"Aku tidak akan menikahkan putriku!" tegas Omar yang sudah merasa terhina dengan sikap Hannan."Bukankah kalian yang mendesak agar aku segera menikahi Sanaz?""Tidak untuk kau permainkan!" Omar terlanjur murka.Hannan menatap ke sekeliling keluarga Sanaz. "Putri kalian juga sudah cukup umur, apa sebenarnya mau kalian?"Usia dua puluh enam bisa dianggap terlambat menikah di lingkungan keluarga mereka."Aku sudah meluangkan waktu untuk pulang dan kalian sangat tidak masuk akal!""Jadi kau hanya akan menikahi putriku di waktu luang!" Omar makin tersinggung."Aku sedang sangat sibuk dengan pekerjaan baruku, banyak yang harus aku korbankan untuk datang kemari!"Saat itu juga Omar langsung menunjuk ke arah pintu. "Keluar dari rumahku!"Wajah Hannan memerah karena Omar mengusirnya di depan semua orang."Baiklah, aku akan pergi tapi ingat jangan pernah memohon lagi agar aku kembali dan menikahi putri kalian!""Aku tidak menyesal untuk pemuda sepertimu!"Omar juga baru tahu jika jabatan telah
Ludwik mendapati putrinya sudah meringkuk menggigil di belakang pintu kamar."Apa yang kau lakukan!"Wajah Daraya masih pucat, bibirnya gemetar."Aku sangat takut, mutan itu benar-benar bisa membunuhku.""Kau memberitahu tempat tinggal Gerald!" Ludwik sangat marah pada putrinya. "Kau telah menghancurkan semuanya!"Ludwik telah membesarkan Daraya untuk menjadikannya pasangan Gerald. Menjaga gadis itu dari sentuhan siapapun hanya untuk Gerald. "Gerald tidak akan mengambilku, dia sudah bersama gadis lain.""Kau terlalu gegabah!""Kau tetap harus bisa mendapatkan bayi dari Gerald!" Ludwik menarik kasar tubuh putrinya agar berdiri. "Kita butuh bayi itu dan ingat jika masa depan kita semua ada di tanganmu!"*****Hari masih pagi ketika Tobias sudah sibuk mencari Pangeran Albani."Di mana suamimu?""Dia baru pergi ke ruang kerjanya."Tobias juga langsung kabur tanpa mencium Jeny atau bayinya."Papa!" panggil Jeny untuk protes tapi Tobias sudah tidak mendengarkan dia tetap kabur.Tobias men
Genangan air yang tumpah dari bak jacuzzi membasahi hampir seluruh lantai kamar mandi. Jantung Emillie masih berdegup kencang, membekap mulut sambil meremas gumpalan selimut yang dia gunakan untuk membelit tubuh bugilnya. Pelan-pelan Emillie melangkah mundur, menarik ujung kaki dari tepi genangan darah bercampur air encer. "Jangan takut, aku masih belum mati!" Emillie langsung terlonjak hingga menjatuhkan lilitan selimutnya. Kelopak mata Gerald masih terpejam, tapi mutan itu belum mati. "Kemari lah, aku tidak akan marah lagi." Suara Gerald terdengar berat tapi sangat tenang. Emillie masih takut tapi tidak tahu harus kabur ke mana, sementara dia juga tidak mau mendatangi Gerald. Kemarahan Gerald benar-benar masih membuat Emillie takut. Netra gelapnya bukan seperti manusia, dia seperti monster. Karena Emillie belum juga bergerak sura Gerald terdengar kembali memanggil. "Kemari lah!" Kali ini Gerald membuka mata menatap Emillie yang berdiri polos telanjang di ambang pintu. Emillie
