Home / Horor / MALAM PENEBUSAN / PASRAH DALAM KEMATIAN

Share

PASRAH DALAM KEMATIAN

last update Last Updated: 2023-12-01 00:08:06

Saat hidup yang nyaman mendapat ancaman. Dunia tak lagi teras aman, jika ada yang kian mengerikan harus ada keberanian. Pilihannya melawan dan bertahan atau pasrah dalam kematian

*

Teriakan Adam kian menggema, meraung, berkawin dengingan kardiogram, disertai isakan tangisnya sendiri. Rongga mulut Adam menjadi asin kala cucuran air matanya tak sengaja tertelan. Sementara itu, tubuh Adam terus terseret keluar, menyaksikan tubuh rapuh Jelita istrinya menghilang tertutup barisan perawat berseragam putih.

Begitu Adam terlempar di koridor rumah sakit, pintu kamar Jelita tertutup rapat.

"Jelita, kenapa kamu tinggalin mas sendirian. Mas ngga bisa terima ini semua, kita sudah sejauh ini dan kamu malah meninggalkan aku sendiriannnn!!

Suara Adam menggema di sepanjang koridor, memancing perhatian orang-orang di sana. Pasien, dokter, perawat, sampai para penjenguk memandangi Adam yang menangis tersedu.

Dadanya kini terasa sesak. Napas Adam terlunta-lunta, terseok usai hujan tangis itu menggaung parau di tengah kerumunan.

Saat gulungan ombak emosi di hati Adam perlahan terurai, pintu di depannya terbuka. Seorang lelaki paruh baya berjas putih yang tadi memberikan penanganan, keluar dengan wajah sendu. Tangannya terjulur, mendarat di pundak kanan Adam yang naik turun seiring napasnya mencoba kembali teratur.

"Kami sudah berusaha semampunya Pak.. Kami mohon maaf, dan turut berbela sungkawa..."

Hati Adam remuk menjadi abu.

Sesaat, laju waktu seperti membatu. Suara-suara lenyap tergabung dan menyaru.

Langkah Adam maju, melewati barisan para perawat itu hingga kemudian terantuk sisi ranjang tempat istrinya terbaring dalam geming.

Sekujur tubuhnya tertutup kain tipis berwarna putih, menyelubungkan ketiadaan nyawa dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Kata-kata Adam seperti tercabut dari kamus ingatan, meninggalkan rongga mulutnya menganga tanpa bahasa, tanpa suara.

Begitu Adam s***k kain yang menutup wajahnya, terlihatlah wajah itu untuk terakhir kalinya. Wajah yang menampilkan mata terpejam dipadu lengkung senyum yang rupawan. Senyuman itu seakan mengirimkan sandi sederhana yang segera terurai begitu saja oleh intuisi, bahwa Jelita sedang dalam perjalanan pulang.

berkawan kedamaian. Bahwa Adam, satu-satunya manusia yang ia kenal di ruangan ini, harus mengikhlaskan kepergiannya.

Selama sedetik, Adam merasa hatinya mampu merelakannya. Akan tetapi pada detik berikutnya, Adam ambruk suara, menangis tersedu di samping jasad istrinya.

Jasad yang rapuh, yang telah menyimpan segala rasa sakit jasmani dan rohani, kini tergeletak dalam kekosongan. Jasad tak berjiwa itu tak perlu lagi menampung segala beban penyakit.

*

Rintik hujan masin mewarnai pekatnya alam disertai embusan dingin udara malam itu. Sunyi tanpa menyisakan pekikan kecil jangkrik- jangkrik yang biasa menembang lirih bersahutan di antara rimbunan rerumputan hijau segar.

Hujan yang turun sejak petang dan tak juga berhenti hingga tengah malam, tak menyurutkan niat seorang perempuan baru baya untuk menggali makam. Sambil menunggu keadaan lebih kondusif, perempuan tersebut berdiam di depan gerbang TPU di jam dua belas malam. Perempuan itu duduk terpaku di mobilnya sembari menunggu hujan sedikit reda, ditemani asap nikotin yang melayang-layang hingga memenuhi ruang sempit kendaraan roda empat itu.

