Share

02 . Saya Fai Mo

last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-11 11:53:08

"Kamu mungkin tidak bisa menyiram bunga yang sudah layu dan berharap ia akan mekar kembali, tapi kamu bisa menananm bunga yang baru dengan harapan yang lebih baik dari sebelumnya."

_____________________________________________________________________________

    Tak banyak yang mengenal lebih jauh sosok pria yang setiap pagi akan datang dengan sepeda motor dengan keranjang disisi  kiri, kanan dan boncengannya. Pria yang selalu menebarkan aura optimis yang sangat luar biasa dimana pun dia berada.

    Pria pemilik nama asli Wei Fengying  tapi lebih dikenal dengan panggilan Faimo. Berusia 30 tahun ,berdarah China Jawa dari ayah dan ibunya. Lulusan Universitas Ghuangzou, China dan berhasil mengantongi ijazah S1 pertanian dan S2 management pemasaran yang dijadikan modal dalam membiayai hidupnya.

     Dikaruniai wajah yang tidak terlalu buruk juga tidak terlalu rupawan. Namun pria itu mampu membuat para wanita betah memandanginya. Ditunjang dengan bentuk tubuh yang atletis dan lumayan jangkung membuat penampilan Fai Mo sangat pas sekali kalau dijadikan pasangan dalam photo. Pekerjaan utamanya adalah pembuat sekaligus penjual tempe. Pekerjaan sampingan sebagai konsultan bisnis di beberapa perusahaan ritail juga jasa pariwisata yang sedang booming saat ini.

     Dalam kesehariannya, Faimo memilih untuk hidup sederhanan menyesuaikan dengan profesinya yang hanya sebagai penjual dan pembuat tempe skala rumahan. Walau tak mendapat restu dari sang kakek, Fai Mo muda pantang untuk surut kebelakang. Dan dirinya menjalani sepanjang harinya dengan penuh semangat dan senyum optimis akan sukses dengan tangan dan kakinya sendiri.

      Masa kecil hingga remaja Wei Fengying atau Faimo, lebih banyak dihabiskan di tanah leluhur ayahnya. Faimo kecil bahkan sudah terbiasa bekerja membantu kakek juga ayahnya saat libur sekolah. Tugas yang dikerjakan Faimo cukup banyak dan memiliki tanggung jawab besar. Seperti ikut merawat juga mengawasi pekerja di kandang sapi milik ayahnya, agar sapi-sapi tersebut dapat memproduksi susu lebih banyak dan juga berkualitas bagus yang nantinya akan diolah menjadi minuman sehat juga keju.

     Selain mengurus sapi-sapi peliharaan ayahnya, Faimo juga bertugas dikebun anggur juga ladang gandum milik sang kakek. Inilah yang membentuk karakter keras kepala dan pekerja keras dalam diri Faimo hingga saat ini.

     Namun dibalik sikapnya yang ramah walau memiliki sifat yang keras kepala. Faimo menyimpan mimpi buruk akan kenangan masa remajanya. Satu kejadian yang membuatnya trauma  dengan suara ledakan yang bisa membuatnya berteriak ketakutan.dengan tubuh yang gemetar. 

      Disinyalir karena kebocoran slang bahan bakar, membuat mobil yang dikendarai  Wei Fangying mengalami kecelakaan dan meledak. Tuan Wei yang tak sempat menyelamatkan diri akhirnya tewas terbakar kobaran api yang melumat mobil jenis Mercedes itu. Namun sebelum mobil terbakar, tuan Wei sempat meminta pada istrinya untuk membawa keluar Faimo terlebih dahulu. Namun sang istri gagal menyelamatkan suaminya karena keburu api menjilat bahan bakar yang tumpah dan membakar habis mobil beserta penumpangnya. Dan akibat ledakan dan kebakaran mobil  tersebut Faimo harus menjalani operasi pemulihan karena satu telinganya sempat terjilat api hingga harus menjalani operasi penggantian kulit . Dan Faimo kecil harus menerima kenyataan jika ayahnya meninggal dan menjadi korban atas peristiwa kecelakaan tersebut.

