MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA.
Bab 7.
"Saya kesini itu bukan mau cerita tentang kakeknya Mas, atau panggil Mas dengan sebutan kakek? Tapi saya datang kemari itu karena di suruh sama Bapak," sungutnya seketika dengan mengangkat pandangannya.
"Akhirnya kamu mau juga bertatap muka dengan saya," ejek BimaBima tanpa sadar langsung merasa terkagum-kagum dengan pesona gadis yang ada di hadapannya.
"Mas, kalau ngomong yang sopan ya!""Kurang sopan apa lagi coba, saya kan nggak ngomong kasa* atau gimana kan? Saya cuma bilang, "akhirnya kamu mau juga menatap saya", soalnya kamu selalu menundukkan pandangan kamu?" tanya Bima dengan wajah bingung."Memang nggak kasar, tapi Mas itu nyebelin," ucapnya yang mampu membuat Bima tersenyum melihat tingkah gadis yang masih ada di hadapannya."Maaf....." rengek Bima."Saya datang kesini, mau kasih nasi untuk Mas Joko. Nasi bungkus dengan lauk ala kadarnya. Tadi kata Bapak mungkin Mas belum makan, jadi saya tanya saja langsung ke Mas. Eh... Mas nya malah cerita kakeknya sudah meninggal," sungutnya sambil memberikan nasi bungkus jualannya kepada Bima."Ini beneran untuk saya?" tanya Bima yang masih belum percaya."Mas nggak mau? Kalau nggak mau sini biar saya ambil lagi?" gertaknya.Ayu berusaha mengambil kembali nasi yang sudah di pegang Bima. Namun, Bima tentu mencegahnya. Bima memang belum sarapan, jadi selagi ada yang gratis, kenapa tidak."Jangan seperti itu lah, Yu. Saya ini kan cuma bercanda, saya hanya masih belum percaya kalau kamu kasih saya nasi. Kamu perhatian banget sama saya, sampai antarkan nasi ini sama saya," ucap Bima yang mengangkat nasi yang di pegangnya.Bima sepertinya mulai cari gara-gara sama Ayu. Sementara, Ayu yang mendengar ucapan Bima hampir copot jantung, seakan-akan Ayu datang dengan sengaja untuk menemuinya. Padahal itu semua di lakukannya karena permintaan Pak Jenggot yang menyuruhnya untuk memberikan nasi kepada Bima.Bima yang saat itu sangat bahagia, tak bisa menyembunyikan kebahagian yang terpancar dari raut wajahnya. Jangan di tanya soal bahagianya Bima saat ini, tiba-tiba ada seorang gadis yang berbaik hati memberikan nasi bungkus hasil jualannya kepada Bima, tentu itu hal yang sangat istimewa bagi Bima.Padahal yang Bima lihat, jualannya bahkan masih banyak di dalam keranjang tempat ia meletakkan jualannya. Tapi, ia dengan berbaik hati memberikan nasi ini secara gratis begitu saja. Betapa mulia sekali hatinya sampai berbaik hati untuk Bima yang hanya bekerja sebagai marbot baru di kampung tempat gadis itu tinggal, apalagi Bima bukan siapa-siapanya."Tapi tunggu dulu, tadi dia bilang Bapak yang menyuruhnya? berarti Pak Jenggot yang memberi aku nasi dong. Betapa ke pedeannya aku sampai berpikiran gadis cantik ini yang telah memberiku nasi," gerutunya dalam hati sambil memegang nasi yang di berikan anak Pak Jenggot padanya.Tiba-tiba, datanglah seorang ibu-ibu menghampiri mereka."Yu... Ibu mau beli nasi dan kue jualanmu loh! Ditunggu-tunggu kok malah nggak lewat-lewat. Eh, rupanya disini sama Mas ganteng," ucap seorang ibu-ibu yang ingin membeli jualan Ayu.Entah