Share

BAB 14.

Author: Lady ArgaLa
last update Last Updated: 2024-05-25 15:02:43

Ustadz Yusuf Hanan, seorang pria dewasa yang memiliki seorang anak lelaki seumuran Fikar. Ammar namanya, sepupu sekaligus sahabat Fikar sejak ia memutuskan tinggal bersama keluarga paman nya, tepat beberapa hari sebelum kabar kematian sang ibunda dahulu.

Dan sejak saat itu dalam diam mereka mulai mengumpulkan informasi mengenai keluarga Sudrajat, ayah Andika. Walau belum bisa berbuat banyak saat satu demi satu korban jatuh setelah kabar pernikahannya dengan Andika yang belakangan di ketahui selalu menggunakan nama yang berbeda setiap kali akan menikahi wanita. Dan sudah barang tentu ilmu pengasihan menjadi andalannya, membuat siapa saja wanita yang ia inginkan bisa dengan mudah ia dapatkan. Nauzubillah.

"Lantas bagaimana, Paman? Apa bisa kita bergerak sekarang?"

Fikar meletakan cangkir teh yang baru di sesapnya ke atas meja, kini ia bersama keluarga Pak Bagus tengah berada di kediaman Ustadz Yusuf.

"Kamu sudah yakin, Nak? Paman hanya bisa membantu sebisanya kalau kamu memang suda
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Putri
Bikin penasaran lanjutkan Ka.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MELAHIRKAN LEWAT MULUT   BAB 15.

    "Dek, ada apa memangnya? Coba jelaskan sama Mas. Dan kenapa juga adek bawa Sultan? Nanti kalau Kak Aini nyari gimana?" cecar Fikar keheranan. Sudah cukup jauh dari kediaman Dika dan Aini namun Alfi masih saja diam sambil memeluk Sultan yang sepertinya mulai tenang. Sejak tadi balita itu tak hentinya merengek dan menangis.Alfi menarik nafas, suara khas orang yang sedang menangis terdengar dari hidung bangirnya."Mas mau tahu? Kenapa aku buru buru ajak Mas pergi dari sana?" Fikar mengangguk cepat. "Iya, dek. Katakan ada apa, dan apa maksud perkataan adek tadi?" Alfi memandang lurus ke depan, lelehan air mata masih saja jatuh membasahi pipi putihnya."Sultan bilang dia di tinggal sendiri di rumah, Mas." Sontak Fikar yang kaget menekan pedal rem dalam dalam, untungnya saat ini jalanan yang mereka lalui cukup sepi sehingga tidak membahayakan."Hah? Sendirian? Maksudnya gimana, dek?" tanya Fikar tak mengerti. Alfi memutar sedikit tubuhnya sampai bisa menatap mata Fikar."Iya, Sulta

    Last Updated : 2024-05-25
  • MELAHIRKAN LEWAT MULUT   BAB 16.

    Esoknya pagi pagi sekali, Alfi tergopoh gopoh membawa Sultan ke rumah ustad Yusuf. Sejak dini hari tadi keponaknnya itu terus saja berteriak teriak ketakutan walau sudah berusaha di tenangkan. Dan pagi ini, mendadak tubuh Sultan panas tinggi. Bahkan badannya sempat kejang kejang membuat Alfi cemas bukan main.TokTokTok"Assalamualaikum! Assalamualaikum, ustad! Mas Fikar, assalamualaikum!" seru Alfi tak sabaran, air matanya mengalir tanpa bisa di cegah membasahi wajah polos Sultan yang terpejam lemah dalam gendongannya."Waalaikumsalam! Sebentar," terdengar sahutan dari dalam, di iringi langkah kaki yang di seret mendekat. Tak lama pintu terbuka dan seorang wanita berjilbab instan berdiri di sana. "Alfi? Kenapa? Kenapa nangis?" cecar Umi Maryam sambil membuka pintu rumah lebar lebar dan membimbing Alfi masuk."Tolong, Umi. Tolong keponakan saya, semalaman dia histeris ketakutan, Umi. Dan sekarang badannya panas sekali, tadi dia sempat kejang juga, Um," adu Alfi sesegukan, pipinya

    Last Updated : 2024-05-26
  • MELAHIRKAN LEWAT MULUT   BAB 17.