       Saat itu usia Faimo baru menginjak  8 tahun, kematian sang ayah membuatnya terpukul terlebih sang ibu yang sedang mengandung calon adiknya. Dan atas perintah kepala keluarga Wei, yaitu tuan besar Wei Jun yang meminta putra keduanya untuk menikahi Tong Yuen yang merupakan ibu kandung Faimo demi bisa mempertahankan martabat nama besar keluarga Wei yang memang sangat terpandang di provinsi Ghuangzou hingga Shanghai.

****

      Faimo menghapus peluh yang membasahi wajahnya. Badannya pun sudah terasa lengket karena keringat yang terus keluar hingga membasahi kaus lengan pendek yang dikenakannya.

       Akibat pola perdagangan yang buruk, sehingga banyak memunculkan para spekulan-spekulan berotak licik yang memainkan nasib rakyat kecil dengan menaikkan harga bahan baku pembuatan tempe juga tahu. Dimana rata-rata pembuat makanan khas Indonesia itu dari kalangan yang tak bermodal besar. Dengan harga kedelai yang tinggi membuat para pegusaha tempe tahu harus lebih mengencangkan ikat pinggang agar bisa tetap berproduksi hingga bisa rutin memberi makan pekerjanya.

       "Mau sampai kapan seperti ini ya, Fai. Kedelai semakin hari harganya semakin melambung sementara harga batu bara semakin terjun payung. Sebenarnya apa yang salah dalam hal ini." Bentario Nugroho teman yang setia menemani Faimo sejak memulai usaha rumahan ini.

       "Kalau mencari yang salah, tentu banyak yang salah. Mulai dari regulasi, pola distribusi, kontribusi hingga mental kaum atas yang mengurus masalah ini, semuannya saling terikat seperti rantai pagar rumah kamu."

       "Lalu jika sudah seperti ini ruwetnya masalah perkedelaian, apakah ada upaya dari penguasa untuk membuat rakyatnya sedikit bisa menikmati segarnya udara pagi tanpa diganggu dengan harga kedelai yang mencekik membuat kantong semakin berteriak sakit."

       Faimo mengendikkan bahunya, bukan karena dirinya tak mengetahuinya tapi saat ini dia tak ingin dipusingkan dengan membahas masalah yang setiap tahun selalu muncul, seperti pelanggan tempenya yang selalu datang silih berganti.

       "Menurutmu, apakah tanah di Indonesia tak cocok jika ditanami Kedelai, Fai?" Bentario melirik teman baiknya itu yang sedang fokus dengan ponselnya. Sekilas matanya yang jeli bisa melihat apa yang dipandangi pria dengan bentuk mata seperti bulan sabit itu.

        Bukan photo wanita cantik, atau photo wanita seksi dengan busana minim yang menggoda hasrat lelaki. Namun pria itu sedang asik memperhatikan angka-angka pada diagram dari salah satu perusahaan reksadana yang cukup terkenal. Ya, Faimo sedang memperhatikan pergerakan saham perusahaan yang dibelinya. Berharap nilainya naik sehingga saldo tabungannya bisa tumbuh dengan sehat, tapi jika malah anjlok maka dia harus bersiap untuk menjualnya.

       Merasa tak dihiraukan, Bentario kembali memanggil Faimo yang masih serius dengan kegiatan treding sahamnya." Mo ... Faimo !"

       "Apa sih, Nu! telingaku ndak budeg. Ndak usah teriak-teriak kayak gitu. Nanti orang yang melihat dan mendengar mengira kita sepasang kekasih yang lagi perang dunia," respon Faimo dengan wajah kesalnya karena sahabatnya ini berteriak tepat ditelinganya.

       "Apa kamu bilang?kita ini pasangan yang lagi bertengkar, ora sudi! Walau dibayar lima milyar aku masih memilih perempuan untuk aku nikahi."

       "Ya ... aku juga ndak mau nikah sama kamu, sementara banyak wanita yang naksir aku."

Bentario menyebik mendengar perkataan dari sahabatnya ini. Walau benar banyak wanita yang menyukai tapi Faimo adalah type pria pemilih. Dirinya masuk kedalam golongan pria yang tak mudah untuk jatuh cinta.

       "Tadi kamu itu mau ngomong apa, Nu?"tanya Faimo mengingatkan temannya yang sudah terlanjur kesal ini.