dari mana ibu itu muncul, mereka bahkan tak menyadarinya. Ibu itu bahkan sambil melirik-lirik ke arah Bima yang masih berdiri sambil memegang nasi pemberian Anak Pak jenggot. Bima sedikit risih dengan tatapan yang ibu itu berikan padanya. Ibu tersebut menatapnya dari ujung kaki sampai ujung rambut milik Bima, seakan-akan ada yang salah dengan penampilannya."Kenapa Ibu ini menatap aku dengan tatapan seperti itu?" batin Bima."Maaf ya, Bu. Saya baru saja memberikan nasi bungkus untuk Mas Joko, karena mungkin Mas Joko nya belum makan. Berhubung Mas Joko marbot baru di mesjid ini, mungkin ia masih bingung tentang kampung kita, Bu," tutur anak gadis Pak Jenggot yang baru saja Bima ketahui namanya AYU.Sama persis seperti orangnya cantik. Semoga namanya yang artinya cantik sama juga dengan akhlaknya."Oh.... Mas ini marbot baru toh. Pantesan mukanya kelihatan asing, karena belum pernah saya lihat sebelumnya. Namanya Joko ya? Tapi, Mas nya ganteng banget loh, mirip artis korea," ucap Ibu tersebut yang melirik ke arah Bima dengan geni*."Bukannya dia bilang ingin membeli jualan Ayu, kok malah lirik-lirik ke arahku, malah bilang aku seperti artis korea lagi, artis korengan yang ada. Artis yang judul filmnya di buang pacar," gerutu Bima dalam hati."Ibu ini ada-ada aja," ucap Ayu dengan senyuman kecil."Memang ganteng kok. Apa kamu nggak mau sama Mas ini, Yu?" tanyanya yang menatap ke arah Ayu.Bima yang merasa tidak menyukai omongan Ibu itu pun berusaha memecahkan pembicaraan mereka. Bima tak ingin jika gadis cantik itu tersinggung dengan apa yang di ucapkan Ibu tersebut, lagian Bima ingin menghindari omongan dari ibu yang agak geni*."Iya, Bu. Saya marbot baru disini, perkenalkan nama saya, Joko," ucapnya memperkenalkan dirinya sambil tersenyum ke arah ibu tersebut untuk mengalihkan pembicaraan mereka yang menyangkut namanya."Namanya Joko kan? Tadi kan sudah di sebutkan Ayu, tapi nama bukan jadi masalah yang penting wajahnya ganteng," ucapnya genit."Kok, aku rasanya ngilu lihat gaya bicara Ibu ini ya?" batin Bima."Apa Ibu mau mendaftar, kalau ternyata Mas Joko masih lajang?"Ayu pun bertanya sambil membungkus jualan yang di pesan ibu tersebut."Masih lajang atau sudah beristri, Mas?" tanya ibu tersebut sedikit genit sambil cengar-cengir nggak jelas menatap Bima.Bukannya menjawab pertanyaan Ayu, ibu ini malah menanyakan status Bima. Waduh, bisa gawat dunia persilatan di buat Ibu zaman sekarang. "Saya masih lajang, Bu, belum pernah punya istri," jawab Bima sambil melirik ke arah Ayu yang masih sibuk memasukkan kue dan juga nasi ke dalam plastik kresek."Kenapa nggak sama Nak Ayu aja, Dari tadi saya perhatikan Mas Joko lirik-lirik Ayu terus, pasti Mas suka kan sama Nak Ayu?" tanya ibu tersebut dengan senyuman yang susah untuk di artikan.Betapa terkejutnya Bima begitu juga Ayu yang mendengar ucapan ibu tersebut. Tanpa sadar mereka pun saling berpandangan dan itu membuat Bima jadi semakin salah tingkah, begitu juga Ayu yang langsung berubah raut wajahnya mungkin karena malu."Ya Allah, lagi-lagi hatiku seperti ada magnetnya yang ingin tertarik ke arah Ayu. Aku