    Brak!Brak!Brak! Setelah tiga kali usaha di iringi doa dari Fikar, pintu kamar yang di huni oleh Pak Bagus dan Bu Mala pun terbuka lebar. Rupanya sejak semalam memang ada yang membuat pintu itu terkunci agar mereka tidak bisa segera membantu Sultan yang tengah ketakutan. Saat di datangi, kondisi Bu Mala masih lemas. Pasalnya menurut Pak Bagus semalaman ada sesosok makhluk yang datang dan terus mengganggu mereka, makhluk itu seperti berhasil mengacaukan pikiran Bu Mala sampai setiap kali Pak Bagus memintanya membaca doa Bu Mala justru berteriak teriak tak karuan."Kata istri saya, yang dia lihat sama seperti makhluk yang dia temui saat bermimpi bertemu almarhumah anak kami, ustad. Apa mungkin makhluk itu datang untuk mencegah kami membantu mengungkap kasus ini?" tanya Pak Bagus pelan seraya mengusap kening Bu Mala yang banjir keringat."Bisa jadi, Pak. Bangsa jin terutama dari golongan hitam seperti mereka tentu saja tidak ingin jika sampai orang yang memujanya berhenti, dengan cara

    Last Updated : 2024-05-26
  • MELAHIRKAN LEWAT MULUT   BAB 18.

    "Auzubillahiminasysyaitonirojiim! Pergilah kau wahai jin setan laknatullah!" Mendadak Amar berdiri, matanya nya lang menatap ke salah satu sudut gelap paviliun yang berada di sudut dekat kamar mandi.Semua mata mengarah ke sana, samar tampak siluet seseorang berdiri di sana namun tak jelas seperti apa rupanya.Prraaannggggg! Kali ini cermin hiasan ruangan yang pecah berkeping keping, letaknya tak jauh dari tempat Bu Mala duduk. "Aakkkhhh!" pekik mereka lalu mulai saling berdempetan dengan wajah wajah ketakutan."Jangan takut! Baca doa dan minta perlindungan dari Yang Maha Kuasa!" perintah Gus Amar tegas. Ustadz Yusuf pun lantas berdiri di samping anaknya memandang tajam sosok di sudut sana yang tak kunjung berani menampakkan wujudnya. Semua mengikuti perintah Gus Amar, lalu tak berapa lama terdengar suara geraman dari sudut gelap tersebut."Gggrrrhhhhh!" suaranya serak dan dalam, membuat Sultan ketakutan dan semakin histeris."Pengecut! Jangan berani sama anak kecil!" sergah Gus

    Last Updated : 2024-05-26
  • MELAHIRKAN LEWAT MULUT   BAB 19.

    "Tanteeeee! Takuuuttttt!" si kecil Sultan merentangkan tangannya ke arah Alfi, wajahnya merah padam karna tangis. Sedang Aini yang entah masuk darimana hanya memandangnya dengan bengis."Sini, sayang. Sini sama tante." Alfi gegas mengambil tubuh bocah itu ke dalam pelukannya, lalu berdiri berdekatan dengan Bu Mala menatap tegang ke arah Aini."Mbak mau apa? Kenapa bawa bawa pisau, Mbak?" sergah Alfi lagi, sorot tak suka memancar jelas dari mata beningnya. Pasalnya sang kakak benar benar berubah tak lagi seperti dulu yang sangat penyayang dan lembut."Berikan anak itu!" pekik Aini menunjuk Sultan yang berada dalam gendongan Alfi."Nggak! Mbak bilang dulu darimana mbak masuk dan kenapa harus bawa bawa pisau begitu, mbak mau buat anak mbak sendiri celaka?" marah Alfi tak gentar sedikit pun."Berisik! Nggak penting kamu harus tahu, yang pasti kembalikan anak itu. Kamu tidak berhak atas dia!" mata Aini tampak menyala marah, di acungkannya pisau tepat ke hadapan Alfi. Alfi dan Bu Mala mun

    Last Updated : 2024-05-26
  • MELAHIRKAN LEWAT MULUT   BAB 20.