Sesekali, perempuan itu memandang ke arah TPU yang tampak mencekam. Ada pergulatan dalam dirinya itu sebenarnya, tentang kebenaran ataukah kekeliruan jika dirinya mengambil jasad seseorang dari dalam sana. Ia tidak akan merasa tenang saat hidupnya kini dihantui rasa bersalah. Bersalah karena tak bisa menjaga seseorang yang paling berarti di hidupnya.

Tak peduli akan hujan yang masih lebat, perempuan itu segera turun dari mobil. la merasa, hujan malam itu sebuah dukungan akan perbuatannya. Tidak akan ada yang tahu apa yang perempuan itu lakukan di pemakaman umum malam-malam.

Malam Jumat Kliwon di ambang pertengahan malam tepatnya, di saat hampir semua orang terlelap dalam buaian alam tidur, sayup-sayup terdengar langkah seseorang menjejak tanah yang becek dan licin. Percikan air seketika menciprat begitu perempuan itu mengenjak terburu-buru menuju suatu tempat. Beberapa kali berhenti, lantas melanjutkan perjalanan dengan

langkah terseok-seok.

Gelap hampir tidak terlihat wujudnya dalam kepekatan, senada dengan baju yang ia kenakan sambil Menenteng sebuah lentera tak menyala, terayun-ayun goyah mengait di jemari tangan kiri. Sesekali menoleh ke belakang, beralih ke samping kiri dan kanan, kemudian memperhatikan arah depan disertai sorot mata tajam dan lenguh napas tersendat-sendat. Bukan karena lelah, akan tetapi seperti tengah mengkhawatirkan sesuatu.

"Selesaikan sesuatu yang sudah kita mulai. Akan aku renggut sesuatu yang paling berarti di hidupmu ADAM SENTANA!" Sambil menenteng cangkul, Perempuan itu mulai memasuki area pemakaman. Petak demi petak kuburan yang dibingkai oleh marmer, dilewatinya tanpa ragu.

Embusan angin kencang menyeret derasnya hujan, membuat Perempuan itu basah kuyup meski sudah memakai jaket hitam bertudung dari bahan parasut. Desir udara dingin dari arah pohon-pohon kersen, mirip desisan dan ringisan perempuan kesakitan. Perempuan itu sempat terpaku dan memandang dahan-dahan berdaun kecil itu bergoyang. Seperti ada yang memanggilnya dari sana.

Perempuan itu mendengkus kasar, tak menghiraukan segala godaan yang mencoba mengalihkan fokusnya. Beberapa menit kemudian, Perempuan itu pun menemukan makam seseorang yang paling ia cari. Makam yang sengaja tak dibingkai dengan nisan bagus itu, mulai dihantam cangkul. Kelopak-kelopak bunga yang sudah kering, beradu dengan air keruh dan tanah yang basah.

Perempuan itu terus membuat cekungan di badan makan, berjibaku dengan air hujan yang seolah tertadah dan menciptakan kolam. la tak peduli meski air turut menggerus ke dalam tanah, ia terus menggali hingga mata cangkulnya terantuk padung. Setelah menyisir air dan tanah yang menutupi deretan kayu itu, Perempuan itu mulai membongkar liang lahat. Samar-samar, jasad kotor anaknya mulai tampak. Kain putih yang membungkus sekujur tubuhnya bertahun- tahun lalu, sudah pekat kecokelatan.

Tubuh tanpa nyawa itu tergenang air. Wajah tanpa lapisan daging dan hanya menyisakan rangka tengkorak itu diguyur air dari dinding tanah. Meski begitu, perempuan itu tak merasa takut. la justru menderita.

Perempuan itu memanggul kerangka sang anak untuk naik. Masih di bawah guyuran air hujan, Perempuan itu melipat kain berisi tulang belulang sang anak, lantas membawanya dengan dimasukan pada tas. la melirik makam anaknya yang belum dirapikan. Lagi-lagi ia tidak peduli, Perempuan itu bergegas.