Tapi walau kesal, Bentario Nugroho atau yang lebih akrab dipanggil Inu ini tetap menjawab pertanyaan temannya yang kalau mendekati pertengahan bulan mendadak menjadi somplak karena efek menipisnya isi dompet.

       "Aku tadi nanya, apakah tanah di Indonesia tak bisa ditanami dengan kedelai sehingga kita tak perlu membeli dari China ataupun Thailand."

       "Tentu saja bisa. Seperti yang dikatakan Koes Plus dalam lagunya yang berjudul Kolam Susu, kalau tanah kita ini adalah tanah surga, dimana tongkat kayu bisa berubah jadi tanaman. Sudah banyak petani kita didaerah yang menanam kedelai."

       "Lalu kenepa kita masih harus membelinya dari negera luar?"

       "Yaa ... alasannya hasil panen kacang kedelai kita masih jauh dari kata memuaskan dengan indikator kuantitas dan kualitas. Padahal kalau mau jujur, hasil kedelai kita tak kalah dibadingkan kedelai dari China juga Thailand. Dengan kondisi seperti ini ditambah dengan langkanya pupuk membuat para tengkulak bertepuk tangan dengan riang."

       "Lalu bagaimana dengan kamu sendiri dalam menyikapi mahalnya pupuk berakibat mahalnya harga bahan baku pembuat tempe tahu hingga ke konsumen,"

"Ikuti dan nikmati prosesnya. Karena sesuatu yang baik itu tak jarang berasal dari hal yang buruk. Tinggal pola pikir kita saja yang harus terus di perbaiki kualitasnya." Faimo menjawab sembari menaikkan sekarung kedelai ke dalam bak mobil pickup miliknya dari hasil kredit.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Omang Yayuz
Masa lalunya Feimo meresahkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   03 . Luka Itu

    "Masa lalu bagai sebuah lembaran dari sebuah buku, dia hanya bisa dibaca kembali tapi tak bisa tuk mengulang tentang apa yang sudah terjadi."_____________________________________________________________________Fai Mo POV Aku Faimo, atau nama asliku pemberian kakek adalah Wei Fangying yang memiliki arti cerdasm hangat dan menyenangkan. Sementara nama Wei memiliki arti cerdas atau cerdik. Wei adalah nama keluarga. Kakekku Wei Jun adalah seorang yang gigih dalam membangun masa depannya. Kakek dikenal sebagai seorang dengan keuletan dan rasa optimis yang tinggi. Kakek memulai bisnis property dan retail miliknya mulai dari nol. Mulai dari tak memiliki apa selain semangat dan kemauan hingga sekarang sudah bisa memiliki apa yang di inginkan. Sepanjang usiaku, aku lebih banyak di asuh oleh kakek dari pada kedua orangtuaku sendiri. Karena aku adalah cucu laki-laki perta

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-12
  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   04 . Jangan Halangi

    "Dendam yang kau pelihara hanya akan mengerogoti akal sehatmu untuk tetap berpikir waras."__________________________________________________________________________Wei Fangying menatap wajah wanita paruh baya didepannya. Wajah yang masih tetap cantik di usianya yang menginjak 48 tahun. Dia adalah Tong Yuan, ibu kandung dari Wei Fangying. Tong Yuan adalah putri satu-satunya dari seorang Taipan yang sangat terkenal di Ghuangzhou dengan banyaknya proyek hunian yang ditanganinya. Tong Mian Zhu adalah ayah atau kakek Wei Fang ying.Tatapan pemuda itu menyiratkan kekecewaan juga kesedihan yang teramat dalam. Setelah mendengarkan hasil akhir investigasi atas kecelakaan mobil yang dialami ayahnya. Wei Fangying meminta izin pada kakeknya untuk menemui ibu dan pamannya untuk mengklarifikasi semua yang dia dengar."Kenapa mama memiliki pemikiran buruk seperti itu?Apakah cinta dihati mama tak bisa mengalahkan kebenc

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13
  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   05 . Awal Perjalanan