bahkan lupa dengan masalah yang menimpaku selama ini, apa yang sudah di lakukan gadis di hadapanku ini padaku? Bahkan dalam sekejab aku lupa apa yang membuatku frustasi," gerutu Bima dalam hati."Apa Ibu nggak salah ngomong? Ibu sudah lupa dengan apa yang sedang ku alami beberapa waktu yang lalu?" tanya Ayu yang menatap tajam ke arah ibu tersebut.Entah apa masalahnya sampai membuat Ayu seperti tersinggung dengan ucapan ibu itu kepadanya. Bima hanya bisa menyaksikan adegan mencekam di hadapannya."Justru karena itu, ibu ingin kamu segera melupakan apa yang sudah terjadi. Mungkin dia bukan yang terbaik buat kamu, Yu," ungkap ibu tersebut yang berusaha mengelus pundak Ayu."Saya sudah ikhlas kok, Bu. Tapi, saya belum bisa untuk dekat dengan laki-laki dengan begitu mudah."Ayu yang berucap kepada ibu tersebut tapi sambil melirik ke arah Bima. Bima yang melihat lirikan yang di berikan Ayu padanya, terheran-heran. Apa maksud lirikan yang di berikannya?Bima tak mengetahui secara jelas, apa yang sebenarnya terjadi, yang jelas pasti itu sudah membuat hati Ayu terluka, sehingga membuatnya seperti membenci yang namanya laki-laki.Bima yang penasaran mengurungkan niatnya untuk bertanya. Bima takut jika pertanyaannya nanti akan menyinggung perasaan Ayu.Ternyata gadis yang terlihat kuat dan kuat seperti Ayu juga memiliki sisi kewanitaan, yaitu sensitif yang tak bisa menyembunyikan raut wajah kesedihan.Baling-baling di otak Bima mulai berputar kencang, karena rasa penasaran yang memuncak. Bima ingin mengetahui apa sebenarnya yang sudah terjadi pada gadis cantik, penjual nasi dan kue.
Bima merasakan mulai ada kebahagiaan yang di rasakannya, disaat ia merasakan sakit.
Bersambung......
Bersambung...MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 8.Bima yang masih bingung dengan apa yang mereka bicarakan. Mengurungkan niat untuk bertanya kepada Ayu. Bima takut jika nantinya pertanyaannya bisa menyinggung perasaan Ayu. Sampai akhirnya Bimamau pun Ayu tak sengaja bertatap muka kembali, ya walaupun mereka berpura-pura layaknya orang salah lihat.Ibu yang membeli jualan Ayu bahkan memperhatikan ulah mereka yang saling berpandangan. Ibu tersebut hanya bisa tersenyum dengan ulah dua insan yang baru saja saling mengenal di hadapannya."Tu kan kalian pandang-pandangan? Filling Ibu mengatakan kalau kalian itu jodoh," ucap ibu tersebut dengan senyuman.Baik Bima mau pun Ayu kembali saling tatap-tatapan kembali, karena terkejut dengan lontaran kata dari mulut ibu tersebut. Tanpa sadar Ayu memandang Bima walau hanya sekilas. Ya, walaupun hanya sebentar saja, setelah itu Ayu pun kembali menundukkan pandangannya.Bima bahkan yang s
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA Bab 9. #Flasback awal pertemuanku dengan seorang gadis yang di mulai dari ketidak sengajaanku yang telah merusak barang belanjaan miliknya di sebuah pusat perpustakaan sewaktu kami secara tidak sengaja berbelanja di tempat yang sama. Tanpa di duga aku bisa mengenal seorang wanita yang bernama Firly. Wanita cantik dengan badan semampai, berkulit putih, dan terlihat menarik jika di pandang.