Dibawanya tas berisi mayat sang anak ke dalam mobil, sebelumnya ia simpan dahulu di jok belakang. Dengan keringat bercucuran, mobil melaju ke tempat yang akan ia tuju. Perempuan itu pun tak peduli saat dalam perjalanannya itu, suasana malam lebih mencekam.

"Ini hanya permulaan, ini semua akan setimpal. Segalanya akan terbalaskan pada malam itu. Malam di mana semuanya menebus dosa-dosanya. Malam itu di peringati dengan nama Malam Penebusan," ucap perempuan paruh baya itu bermonolog.

"Malam penebusan ini terjadi di saat kelahiran anak sang pemilik dosa pertama. Dan dosanya akan menjadi warisan bagi keturunannya."

"Ini yang bisa ibu lakukan untuk keluarga kita Laras. Ibu juga tau ini adalah hal yang salah, tapi ibu tidak punya pilihan. Setelah ini semua selesai, ibu akan menguburkan kamu lagi dengan layak sayang. Sementara ini pinjamkan dulu ibu, jasadmu."

Perempuan itu menoleh ke belakang, tepatnya pada cahaya dari perkampungan yang kian meredup seiring kendaraan roda empatnya menggerus jarak. Di sisi kiri dan kanan, terhampar persawahan yang berselimut gelap karena tengah dicumbu malam. Kakinya kembali bersiap di pedal gas, tetapi pikiran dan hatinya masih terkunci pada nyaman dan hangatnya kediaman.

Tatapan perempuan itu teralih pada pekatnya kegelapan di depan. Bau kamboja seketika tercium ketika perempuan itu melumat kegelapan. Sisi kanan dan kiri dipenuhi dengan pepohonan bambu liar. Saat angin menerobos celah-celah tanaman itu, suara memekakkan akan langsung bertamu ke pendengaran.

Perempuan itu seketika terpejam saat pekikan gagak dan dehaman burung hantu hadir menemani perjalanan. Ia bisa merasakan burung-burung itu mengamatinya di suatu tempat. Perempuan itu tak punya nyali untuk sekadar mencari tahu.

Perempuan itu refleks menutup mulut begitu bau kamboja menyengat hidung. Kegelapan memudar saat perempuan itu sudah berada di depan jembatan. Empat buah obor menyala di tiap sisi jembatan.

TO BE CONTINUED

Related chapters

  • MALAM PENEBUSAN   PUNCAK KHARJA

    Segala masalah mencoba di tuntaskan sampai ke akar. Terduga yang bersalah berusaha di kejar, tapi entah mengapa rasanya konflik seperti berputar-putar.Ada dalang yang sulit di bongkar, sehingga konflik pun sulit di cecar. Siapa yang seharusnya perlu di hajar. ?*Perempuan itu refleks menutup mulut begitu bau kamboja menyengat hidung. Kegelapan memudar saat perempuan itu sudah berada di depan jembatan. Empat buah obor menyala di tiap sisi jembatan.Perempuan itu mengambil napas panjang, kemudian meneruskan perjalanan. Cahaya bulan kini terhalang oleh rimbunnya pepohonan. Suara burung dan serangga tak terdengar lagi.Suasananya teramat hening. Perempuan itu bahkan bisa mendengar suara embusan napas sendiri. Kunang-kunang menyambut Perempuan itu saat dirinya sampai di sebuah gapura yang berdiri kokoh namun terlihat sangat usang, tertutupi oleh tumbuhan rambat yang memberi kesan betapa tak terurusnya tempat ini. bertuliskan desa Puncak Kharja.Lolongan anjing tiba-tiba terdengar entah