    "Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi kamu rasakan semenit, sejam, sehari , atau setahun . Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya." Lance Amstrong.____________________________________________________________________________Wei Fangying menatap negara Tiongkok yang semakin kecil dari ketinggian, airmata pun menetes di ujung matanya saat bayangan akan kenangan masa kecil bermain di pelupuk matanya. Masih sangat jelas dalam ingatannya, bagaimana kakek Wei menghapus diam-diam airmata yang jatuh di pipi tuanya saat dirinya meminta restu untuk hidup sendiri.Masih didengarnya suara tangis adik perempuannya Nuan Nuan yang tak rela ditinggalkan. Begitu juga tatapan sedih dan kecewa di mata adik lelakinya Wei Ju Long yangsempat berbisik akan mencari dan menyusul dirinya dimana pun berada. Tangis kehilangan dari mama, yang sepanjang usiannya lebih banyak menangis untuknya. Dan tatapan bersalah yang ditunjukkan paman Lin yang seakan ingi

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   06 . Teman Minum Kopi

    "Teman yang baik bisa menjadi pintu rezeki namun teman yang buruk dia akan menutup rezeki."********Dengan menumpang kapal Wei Fengying bersama Jacky Lee menuju ke Kota Batam untuk mengambil uang sewa kapal milik ayahnya Jacky , Youpan Lee.Fengying mengedarkan pandangannya kesekeliling dermaga Batam yang cukup ramai."Biasanya apa yang dilakukan orang-orang di demaga ini ,Jack ?"Jacky pemuda berusia 20 tahun seorang programer di perusahaan IT ternama di Singapura, itu menoleh ."Kalau orang Singapura yang menyeberang ke Batam itu karena bisnis , seperti kita saat ini. Tapi kalau orang Indonesia ke Singapura sekedar jalan-jalan dan belanja saja."Fangying mengangguk mendengar penjelasan Jacky.Mereka lalu berjalan keluar Pelabuhan Batam Center setelah selesai dari pos imigrasi untuk melakukan pemeriksaan kartu pass keluar masuk baik dari Batam ke Singapura atau sebaliknya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16
  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   07 . Merantau

    "Timah akan seperti tanah, kalau berada di tempatnya. Kayu cendana pun hanya akan seperti kayu bakar, bila menetap di tanah." *********** MerantaulahOrang berilmu dan beradab tidak tinggal beristirahat di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan hidup asing di negeri orang. MerantaulahKau akan mendapatkan pengganti dari orang-orang yang ditinggalkan ( kerabat dan kawan )Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Aku melihat udara menjadi rusak karena diam terputus Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan menggenang menjadi keruh. Singa jika tak keluar dari sarang , tak akan mendapat mangsa.Anak panah jika tak ditinggalkan busur, ta

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-17
  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   08 . Negeri Jiran

    "Kesuksesan merupakan mengembangkan kekuatan kita, sedangkan kegagalan adalah akumulasi dari kelemahan kita,"****Dalam kehidupan manusia tida ada rasa kepahitan, tidak ada kesakitan yang abadi, tidak ada lubang yang tidak dapat dilangkahi, dan tidak ada kesulitan yang tidak bisa di lewati."Ingat yang perlu di ingat, lupa dengan apa yang harus dilupakan, mengubah apa yang bisa di ubah dan menerima apa yang tidak dapat diubah." Gu Wei Gong berkata denganekspresi wajahnya yang hangat. Gu wei Gong ini adalah seorang pujangga yang kini memilih menjadi seorang biksu. Dia adalah guru spiritual Yupan yang kerab datang ke kedai untuk sekedar mengobrol dan memahami makna dari sebuat arti kehidupan."Apa yang bisa di ubah itu, guru Gu?" Wei Fangying sangat tertarik dengan kiasan yang disampaikan oleh pria bijak ini. Guru Gu tersenyum dan mengangguk."Yang bisa di ubah dalam kehidupan adalah nasib dan yang tak bisa di ubah dalam kehidupan itu adalah takdir.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   09 . Awal Di Kelana Jaya