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA.Bab 10.Setelah menyelesaikan sholat dzuhur, orang-orang pun satu per satu pergi telah meninggalkan mesjid termasuk Pak Jenggot. Tapi, ada satu orang yang terlihat tidak meninggalkan mesjid yaitu anak Pak Jenggot yang tak lain dan tak bukan adalah Ayu. Dia duduk seorang diri sambil membaca Al-qur'an, ia sangat menghayati setiap baris bacaan yang ia lantunkan. Suaranya bahkan menggelegar menusuk relung hati yang paling terdalam. Seorang gadis yang menarik dan juga memikat hati untuk siapa pun yang melihatnya.Bima yang melihat dari luar jendela mesjid, hanya bisa menelan ludah berkali-kali mendengarkan suaranya yang sangat merdu. Bahkan saat ini, Bima sangat-sangat malu, Bima merasa tertampar dengan lantunan ayat suci Al-qur'an yang di lantunkan Ayu. Bima bahkan jarang sekali membuka Al-qur'an apalagi membacanya. Bima hanya di sibukkan dengan hal duniawi tnpa berpikir dunia akhirat. Sekali lagi ia tersadar di tempat ya
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA. Bab 11.Mereka pun melihat apa yang sebenarnya terjadi, betapa terkejutnya mereka ketika memasuki mesjid. Mereka bahkan menelan ludah dan juga merasa takut ketika melihat kejadian yang ada di depan mata mereka. Mereka takut jika akan bertambah banyak kerusakan yang akan terjadi.Ternyata mereka telah melihat seekor kucing yang sangat kotor telah masuk ke dalam mesjid. Bahkan badannya hampir penuh dengan lumuran lumpur yang lebih persis seperti lumpur yang berasal dari comberan.Kucing itu semakin panik dan memutari semua area dalam mesjid, ketika melihat kedatangan mereka. Sehingga mengakibatkan mesjid terlihat sangat kotor akibat ulah sang kucing.Mata sebelah kirinya bahkan sudah tertutup lumpur. Sepertinya sang kucing telah tersesat, mungkin saja mencari alamat namun yang ia temukan alamat palsu. Sehingga mengakibatkannya masuk ke dalam mesjid.Kemana..... kemana.
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 12. "Masih banyak yang lebih membutuhkan uang ini, Mas!" Ayu pun menjawab dengan senyuman yang begitu sejuk untuk di pandang. Ia pun memberikan kembali uang yang di berikan Bima. Gadis yang penuh dengan karisma buat Bima.Bima bahkan salah tingkah untuk menerima uang yang sengaja ia berikan untuk gadis yang luar biasa yang ada di hadapannya."Maaf jika saya sudah membuat kamu tersinggung. Maksud saya tidak seperti itu. Saya hanya ingin membantu kamu, supaya tabungan kamu bisa lebih banyak, Yu!" tutur Bima dengan raut wajah bersalah.Ayu yang sudah memberikan uang itu kembali ke tangan pemiliknya, tidak menjawab apapun. Bima sudah merasa bersalah karena memberinya uang lebih, karena Bima berpikir jika Ayu pasti senang dengan apa yang di lakukannya. Bima pikir dengan Ayu mendapatkan uang lebih itu, tidak perlu lagi bersusah payah berjualan keliling. Te
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA Bab 13."Masa udah besar begini, baru mau belajar ngaji sih!" sungut salah satu anak laki-laki itu dengan polosnya."Begini ya adek-adek, bukannya Abang tidak bisa membaca Al-qur'an. Tapi, Abang hanya ingin memperbaiki bacaan Abang yang mungkin kurang tepat. Dan Abang berusaha belajar bersama Kak Ayu, biar Kak Ayu yang ajarin kakak. Bacaan yang belum tepat agar semakin bagus baca Al-qur'annya." terang Bima sambil melihat semua anak-anak yang ada di sekelingnya.Anak-anak yang ada di sekeliling Bima, saling pandang dan mengangguk-nganggukkan kepala mereka tanda memahami apa yang di katakan Bima pada mereka."Oh......" Jawab anak-anak yang ada di sekeliling Bima dengan kompak.Ayu yang melihat itu berusaha untuk menenangkan anak-anak tersebut."Sudah jelaskan anak-anak semua dengan apa yang sudah di jelaskan Abang ini kepada kalian? Sekarang kita lanjutkan belajarn