    Last Updated : 2024-01-02
  • MALAM PENEBUSAN   ARWAH BUANGAN

    Pola asuh membentuk pribadi seorang anak ketika tumbuh, didikan yang angkuh malah menciptakan pembunuh.Apa yang dibutuh harusnya di dapat dengan sungguh-sungguh. Tak peduli meski pun ricuh dan gemuruh.Ada masa kelam yang harus di telusuri lebih dalam, semakin paham makin jauh tenggelam. membentuk kebencian dan dendam yang seiring berjalannya waktu semakin tajam.*Di saat waktu kosong perempuan itu malah mendengar suara lain. Samar dan lemah."Ibuuu ...."Perempuan itu terkejut dan langsung membuka mata, lalu melihat-lihat keadaan sekitar yang masih menggelap. "Apa barusan aku tertidur dan bermimpi?" gumamnya bingung."Ibuu, Ibuu...."Sekali lagi perempuan itu dikagetkan oleh suara yang muncul dari hutan. Kali ini terdengar memelas dan manja. Ia sampai dibuatnya, membuat air kolam menyapu tepian hingga tumpah cukup banyak akibat gerak tubuhnya yang spontan.Ada yang membuat perempuan paruh baya itu penasaran, panggilan itu terasa familier di telinganya. Dengan saksama, ia memperhati

    Last Updated : 2024-01-04
  • MALAM PENEBUSAN   JAGAD SEMESTA

    Masa lalu tidak hanya sebatas kenangan. Ada juga dendam dari perbuatan yang merugikan, kejadian pahit tidak akan pernah terhapus sampai adanya pembalasan. Harus kah melawan? atau pasrah karna itu adalah hukuman.*Ki Ageng Romo duduk di samping perempuan itu, lalu memutarkan asap dupa di atas wajahnya. Ki Ageng Romo mencelupkan telunjuknya pada wadah kecil berisi tinta yang terbuat dari racikan khusus. la mengusap kening perempuan itu dan membuat sebuah simbol di sana."Aku suka cara marahmu itu, Ayu. Luapkan lebih kasar lagi. Aku tidak suka sikap lembek yang ada padamu. Buang itu! Atau kau akan kesulitan ke depannya," ucap Ki Ageng Romo pada perempuan itu yang sebut saja namanya Ayu. "Apa?""Saat kau datang membawa anakmu, tekadmu belum sempurna. Kau masih dibayangi hal-hal duniawi dalam otakmu itu. Berilah celah agar kekuatan gaib yang kau alami saat ini dapat tempat di sisi kepala dan batinmu.""Apa yang akan kau hadapi jauh lebih besar kedepannya, kamu tau? Kau harus menembus jag

    Last Updated : 2024-01-09
  • MALAM PENEBUSAN   KESENGSARAAN ARWAH PENUMBALAN

    Di balik otak tersimpan berbagai peristiwa yang tidak nampak. Ingatan yang memiliki kesan akan terus meninggalkan jejak.Apa bila terus di telusuri rasa penasaran akan semakin memuncak. Yang terkadang malah menjebak, dari pikiran itulah perlahan - lahan gajal mulai terkuak. Tapi apa sebenarnya yang perlu di tebak?*Mata Ayu langsung menangkap sosok Ki Ageng Romo di hadapannya beserta Laras yang masih terbaring. Lelaki itu pun sempat terkejut karena kini ia sedang berada di lain tempat setelah sebelumnya berada di kediaman Ki Ageng Romo."Jangan terlalu lama mengulur waktu, aku akan menjaga anakmu dan menunggumu di sini," ucap Ki Ageng Romo. Namun, hanya suaranya saja yang terdengar, sebab bibir pria itu tetap terkatup rapat. Sama halnya dengan kedua matanya.Seolah-olah Ki Ageng Romo berkomunikasi dari tempat lain. Sementara yang ada di hadapan Ayu saat ini adalah refleksi khodam Ki Ageng Romo untuk menjaga Laras di batas gerbang gaib."Baik, Ki." Ayu lekas berdiri kemudian ada kunan