    "Semua mimpimu akan menjadi kenyataan jika kamu punya keberanian untuk mengejarnya."***Jika kamu ingin mengalahkan rasa takut, Jangan duduk di rumah dan berpikir tentang rasa takut itu. Pergilah keluar dan sibukkan dirimu agar rasa takut itu tak lagi bersemayam di pikiranmu.Hari ini Wei Fangying menyibukkan diri dengan menganilisa wilayah. Pemuda itu mulai pukul 6 pagi sudah berkeliling sekitar rumah Tan Sabran Zahirulloh, sahabat guru Gu yang tinggal di Kelana Jaya. Pakcik Tan bekerja sebagai guru besar di salah satu Universitas di Johor Bahru sementara istrinya memiliki balai latihan kecerdasan bagi perempuan. Pakcik Tan memiliki tiga orang anak, mereka sudah menikah dan tinggal di Kuala Lumpur juga di Inggris dan Jepang.Selama tinggal di rumah guru besar itu, Wei Fangying tak ubahnya sedang menjalankan peran sebagai mahasiswa. Karena saat sore hari Pakcik Tan akan membahas hal-hal krusial yang terjadi terutama masalah pertumbuhan ekonomi.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-19
  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   10 . Salah Paham

    "Keberhasilan tidak akan mendatangimu, tetapi kamu sendiri yang harus mendatanginya."*****Karena terkendala bahasa terkadang membuat Fangying dan Wong Li Yue merasakan kesulitan. Karena tidak semua orang yang bertemu dengan mereka bisa dan paham berbahasa Inggris atau Mandarin. Apalagi buat Wong Li Yue yang bahasa Inggrisnya masih tidak beraturan, sesuka dia menyebutnya saja.Dan hari ini mereka berencana menghabiskan sabtu sore di Kuala Lumpur, karena hari ini Buntario sedang banyak uang. Upah kerjanya di Kilang di terimanya siang tadi.Mereka naik LRT sama seperti saat tiba sebulan yang lalu. Tujuan mereka kali ini adalah jalan Alor yaitu tempat wisata kuliner Kuala Lumpur yang sangat cocok untuk menyuka kuliner seperti Wong Li Yue. Tapi sebelumnya mereka mengunjungi Batu Caves, Kuil Hindu tempat yang akan dipenuhi banyak orang saat diadakan festifal Thaipusam. Tapi di hari biasa pun pengunjung tak pernah surut untuk berphoto dengan latar belakang pat

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20

Bab terbaru

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   26 . Rencana Jodoh Fai Mo

    Sejak lamarannya di tolak dan sejak dirinya memantapkan diri untuk mengadu nasib di Surabaya. Fai Mo tidak ada terlihat menjalin hubungan dengan seorang wanita. Waktunya di habiskan untuk mencari uang melalui tempe buatannya. Dia ingin memiliki bisnis sendiri tanpa bayang-bayang bisnis keluarga Wei Jun yang sudah membesarkannya selama ini. "Aku titipkan dia. Lanjutkan perjuanganku 'tuknyaBahagiakan dia, kau sayangi dia. Seperti ku menyayanginya." "Kan kuikhlaskan dia. Tak pantas ku bersanding dengannya 'Kan kuterima dengan lapang dada. Aku bukan jodohnya." Suara bariton milik Buntario terdengar di iringi petikan gitar pria itu. Sementara Fai Mo tampak tengah mengobrol melalui sambungan jarak jauh dengan adiknya Wu Nian dengan posisi rebahan di atas tikar dan hanya memakai celana pendek tanpa atasan, karena cuaca hari ini memang cukup terik.

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   25 . Loss Doll

    "Hasil tidaklah membohongi atas usaha yang di keluarkan. Karena setiap usaha pasti mengharapkan hasil yang baik bukan sebaliknya."***Wei Fang Ying alias Fai Mo bertekad akan memajukan usahanya sendiri. Pria itu tak mengenal kata menyerah. Menempati rumah berlantai dua yang tidak terlalu besar, Fai Mo ditemani Buntario memulai hidupnya di kota Pahlawan Surabaya.Tetap membuat dan menjual tempe, Fai Mo memulai perjalanan hidupnya di kota besar ini. Memiliki tetangga yang sangat baik di kampung biluh membuat Fai Mo kerasan dan bisa membaur dengan mereka."Mas Fai Mo! besok saya pesan tempe yang bundar sepuluh ya!"pesan Bu Sulastri tetangga kampung sebelah yang menjadi pelanggan tetapnya."Wehh ...! lagi banyak pesanan kripik tempenya, ya Bu!"tanya Fai Mo seraya menurunkan tempe pesanan bu Sulastri yang memiliki usaha kripik tempe."Alhamdulillah! lancar, mas. Mereka suka kripik tempenya karena bahan bakunya sendiri juga sudah enak. Sampeyan p