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 14.Bima yang masih saja mengikuti Ayu yang berjualan, terkagum-kagum dengan sikap gadis kampung seperti Ayu. Bima tidak menyangka masih ada orang yang baik mau berbagi padahal mengingat dirinya yang masih terbilang dalam kekurangan. Gadis limited edition.Tanpa diduga Ayu yang telah memberikan nasi kepada anak kecil yang berjumlah dua orang, berlalu pergi meninggalkan mereka dan melanjutkan menggeyot sepedanya kembali.Bima terus saja mengikuti kemana gadis itu hendak pergi? Walaupun harus berlari untuk mengejarnya, tak menjadi halangan untuk Bima tetap mengikutinya. Itu semua bahkan tidak membuatnya mengurungkan niat untuk mengetahui apa yang dilakukan gadis yang mampu memikat hatinya.Bima terus dan terus saja mengikuti Ayu menggeyotkan sepeda miliknya, walau terkadang Bima harus sedikit berlari, agar tidak ketinggalan. Walaupun Ayu menggeyot sepedanya pelan tapi tetap saja kalau
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA Bab 15.#Pov ayuAku merupakan anak dari Pak jenggot dan Bu sulastri, yang selama ini aku anggap orang tua kandungku. Kami merupakan keluarga yang sangat sederhana, terkadang uang kami hanya cukup untuk sekedar makan saja. Tapi, aku tetap mensyukuri itu semua. Orang tua yang kuanggap sebagai orang tua kandungku ternyata hanya orang tua angkatku. Mereka yang telah memberitahuku bahwa mereka bukanlah orang tua kandungku. Jujur, saat pertama kali aku mendengar penuturan mereka, hatiku hancur berkeping seperti di timpa baja di atas kepalaku. Tapi, aku tetap bersyukur memiliki orang tua seperti mereka. Bapak yang saat itu mendapatkanku di dekat mesjid yang sekarang sering Bapak jaga dan urus.Bapak mendapatkanku di dalam sebuah kotak yang hanya di balutkan kain begitu saja sebagai pembungkus badan mungilku masih bayi. Bapak menemukanku setelah ia selesai melaksanakan sholat shubuh.
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA.Bab 39.Bima dan juga Pak Maryono pun telah memasuki mesjid. Bahkan mereka tak luput dari pandangan orang-orang yang ada di dalam mesjid. Terdengar bisik-bisik tentang Bima cukup terdengar jelas. Baik Bima maupun Pak Maryono lebih memilih diam sambil menantikan adzhan Ashar.Setelah selesai melaksanakan shalat ashar, ada seorang bapak-bapak yang datang menghampiri Bima begitu selesai shalat."Nak Jokosudah berhenti menjadi marbot di sini ya?" tanya salah seorang bapak-bapak yang ada dibarisan depan dari kerumunan bapak-bapak yang lainnya. Dia mencoba bertanya.Mereka yang sudah menyelesaikan shalat Ashar, tentunya ingin cepat-cepat pulang. Sementara Bima masih sibuk dengan pikirannya mengenai keadaan istrinya. Bahkan pertanyaan itu tak terlalu penting baginya.Berhubung ada salah seorang bapak-bapak yang bertanya padanya. Bima pun mengurungkan niatnya untuk cepa
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 38.Bima yang tadinya asyik berbicara pada Pak Maryono seketika melihat istrinya. Bima melihat jika istrinya terjatuh ketika membuang sampah, ia langsung merasakan kepanikan. Berlari dan mengejar istrinya."Dik...! Adik nggak kenapa-kenapa 'kan? Kok bisa jatuh begini?" tanya Bima yang langsung membantu istrinya untuk berdiri."Nggak tahu kenapa? Adik jatuh seperti ada yang dorong, Mas," jawabnya yang berusaha bangkit.Bima yang khawatir dengan keadaan istrinya merasakan kepanikan yang luar biasa. Pak Maryono yang melihat kejadian itu pun ikut menyusul mereka."Apa kaki istri Tuan tidak terkilir? Sepertinya istri Tuan susah untuk berjalan?" tanya Pak Maryono yang baru saja menghampiri mereka."Apa sebaiknya kita periksa ke rumah sakit aja? Biar pak Maryono yang antar kita ke rumah sakitnya?" tanya Bima pada istrinya yang cengar-cengir menahan sakit di kakinya.
