pun melanjutkan kesenangannya sembari tersenyum menatap Nila sayang. Tetapi perempuan itu sebaliknya, sangat benci dengan mata sembab dan tatapan putus asa. Mual setiap mendengar desah dan erangan kenikmatan dari bibirnya.Tidak lama gedoran terdengar lagi kali ini lebih keras. Bahkan didobrak. Tiga orang masuk. Ibra yang merunduk terlena, sibuk mengecup dan mengecap ditarik tubuhnya hingga menyingkir dari Nila diseret turun. Nila menangis sangat malu tubuh telanj4ngnya kini dilihat banyak orang sementara tangan dan kaki terikat. "Lanc4ng kalian. Mengangguku!" Ibra marah kesenangannya dihentikan paksa. "Sudah cukup lo senang-senangnya, sekarang giliran kami," ujar salah satu seraya tersenyum menyeringai menatap Nila yang seketika pi

  • MELAYANI TEMAN SUAMI   BAB 31

    Ibra menyingkir selesai menuntaskan hasratnya. Begitu puas dengan durasi lama. Tidak seperti biasanya, karna dia pun meminum obat sebelumnya. Napas terengah sama seperti perempuan di dekatnya. Nila kembali menitikkan air mata saat diselimuti dan dikecup kening. "Terimakasih, Sayang." Ibra lalu memakai bawahan dan mengambil kemeja mengancingkan satu-satu hanya menyisakan kancing teratas yang dibiarkan. Lantas berdiri. Menghadap Mada. Tersenyum sinis melihatnya tidak berdaya terus menunduk dengan segala pesakitan. Mendekati dan menendangnya lagi hingga terjengkang. "Mass!" jerit Nila tidak tega melihatnya mendapat perlakuan buruk kesekian kali. "Kamu tega, Mas!" Marah terhadap Ibra. Sudah memakainya sepuas hati. Tapi masih juga menyakiti Mada. Lelaki itu menghadapnya lagi. Tersenyum dingin. "Kamu tidak usah pedulikan dia lagi Nila. Mulai sekarang kamu menjadi milikku. Akan selalu bersamaku. Dan kita ... bisa mengulang lagi yang tadi." "Tidak sudi! Lebih baik aku mati dari pada har

  • MELAYANI TEMAN SUAMI   BAB 30

    "Nila?!" Mada pun membelalak menatapnya. Ternyata istri yang dia cari ada di sini. "Mas ...," Nila terus terisak-isak. Menyadari keduanya dalam keadaan terikat tidak berdaya. "So sweetnya saling mengelukan ... sudah seperti Romeo dan Juliet yang mau dipisahkan." Ibra berkata mengolok dan menyungging senyum tipis setelahnya. Mada memelototi menatap benci. "Sejahat ini lo sama gue," tekannya geram. Ibra maju membekap dua pipinya kuat mencengkeram. "Lo yang mulai. Lo yang pertama hancurin kehidupan gue. Gak usah berlagak sok dijalimi!" Bugh! Ibra meninju kencang wajah itu hingga terjengkang. Nila menjerit membuatnya menoleh. "Tolong, jangan sakiti Mas Mada ...," pintanya terus berurai air mata. Ibra menyerigai kecil dan muak mendengarnya. "Hei, mantan istriku. Kamu hanya kasihan padanya, tidak kasihan padaku? Sungguh, kamu pun tidak punya hati sama seperti dia." Ibra kali ini membekap pipinya. Nila memajamkan mata bersiap seandainya lelaki itu mau menghajarnya. Dulu pun dia sudah te

  • MELAYANI TEMAN SUAMI   BAB 29

    Mada menepikan mobil ketika menemukan penjual es jagung. Turun dan ikut mengantre karna ramai sekali pembali. Sampai dia mendapatkan dua cup minuman dingin itu. Satu untuknya satu untuk Nila. Istrinya sangat menyukai es rasa manis susu, gula dan keju ini. Setelahnya kembali dalam mobil dan pulang. Menenteng belanjaan es itu seraya tersenyum, membayangkan Nila akan senang dibawakan jajanan kesukaannya. Hingga tiba di depan rumah. Membuka pintu dengan kode yang sudah hafal di kepala. "Sayang aku pulang." Mada meletakkan dua cup minuman itu di meja. "Aku bawain es kesukaan kamu," ujarnya lagi. Namun, tidak ada sahutan. Melihat sekitar tidak menemukan Nila. Lelaki itu kemudian mencari ke ruangan lain. Heran karna biasanya Nila akan datang menyambut saat pulang. Tapi kali ini tidak ada. "Sayang?" Dicari di semua kamar tidak ada. Rumahnya sepi. Dia tidak tahu saat ini istrinya sedang bersama Ibra. Di suatu tempat. Dengan kondisi tangan dan kaki terikat di kursi dan mulut ditutup lakban

  • MELAYANI TEMAN SUAMI   BAB 28

    "Mau, dong." "Mau apa?""Mau yang lebih." "Apaan sih, Mas?" Nila berhenti mensecroll media sosial di ponselnya. Menatap suami serius tapi juga bingung. "Mau lanjutin yang tadi." Seketika dia menepuk kening pelan dengan jari-jari tangan dan menahan senyum geli. "Mas, kita lagi di jalan loh." "Gak apa-apa lakuin di mobil." "Gak. Gak." "Sayang, pliiiss," pintanya memelas. Nila melengos pada jendela menahan senyum lagi. "Salahmu sudah menggodaku." "Kan aku cuma cium." "Tapi aku jadi ON setelahnya." Mada menarik satu tangannya menempelkan di bawah perut. Di balik celana bahan, miliknya sudah mengeras dan tampak menggembung jadinya. Gara-gara Nila menciumnya demi membuat Selin kepanasan. "Igh, Mas." "Berasa kan?" "Nanti saja di rumah." "Mau sekarang. Belum pernah kan? Di mobil?""Mas, nanti kita bisa digrebek karna mobil goyang!" "Ya cari tempat sepi dan gelap biar gak ketahuan." "Enggak ah." Mada tidak mengatakan apapun lagi. Terus mengemudi. Nila pun menjadi tenang dan la

  • MELAYANI TEMAN SUAMI   BAB 27

    Irwan dan Widya berada di depan apartemen. Mereka hendak masuk. Pintu langsung terbuka setelah memencet password. "Sepertinya tidak ada siapa-siapa, Pa. Pantas kita tekan bel juga enggak ada yang bukain." Sebelumnya mereka memencet bel berkali-kali, namun tidak ada orang yang membukakan pintu. Irwan lalu menekan PIN lama dan ternyata bisa. Mada belum mengganti password rumah masih seperti dulu. Sehingga mereka bisa masuk. "Mantan istrimu juga gak ada kayaknya, Pa." Widya sudah memeriksa kamar tidak menemukan siapa-siapa. "Kita gak jadi dong, Pa, ngobrol sama Ayu. Gak jadi ngasih tahu sesuatu." Perempuan itu duduk. Dari dalam tasnya mengeluarkan poto-poto Nila yang sudah direkayasa sedang bersama laki-laki lain. Tampak sedang mesra dalam ruangan. Mereka mau menebar racun fitnah gambar untuk membuat keruh rumah tangga Mada. Irwan merebutnya. "Kita taruh saja di kamarnya. Juga di kamar Mada." Lelaki itu beranjak. Memasuki kamar Rahayu. Menaruh gambar itu di bawah bantal. Lalu keluar

DMCA.com Protection Status