Share

Bodyguard Karina (5)

Author: Mutiara Sukma
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI 5

Pagi ini cacing diperutku mulai berdemo, demo yang mulai anarkis karena dari kemarin belum di isi nasi. Ibu yang tak kuat menahan lapar, pulang dengan Doni. Menyebalkan sekali, enaknya bareng-bareng. Giliran susah tanggung sendiri, nasib... nasib.

Suara mobil terdengar dari luar.

"Bu, Raffi ga mau tinggal disini, di rumah tadi aja."rengek Raffi yang terdengar olehku.

"Sabar, sayang."sahut perempuan yang kupastikan itu adalah Karina.

Duh, kenapa jantungku berdebar-debar begini.

"Assalamu'alaikum..."salam mereka serentak.

"Wa'alaykumussalam..." jawabku dan membuka kan pintu.

Wajah cerah Karina tersenyum tipis, tanpa menyalami tanganku terlebih dahulu, Karina masuk kerumah.

"Dek, kamu ga salaman dulu sama suami sendiri!"hardikku.

"Oh...!" Rina berhenti melangkah lalu menoleh padaku.

"Maaf, suamiku sayang. Lima tahun di negri orang membanting tulang memeras keringat, hampir membuatku lupa jika aku memiliki suami!"pelan tapi tajam. Sekilas Karina meraih tanganku dan menciumnya asal.

"Kok, kamu ngomong begitu?"cetusku.

"Hmm... Maaf aku hanya asal bicara."kelitnya tanpa memandang wajahku.

"Dek, Mas lapar. Bagi uang dong! Mas ga megang uang sama sekali!"pungkasku. Rasa lapar ini membuatku tak bisa berpikir jernih.

"Bapak cari uang, dong! Minta Ibu terus!"celetuk Raffi.

"Heh! Anak kecil ga sopan!"bentakku.

Rina terkekeh.

"Bukankah itu memang benar Mas!" aku tak menjawab, kuakui seharusnya memang begitu, tapi selagi ada yang bisa menanggung hidup kita kenapa harus capek-capek bekerja.

"Hayolah, Sayang. Mas lapar."cicitku.

"Aku ga punya uang cash, Mas. Semua uangku ada di ATM."sahutnya cuek. 

"Kamu gimana sih!"suaraku meninggi. Tapi langsung terhenti kala melihat tatapan tajam mata Rina. Ya Amplop, kenapa mati gaya begini.

"Ga usah teriak-teriak! Nih aku cuma ada nasi sisa Raffi tadi. Kalau kamu mau, ya silahkan." Rina mengeluarkan sebuah kotak makanan dan menyodorkan padaku.

Hanya beberapa suap nasi dengan ayam goreng yang tinggal tulangnya. Ah dari pada lapar lebih baik aku habiskan saja. Bod* amat dengan tatapan Rina yang menghina.

Baru saja usai makan.

"Surat rumah ini mana, Mas?"tanya Rina. Aku yang sedang minum tersedak.

"Ada, buat apa?"jawabku setelah bisa normal lagi bicara.

"Tolong bawa sini, Mas!"titahnya.

"Mas, tanya buat apa?" aku mulai kesal.

"Kamu itu sudahlah tak mengirimkan Mas uang, pulang tiba-tiba tak mengabari Mas. Sekarang minta surat rumah. Aneh!"suasana memanas, tapi Rina cuek saja.

"Kamu yang aneh, seharusnya kamu senang aku pulang, tapi sepertinya kamu gelisah sekali!"sindirnya.

"Eh anu ga, sayang. Mas senang kok."desisku.

"Ya udah, tolong bawa kesini sertifikat rumah dan itu tabungan kita eh tabunganku maksudnya selama lima tahun yang katamu untuk masa depan Raffi itu."katanya dengan mata menatapku tajam.

"Bim... Bima...! Rina mana?" suara Ibu terdengar lantang dari luar.

"Eh, menantu Ibu, sudah pulang! Ibu rindu sama kamu, Nak." Ibu tergopoh-gopoh mendekati Karina.

Karina hanya diam tak menyambut, kok dia berubah angkuh begini.

"Kamu sehat, Nak?" tanya Ibu yang telah memeluk Rina yang tak bereaksi apa-apa.

"Seperti yang Ibu, lihat!"cetusnya.