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 37.Wahyu yang kesal, merasa dirinya persis seperti anti nyamuk segera pergi meninggalkan kediaman almarhum Pak Jenggot. Dengan sengaja ia menghentakkan kakinya sambil berlalu. Meluapkan kemarahannya dengan ucapan yang segala nama binatang di kebun binatang keluar satu per satu. Ucapan yang tak pantas jika mengingat statusnya."Eh... denger ya! Dimana-mana orang ketiga itu disebut setan loh!" jerit Bima yang sengaja.Suara Bima yang keras, mampu menghentikan langkah kaki Wahyu. Tentu saja Wahyu tidak bisa terima begitu saja dengan jeritan Bima."Apa maksud kamu bilang saya itu setan?" tanya Wahyu yang membalikkan badannya secepat mungkin untuk menatap Bima.Wahyu yang tadinya sudah bergegas untuk pergi meninggalkan mereka. Memutuskan untuk kembali menghentikan langkah ketika mendengar jeritan Bima yang mampu menyinggung perasaannya. Hatinya merasa terkutik dengan ucapan yang san
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYA.Bab 36.Bima yang meninggalkan mereka begitu saja, berhasil membuat Wahyu menahan amarahnya. Karena merasa dicuekin dengan meninggalkan merek begitu saja tanpa menjawab perkataan mereka atau menyambutnya. Hal itu membuat hati Wahyu begitu membludak rasa kebencian.Berhubung waktu sudah memasuki waktu dzuhur, Bima pun bergegas melaksanakan adzhan terlebih dahulu. Tanpa melirik sedikitpun ke arah mereka yang masih memandangnya.Rasa syukur begitu besar dirasakannya, di tempat ini untuk pertama kalinya Bima melaksanakan adzhan yang didengarkan orang banyak. Bahkan hampir setiap harinya ia melakukan adzhan menggantikan almarhum bapak mertunya. Pak Jenggot telah menitipkan ilmu yang akan dibawanya sampai mati."Ternyata suara Nak Joko makin hari makin bagus saja mengumandang adzhannya," ucap salah seorang bapak yang ada di barisan jamaah yang baru saja selesai melaksanakan shalat berjama'ah de
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 35.Setelah pertanyaan Bima, Ayu bahkan tak mengeluarkan sepatah kata apapun. Bungkam seribu bahasa. Hanya kesunyian yang didapat Bima. Hatinya berkemelut hebat, penuh dengan tanda tanya melihat diamnya sang istri. Detak jantungnya terasa begitu cepat, apa kiranya kesalahnnya? Apa Ayu tak menyukai ajakanku?Pertanyaan begitu banyak melintas dopikirannya. Wajah cantik itu seperti menyembunyikan sesuatu yang tak mampu bibirnya mengungkapkannya."Apakah Adik masih keberatan untuk pindah ke rumah orang tua, Mas?" tanya Bima ragu, berusaha memecahkan kesunyian yang terjadi.Sekilas Ayu melirik ke arahnya. Lirikan yang penuh makna. Begitu mampu membuat Bima ragu. "Apapun yang membuatnya bahagia, akan kuturuti," batinnyaAyu menatap kembali wajah Bimq, "Adik sebenarnya takut, Mas," ucapnya sambil meremas ujung hijabnya."Kan ada, Mas. Kenapa meski takut? Apa yang membu