    Last Updated : 2024-01-11
  • MALAM PENEBUSAN   PERKONGSIAN ILMU HITAM

    Yang hilang akan di temukan, yang pergi akan di kembalikan. Yang jauh akan di dekatkan, dan yang selama ini menjadi pertanyaan akan mendapatkan jawaban.*Di jarak yang cukup jauh, kunang-kunang berwarna biru itu melesat ke segala arah. Membuat Ayu kebingungan harus mengikuti yang mana. Namun, ia keburu sadar jika tugas pertama mereka telah usai. Sebab kini, di depan sana ada banyak orang yang seperti dirinya tengah berdiri tegak di tengah gelanggang terbuka.Namun yang Ayu saksikan di depan jauh lebih mengerikan. Sebuah ucapacara ritual berdarah tengah berlangsung. Dengan Mayat-mayat yang bergelimpangan ditumbalkan oleh orang-orang tanpa busana. Mereka bernyanyi, menari dan tertawa, berteriak riang sembari memenggali kepala anak-anak usia belia. Darah yang mengucur dari tubuh korban diminum bersama-sama. Mata Ayu, dan orang-orang itu kosong serta buas, seakan jiwanya telah sirna dari raganya.Para pemuja itu begitu buas melampiaskan segala hawa nafsu dunia agar mencapai titik kepuas

    Last Updated : 2024-02-03
  • MALAM PENEBUSAN   SELIMUT DUKA

    Dibalik sebuah petaka ada sebuah luka yang bersembunyi dalam duka. Hidup yang semakin tidak di suka, membuat orang lain menjadi celaka. Ketidaknyamanan itu menimbulkan prasangka, menebak pelaku kejahatan dengan berbagai logika*Mata Adam berkaca-kaca. la berlari masuk ke dalam rumah dan langkahnya memelan mendengar tangisan bayi dari dalam kamar. Sedangkan tatapannya fokus pada sosok jenazah yang diselimuti kain panjang dikelilingi oleh para ibu-ibu yang membaca yasiin.Semua pasang mata tertuju padanya. Tungkai kaki Adam lemas seketika. la jatuh terduduk di lantai. Menunduk dan membiarkan bulir-bulir bening itu jatuh. Segala penyesalan datang menuntut. Sayang, semua itu tak akan mengembalikan Jelita istrinya.Berita duka yang dikabarkan melalui masjid itu terdengar sampai ke desa sebelah.Imam Ahmad yang tengah berbelanja di sebuah warung itu pun mendengar beberapa orang sedang membahas tentang kematian seseorang di desa lain."Siapa sih yang meninggal?""Kalau tidak salah tadi nam

    Last Updated : 2024-02-07
  • MALAM PENEBUSAN   GELANGGANG PENYESALAN

    Keheningan menyelimuti Desa kayu arum. Kepergian Jelita seolah ditangisi oleh alam, sebab langit menurunkan gemercik hujan dari selesai tahlilan sampai hampir tengah malam. Yang biasanya akan ada peronda, mereka mendadak meliburkan diri.Jam saat itu telah menunjukkan pukul 10 malam. la menutup semua pintu dan berniat menilik bayinya di dalam kamar.la mendapati Salamah tengah mengganti popok bayi perempuan tersebut. Salamah terlihat bahagia mengurus cucunya.Setelah semua selesai, ia mengangkat bayi itu dan ditimang. Kecupan lembut mendarat di kening cucunya sebagai bentuk rasa kasih sayang."Heem... heemm..." Salamah bersenandung sambil berdiri menggedong bayi itu. la seakan tak peduli dengan kehadiran Adam yang menatap di ambang pintu.Ingin sekali rasanya Adam menimang buah hatinya. Namun rasa itu ia urungkan.Adam menghembuskan napas kasar berharap suatu saat ia bisa bersikap layaknya seorang ayah terhadap anaknya. Digendong, bermain bersama, bercanda bersama. la tak sabar akan h

    Last Updated : 2024-02-11
  • MALAM PENEBUSAN   ANJANI APTODARMO

    Salamah kembali ke depan dengan susu di tangannya. Susu itu telah diukur suhunya sesuai dengan yang dianjurkan. Tidak panas karena Salamah telah mencampurnya dengan air biasa.Seharusnya ia sediakan air panas di dalam termos jadi sewaktu-waktu ingin membuat susu tak perlu memanaskan air lagi. Karena sibuk mengurus cucunya seorang diri ia jadi lupa."Sini cucu nenek." Salamah mengambil alih menggedong cucunya tersebut, lalu diberikan SUSU.Sayang, bayi itu tak mau menyusu."Badannya panas, Umi." Adam berucap.Salamah menyentuh dahi, dan pipi cucunya."Astaghfirullahaladzim badanmu panas, Nak," ujar Ibu Adam.la meletakkan susu tersebut ke atas meja."Kau buka bajumu!" titah Salamah"Untuk apa, Bu?" tanya Adam tak mengerti."Buka saja bajumu!" bentak Salamah.la lebih tahu apa yang harus dilakukan karena sudah berpengalaman. Adam membuka kancing bajunya satu persatu. Salamah pun melepaskan kain bedong hingga menyisakan popok, sarung tangan dan kaki pada bayi itu.Salamah menyerahkan cuc