"Aku juga akan membawamu pulang ke Washington, semua orang harus tahu siapa wanita yang telah aku nikahi." Tobias membelai pipi lembut Sanaz. "Tapi untuk kali ini biarkan aku memilikimu seorang diri."Sanaz kembali merinding, bibirnya dikecup."Andai kau tahu sebesar apa aku sudah menginginkanmu ...." Tobias menghela napas hangat untuk dia sapukan ke ceruk leher Sanaz kemudian menghirup kulitnya yang manis lembut dan langsung dia lumat.Saraf Sanaz seketika bangkit menegang tapi Tobias menahan tubuhnya agar tidak berkelit. Walaupun ingin pelan-pelan nyatanya Tobias tetap gemas tidak sabar. Sanaz benar-benar polos bahkan dia tidak tahu bagaiman harus menanggapi ajakan pria."Jangan tegang ... rileks ..." Tobias terus berbisik sambil mulai membuka kancing depan pakaian Sanaz."Aku merasa buruk ...." Akhirnya Sanaz bersuara.Tobias seketika berhenti untuk menatap gadis mudanya."Apa aku membuatmu takut?"Sanaz ditanya dengan lembut sambil terus Tobias belai rona pipinya."Ini semua meng
"Jangan pikirkan apapun, cukup rasakan aku yang sedang berada di dalam tubuhmu!" Tobias terus meluncur, keluar masuk semakin terjal. Mendorong Sanaz untuk ikut menikmati klimaksnya. "Apa masih sakit?" Tobias mengungkit lebih dalam. Sanaz menggeleng meski sebenarnya masih sakit. Tapi selama dapat dia tahan Sanaz sudah tidak keberatan. Sekarang Tobias Harlot adalah suaminya, boleh mengambil sebanyak yang dia mau. Sanaz hanya sibuk mengais permukaan seprai untuk ia cengkram kencang ketika pinggulnya mulai dibuat tumbuh mengejang. Tobias tahu Sanaz sedang diburu rasa hancur. "Ya, lepaskan Sayang ...." Tobias mengocok cepat sambil memulas puncak kecil wanitanya dengan gerakan berpusar. Semakin cepat, semakin terjal, dan semakin panas. "Tobias ...!" Sanaz menjerit karena benar-benar sudah tidak tahan. "Tatap aku!" Tobias tidak mau Sanaz menutup mata ketika ingin dia tuntaskan. "Ah, kau sangat cantik ...." Tobias ikut sangat puas menyaksikan bagaimana tatapan Sanaz mencair redup dala
"Geh ... Geh ... Geh ... Aleb' bruuu!""Geh ... Geh ... Geh ... Aleb' bruuu!" Bibir si Gusi merah muda kembali menyembur, pipi montoknya merona merah dan mata bulatnya bening ceria bercampur celoteh tawa."Geh ... Geh ... Geh ... Aleb' bruuu!"Gerald masih belun sepenuhnya sadar sampai tiba-tiba telapak tangan montok bayi laki-laki mengemaskan itu menyentuh pipinya dan Gerald langsung terkesiap bangun."Oh!" Gerald terkejut karena dirinya bermimpi, anehnya dia memimpikan bayi jorok yang suka bermain ludah dan menertawakannya.Gerald sempat kembali memejamkan mata, menghela napas dalam kemudian menjambak rambut di kepalanya. Setelah itu Gerald juga baru sadar jika Emillie sudah tidak ada di sampingnya. Gerald langsung kembali terlonjak dan berteriak."Ems!""Ems ...!"Gerald memeriksa ke kamar mandi yang kosong."Ems ...!"Gerald cuma sempat memakai celana ketika bergegas keluar dari kamar untuk berlari kilat menuruni tangga."Ems ...!""Apa yang kau lakukan, berisik sekali!" tegur Emi
Puncak-puncak tebing berlembah curam itu juga dikelilingi garis pegunungan, luasnya bermil-mil. Tetap tidak akan mudah bagi Jared untuk menemukan tempat persembunyian Gerald meskipun dia tahu putrinya sudah sangat dekat.Jared terus memanjat dan melompat dari puncak-puncak tebing, sesekali berhenti untuk menghirup hembusan angin. Jared berharap dapat mencium aroma tubuh putrinya tapi sama sekali tidak ada. Jared pikir cuma karena udara beku dan badai, Jared tidak akan pernah tahu jika Gerald telah mencemari tubuh Emillie dengan darahnya.Udara di puncak tebing makin berdesing-desing, lolongan serigala juga terus terdengar bersautan dari banyak penjuru. Jared khawatir jika malam nanti akan kembali terjadi badai. Jared akan tetap butuh celah untuk bernaung jika tidak mau beku terkubur salju.Selama hari masih cukup terang dan badai masih cukup bersahabat, Jared tidak mau membuang waktu. Dia terus melompat dari satu puncak tebing ke puncak yang lainya. Kadang meluncur turun untuk mencari