"Wah, Ibu senang kamu kembali. Mana makin cantik. Duh, Ibu beruntung sekali punya menantu seperti kamu."seloroh Ibu dusta. Mana mungkin Ibu senang Rina pulang, mustahil!

"Oh ya, Nak. Mana oleh-oleh dari luar negeri? Ibu ga sabaran nih, hmmm sekalian mentahnya alias uangnya juga boleh Sayang, Ibu lagi kehabisan uang, nih!"rajuk Ibu, duh Ibu kok sempat-sempatnya minta uang sih. 

Karina hanya tersenyum sinis.

"Mas, sekali lagi aku meminta kamu, agar menyerahkan sertifikat rumah dan tabungan masa depan Raffi yang setiap bulan aku kirim!"tegas Rina.

"Ada apa ini, Nak?"tanya Ibu heran.

Aku menyugar rambutku. Masalah dengan Bank saja belum selesai, bulan depan jika tak dicicil juga maka rumah Ibu akan mereka sita.

"Rina minta uangnya, Bu!"jelasku singkat.

"Lho...lho udah dikasih masa diminta lagi!"seru Ibu.

"Saya tak pernah memberikan kepada Mas Bima, tapi itu tabungan masa depan Raffi. Dan sebagian untuk merenovasi rumah ini. Tapi, apa? Rumah yang saya tinggal lima tahun lalu, sama sekali tak berubah. Otomatis uangnya utuh dong."lirih Rina.

"Kamu kok perhitungan sekali, kamu kira suami kamu ga makan? Anak kamu ga makan?"sembur Ibu.

"Saya tak bodoh untuk menghitung pengeluaran suami dan anak saya sebulan, Bu. Setiap bulan saya selalu mengirimkan uang yang dijatah untuk tabungan juga jatah buat makan dan kebutuhan sehari-hari Raffi juga Mas Bima. Seharusnya uang itu sudah banyak, karena selama lima tahun tabungan itu tidak diambil-ambil!"cecar Rina.

Aku mati kutu. Ibu pun terdiam.

"Cepat Mas, jangan buang-buang waktuku!"hardik Rina.

"Jangan belagu kamu!baru jadi TKW saja sudah belagu!"hina Ibu.

"Jadi TKW lebih terhormat dari pada jadi benalu!"seru Rina.

"Kurang aj*r kamu!" Ibu mendekat hendak menampar Rina. Tapi, tepat saat itu dua orang laki-laki bertato masuk dan berdehem kencang, membuat ibu menghentikan aksinya.

"Tak apa, tunggu perintah saya saja!"titah Rina yang membuat dua algojo itu mengangguk.

Aku terperanjat, begitu juga dengan Ibu. Doni yang sedari tadi sibuk dengan gawainya tanpa mempedulikan yang terjadi menyimpan gawainya dan duduk beringsut ke pojokan karena takut. 

Wajah sangar dan tato yang memenuhi tubuh mereka yang hanya memakai baju tanpa lengan membuat nyali ciut seketika.

"Cepat!" pekik Rina.

"Sebelum para algojo ini membuat kalian tak mampu lagi menatap dunia!"lanjut Rina dengan nada mengancam.

"Bim... Bima buruan berikan sertifikat rumah ini."cicit Ibu takut.

"Sertifikatnya ada dirumah Ibu, Dek. Tak ada disini."

Rina yang sudah berubah menjadi wanita angkuh itu, tersenyum mengejek.

"Bukan alasan, kita kesana sekarang!" Rina bangkit mendahului langkah keluar dari rumah ini.

"Kalian pastikan mereka hidup sampai saya mendapatkan hak saya!"bisiknya pelan tapi masih terdengar jelas olehku.

Aku, Ibu dan Doni bergegas mengunci pintu dan menaiki kendaraan kami menuju rumah Ibu. Aduh, Rina apa-apaan sampai bawa-bawa bodyguard segala!

"Bim, gimana ini." bisik Ibu, panik.

"Tenang aja, Bu jangan panik."ucapku, padahal aku sendiri panik setengah mati. Bagaimana jika nanti Rina menanyakan tabungannya, mati aku!

Bersambung.

