***
Pagi ini, semua media cetak maupun elektronik di tanah air sangat heboh. Semuanya berbondong-bondong mewartakan kasus suap yang dialami Adam Tanaka ternyata adalah fitnah untuk menjantuhkan keluarga Tanaka.
Percakapan antara Hary dan Kevin Liu pun bocor dan sudah tersebar, semua salinan pesan keduanya pun sudah jadi bahan gosip di pagi hari. Publik pun meyakini kalau Adam difitnah dengan buktri rekaman audio Kevin dan Hary. Bukti keduanya sering bertemu diam-diam beberapa hari terakhir itu menguatkan opini kalau keduanya memang sengaja bekerja sama untuk menjebak Adam dan menyeret Adam ke penjara untuk menutupi kejahatan Hary yang sudah bersiap-siap kabur ke luar negeri.
Publik geram dan menuntut Adam segera dibebaskan dan akun KPK pun diberondong hujatan atau makian karena menerima suap dari keduanya.
Sedangkan Kevin, semalam ia terlalu banyak meminum alkohol sampai ia bangun terlambat pagi ini. Hal yang pertama ia lakukan adalah mengecek ponse
***“Kata siapa semuanya sudah selesai?” Dara berdiri di ambang pintu, ia tersenyum cerah saat melihat punggung suaminya. Kerinduannya pada Adam tidak bisa ia tahan lagi.Adam terkejut mendengar suara itu, dia langsung memutar tubuhnya dan menghampiri Dara yang sedang berdiri di ambang pintu. Adam memeluknya erat, sangat erat… bahkan ia merasa tidak cukup untuk meredamkan rindu yang selama ini terpendam.Adam mengecup puncak kepala Dara dan terus saja enggan melepaskan pelukan itu, namun ia harus tahu tempat dan tidak mungkin melakukan hal yang berlebihan saat ada orang lain yang melihatnya.“Sayang, terima kasih,” ucap Adam, ia menatap netra istrinya yang meneduhkan.Dara mengangguk, dan ia tidak bisa menahan rasa harunya. Air mata jatuh di kedua pipinya. “Terima kasih sudah sabar menunggu, Mas. Terima kasih karena Mas percaya padaku,” balasnya.Adam menghapus air mata di kedua pipi Dara dengan jemarinya. “Jangan menangis, Sayang. Mas sudah bilang kalau Mas tidak akan pernah lagi mem
***Jessica sedang duduk di salah satu kamar mewah di hotel milik keluarganya. Dia langsung menemui Nichole saat mengetahui kalau wanita itu sudah tidak satu atap dengan Kevin.“Kenapa kamu tidak bicara jujur sama Tante?” tanya Jessica.“Aku… aku hanya tidak ingin sampai nanti Kevin kena masalah lagi. Aku hanya ingin dia baik-baik saja,” balas Nichole.“Setelah apa yang terjadi dan menjadi kacau, kamu malah menghubungi Tante. Coba kalau dari awal kamu mengatakannya dan tahu tujuan Kevin datang ke Jakarta, dia akan selamat! Saat ini, Tante harus memutar otak dan mencari cara agar Kevin lolos dari jerat hukum,” ucap Jessica. “Dan selama ini Kevin selalu mengabaikanmu dan tidak menganggap keberadaannmu?”Nichole hanya menunduk, ia juga bingung untuk menggunakan alasan apa lagi.“Kamu juga sangat bodoh dan hanya diam saja saat calon suamimu mengejar wanita lain,” tambah Jessica.“Maafkan aku, Tante Jessica. Aku pikir Kevin akan menyerah pada wanita itu, apalagi Dara tampak sudah bahagia d
***Dara terkejut karena Jessica dan juga Nichole datang ke perusahannya. Dan dia meminta pada sekretarisnya untuk mengizinkan keduanya masuk ke ruang kerjanya.Nichole dan juga Jessica memasuki kantor Dara dengan sikap sinis yang sulit disamarkan. Dara, yang duduk di meja kerjanya, menyambut mereka dengan senyuman tenang, seolah-olah sudah mengetahui bahwa kunjungan ini tidak akan berjalan mulus. Dara tahu apa yang akan kedua wanita itu katakan padanya, semuanya karena KEVIN LIU."Selamat pagi, Nichole, dan Nyonya Jessica. Ada yang bisa saya bantu? Saya terkejut karena mendapatkan kunjungan mendadak dari anda berdua," ucap Dara sambil menyipitkan mata, mengetahui bahwa pertemuan ini tidak semata-mata tentang pekerjaan atau hal yang menyangkut bisnis.Jessica melirik Nichole sebentar sebelum menjawab dengan sinis, "Oh, cuma ingin melihat bagaimana seorang wanita seperti kamu bisa bertahan di dunia ini. Apakah pekerjaan kamu cukup untuk membiayai gaya hidup yang kamu impikan? Dan baga
***Zea melangkah dengan langkah yang mantap, wajahnya penuh dengan ekspresi keteguhan hati dan kemarahan yang terpendam. Di dalam hatinya, api kemarahan berkobar-kobar karena kekecewaannya pada pria tua itu, Mr. Frost. Pria tua itu sudah menjadikannya budak kenikmatan, ia menerimanya karena tahu kalau Mr. Frost bisa membantu rencananya, faktanya pria tua itu bahkan tidak berkutik saat Adam bisa dengan mudah terbebas dari segala tuduhan.Di depan pintu mewah apartemen Mr. Frost, Zea mengetuk dengan tegas. Pintu terbuka, dan di ambang pintu, Mr. Frost dengan santainya menyambutnya.