    "Yang kuat ya, nduk. Yang sabar, bulek tahu kamu pasti bisa melalui ini semua. Kami akan bantu sekuat tenaga untuk mewujudkan keinginan kamu, nduk." Bu Mala mengusap air matanya, sorot mata tua itu seperti menyimpan kepedihan yang sangat. Alfi yang kebingungan mengangkat wajah, barulah ia sadari jika semua orang yang menunggui Fikar di depan ugd meneteskan air mata. Umi Maryam mendekat lalu serta merta memeluk tubuh Alfi yang mendadak limbung. Dengan cepat Gus Amar membantunya duduk di kursi dan membiarkan Umi Maryam terus memeluknya."Sabar, nduk kuat ya kuat ... tujuan kalian belum tercapai, kamu harus bisa kuat untuk mencapai tujuan itu. Jangan berhenti di sini hanya karna ini, nduk." Umi Maryam mengusap punggung Alfi. Berbagai macam pikiran berkecamuk di benak Alfi, membuat air matanya merembes keluar. Apa maksud perkataan Bu Mala dan Umi Maryam? Apa Fikar tengah kritis di dalam sana atau justru malah ....Belum selesai dengan kecamuk otaknya seorang dokter pria berseragam le

    Last Updated : 2024-05-26
  • MELAHIRKAN LEWAT MULUT   BAB 21.

    Pratiwi membuka seluruh pakaiannya dan menggantinya dengan selembar kain jarik yang tak kalah lusuh dengan semua barang yang ada di gubuk itu. Setelah itu ia menaiki sebuah dipan bambu dan berbaring di sana."Roh nyai boleh hancur, tapi sukmanya masih bisa melebur jika ada yang mau menjadi wadahnya. Dan kau tahu, Pratiwi setelah ini keadaanmu tak akan sama lagi," bisik Inang sambil meletakkan sebutir telur khusus ke bagian bawah lipatan ketiak Pratiwi."Saya tahu, Inang. Memang itulah tujuan saya datang kesini.""Apa masih belum cukup semua harta dan kekuasaan yang keluarga kalian miliki itu? Sampai kau pun nekat bertindak seperti ini?" Pratiwi tersenyum lebar dengan mata membara. "Belum, Inang. Ini semua belum ada apa apanya ketimbang jika kami berhasil mendapatkan anak itu, dia anak yang istimewa, hari lahirnya menjadikan dia luar biasa "Kening wanita tua di samping Bu Pratiwi mengerut. "Hari Lahir?""Iya, Inang. Dia lahir di hari rabu pahing, kekuatan yang luar biasa. Bayangkan

    Last Updated : 2024-06-02
  • MELAHIRKAN LEWAT MULUT   BAB 22.

    "Innalillahi wa innailaihi rojiun. Yang bener kamu, Ti jangan sampe salah ngasih informasi nanti jatuhnya fitnah." bu Mala sampai menepuk tangan Bu Siti saking kagetnya."Loh, ya iya bener tho, Bu. Mosok ibu nggak denger tadi di rumahnya si Yono itu ribut ribut?" Bu Siti balik bertanya."Ya, ya denger sih ... tapi, ah mosok sih, Ti? Kok aku nggak percaya to yo?" Bu Mala tampak masih sanksi. Bu Siti menyesap teh nya lebih dulu sebelum menjawab. "Ya iya tho, Bu. Si Ranti kan keliatannya anak baik baik, nggak banyak tingkah, kalem, sopan juga, mana anak kuliahan lagi. Banyak yang nggak percaya sebenarnya, tapi ya gimana wong nyatanya perutnya sudah gede gitu loh.""Hah? Perutnya sudah gede?" bu Mala kembali terkaget kaget, bahkan rencana untuk bersih bersih rumah jadi tertunda karna terlalu seru bercerita."Iya, kayak sudah hamil empat bulanan lah, Bu. Lihat saja sendiri nanti kalau nggak percaya." Bu Mala tampak tertegun sejenak, masih enggan percaya jika Ranti teman dekat anaknya y

    Last Updated : 2024-06-02

Latest chapter

  • MELAHIRKAN LEWAT MULUT   BAB 45.