BAB 71 DARAH GERALDGerald benar-benar sudah tidak bergerak, tubuh besarnya merosot ke lantai dengan mata masih terbuka, darah hitam pekat menyembur dari mulut dan merembas dari jantungnya yang tertikam belati. Benar-benar pemandangan yang mengerikan dan bakal meninggalkan trauma keras karena Emillie sendiri yang menikam jantungnya.Atmosfer seolah ikut berhenti, dingin dan beku."Dia benar-benar mati ...!" Emillie masih bergumam dalam syok. "Belatinya beracun." Jared juga berpikir seperti Emillie meski tetap tidak menyangka jika mutan seperti Gerald ternyata bisa dilumpuhkan hanya dengan sepucuk belati.Setelah memastikan Gerald sudah benar-benar mati, Jared segera kembali menghampiri Emillie."Ayo, kita harus lekas pergi!"Jared meminta Emillie untuk naik ke punggungnya."Semua ini telah berakhir, kau akan pulang!"Emillie mengikuti perintah papanya, gadis itu memeluk bahu Jared yang juga langsung membawanya kembali meloncat. Perjalanan mereka masih cukup jauh, harus melalui tebing
BAB 54 MENYERANG KAWAN SENDIRIKelopak mata Dokter Faiza perlahan terbuka sayup, kepalanya terasa berat, dan napasnya masih tersengal sesak oleh sisa endapan asap. Dokter Faiza pingsan akibat terjebak di tengah tenda yang sedang terbakar, dia menghisap terlalu banyak asap karbon. Tapi beruntung wanita cantik berhati malaikat itu masih selamat dari tragedi mengerikan.Kondisi Dokter Faiza masih sedikit linglung, ranjang empuk di bawah tubuhnya terasa asing, bau antiseptik di sekelilingnya menusuk sangat keras. Setelah mengerjap pelan, Dokter Faiza baru sadar bila dirinya telah berada di kamar rumah sakit. Tangan kiri Dokter Faiza dipasangi infus, dia juga mendengar suara langkah kaki dari luar dan tidak lama kemudian pintu terbuka."Anda sudah sadar?" Seorang perawat wanita menghampiri Dokter Faiza."Apa yang terjadi?" Dokter Faiza benar-benar bingung dengan kondisinya."Anda pingsan karena menghirup terlalu banyak asap kebakaran." Perawat wanita menjelaskan."Bagaimana dengan camp rel
BAB 53 SERANGAN TIBA-TIBA Kurang lebih lima belas mil dari perbatasan kota yang dijaga ketat oleh pasukan tentara musuh, tenda relawan medis berjejer di dekat hilir sungai. Tenda-tenda tersebut sengaja di pindahkan ke dekat tepian sungai agar diam-diam bisa mempermudah penyelundupan para tawanan untuk mendapat pertolongan.Setelah lebih dari enam bulan para tim relawan dikirim ke medan pertempuran, sepertinya mereka cuma semakin tersingkir jauh dari kota yang telah di duduki oleh pihak musuh. Pihak musuh menerbitkan larangan keras bagi siapapun untuk memasuki kota. Penduduk sipil yang masih terjebak di tengah kota sebagian menjadi sandera dan sebagian besar dalam kondisi memprihatinkan, terutama wanita dan anak-anak.Setiap hari gelap para relawan militer akan menyelinap melalui jalur sungai untuk membawa korban terluka dan membebaskan sandera. Kamp para tentara relawan juga terletak tidak jauh dari tenda tim medis agar memudahkan akses bagi mereka untuk saling membantu dan berbagi