    

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nurul Fajar
iklan GK bisa d buka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI    Part 6

    MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI 6Motorku dan Doni sudah sampai dihalaman rumah. Diiringi mobil yang membawa Karina dan Raffi berikut algojonya. Gil*! Rina benar-benar tak seperti Rina lima tahun lalu. Wajahnya yang makin cantik malah bertambah angkuh. Sebenarnya apa pekerjaan dia di Taiwan? Aku tak yakin jika hanya seorang operator produksi, bod*h nya aku tak pernah peduli soal itu."Bim... Ibu ga mau terseret urusan rumah tangga kamu! setelah sertifikat rumah itu kamu ambil, buruan pergi dari sini. Urusan kamu dengan Karina dan Marni, Ibu jangan dilibatkan!"cecar Ibu pelan.Astaga naga! Aku lupa tentang Marni. Semoga saja Rina tak tahu jika aku sudah menikah lagi. Kenapa urusan menjadi rumit begini."Sssst... Ibu ga usah sebut-sebut nama itu. Nanti Karina dengar!"rutukku. Bisa dikutuknya nanti aku."Cepet, Mas! nunggu apa lagi!"bentak Rina. Aku dan Ibu bergegas masuk kerumah. Kalau saja Rina tak membawa bodyguard sudah kutampar muka angkuhnya itu."Dek, kita masuk dulu, yuk.

  • MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI    Bab 7

    Dua hari tak ada kabar dari Rina. Hanya kemarin dia meminta menyiapkan semua perlengkapan Raffi, karena Raffi mau di pindahkan ke pesantren. Daripada di rumah main gawai terus, begitu alasannya. Terserah dia saja kalau masalah itu, bukankah itu lebih baik. Kewajibanku memberi jajan dan menjaga Raffi jadi berkurang.Sorenya seorang laki-laki menjemput semua barang-barang Raffi. Sempat kutanyakan alamat Karina. Tapi, dia tak mau menjawab.Syukur juga sih, berharap Rina lupa dengan tabungannya. Kalau rumah jelek itu, biarkan saja dia ambil. Toh, itu memang miliknya. Aku sudah punya rumah yang kubeli untuk Marni. Rina minta cerai pun tak masalah, masih ada Marni."Apa Ibu bilang, dia cuma gertak sambel doang. Mana berani dia kesini mencelakai kita. Mungkin juga duitnya habis, ga mampu lagi bayar bodyguard, secara hanya TKW bukan pengusaha hahahaha." tawa ibu membahana.Aku hanya menimpali sekadarnya karena lagi fokus chatting dengan Marni yang semlohai.[Sayang, udah mandi belum?] pesanku

  • MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI    Bab 8

    Drrttt drrttt drrtttPonselku berbunyi dari tadi, lelah masih tersisa setelah pertarungan tadi."Mas, gawaimu dari tadi bunyi terus."seru Marni sambil menggoyang-goyangkan tubuhku."Apa sih, Dek. Mas masih ngantuk."sahutku dengan nada berat khas orang mengantuk."Itu dari tadi ada yang nelpon, coba lihat kali penting." Marni menyodorkan gawaiku. Dia yang sudah mandi mengeringkan rambutnya."Halo...!""Bimaa...! Buruan pulang, mobil Ibu mau dirampok. Buruan pulang...huhuhu." suara Ibu melengking diiringi tangis histeris."Ya ampun, siapa yang mau merampok, Bu?" aku yang tadi tiduran langsung bangun. Marni ikut menghampiri dan duduk disampingku."Istrimu! Dia mau membawa mobil dan motor Doni. Buruan pulang, Bim! Ibu ga mau mobil Ibu dibawa. Ibu ga mau! pokoknya ga mau...!" aku menjauhkan telepon dari telingaku, suara Ibu membuat telingaku berdenging sakit."Oke, oke Bima segera pulang. Bilang Karina, tunggu Bima sampai dulu, ya Bu!" aku menutup telepon, bergegas mandi dan berpakaian. "

  • MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI    Bab 9

    MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI 8"Sayang, please. Jangan seperti ini. Kita bicarakan lagi baik-baik, lihat kita menjadi tontonan warga." aku mendekati Rina. Wanita cantik itu bahkan tak mau menatapku. Pandangannya lurus ke depan dengan tangan bersedekap di dada."Bima, usir mereka! Apa kata teman-teman arisan Ibu, kalau mereka melihat ini."cecar Ibu frustasi.Sebagian dari mereka memegang gawainya dan mengarahkan kepada kami."Biarkan saja sih, kapan lagi kalian viral dan menjadi artis dadakan."ucap Karina santai, tega sekali dia."Sayang, tolonglah. Mas minta maaf, memang uang tabungan kita terpakai oleh Mas. Tapi, Mas janji akan membayarnya. Ingat sayang, kita ini suami istri."rayuku. Rina diam saja saat aku memegang pundaknya. Ya ampun, Rina-ku yang sekarang sangat beda. Kulitnya halus terawat, bahkan wangi tubuhnya tercium olehku."Kamu kemana kan uang itu?"tanyanya sambil menghempaskan tanganku yang sedang menyentuhnya."Hmm... anu Sayang, anu... hmm... untuk membeli mob

  • MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI    Bab 10

    MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI 9Aku menatap nanar kertas yang tergeletak di atas nakas itu. Surat panggilan dari pengadilan Agama. Rina menggugat cerai, berani sekali dia. Siapa yang mengajarinya menjadi pembangkang begini?Dulu dia begitu penurut dan tak banyak membantah, meski kusuruh bekerja keluar negeri, terpisah dengan Raffi yang saat itu masih berusia lima tahun.Kepalaku masih terasa berat. Kucoba untuk bangun ingin melihat keadaan diluar."Buruan Dino, jangan malas!"teriak Ibu kudengar samar-samar dari luar.Pasti Ibu dan Doni sedang membereskan kekacauan yang tadi dibuat bodyguard nya Rina. Memang keterlaluan istriku itu."Kamu sudah sadar?" Ibu datang dan duduk dipinggir ranjangku. Ranjang yang kupakai bersama Rina jika menginap dirumah Ibu."Kepala Bima masih pusing, Bu." lirihku sambil memijat kening."Kamu sih segala pake dikasih surat-suratnya. Jadi pusing sendiri kan?"sesal Ibu."Kalau ga dikasih, rumah Ibu diobrak-abrik, emang Ibu ikhlas?" desisku. Baru diber

  • MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI    Bab 11

    MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI 10"Heh, apa-apaan kalian!" dua orang bodyguard itu masuk ke rumah. Marni yang berusaha menghalangi dipegangi oleh salah satu diantara mereka."Lepaskan!" Marni berontak, tapi tak berdaya. Aku juga berusaha menghalangi mereka tapi aku takut tewas hari itu juga. Tato tengkorak dilengan salah satu dari mereka membuatku kian tak punya nyali.Satu persatu perabotan didalam rumah dibawa. Televisi dan sofa sudah berpindah keluar rumah."Tolong... tolooong!" teriak Marni membuat warga mulai berdatangan. "Mbak Marni ini kenapa?" tanya salah satu warga yang terlihat prihatin."Mereka mau merampok rumah saya dan isinya, Bu. Tolong panggilkan Pak RT!" pinta Marni yang sudah berurai air mata.Belum sempat aku melarang, perempuan setengah baya tetangga Marni itu sudah berlari cepat. Pasti menuju rumah Pak RT. Aduh, jadi panjang urusannya.Karina yang duduk didalam mobil cuek saja sambil memainkan gawainya.Terbuat dari apa hati wanita itu. Tok tok tokAku me

  • MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI    Bab 12

    MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI 11Hati siapa yang tak mendidih saat hasil jerih payahnya dihabiskan begitu saja. Yang lebih menyakitkan dia memakai uang yang kutabung untuk menikah lagi.Berkali-kali kutatap foto pernikahan yang dikirim Nana padaku. Nana adalah teman akrabku dari kecil. Rumahnya tak jauh dari rumahku. Menurut Nana sejak Mas Bima menikah rumah itu tak pernah lagi dia tempati, keterlaluan.[Pulanglah, Rin. Tak ada keuntungan kamu disana kecuali nanti hanya akan mendapatkan kekecewaan. Raffi juga kecanduan gadget. Mereka hanya mengambil uangmu tanpa menunaikan kewajibannya.]Aku mengusap air mata yang tak henti mengalir."Hey, kamu! Kenapa disini! Kembali bekerja!" bentak seorang laki-laki dengan bahasa Mandarin. Dia yang kuketahui adalah anak dari yang punya perusahaan ini.Ya Allah aku kaget luar biasa. Gegas kusimpan gawaiku dan merapikan penampilanku yang pasti kusut habis menangis. Tadi saat ke toilet iseng aku membuka gawai. Hingga aku membaca pesan Nana itu

  • MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI    Bab 13

    MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI 12"Mommy... " Mei-Yin, memelukku.Putri satu-satunya Tuan Liu sangat dekat denganku. Apalagi Mei-Yin sekarang tinggal di apartemen ayahnya. Hampir tiap malam gadis lima tahun itu diam-diam mengetuk pintu kamarku dan tidur bersama. Hingga tak jarang Tuan Liu memarahi gadis itu karena pagi-pagi sudah mengetuk pintu kamar ayahnya.Setelah satu setengah tahun bekerja sebagai sekretaris Tuan Liu aku memutuskan hendak pulang. Sejak mengetahui kebusukan Mas Bima, aku tak lagi mengirimkan uang seperti sebelumnya. Dia tak protes karena aku beralasan jika perusahaan sedang mengalami penurunan pendapatan. Belum tahu saja, sejak menjadi sekretaris Tuan Liu, gajiku lima kali lipat dari gaji sebelumnya."Kamu yakin, mau pulang?" Tuan Liu menatapku lekat.Aku mengangguk. "Saya harus menyelesaikan masalah rumah tangga saya, Tuan." ujarku berat. Sangat sulit mendapatkan pekerjaan dengan gaji sebesar ini. Pekerjaan yang tak begitu berat, bahkan terkadang aku han

Latest chapter

  • MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI    Bab 42

    "Sayang, kamu baik-baik saja." Mas Ahmad jelas tak melihat Jianheeng di bandara.Tapi aku dengan jelas bisa melihatnya. Aneh, kenapa dia bisa ada disini?"Oh, baik, aku baik-baik saja." Kami baru saja sampai di Taiwan."Mas, aku mau ke toilet dulu, ya." Aku pun bergegas berlari tanpa menunggu jawaban Mas Ahmad. Takut jika aku kehilangan jejak.Aku harus mencari tahu mau kemana perempuan itu, dari raut wajahnya terlihat dia sangat terburu-buru dan ketakutan.Dengan perlahan aku mengintip, ternyata dia mau terbang juga. Mau kemana dia?Setelah aku memastikan perempuan itu pergi, aku baru menemui Mas Ahmad. Dan kami pun melanjutkan perjalanan ke rumah Mama. Sekalian mau menjemput Raffi dan Sarah."Wah, pengantin baru sudah pulang?" sambut Papa senang. "Ada kabar bahagia buat kalian." Lanjutnya.Kami saling beradu pandang."Apa, Pa?" tanya Mas Ahmad tak sabar."Jianheeng sudah tak akan pernah menganggu kalian lagi." Kata Papa yakin."Papa yakin?" Tanya Mas Ahmad."Sangat yakin. Dia di us

  • MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI    Bab 41

    Aku menatap rumah yang kubangun dengan keringatku itu, kosong. Keputusanku sudah bulat, aku akan mengabdikan hidup pada suami. Walau sebenarnya Mas Ahmad tak keberatan jika aku di Indonesia dan dia disana. Tapi, aku tak mau mengambil resiko. Tak sedikit rumah tangga yang kandas karena hubungan jarak jauh. Aku tak mau itu terjadi untuk kedua kalinya.Mbak Narsih sudah aku pulangkan, tega tak tega. Karena dia begitu rajin dan royal dalam bekerja itu yang sangat aku suka."Sayang, apa tak ada lagi barang yang mau dibawa?" ujar Mas Ahmad setelah menutup tas terakhir berisi semua pakaian dan mainan Raffi.Aku menggeleng, kurasa sudah semua.Surat keterangan pindah dari sekolah lama Raffi pun sudah aku kantongi. Tinggal, bisnis telah dibangun itu yang belum kutemukan solusinya.Sekiranya Nana tak mengkhianati kepercayaanku pasti aku tak seresah ini.[Karin, maafkan aku. Plis, Rin jangan hukum aku, aku mengaku khilaf.]Pesan dari Nana lagi.[Na, temui aku di toko dua puluh menit lagi.]jawab

  • MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI    Bab 40

    Aku memijit keningku, Mas Ahmad terus memegang tanganku seolah memberi kekuatan. Aku dilema harus tinggal di Taiwan dan meninggalkan kehidupanku disini. Atau tinggal disini meneruskan usaha, tapi dengan resiko suami digondol kucing garong."Sayang, Jangan terlalu dipikirkan. Jalani saja, mungkin Nana ingin merasakan apa yang kamu rasakan."Aku menghela nafas panjang, bagaimana dia ingin merasakan hasilnya saja. Sementara dia tak merasakan bagaimana perjuanganku untuk mendapatkan semua ini. Memang jika melihat hasilnya siapa yang tak ingin. Tapi, kalau mereka merasakan apa yang aku rasakan selama menjadi TKW di negeri yang bahkan aku tak punya sanak famili satupun, mereka pasti juga enggan.***Selesai makan di sebuah restoran kami kembali kerumah. Rumah sudah sepi. Dan tampak juga rapi."Bu, ini kuncinya tadi Bu Nana menitipkannya." ucap Udin security rumah ini.Aku mengambil kunci itu, setelah mengucapkan terimakasih akupun berlalu.Rumah sudah rapi, dan tak ada lagi barang-barang m

  • MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI    Bab 39

    "Wah, kejutan sekali kamu kembali, Rin." sambut Nana senang.Aku tersenyum tipis, rumah yang kutitipkan padanya sekarang seolah-olah menjadi miliknya sendiri. Berantakan, ceceran makanan memenuhi ruangan. Anak Nana yang masih berumur empat tahun itu berlompat-lompatan di atas sofa."Maaf, keadaan rumahmu seperti ini." Nana sepertinya menyadari atas ketidaksukaanku.Bukan aku melupakan kebaikannya. Tapi, dengan dia memperlakukan rumahku seperti rumahnya sendiri seperti ini, apa tidak lancang?Aku hanya menitipkan agar dia sesekali melihat keadaan rumah. Apalagi kami punya usaha bersama, yang sebenarnya itu juga merupakan usahaku yang kuserahkan penanganan sementara kepadanya."Siapa, Dek?" seru laki-laki dari lantai atas, lalu tanpa menyadari kehadiranku dia turun dengan bertelanjang dada."Astaghfirullah..." Lirihku.Nana terlihat tak enak hati."Mas, ada Karina. Kamu pakai baju dan cepat turun." desisnya.Aku membuang pandangan keluar jendela."Eh, Ibu sudah pulang?" Narsih art yang

  • MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI    Bab 38

    ***Aku sedang berkemas, ketika kulihat Mas Ahmad sedang sibuk dengan ponselnya. Tak biasa dia begitu serius menatap benda pipih itu."Siapa yang siapa mengirim pesan, Mas?" tanyaku.Mas Ahmad terlihat kaget dan menyembunyikan ponselnya dalam kantong celana.Wajahnya memucat, Ada apa sebenarnya dalam ponsel itu kenapa tiba-tiba raut wajahnya berubah? Aku berusaha biasa saja. Tapi, dalam hatiku sedang menaruh curiga. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan dariku."Ti-tidak ada apa-apa sayang, hanya Manager Mas yang mengabarkan perkembangan perusahaan." ujarnya nya gugup."Oh ya, sudah kalau gitu Mas sekarang istirahat lah. Besok pagi kita akan segera berangkat. Aku khawatir kamu kecapean. Apalagi kamu kan baru sembuh." ujarku.Mas Ahmad tersenyum lalu menarikku dalam pelukannya."Mas, aku belum selesai nanti kalau aku sudah selesai aku akan menyusulmu, oke?"Perlahan aku melepaskan pelukan Mas Ahmad. Dia membalikkan tubuhku dan mencium keningku sesaat."Jangan lama-lama, ya?" katanya ge

  • MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI    Bab 36

    Jianheeng menatapku tajam, aroma ketakutan di wajahnya mulai memudar. Berganti wajah penuh kebencian."Kau baru mengenal Liu, Jangan berharap kau bisa mendapatkannya, dengar itu! Sebelum kau datang Aku sudah lebih dahulu mendapatkan hatinya. Jangan berbangga hati jika kamu sekarang menjadi istrinya. Karena nanti kau akan menangis ditinggalkan olehnya, dasar wanita kampungan!"Jianheeng menghempaskan tanganku dan berlalu dengan meninggalkan tatapan yang penuh kebencian. Namun Aku tak tinggal diam dengan cepat aku menarik tangannya kembali."Jangan pernah mimpi kau kan dapatkan Ahmad wanita murahan!" "Kau tak akan mendapatkan Mas Ahmadku. Persiapkan saja dirimu untuk sebuah kekecewaan!" LanjutkuLalu aku melepaskan tangan wanita itu sehingga dia tersungkur ke lantai. Aku pun meninggalkannya tanpa mempedulikan dia yang meringis kesakitan. Tekat ini sudah bulat aku tidak akan melepaskan atau membiarkan suamiku diambil lagi.Tak lama Mas Ahmad keluar dia sedikit heran melihat wajahku masi

  • MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI    Bab 35

    "Karina, Jianheeng memang dulu kami jodohkan dengan Liu. Berharap Liu bisa melupakan Lian, mendiang istrinya. Tapi, kami tak pernah memaksa Liu. Karena Liu sendiri tak pernah peduli dengan Jianheeng."Papa menarik nafas dalam-dalam. Sepertinya Papa sudah tahu apa yang terjadi. Kami sedang duduk dikursi panjang lorong rumah sakit pagi ini."Papa curiga, Jianheeng memasukkan obat tidur dosis tinggi kepada Liu. Agar bisa merebut Liu dari Karina, dengan cara tak pantas. Papa akan menyelesaikan semua. Papa janji. Tapi, Papa sangat berharap jangan tinggalkan Liu. Papa tak tahu apa yang akan terjadi padanya jika Karina meninggalkan Liu."Papa memijit keningnya, wajah tua itu tampak begitu lelah. Semalam beliau yang menjaga Mas Ahmad sendirian."Karina, Ahmad sangat mencintaimu. Papa bersumpah dengan nama Allah, bahwa anak Papa tulus mencintai Karina. Dia tak akan berani macam-macam. Papa jamin itu, jika dia berbuat yang tidak-tidak, Papa yang akan membuat dia menyesal seumur hidup."Air mata

  • MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI    Bab 34

    "Kenapa baru menghubungi saya sekarang!" sesalnya dengan nada tinggi.Tanpa sempat menjelaskan, dokter itu telah menghubungi ambulance agar segera menjemput kesini.Mas Ahmad langsung dilarikan ke rumah sakit. Aku tak bisa berkata apa-apa. Dan akhirnya ikut bersama Mas Ahmad ke rumah sakit.Sesampainya disana, infus segera dipasang. Aku terduduk diluar karena belum diperbolehkan masuk.Hari sudah menjelang sore. Aku teringat Raffi yang dihotel sendirian. Segera aku menghubungi anakku itu, khawatir dia menelepon Mama dan Papa dan masalah makin runyam."Assalamu'alaikum, maaf Bu. Raffi ketiduran." ujar Raffi setelah beberapa kali panggilanku tak dijawab."Wa'alaykumussalam, oh syukurlah. Ibu kira kamu kemana, Nak. Raffi, udah makan?" "Alhamdulillah sudah, Bu. Tinggal sholat ashar yang belum, karena ketiduran." kekehnya."Ya sudah, setelah ini sholat ya. Oh ya, Ibu pulang agak malam. Raffi gapapa kan disana?" tanyaku memastikan."Gapapa, Bu. Aman InsyaAllah."Hatiku terasa lega. Aku bis

  • MATI KUTU KETIKA ISTRI TKW-KU KEMBALI    Bab 33

    Seorang wanita dengan pakaian seksi berjalan angkuh melewatiku. Wangi parfumnya dapat tercium beberapa meter ke belakang. Aku pun meneruskan langkah hingga kami bertemu lagi dalam lift yang sama.Ternyata lantai yang kami tuju pun sama. Perempuan itu berjalan lebih dulu, bunyi high heels nya terdengar lantang beradu dengan lantai.Dia berbelok menuju arah yang sama denganku. Perasaanku mulai tak nyaman. Hingga benar, dia berhenti tepat didepan pintu kamar Mas Ahmad.Aku terpaku, perempuan itu bisa masuk tanpa perlu mengetuk pintu terlebih dahulu. Mas Ahmad tak terlihat, kaki ini terasa menyatu dengan lantai yang kuijak. Tanganku dingin, tapi hatiku begitu panas.Dengan mengucap Bismillah, aku melanjutkan langkahku.Perlahan kubuka knop pintu. Tampak Mas Ahmad berbaring di ranjang dan ada perempuan itu yang membelai rambut kepalanya mesra. Mata suamiku terpejam rapat, apa dia begitu menikmati sentuhan itu.Brak!Pintu terbanting beradu dengan tembok dinding membuat kedua manusia itu te

DMCA.com Protection Status