    Rumah peninggalan Bu Ambar sudah tak lagi aman, jin pesugihan yang di pelihara Pak Yono rupanya mulai mengincar Ranti sebab tak ada lagi yang memberinya makan setelah Pak Yono di penjara dan menjadi gila. Setelah kejadian tersebut, Pramono memutuskan membawa Ranti untuk tinggal di kediamannya saja, membawa serta bebek bebek dan unggas Pak Yono yang lain untuk di rawat di sana."Mas, jangan pergi jauh jauh ya." Ranti tampak cemas saat akan kembali memasuki rumah Pramono yang berhasil menorehkan luka untuk yang ke sekian kalinya untuknya.Pramono menoleh dan mengelus kepala sang istri. "Insyaallah nggak, kebun Mas kan di belakang rumah ini. Ada bebek juga sekarang, jadi nggak perlu pergi jauh jauh. Tapi kalau nanti adek mau jalan jalan bilang ya, di rumah terus kan pasti bosen." Ranti mengangguk riang dan mereka pun memulai hidup baru mereka di sana dengan lebih tenang.***Kembali ke pondok pesantren Daruttaqwa.Di teras rumah Ustad Yusuf yang lebih akrab di sapa abah oleh para sa

  • MELAHIRKAN LEWAT MULUT   BAB 44.

    Di sana di depan matanya sendiri Pramono melihat Ranti tengah mengarahkan sebilah belati ke lehernya. Matanya tampak kosong menjelaskan jika bukan inginnya melakukan semua itu. Bahkan suara teriakan Pramono saja seperti tak terdengar olehnya. Saat belati hampir menyentuh kulit lehernya yang mulus, Pramono bergerak cepat menepis tangan Ranti hingga pisau itu terjatuh ke bawah ranjang."Astagfirullah, dek! Nyebut, dek kamu ngapain?" seru Pramono cemas bukan main. Namun bukannya menjelaskan,Ranti justru jatuh pingsan."Ya Allah, ada ada aja cobaan. Dek! Dek Ranti, bangun." Pramono mengangkat tubuh Ranti keluar, di depan kamar tampak Leha menghampiri dengan wajah tegang."Kang! Kenapa teriak teriak? Astagfirullah, kenapa Ranti, kang?" cecarnya kaget."Nanti saja ceritanya, dek. Tolong bawain bantal." Pramono melewati Leha dan terburu buru melangkah ke ruang tanu dimana sang ibu berada bersama Bu Mala dan Azzam." Loh loh, le? Kenapa Ranti?" tanya Mak Yem heran, pun demikian dengan Bu

  • MELAHIRKAN LEWAT MULUT   BAB 43.

    Setelah berpulangnya Bu Ambar, Ranti kembali menempati rumah mereka. Selain karna Pak Yono tidak ada juga ada banyak unggas peliharaan mereka yang butuh di urus. Untungnya Pramono berhasil meyakinkan istri kecilnya itu untuk kembali, dan berjanji akan membantunya mengurus unggas unggas mereka untuk bekal masa depan mereka."Terima kasih ya, Mas sudah mau bertahan sejauh ini." Ranti bersandar di dada bidang Pramono, saat mereka tengah duduk di teras belakang yang menghadap langsung ke kandang unggas yang luas.Pramono mengelus pundak istrinya, lembut dan penuh kasih sayang. Tak rasa jijik mengingat apa yang terjadi pada Ranti, melainkan rasa ingin melindungi yang semakin besar dalam dirinya."Sama sama, kalau adek sudah merasa lebih baik nanti kita ke kantor polisi ya. Kasus bapak perlu segera di tuntaskan, dek." Ranti mendongak, menatap lekat mata suaminya. "Mas ... yakin?" "Adek masih takut?" Ranti mengangguk samar. "Terlalu mengerikan untuk tidak takut, Mas." Pramono merasak

  • MELAHIRKAN LEWAT MULUT   BAB 42.