BAB 52 HARUS PATUHPutri Sofia yang baru kembali dari asik berlibur langsung dibuat terkejut melihat Hamna sudah menunggunya di Istana Zubair."Apa yang kau lakukan di sini?""Pangeran Al-Waleed mengirim saya untuk menjaga Anda, Putri Sofia.""Mustahil!" Putri Sofia tidak percaya. "Pangeran Al-Waleed telah mengembalikan mu!""Silahkan Anda bicara sendiri dengan Pangeran Al-Waleed."Saat itu juga Putri Sofia menghubungi Pangeran Al-Waleed melalui telepon. Setelah tiga kali nada sambung, Pangeran Al-Waleed langsung menyambut dengan ucapan salam keselamatan dengan nada lembut."Kenapa Hamna ada di Istana Zubair?" Putri Sofia yang sedang terburu emosi langsung menerjang dengan pertanyaan lantang tanpa membalas ucapan salam."Aku yang mengutusnya untuk menjagamu." Pangeran Al-Waleed masih berusaha tenang dengan sikap dewasa."Aku sudah punya Zahra, aku tidak butuh pengawal lagi." Sofia menolak. "Aku tidak suka dengan pengawal yang Anda kirim!""Suka atau tidak suka, kau tetap harus dija
BAB 51 PERTEMPURAN AKAN KEMBALI DIMULAI "Ternyata Putri Sofia pergi berlibur dengan Pangeran Yusuf." Abdul langsung melapor pada Pangeran Al-Waleed. "Darimana kau mendapat informasi itu?" Pangeran Al-Waleed melempar tatapan tajam pada pengawalnya. "Pangeran kecil itu yang baru bercerita." Abdul dan Pangeran Al-Waleed memperhatikan Pangeran Habibi yang masih duduk sendirian. "Tidak mungkin anak-anak akan berbohong" Abdul melanjutkan. "Dia juga memberitahu jika Putri Sofia menyimpan banyak foto Pangeran Yusuf." Telinga Pangeran Al-Waleed semakin terbakar, rongga dadanya bergemuruh hebat dengan rasa panas. "Kembali kirim Hamna untuk mengawasi Putri Sofia!" ****** Terlepas dari hati Putri Sofia yang masih bimbang dan perasaan Pangeran Yusuf yang belum bisa terbalas, mereka tetap harus menjadi saudara yang saling menyayangi. "Apapun yang bakal terjadi aku tidak ingin hal tersebut merubah hubungan kita." Yusuf menggenggam tangan Putri Sofia. "Ya?" Putri Sofia mengangguk
BAB 50 SOFIA & YUSUFSetelah berpisah di savana dengan perasaan cemas, Pangeran Yusuf benar-benar tidak bisa berhenti memikirkan Putri Sofia, apa lagi setelah itu Putri Sofia juga tidak turun untuk makan malam. Pangeran Yusuf sangat takut telah bertindak ceroboh.Dalam pikiran Yusuf, Putri Sofia tetap gadis muda yang masih sangat polos, belum pernah tersentuh oleh laki-laki. Seharusnya Yusuf tidak tergesa-gesa. Sekarang Yusuf merasa sangat bodoh karena tidak dapat menahan diri."Dimana Sofia?" Emillie yang bertanya dimeja makan."Sepertinya dia kelelahan setelah berkuda." Mara yang menjawab. "Zahra sudah mengantar makan malam Sofia ke kamar."Meski tahu penyebabnya, Pangeran Yusuf tidak berani ikut bicara.Sampai larut tengah malam Yusuf melihat kamar Putri Sofia masih terang benderang, tapi Yusuf tidak berani mengusik. Sekedar mengirim pesan pun Pangeran Yusuf tidak berani.Sepanjang malam itu sebenarnya Putri Sofia dan Pangeran Yusuf sedang sama-sama tidak bisa tidur. Sampai lewat
BAB 49 PUTRI SOFIA BERLIBURPutri Sofia mengirim pesan kepada Pangeran Al-Waleed bahwa dirinya tidak bisa datang ke Istana Tamir.[Maaf Pangeran Al-Waleed, saya tidak bisa hadir ke pesta ulangtahun Anda karena mendadak harus menjenguk kakekku]Kakek berarti keluarga dari ibu Putri Sofia. Pangeran Al-Waleed tidak banyak bertanya karena selama ini Yang Mulya Serkan diketahui sangat privat merahasiakan keluarga istrinya.[Semoga kakek Anda diberi kesehatan dan selalu dilimpahi keberkahan, Putri Sofia]Pangeran Al-Waleed membalas pesan dari Putri Sofia dengan sebuah doa seperti adab pria terhormat. Pangeran Alwaleed berpikir kakek putri Sofia pasti sudah jompo dan sakit sakitan.*********"Jared apa kau bisa diam sebentar saja!" Mara berteriak pada suaminya yang sudah kembali berada di atas punggung kuda."Aku hanya ingin mengajak anak-anak berkeliling di perbukitan."Jared mengajak Pangeran Yusuf, Putri Sofia, Pangeran Rasyid, dan tentunya Lana yang tidak mau ketingalan sebagai pasukan h