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   24 . Bercocok Tanam

    "Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras dan tidak ada kesulitan tanpa adanya kemudahan. Karena Tuhan Maha Tahu akan apa yang terbaik untuk umatnya." ***** Wei Feng Ying alias Fai Mo semakin serius dengan usahanya untuk bisa menadiri dari bisnis di bidang kuliner yaitu membuat tempe. Jenis makanan yang sama sekali janggal ditelinga karena di negara asalnya, makanan ini tidak ada. Yang Fai Mo tahu hanya tauco, yaitu fermentasi kacang kedelai uang di gunakan untuk bahan campuran masakan. Dan Fai Mo yang merasa usianya semakin bertambah, dia pun berkeinginan untuk memiliki kekasih dan menikahinya satu hari nanti. Dan pilihannya jatuh pada Wulansari. Gadis berparas ayu dan berasal dari keluarga yang cukup berada. Pertemuan mereka bermula pada saat Fai Mo mengantar pesanan tempe di salah satu warung makan yang ternyata milik budenya Wulan. Dari hanya saling pandang, dan berkat bantuan Buntario yang ternyata teman sekelas Wulan sewaktu SMP. Fai Mo b

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   23 . Khitan

    "Bila sudah cinta tak perlu kau bertanya lagi apa alasannya kenapa saling cinta, karena cinta tak butuh sebuah alasan tapi dia butuh sebuah tindakan."******Fai Mo juga Buntario saling berpandangan seolah saling meminta pendapat atas permasalahan teman mereka ini. Sementara Karsan lebih tertarik dengan obrolan bisnis jamur merang dengan salah satu tetangga Sherly dan Wong Li Yue yang sudah bergerilya mengabsen menu jamuan tasyakuran ini."Apa hal ini sudah kamu bicarakan dengan Ardian?""Belum sih, Fai. Aku masih ragu.""Ragu kenapa? Soal status pernikahanmu?"Sherly mengangguk dan kembali berkata dengan lirih,"Iya, itu rasanya kok mengganjal sekali.""Setahu Aku, yo Mbak! Bila seorang pria sudah mencintai seorang wanita, dia tidak perduli dengan status apapun wanita itu. Dan Aku yakin, Ardian sudah memikirkan hal tersebut. Ada baiknya kamu bicarakan ini sama dia, biar enak ke depannya.""Bener itu, Aku setuju dengan pendapat

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   22 . Sherly

    "Teman sejati itu akan selalu ada di hati bukan saja selalu ada di sisi. Tak pernah pergi walau disuruh pergi, tetap memberi tanpa pernah harap kembali."*******Sabtu ini Fai Mo beserta ketiga temennya berencana mengunjungi Sherly di Sumber Manjing, Malang. Memenuhi undangan wanita itu dalam tasyakuran anaknya yang baru saja di khitan.Dengan meminjam mobil milik kang Tarno kakak iparnya Karsan mereka pun pergi ke Malang dan berencana akan menginap di rumah mas Andri, anak bapak pemilik warung makan di stasiun Kota Baru Malang."Mbak Sherly ini beneran janda, Mo?"tanya Karsan penuh rasa penasaran saat mendengar cerita tentang Sely dari Buntario dan Wong Lu Yue.Fai Mo jelas menggeleng menjawab pertanyaan Karsa sembari tetap fokus menyetir."Saya ndak tahu pastinya, tapi kalau dari ceritanya mbak Sherly sendiri sih statusnya janda anak satu.""Kira-kira, dia mau ndak ya sama saya?"Fai Mo mengangkat kedua bahu

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   21 . Kedelai Bukan Keledai