    Saat tengah kebingungan dengan asal bau bangkai yang sangat tidak enak tersebut, dari arah jalan tampak Bu Mala dan Pak Bagus tengah menggandeng Azzam, bocah itu tampak sangat senang menenteng joran pancing sambil bercanda dengan keduanya."Loh, Pram? Ngapain?" sapa Pak Bagus saat telah sampai di depan halaman Pak Yono. Pramono turun lalu menyalami tangan Pak Bagus dan Bu Mala, di ikuti Ranti yang tampak terus menunduk menyembunyikan wajahnya."Ini, Lek mau jenguk ibu mertuaku. Tapi rumahnya kok sepi e? Paklek sama bulek tahu nggak kemana?" Pak Bagus tampak saling pandang sejenak dengan Bu Mala, sedang Azzam sudah lebih dulu kembali ke rumah mereka untuk mandi."Nggak tahu, le. Sudah beberapa hari juga Bu Ambar nggak keliatan, kami kira malah pulang kampung atau nginep di tempatmu," jelas Bu Mala apa adanya.Kembali angin bertiup, awan mendung berarak sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Dan saat itu kembali bau bangkai yang menyengat kembali menyeruak."Huek! Astagfirullah,

  • MELAHIRKAN LEWAT MULUT   BAB 41.

    Mata bening Aini mengerjab, kembali terpejam saat cahaya dari luar terlalu silau baginya."Bunda!" Sultan naik ke tempat tidur dan langsung berbaring di tubuh sang bunda, tangan kurus Aini bergerak alami memeluk tubuh sang putra."Alhamdulillah," ucap Alfi dan Umi Maryam berbarengan, keduanya kompak mendekat pada Aini yang mulai membuka mata. Tatapan matanya tak lagi kosong seperti biasanya."Mbak, alhamdulillah. Mbak baik baik saja kan, Mbak? Mbak inget Afi kan? Mbak inget Sultan kan?" cecar Alfi dengan luapan kegembiraan yang luar biasa. Aini duduk dan merangkul Sultan erat, matanya mulai basah oleh air."Iya, dek iya Mbak inget semuanya. Mbak inget, mbak seneng sekali akhirnya bisa pulang," jawab Aini. Dan inilah dia, Aini yang selama ini di kenal Alfi dan orang orang sekitar. Sosoknya yang penyayang dan lemah lembut, juga sangat keibuan hampir tak pernah meninggikan suaranya walau dalam keadaan sangat marah sekalipun. Mungkin akan sangat sulit di percaya jika Alfi bercerita j

  • MELAHIRKAN LEWAT MULUT   BAB 40.

    Dika termenung di depan pusara baru di hadapannya, pusara itu milik mayat yang di ketemukan dalam kondisi mengenaskan setelah di makan buaya tempo hari. Usut punya usut, rupanya mayat itu adalah salah satu dari anak buah Pak Wirya. Sugiarto namanya, seorang duda yang sudah tak punya orang tua dan keluarga Tak ada yang tahu bagaimana kejadian awal kecelakaan itu, karna tidak adanya saksi mata. Sedang Pak Wirya pun kini masuk dalam daftar pencarian orang hilang."Kita pulang, Mas?" tanya Gus Amar setelah berbincang sejenak dengan petugas dari kepolisian yang menangani kasus hilangnya Pak Wirya. Dika mengangguk, lalu perlahan mengikuti langkah Gus Amar kembali ke pondok pesantren."Gus, apa boleh saya bertemu dengan Aini?" tanya Dika sesaat setelah mereka tiba di kediaman. Gus Amar mengernyit, sudah beberapa waktu sejak Dika mengembalikan Aini pada Alfi, dan kini kakak beradik itu memilih tinggal tak jauh dari kawasan pondok atas permintaan Umi Maryam yang masih khawatir dengan kese

  • MELAHIRKAN LEWAT MULUT   BAB 39.