    Last Updated : 2024-03-05

Latest chapter

  • MALAM PENEBUSAN   JALUR KEGELAPAN

    Anjani bergerak cepat. Ia sahut kacamata tebal.Ia raih gagang pintu kamar.Anjani berlari sekuat tenaga seakan ada yang hendak memangsanya di sepanjang lorong gelap itu.Begitu sampai di muka kamar mandi, Anjani melompat. Ia sambar sakelar lampu yang tingginya jauh melebihi kepala itu dan berpijak pada permukaan keset. Sedetik kemudian, dalam satu gerakan gesit, tubuh Anjani lenyapke bilik kecil itu. Pintu di belakangnya ia banting hingga menutup.Jantung Anjani berpacu, napasnya memburu.Selamat...Tak ada yang mengejar.Kencingnya terpancur ke dalam lubang kloset bersama kelegaan yang menjalar. Di tengah prosesi itu, Anjani berpesta. Ada secuil perayaan karena Anjani telah berani melewati rintangan kegelapan. Anjani, gadis kecil yang tengah terserang demam tinggi ini mampu ke kamar mandi di tengah malam tanpa membangunkan siapa pun.Di penghabisan pancuran air kencing itu, Anjani terdiam. Kesunyian datang merajai semesta.Gawat.Anjani tersadar ada utang yang harus ia tebus. S

  • MALAM PENEBUSAN   NUANSA MAGIS

    Senja telah menggulung teriknya siang dengan selimut kapas awan kelabu. Menjelang menutupnya mata siang hari, hujan pun turun. Suasana di sekitar rumah kecil Salamah perlahan menjadi gelap dan dingin.Rumah semi permanen itu memiliki hawa yang begitu dingin, apalagi bercak hijau di langit-langit rumah begitu menyiratkan kelembapan bangunan berisi tiga kamar itu. Jejak air hujan karena genteng yang bocor, kini menyisakan sekelumit lumut tipis di plafon berwarna putih. Terlihat sangat kontras.Tubuh mungil Anjani menggigil, terbungkus selimut tebal beraroma minyak angin milik neneknya. Matanya yang kala itu sudah minus dua-perkara yang tak lazim untuk anak balita pada umumnya- Anjani menatap ke langit-langit. Pikirannya kosong.Salamah duduk di tepi ranjang di samping kiri Anjani. Hasan berada di seberangnya, mengelus-elus tempurung kepala Anjani dengan mulut terkunci. Di ujung kasur, Salamah memijat-mijat kaki Anjani yang tersembunyi di balik tebalnya selimut. Anjani mencoba mengingat-

  • MALAM PENEBUSAN   LELEMBUT

    "Wis surop, wis surop! sudah Maghrib, ayo pulang!" Riuh suara ibu-ibu yang memanggil anak-anak mereka bermain di halaman rumah, membuat lamunan seorang Pria yang duduk di kursi teras, terbuyar.Jam dinding yang berdebu tebal itu, sudah menunjukkan pukul enam lewat enam belas sore hari. Sudah masuk waktu Maghrib.Pria itu segera melangkahkan kaki keluar, tetapi saat itu juga, tangan keriput milik Ibunya mencekal lengan putih milik Pria itu."Mau kemana? sudah Maghrib, jangan keluar!" serunya dengan mata yang tertutup sebelah. Matanya memang buta separuh, sejak dia dilahirkan."Anjani di luar Umi. Aku harus jemput dulu!" jawabnya, sembari menepis tangan Ibunya, hendak nekad keluar."Jangan, Adam! iki watune bangsa halus keluar. Ndak baik keluar waktu sekarang!" cegahnya lagi.Adam, Pria bertubuh tinggi itu membuang nafas kasar, kalau tidak sekarang, malam nanti pun jelas dia tetap tidak boleh keluar. "Kalau ngga sekarang, kapan?" tanyanya dengan alis mengkerut."Nanti selepas magrib."