“ Selamat pagi, Mr. Frost. Sangat pantas sekali tempat ini cocok untuk pria sepertimu. Kamu bahkan tidak membalas pesan dariku,” ucap Zea, ia menatap dingin pria tua di di depannya.“ Zea, apa yang membawa mu ke sini?” tanya Mr. Frost tertawa sinis.Zea marah mendengar jawaban dari pria itu. “Oh, jangan pura-pura tidak tahu! Kau gagal membuat Adam di penjara, Mr. Frost! Apa yang terjadi? Bukankah Anda ini s
***Ruang perawatan di rumah sakit itu terasa hening, hanya terdengar bunyi alat monitor dan langkah-langkah perawat yang lewat. Dara duduk di samping tempat tidur Zea yang terbaring lemah. Di seberang ranjang, Sarah duduk dengan ekspresi wajah yang penuh amarah. Ruangan itu terasa tegang, layaknya mendung sebelum hujan."Dara, kamu tidak bisa menyembunyikan niat busukmu selamanya, Dara!" desis Sarah dengan suara yang sarat amarah.Dara mengangkat kepalanya, matanya memandang tajam ke arah Sarah. "Apa yang Kakak bicarakan? Ini bukan saat yang tepat untuk berdebat.""Oh, ini sangat tepat! Sangat tepat, karena aku sudah tahu semua rahasia kotormu," sahut Sarah, suaranya meninggi.Dara menahan diri, mencoba tetap tenang di tengah gejolak emosi Sarah. "Jangan membuat keadaan ini lebih buruk, Kak. Kita berada di rumah sakit.”Sarah bangkit berdiri, wajahnya merah padam. "Ah, jangan pura-pura! Aku tahu kau merencanakan semua ini. Kamu dendam pada mama sejak kecil, bukan?"Dara terdiam seje
*** Hujan deras membasahi jendela kaca tinggi kantor Kevin yang megah di gedung pencakar langit Singapura. Ia sudah kembali ke Singapura secara diam-diam dan dengan mudahnya lolos dari jeratan hukum di Indonesia. Gemuruh petir memecah kesunyian malam, menciptakan atmosfer tegang di dalam ruangan yang penuh dengan layar komputer dan lampu indikator yang berkedip-kedip. Kevin duduk di kursinya dengan ekspresi wajah yang keras dan matanya yang tajam menatap layar komputer. Kertas-kertas berceceran di sekitarnya, dan aroma kopi dingin menggantung di udara. Chen, sahabat dan CFO perusahaan, berdiri di hadapannya dengan tatapan tegang. "Darn it, Chen! Semua data kita dihack!" Kevin melemparkan mouse ke layar komputer, membiarkan rasa frustrasi dan kemarahan mengambil alih. Chen mencoba menjelaskan, "Kevin, aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi. Kami sudah memiliki sistem keamanan yang canggih, tetapi hacker ini begitu lihai." "Kita tidak punya waktu untuk menyalahkan siapa pun sekar
***Kevin Liu merenung ke arah pelabuhan yang sibuk dengan aktivitas. Dia menyusup masuk dengan identitas palsu, menutupi wajahnya dengan topi renda dan jas hujan. Namanya sudah menjadi buruan polisi Singapura, dan dia tahu dia harus keluar dari negara ini secepat mungkin.Angin malam yang dingin menerpa wajah Kevin ketika dia berjalan melewati deretan peti kemas yang berjejer. Dia melangkah dengan cepat, berusaha menyamarkan kegugupannya. Tapi di balik wajah dinginnya, ada ketegangan yang tak terbendung.Kevin berhenti sejenak di depan papan keberangkatan kapal. Dia melihat kapal besar yang akan membawanya keluar dari Singapura. Namun, ketika dia melihat petugas keamanan yang berpatroli di sekitar area itu, hatinya berdegup kencang. Apakah mereka mengetahui keberadaannya?Sementara itu, di dek kapal, Kapten Jackson sedang memberikan perintah kepada krunya.“Bagaimana persiapan, semua?” tanya Kapten Jackson.“ Semua siap, Kapten. Mesin dalam keadaan baik, dan barang-barang muatan suda
***Ruangan CEO PT. Shinee Serein tampak begitu elegan dengan sentuhan modern dan nuansa yang memberikan kesan kekuatan dan keberhasilan. Dara duduk di meja kerjanya yang besar, fokus pada pekerjaannya yang menumpuk. Suasana ruangan diisi dengan keheningan, hanya terdengar bisikan ringan dari mesin pencetak dokumen dan suara langkah kaki di lantai marmer.Pintu ruangan terbuka perlahan, mengungkapkan seorang asisten dengan senyum misterius di wajahnya. Dara menoleh dan terkejut melihat seorang kurir membawa sebuah paket yang cantik terbungkus rapi."Maaf mengganggu, Bu Dara. Paket ini baru saja datang untuk Anda," kata asisten sambil menyerahkan paket itu pada Dara.Dara tersenyum dan meraih paket itu dengan tanda tanya di wajahnya. Dia membaca nama pengirim di label: Adam Tanaka, suaminya. Hatinya berdebar-debar saat dia membuka paket itu dengan hati penuh harap.Di dalamnya, dia menemukan sekotak cokelat coklat gelap yang menggoda dan sebuket bun