    Detik itu juga Pak kades ambil sikap, beliau langsung menelpon perangkat desa yang lain untuk berdiskusi. Semetara Pramono diminta pulang lebih dulu untuk memanggil Leha sebagai saksi dan Ranti jika bisa.Pak Yono gemetar di kursinya, wajahnya tampak mengerut dan menunduk. Terlebih setelah beberapa pamong desa datang dan Pak kades serta ustadz Rizal mulai menjelaskan duduk perkaranya."Astagfirullahaladzim, Yono! Saya tidak pernah menyangka kamu sebej*t itu! Saya kira memang betul Pramono yang menghamili Ranti, anak kamu itu. Tapi rupanya ... astagfirullah, dimana otak kamu itu kamu buang hah, Yono?" bentak pak Sekdes berang. "Entah, sudah di makan kutu itu otakmu makanya bisa bertingkah seperti itu. Apa kamu nggak mikir, ah astagfirullah ... wes ndak bisa ngomong aku wes. Akhir zaman, akhir zaman," timpal warga satunya lagi dengan wajah kesal, ia menekan puntung rokoknya kuat kuat ke asbak dengan tatapan menghunus pada Pak Yono yang mengkerut di tempatnya duduk."Untung saja si Pram

  • MELAHIRKAN LEWAT MULUT   BAB 38.

    Bugh!Bugh!Bruaghhh!Pramono menghajar seseorang yang tadi berada di atas tubuh istrinya dengan membabi buta, bahkan untuk melihat wajahnya pun tak sempat. Sedangkan Ranti, tetap berada di atas ranjang dengan air mata berlinang."Ya Allah, kang! Kang sudah, kang! Istighfar!" Leha memburu kakaknya lalu memeluknya erat erat, jika tidak demikian di takutkan nanti orang tersebut meregang nyawa dan bisa menjadi bumerang untuk Pramono."Lepas, dek! Lepas! Makhluk bi a dab seperti itu harus di beri pelajaran! Dimana otaknya dia gadaikan sampai istri orang pun di embatnya?" geram Pramono berusaha memberontak. Namun sekuat yang ia bisa Leha terus menahan bobot tubuhnya."Sabar, kang! Kalau orang itu lapor polisi nanti kakang yang jadi pesakitan! Sekarang hukum bisa di beli, kang!" seru Leha menyadarkan Pramono. Perlahan perlawanan Pramono melemah, lekas lekas dia menyelimuti tubuh polos Ranti yang tergolek lemas di arah ranjang. Bahkan Pramono pun masih belum menyentuhnya sama sekali meng

  • MELAHIRKAN LEWAT MULUT   BAB 37.

    Kerumunan warga semakin ricuh, saat sebuah tubuh yang tadi tenggelam kembali muncul ke permukaan, lalu di susul seekor buaya yang tidak terlalu besar menggigit salah satu tangannya dan menyeretnya ke arah tepian yang sepi. Warga bersorak dan melempar sesuatu seperti batu batu kecil dan apapun yang bisa mereka temui guna menghalau buaya itu, namun sepertinya sia-sia. "Astagfirullahaladziim." Gus Amar menoleh saat merasa seseorang bicara tepat di belakangnya, dan di sana ia mendapati wajah mendung Dika yang tengah menyorot ke arah buaya tadi."Kenapa turun, Mas? tunggu saja di mobil, sebentar lagi mungkin sudah bisa lewat. Tadi ada bapak bapak sudah telepon pihak kepolisian," jelas Gus Amar yang mengira Dika turun dari mobil karna tak sabar atau bosan menunggu. Namun dengan tatapan nanar Dika malah menunjuk ke arah semak dimana buaya tadi membawa tubuh korbannya. Dengan suara serak Dika berbisik. "Itu Papa saya."Degh Mata Gus Amar membulat sempurna, di telisiknya dalam dalam waj

DMCA.com Protection Status