  • MALAM PENEBUSAN   ANJANI APTODARMO

    Salamah kembali ke depan dengan susu di tangannya. Susu itu telah diukur suhunya sesuai dengan yang dianjurkan. Tidak panas karena Salamah telah mencampurnya dengan air biasa.Seharusnya ia sediakan air panas di dalam termos jadi sewaktu-waktu ingin membuat susu tak perlu memanaskan air lagi. Karena sibuk mengurus cucunya seorang diri ia jadi lupa."Sini cucu nenek." Salamah mengambil alih menggedong cucunya tersebut, lalu diberikan SUSU.Sayang, bayi itu tak mau menyusu."Badannya panas, Umi." Adam berucap.Salamah menyentuh dahi, dan pipi cucunya."Astaghfirullahaladzim badanmu panas, Nak," ujar Ibu Adam.la meletakkan susu tersebut ke atas meja."Kau buka bajumu!" titah Salamah"Untuk apa, Bu?" tanya Adam tak mengerti."Buka saja bajumu!" bentak Salamah.la lebih tahu apa yang harus dilakukan karena sudah berpengalaman. Adam membuka kancing bajunya satu persatu. Salamah pun melepaskan kain bedong hingga menyisakan popok, sarung tangan dan kaki pada bayi itu.Salamah menyerahkan cuc

  • MALAM PENEBUSAN   GELANGGANG PENYESALAN

    Keheningan menyelimuti Desa kayu arum. Kepergian Jelita seolah ditangisi oleh alam, sebab langit menurunkan gemercik hujan dari selesai tahlilan sampai hampir tengah malam. Yang biasanya akan ada peronda, mereka mendadak meliburkan diri.Jam saat itu telah menunjukkan pukul 10 malam. la menutup semua pintu dan berniat menilik bayinya di dalam kamar.la mendapati Salamah tengah mengganti popok bayi perempuan tersebut. Salamah terlihat bahagia mengurus cucunya.Setelah semua selesai, ia mengangkat bayi itu dan ditimang. Kecupan lembut mendarat di kening cucunya sebagai bentuk rasa kasih sayang."Heem... heemm..." Salamah bersenandung sambil berdiri menggedong bayi itu. la seakan tak peduli dengan kehadiran Adam yang menatap di ambang pintu.Ingin sekali rasanya Adam menimang buah hatinya. Namun rasa itu ia urungkan.Adam menghembuskan napas kasar berharap suatu saat ia bisa bersikap layaknya seorang ayah terhadap anaknya. Digendong, bermain bersama, bercanda bersama. la tak sabar akan h

  • MALAM PENEBUSAN   SELIMUT DUKA

    Dibalik sebuah petaka ada sebuah luka yang bersembunyi dalam duka. Hidup yang semakin tidak di suka, membuat orang lain menjadi celaka. Ketidaknyamanan itu menimbulkan prasangka, menebak pelaku kejahatan dengan berbagai logika*Mata Adam berkaca-kaca. la berlari masuk ke dalam rumah dan langkahnya memelan mendengar tangisan bayi dari dalam kamar. Sedangkan tatapannya fokus pada sosok jenazah yang diselimuti kain panjang dikelilingi oleh para ibu-ibu yang membaca yasiin.Semua pasang mata tertuju padanya. Tungkai kaki Adam lemas seketika. la jatuh terduduk di lantai. Menunduk dan membiarkan bulir-bulir bening itu jatuh. Segala penyesalan datang menuntut. Sayang, semua itu tak akan mengembalikan Jelita istrinya.Berita duka yang dikabarkan melalui masjid itu terdengar sampai ke desa sebelah.Imam Ahmad yang tengah berbelanja di sebuah warung itu pun mendengar beberapa orang sedang membahas tentang kematian seseorang di desa lain."Siapa sih yang meninggal?""Kalau tidak salah tadi nam