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 34.Bima yang masih memeluk istrinya, mencoba untuk memegang pipi lembut sang itu dengan penuh kasih sayang. Kebahagiaannya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. "Ya Allah, ijinkan aku untuk bisa selalu menjaga istriku sampai akhir hayatku," batinnya sambil mengelus pundak istrinya."Apa yang Mas lamunkan? Apa masih ada yang Mas sembunyikan lagi dari Adik?" tanya Ayu yang memecahkan pemikiran Bima."Tidak, Sayang. Tidak ada lagi yang Mas sembunyikan. Mas sayang banget sama Adik," ucapnya sambil memeluk kembali istrinya.Pelukan yang diberikan Bima terasa menyesakkan buat Ayu. Tubuhnya terasa remuk seketika. "Mas...! Kenapa peluk-peluk mulu, kan Adik jadi malu," ucapnya dengan manja.Mungkin saat ini, ada rasa kecewa di hati istrinya. Tapi, Bima harus bisa menerima apapun nantinya yang akan menjadi keputusan istrinya. Yang terpenting ia sudah berusaha mengatakan semua kenyataa
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 33.Bima yang sedang menaiki ojek merasa jika ada seseorang yang mengikutinya. Ia langsung mengetahui siapa yang mesedang mengikuti. Itu semua ulah Firly. Ia dengan sengaja turun di persimpangan sebelum kediaman almarhum mertuanya. Ya, mengalihkan perhatian Firly. Tak ingin jika ia sampai mengacaukan semuanya. Khawatir jika istrinya nanti akan salah paham ketika melihat Firly dengan berpakaian serba kekurangan seperti itu.Bima sengaja berjalan ke rumah orang yang bahkan ia sendiri tak mengetahui rumah siapa yang sedang di tujunya. Baru saja ia melangkahkan kakinya dengan sengaja melirik ke arah taxi itu yang mengikutinya. Dan ternyata.. taxi itu pun berlalu pergi begitu melihat ia berjalan."Aman," ucapnya sambil mengelus dada.Bima segera memutuskan untuk menceritakan semuanya pada istrinya. Termasuk tentang Firly. Tak ingin jika nantinya membuatnya semakin kecewa terhadapnya. Apalagi kebohongan yang bi
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 32.#prov Firly.Awal pertemuan yabg tanpa disengaja terjadi antara aku dan juga pria yang bernama Bima. Di mana kami sama-sama berada di sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli sesuatu. Ya, kami pun bertabrakan yang ternyata.. aku lah dengan sengaja menabraknya.Aku yang saat itu sedang memilih-milih belanjaan yang akan kubeli, tak sengaja melihat pria lumayan tampan yang berpakaian sangat rapi. Terlihat ia terlalu fokus mencari sesuatu. Dari tampilannya, aku mengira pasti lah pekerjaannya sangat mapan jika dilihat dari stelnya berpakaian. Merk-merk terkenal dengan harga pantastis tentu. Jujur, aku bahkan terpesona begitu pertama kali melihatnya. Hatiku merasakan getaran saat melihat mangsa baru tepat di hadapanku. "Ini lah kesempatanku," batinku memulai adegan kebohongan.Berhubung aku yang baru saja putus dengan pacarku, lebih kurang sebulan yang lalu. Oleh karena it
MARBOT MASJID ITU TERNYATA KAYABab 31."Ada yang salah ya, dengan omongan Bibik?" tanyanya polos tanpa rasa bersalah."Bik...! Ini bukan masalah malam pertama, tapi masalah hidup dan mati Bima ada pada istri Bima," jawab Bima."Bukannya hidup dan mati itu, ada di tangan Allah ya?" tanya Bik Ijah kembali.Mereka yang mendengar pertanyaan Bik Ijah hanya mampu menelan ludah. Bagaimana tidak? Apa yang dikatakannya memang benar. Tapi ini bukan menyangkut masalah yang dimaksudnya."Sudahlah, Bim! Lebih baik jangan kamu perpanjang lagi berdebat sama Bik Ijah, yang ada makin panjang ceritanya. Ngomong sama Bik Ijah nggak akan ketemu titiknya, koma mulu," potong Pak Satria."Ha.. ha.. Bik Ijah itu bisa untuk pengobat stres loh, Pa" ucap Bima semari tertawa ke arah Pak Satria."Yang ada bukan pengobat stres, bertambah stres lebih tepatnya!" sungut Bu Normah.Bik Ijah