BAB 48 PILIHAN PUTRI SOFIAEmillie dan Gerald datang berkunjung ke Istana Zubair karena kebetulan mereka sedang berada di timur. Gerald bertemu dengan Yang Mulya Serkan untuk membicarakan masalah pertempuran yang semakin memanas. Sementara itu Emillie pergi menemui Anelies karena tidak mau ikut campur urusan laki-laki.Emillie bukan cuma terkejut karena melihat tingkah Pangeran Al-Waleed yang mengirim begitu banyak kotak kado merah muda, Emilie juga terkejut mendengar putri Sofia demam tinggi karena tekanan stress."Aku bukan cuma takut Sofia jatuh sakit, aku paling takut bila dia kembali nekat kabur." Anelies mengungkapkan kerisauannya pada Emillie. "Aku hanya menginginkan kebahagian untuk Sofia, tapi Yang Mulya Serkan dan seluruh negeri ini pasti juga menginginkan putri kami bersama pria yang setara dengannya."Artinya Sofia tetap tidak bisa bersama sembarangan laki-laki, pernikahannya tetap harus di atur oleh keluarga kerajaan. "Sepertinya Putri Sofia cuma perlu berlibur." Emil
BAB 47 MENJADI GILAFaaz diseret ke sebuah ruangan berdinding biru terang, terdapat banyak sekat kaca tembus pandang dengan berbagai mesin canggih digital. Laboratorium kota telah dikuasai pihak musuh dan mereka alih fungsikan sebagai tempat penyiksaan manusia paling keji.Suara teriakan keras terdengar dari ujung lorong kaca. Suara seorang pria yang terus meraung tersiksa dengan pedih, sesekali juga terdengar suara lecutan disusul tangis memohon ampun. Faaz berusaha menutup rapat telinganya dan tahu dirinya bakal segera bernasib serupa."Ayo cepat seret dia ke mari!"Kaki Faaz kesulitan berjalan tegak karena lututnya juga telah bertubi-tubi mendapat pukulan keras."Beruntung kami tidak akan memotong kaki dan lenganmu!"Faaz masih berani menatap tajam untuk menunjukkan sikap tanpa gentar."Beraninya kau menantangku!"Faaz kembali mendapat pukulan keras hingga sisi rahangnya berderak."Sebentar lagi seluruh kesombongan di kepalamu akan lenyap!"Faaz didorong ke kursi metal, kaki, tang
BAB 46 TANTANGAN BERATKomandan tim relawan telah mengkonfirmasi pada media yang telah meliput kejadian tembakan rudal dua hari yang lalu."Tidak ditemukan tubuh korban di lokasi kejadian!" Kemal juga telah mencari berbagai berita mengenai kejadian tersebut."Pagi setelah ledakan, warga cuma melihat bekas kendaraan militer yang telah hancur. Kondisinya sangat parah. Seandainya Faaz masih selamat dari maut, pasti kali ini dia juga sudah tertangkap oleh pihak lawan.""Oh, Tuhan...!" Kemal terus mencengkeram rambut di kepalanya.Tertangkap sebagai penyusup hukumannya bisa sangat keras mengerikan.*******Putri Sofia sedang duduk di balkon bersama Yang Mulya Seika ketika Zahra datang melapor."Putri Sofia, baru saja Pangeran Al-Waleed datang untuk menjenguk Anda."Sofia cukup terkejut karena dia pikir Pangeran Al-Waleed tidak akan nekat datang."Aku belum mau bertemu siapapun!" Putri Sofia menolak Pangeran Al-Waleed di hadapan Yang Mulya Seika. "Katakan saja aku masih perlu istirahat."