  • MALAM PENEBUSAN   PERKONGSIAN ILMU HITAM

    Yang hilang akan di temukan, yang pergi akan di kembalikan. Yang jauh akan di dekatkan, dan yang selama ini menjadi pertanyaan akan mendapatkan jawaban.*Di jarak yang cukup jauh, kunang-kunang berwarna biru itu melesat ke segala arah. Membuat Ayu kebingungan harus mengikuti yang mana. Namun, ia keburu sadar jika tugas pertama mereka telah usai. Sebab kini, di depan sana ada banyak orang yang seperti dirinya tengah berdiri tegak di tengah gelanggang terbuka.Namun yang Ayu saksikan di depan jauh lebih mengerikan. Sebuah ucapacara ritual berdarah tengah berlangsung. Dengan Mayat-mayat yang bergelimpangan ditumbalkan oleh orang-orang tanpa busana. Mereka bernyanyi, menari dan tertawa, berteriak riang sembari memenggali kepala anak-anak usia belia. Darah yang mengucur dari tubuh korban diminum bersama-sama. Mata Ayu, dan orang-orang itu kosong serta buas, seakan jiwanya telah sirna dari raganya.Para pemuja itu begitu buas melampiaskan segala hawa nafsu dunia agar mencapai titik kepuas

  • MALAM PENEBUSAN   KESENGSARAAN ARWAH PENUMBALAN

    Di balik otak tersimpan berbagai peristiwa yang tidak nampak. Ingatan yang memiliki kesan akan terus meninggalkan jejak.Apa bila terus di telusuri rasa penasaran akan semakin memuncak. Yang terkadang malah menjebak, dari pikiran itulah perlahan - lahan gajal mulai terkuak. Tapi apa sebenarnya yang perlu di tebak?*Mata Ayu langsung menangkap sosok Ki Ageng Romo di hadapannya beserta Laras yang masih terbaring. Lelaki itu pun sempat terkejut karena kini ia sedang berada di lain tempat setelah sebelumnya berada di kediaman Ki Ageng Romo."Jangan terlalu lama mengulur waktu, aku akan menjaga anakmu dan menunggumu di sini," ucap Ki Ageng Romo. Namun, hanya suaranya saja yang terdengar, sebab bibir pria itu tetap terkatup rapat. Sama halnya dengan kedua matanya.Seolah-olah Ki Ageng Romo berkomunikasi dari tempat lain. Sementara yang ada di hadapan Ayu saat ini adalah refleksi khodam Ki Ageng Romo untuk menjaga Laras di batas gerbang gaib."Baik, Ki." Ayu lekas berdiri kemudian ada kunan

  • MALAM PENEBUSAN   JAGAD SEMESTA

    Masa lalu tidak hanya sebatas kenangan. Ada juga dendam dari perbuatan yang merugikan, kejadian pahit tidak akan pernah terhapus sampai adanya pembalasan. Harus kah melawan? atau pasrah karna itu adalah hukuman.*Ki Ageng Romo duduk di samping perempuan itu, lalu memutarkan asap dupa di atas wajahnya. Ki Ageng Romo mencelupkan telunjuknya pada wadah kecil berisi tinta yang terbuat dari racikan khusus. la mengusap kening perempuan itu dan membuat sebuah simbol di sana."Aku suka cara marahmu itu, Ayu. Luapkan lebih kasar lagi. Aku tidak suka sikap lembek yang ada padamu. Buang itu! Atau kau akan kesulitan ke depannya," ucap Ki Ageng Romo pada perempuan itu yang sebut saja namanya Ayu. "Apa?""Saat kau datang membawa anakmu, tekadmu belum sempurna. Kau masih dibayangi hal-hal duniawi dalam otakmu itu. Berilah celah agar kekuatan gaib yang kau alami saat ini dapat tempat di sisi kepala dan batinmu.""Apa yang akan kau hadapi jauh lebih besar kedepannya, kamu tau? Kau harus menembus jag

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status