    "Tidak ada satu usaha pun yang tak memiliki hasil. Hanya seorang pemalas saja yang mengatakan setiap usaha itu hanya sia-sia karena dia tak pernah mengerjakannya."*********Hidup sederhana di desa, dengan peralatan yang apa adanya dijalani Wei Fangying yang sekarang memiliki nama baru pemberian simbok angkatnya yaitu Fai Mo. Jauh memang dari nama aslinya, tapi Fai Mo sangat menyukai nama pemberian dari orang-orang yang menerimanya dengan tulus. Mereka tak ada yang menanyakan asal usul keluarganya, tak juga bertanya status sosialnya. Mereka menerima Fai Mo dengan mereka yang terbuka lebar.Mengawali kehidupan penuh perjuangan membuat Fai Mo semakin menyadari bahwa selama ini dirinya terlalu terlena dengan kehidupan serba ada ala keluarga Wei yang terkenal sebagai pengusaha sangat sukses.Dan dirinya sangat bersyukur memiliki seorang kakek Wei Jun yang sangat tegas dalam mendidiknya. Sejak kecil sang kakek kerab memintanya untuk men

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   20 . Namaku Fai Mo

    "Kata sebagian orang, apalah arti sebuah nama.Tapi bagi sebagian lagi nama sangat penting sebagai pengenalan jati diri dari sebuah ambisi. Tanpa nama siapa yang mengenal kita." **** Bangun sebelum muadzin sholat subuh mengumandangkan adzan mulai dijalani Fangying juga Wong Li Yue yang setia mengikutinya. Dengan berboncengan sepeda keduanya pergi ke rumah mbah Wagiyem di desa Bendosari dari rumah ibunya Buntario di desa Bakulan. Suasana pagi yang bersahaja dengan udara yang dingin tak menyurutkan semangat mereka untuk belajar dan menata masa depan. Tak akan surut langkah kebelakang bila sudah ditetapkan untuk kedepan, begitulah tekad Fangying. Dan seperti kata Karsan, mbah Wagiyem sangat telaten juga ramah dan tak pelit berbagi ilmu. Wanita tua itu selain membagi ilmu membuat tempe juga membagi pengalamannya dulu semasa muda. "Anak muda sekarang itu enak. Semua fasilitas ada dan tidak takut kalau mau kemana-mana. Mau s

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   19 . Pai Su Cen

    "Beli tempe di warung bu Mariyah, Tempe di bungkus daun talas.Janganlah suka menyerah, karena sukses bukan milik si pemalas." ****** Fangying juga Wong Li Yue memutuskan untuk menginap di rumah Buntario untuk sementara waktu. Kehidupan yang sangat berbeda dari apa yang dia terima selama ini. Rumah sederhana milik orangtua Buntario memang sangat jauh dengan Rumah besar bak istana milik kakek Wei Jun yang lengkap dan mewah fasilitasnya. Mau mandi tinggal menyalakankran air maka air hangat pun bisa langsung sampai ke kulit. Suhu udara panas tinggal menekan tanda minus pada remote AC maka ruangan seketika menjadi sejuk, makanan berbagai jenis sudah tersedia tanpa harus ikut berkotor-kotor kepasar. Tak perlu menimba air disumur ketika ingin mandi, tak perlu kipas bambu untuk membuat tubuh sejuk. Tapi semua kesederhanaan itu di nikmati Fangying dengan senang hati. Selama tinggal di desa ini Fangying mu

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   18 . Koncone Jacky Chan

    "Ibu doamu bagaikan air di musim kemarau, selimut disaat hujan dan peneduh disaat hari sedang panas."****Ardian menurunkan Fangying dan kedua temannya di depan kantor Polres Kabupaten Malang sementara dirinya langsung menuju ke Kecamatan Sumbermanjing untuk mengantar Sherly. Dan kebetulan sekali hari ini Ardian memang ada tugas ke desa Klepu, Sumbermanjing jadi bisa sekalian.Ketiga pria ini langsung mencari angkutan untuk bisa sampai di kecamatan Talun, kabupaten Blitar dan kebetulan angkutan yang akan mengarah kesana sedang bersiap untuk berangkat. Mereka menaiki bus Bagong rute Malang-Kepanjen-Karangkates-Kesamben-Blitar dengan tarif 15 ribu perorang.Pemandangan hijau dan ramainya pengunjung di kawasan wisata Waduk Karangkates menjadi satu hal yang menarik bagi Fangying."Itu gunung apa, Bun?" Tanya Li Yue sembari menunjuk ke sebelah kanan. Tampak dari kejauhan bentuk gunung dengan di tutupi kabut tipis.Bunta

DMCA.com Protection Status